BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi terhadap kondisi alam setempat (Sumardianto et al., 2013). Selain itu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daging dan kulit. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawa dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara lain terdapat benjolan sebesar kacang di leher atas, bertubuh kecil, leher

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara peningkatan pemberian kualitas pakan ternak. Kebutuhan pokok bertujuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil persilangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Penelitian

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipelihara dengan tujuan menghasilkan susu. Ciri-ciri sapi FH yang baik antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan ternak yang termasuk kelas : Mammalia ordo : Artiodactyla, sub-ordo ruminansia, dan familia : Bovidiae.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Ubi Kayu menjadi Tepung Tapioka Industri Rakyat Sumber : Halid (1991)

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah Friesian Holstein (FH) merupakan salah satu jenis sapi perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein dan Produksi Susu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sapi Bali termasuk familia Bovidae, Genus Bos dan Sub-Genus Bovine,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH BINDER MOLASES DALAM COMPLETE CALF STARTER BENTUK PELLET TERHADAP KONSENTRASI VOLATILE FATTY ACID DARAH DAN GLUKOSA DARAH PEDET PRASAPIH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien Pakan Hasil pengamatan konsumsi pakan dan nutrien dalam bahan kering disajikan pada Tabel 7.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Pejantan Bahan Pakan

tepat untuk mengganti pakan alami dengan pakan buatan setelah larva berumur 15 hari. Penggunaan pakan alami yang terlalu lama dalam usaha pembenihan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. : Artiodactyla, famili : Bovidae, genus : Ovis, spesies : Ovis aries (Blackely dan

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

senyawa humat (39,4% asam humat dan 27,8% asam fulvat) sebesar 10% pada babi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan secara sign

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki keunggulan antara lain pemeliharaan yang mudah serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat (Sumardianto et al., 2013). Selain itu kemampuan reproduksi kambing Kacang juga cukup baik, pada umur 15 18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan (Mahmilia et al., 2009). Kambing Kacang juga merupakan salah satu bangsa kambing lokal yang berpotensi baik dalam menghasilkan karkas dan non karkas (Kusuma et al., 2013). Kegunaan dari kambing Kacang adalah sebagai ternak penghasil daging (Karstan, 2006), sehingga berpotensi membantu memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Kambing Kacang memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil dan laju pertumbuhan bobot badannya relatif rendah. Ciri-ciri kambing Kacang antara lain badan kecil dan relatif pendek; telinga pendek dan tegak; betina maupun jantan bertanduk; leher pendek dan punggung meninggi; warna bulu bervariasi (hitam, cokelat, atau belang putih hitam); tinggi badan jantan rata-rata 60-65 cm, sedangkan kambing betina dewasa sekitar 56 cm; bobot badan hidup jantan dewasa sekitar 25 kg dan bobot betina dewasa antara 15-20 kg (Mulyono, 2011). Kambing Kacang memiliki persentase karkas yang relatif lebih kecil

4 dibandingkan dengan bangsa kambing lokal lain yaitu kurang lebih sebesar 37,5% (Sumardianto et al., 2013). Pakan mempengaruhi pertambahan bobot badan harian (PBBH) pada kambing Kacang. Pertambahan bobot badan harian kambing Kacang dengan pemberian pakan hijauan hanya mampu mencapai kisaran 30 gram/hari (Batubara et al., 2003). 2.2. Pakan Pakan adalah semua bahan yang dapat dimakan atau dicerna oleh ternak yang mampu menyediakan semua nutrisi pakan yang diperlukan untuk hidup pokok dan produksi (Blakely dan Bade, 1998). Pakan ternak harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak bersaing dengan manusia, kebutuhan terjamin dan selalu ada, kualitas baik, dan harganya murah (Widayati dan Widalestari, 1996). Pakan yang dikonsumsi oleh ternak dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup pokoknya dan juga untuk produksinya. Kebutuhan pakan ternak ruminansia dipenuhi dengan hijauan sebagai pakan utama dan konsentrat sebagai pakan penguat (Murtidjo, 1993). Pakan komplit merupakan pakan yang disusun dari berbagai jenis bahan pakan yang telah disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksinya (Purbowati dan Tim Mitra Tani Farm, 2009). Kebutuhan minimal bahan kering per hari dengan bobot badan 20 kg adalah 2,7% dari bobot badan (Kearl, 1982). Kambing yang sedang tumbuh di Indonesia memiliki kebutuhan protein ransum 12 14% (Sianipar et al., 2005).

5 2.2.1. Protein pakan Protein pakan yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia yaitu dalam bentuk protein kasar (PK). Protein kasar adalah kandungan nitrogen dalam pakan yang tidak hanya berasal dari protein murni tetapi juga nitrogen yang bukan berasal dari protein (non protein nitrogen, NPN). Protein pakan berfungsi untuk memperbaiki sel dan jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme, sumber energi, pembentukan anti bodi, enzim-enzim dan hormon serta untuk produksi. (Parakkasi, 1999). Ternak ruminansia mendapatkan protein dari 3 sumber, yaitu protein mikrobia rumen, protein pakan yang lolos dari perombakan mikrobia rumen dan sebagian kecil dari endogenus (Tillman et al., 1991). Protein pakan pada ruminansia dapat mengalami 3 kemungkinan, yaitu (1) protein akan digunakan atau dicerna mikroorganisme yang ada di dalam rumen; (2) protein akan mengalami degradasi menjadi NH 3 dan selanjutnya dimanfaatkan untuk sintesis protein mikroba atau diserap melalui dinding rumen, serta dibawa ke hati melalui pembuluh darah dan diubah menjadi urea; dan (3) protein akan melewati rumen kemudian diserap dalam usus halus tanpa mengalami degradasi (protein by pass) (Arora, 1995). Pengaruh degradabilitas protein pakan terhadap pemanfaatannya yaitu apabila tingkat degradabilitas protein pakan tinggi maka ketika di dalam rumen protein tersebut digunakan mikroba rumen untuk berkembang, sedangkan apabila degradabilitas protein rendah (protein by pass) maka protein kasar yang lolos dari mikroba rumen dapat dimanfaatkan secara efisien dan diserap dalam usus halus (Sariubang et al., 2000).

6 Sumber protein pakan mempunyai tingkat degradasi di dalam rumen yang berbeda-beda, sebagai contohnya yaitu tepung ikan dan bungkil kedelai. Tepung ikan sebagai contoh bahan pakan yang rendah degradasi dalam rumen (rumen undegradable protein, RUP) sedangkan bungkil kedelai sebagai contoh bahan pakan yang tinggi degradasi dalam rumen (rumen degradable protein, RDP) (Parakkasi, 1999). Protein dengan tingkat degradasi tinggi akan banyak menghasilkan amonia di dalam rumen sebagai produk deaminasi dari asam amino oleh mikroba rumen. Perombakan protein menjadi amonia ternyata lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan amonia untuk sintesis protein mikroba. Sebagai akibatnya kelebihan amonia akan diserap dan dikonversi di dalam hati menjadi urea dan selanjutnya akan dibuang lewat urin (Puastuti et al., 2012). 2.2.2. Tepung ikan Tepung ikan merupakan bahan pakan yang sangat baik sebagai sumber protein, lemak, maupun mineral. Tepung ikan mengandung protein cukup tinggi yang tahan terhadap degradasi dalam rumen, dan mengandung lemak sekitar 10% yang sebagian besar berupa asam lemak tak jenuh yang sangat penting untuk sistem hormon reproduksi (Addulah et al., 2007). Protein tepung ikan memiliki degradabilitas dalam rumen (rumen degradable protein, RDP) sebesar 23% dan protein yang tahan degradasi dalam rumen (rumen undegradable protein, RUP) sebesar 65% dari total protein kasar yang dikonsumsi serta kecernaan dalam usus halus sebesar 80% dari RUP (Stern et al., 2006).

7 Tabel 1. Kandungan Asam Amino Tepung Ikan Asam Amino Tepung Ikan* -----(%)----- Lisin 3,90 Histidin 0,99 Arginin 3,21 Aspartat 4,70 Treonin 2,91 Serin 3,61 Glutamat 7,00 Prolin 1,71 Glisin 8,31 Alanin 2,99 Sistin 0,43 Valin 1,50 Metionin 2,71 Isoleusin 1,97 Leusin 3,91 Tirosin 1,90 Fenilalanin 2,99 Total asam amino 54,84 *Dihitung dalam bahan kering (Sitompul, 2004). Kandungan nutrien yang terdapat dalam tepung ikan antara lain kadar 86% bahan kering, 72% protein kasar (PK), 3% serat kasar (SK), 2,32% kalsium, dan 1,89% phosphor (Hartadi et al., 2005). Kadar bahan kering (BK), bahan organik (BO), protein kasar (PK), dan lemak, solubilitas, degradabilitas, dan daya cerna protein, komposisi asam amino dan asam lemak, kualitas tepung ikan lokal terutama tepung ikan yang diproduksi secara mekanik tidak berbeda dengan kualitas tepung ikan impor. Perbandingan kandungan PK antara tepung ikan lokal dan tepung ikan impor masing-masing adalah 59,10 dan 64,40% BK, lemak 10,00 dan 7,80% BK, daya larut protein dalam air 22,90 dan 22,40% proporsi protein potensial terdegradasi dalam rumen (in vitro) 35,20 dan 36,10% (Marjuki, 2007).

8 2.2.3. Bungkil kedelai Bungkil kedelai adalah hasil samping dari pembuatan minyak kedelai dan salah satu bahan pakan konsentrat protein nabati yang sangat baik. Bungkil kedelai mengandung 48% protein kasar, 86% bahan kering, 3,4% serat kasar, 2,01% kalsium, dan 1,2% phosfor (Hartadi et al., 2005). Bungkil kedelai memiliki kelebihan yaitu kecernaannya tinggi, bau sedap dan dapat meningkatkan palatabilitas ransum (Kamal, 1994). Tabel 2. Kandungan Asam Amino Bungkil Kedelai Asam Amino Bungkil Kedelai* -----(%)----- Lisin 2,31 Histidin 0,87 Arginin 3,07 Aspartat 3,06 Treonin 2,02 Serin 1,20 Glutamat 3,81 Prolin 2,40 Glisin 2,65 Alanin 2,95 Sistin 0,50 Valin 3,47 Metionin 2,35 Isoleusin 2,61 Leusin 3,03 Tirosin 2,60 Fenilalanin 2,92 Total asam amino 41,82 *Dihitung dalam bahan kering. Sumber : Sitompul (2004). Tingkat degradabilitas protein dalam rumen (RDP) bungkil kedelai di dalam rumen mencapai 75% (Uhi, 2006). Kandungan protein bungkil kedelai

9 yang tahan degradasi dalam rumen (RUP) berkisar antara 25% dan kecernaan di dalam usus halus mencapai 90% dari RUP (Stern et al., 2006). 2.3. Fisiologi Darah Darah adalah cairan yang bersirkulasi di dalam tubuh dan berperan penting untuk mempertahankan kondisi metabolisme di dalam tubuh supaya tetap konstan. Darah merupakan cairan yang memiliki fungsi membawa zat-zat pakan ke seluruh bagian tubuh dan membawa sisa metabolisme menuju ginjal dan kelenjar keringat (Tillman et al., 1991). Darah terdiri dari elemen-elemen padat (sel darah merah, sel darah putih dan trombosit) yang terdapat dalam plasma darah (Murray et al., 2003). Fungsi darah antara lain (1) transport oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru; (2) transport zat makanan yang diabsorpsi; (3) transport sisa-sisa dari proses metabolisme untuk dibuang; (4) mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh; (5) pengaturan keseimbangan air melalui pengaruh darah terhadap pertukaran air antara cairan yang beredar dan cairan jaringan; (6) pengaturan suhu tubuh (termoregulasi); (7) pertahanan terhadap infeksi dalam sel darah putih dan antibodi yang beredar; (8) transport hormon untuk pengaturan metabolisme (Murray et al., 2003). 2.3.1. Hematokrit darah Hematokrit atau packed cell volume (PCV) merupakan persentase sel darah merah dengan plasma darah yang dinyatakan dalam volume sel (Tillman et

10 al., 1991). Hematokrit darah berhubungan dengan konsentrasi hemoglobin. Bahan padat dari butir darah merah hampir seluruhnya terdiri dari hemoglobin, sedangkan plasma mengandung 10% zat padat (Anggorodi, 1994). Dalam proses metabolisme, hemoglobin berperan penting yaitu untuk mengangkut O 2 dan CO 2 dalam darah, semakin tinggi aktivitas metabolisme maka semakin besar jumlah O 2 yang diperlukan sehingga jumlah hemoglobin yang dibutuhkan juga semakin banyak (Murray et al., 2003). Kadar hematokrit dalam darah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Konsentrasi hematokrit tergantung dari jenis ternak, umur, jenis kelamin, status nutrisi pakan, dan aktivitas ternak. Kandungan nutrisi dalam pakan terutama protein, mineral dan vitamin sangat dibutuhkan untuk menjaga normalitas dan nilai hematokrit (Weiss dan Wardrop, 2010). Meningkatnya kadar hematokrit juga dapat terjadi karena dehidrasi sehingga perbandingan sel darah merah dengan plasma darah berada diatas normal sedangkan penurunannya disebabkan oleh berkurangnya pembentukan darah karena nilai gizi pakan yang jelek, yaitu ternak kekurangan protein pada pakannya. Keadaan dehidrasi tubuh juga dapat menyebabkan peningkatan kadar hematokrit, sedangkan pakan yang nutrisinya kurang menyebabkan pembentukan darah kurang dan kadar hematokrit menurun (Frandson, 1993). Protein pakan akan meningkatkan bahan pembentuk eritrosit, jumlah eritrosit yang tinggi akan meningkatkan nilai hematokrit, karena hematokrit terdiri atas butir-butir darah terutama eritrosit (Frandson, 1993). Menurut Kalion et al. (2004) bahwa eritrosit memiliki umur rata-rata 120 hari, pada akhir masa ini sel

11 darah merah akan dibuang dari sirkulasi oleh limpa. Proses pembentukan eritrosit membutuhkan waktu kira-kira 3-4 hari (Weiss dan Wardrop, 2010). Nilai normal hematokrit kambing berdasarkan Orheruata and Akhuomobhogbe (2006) berada pada kisaran 18 38%. 2.3.2. Glukosa darah Glukosa adalah komponen gula terpenting dibandingkan dengan gula yang lain, karena glukosa digunakan untuk mengontrol metabolisme energi, termasuk didalamnya adalah pembentukan glikogen (Parakkasi, 1999). Glukosa darah berasal dari pencernaan karbohidrat pakan, senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari senyawa non karbohidrat, misalnya protein dan lemak) dan glikogen hati yang mengalami glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) (McDonald et al., 2010). Faktor yang mempengaruhi glukosa darah yaitu pencernaan karbohidrat dan metabolisme energi dalam tubuh. Glukosa darah pada ternak ruminansia tidak hanya berasal dari sakarida pakan tetapi dari volatile fatty acid (VFA) yang berasal dari pencernaan serat kasar. Karbohidrat akan difermentasi oleh mikroba rumen mnjadi VFA, utamanya asetat, propionat dan butirat yang digunakan sebagai sumber energi utama ternak ruminansia. Asam propionat dapat mensuplai glukosa sebanyak 30%, asam laktat 20% sedangkan protein sebesar 8-18% (Arora, 1995). Asam amino dapat menyumbangan glukosa sebanyak 11-30% dari total glukosa dimana substrat yang paling penting adalah alanin, glutamat dan aspartat (Parakkasi, 1999).

12 Hormon juga dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Pengaturan konsentrasi glukosa darah dipengaruhi oleh hormon insulin dan glukagon yang disekresikan dalam pankreas dan selanjutnya ke dalam darah. Apabila kadar glukosa darah naik, hormon insulin akan meningkat sehingga akan mempercepat masuknya glukosa dalam hati dan diubah menjadi glikogen yang kemudian disimpan dalam otot (Murray et al., 2003). Glukosa darah dapat dibentuk melalui proses glukoneogenesis yaitu proses pembentukan glukosa yang bukan berasal dari karbohidrat tetapi dapat berasal dari protein atau lemak (Setiadi et al., 2003). Hasil pencernaan karbohidrat pada ruminansia adalah glukosa, VFA (asam-asam asetat, propionat, butirat), CO 2, dan gas metan. Asam propionat menjadi prekursor dalam pembentukan glukosa di dalam hati. Propionat diabsorbsi masuk ke dalam peredaran darah menuju hati dan dengan bantuan fungsi hati, asam propionat diubah menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis sehingga kadar glukosa darah meningkat. Ketika kadar glukosa darah sudah mampu memenuhi kebutuhan tubuh, glukosa yang tersisa akan diubah menjadi lemak dan glikogen (Parakkasi, 1999). Glukosa darah normal berkisar antara 44 81,2 mg/dl (Maluyu et al., 2012). Hasil pencernaan karbohidrat pada ruminansia adalah glukosa, asam-asam asetat, propionat, butirat, CO2 dan gas metan. Asam lemak volatile (VFA) yang berasal dari hasil pencernaan pakan dalam rumen diabsorbsi masuk ke peredaran darah kemudian menuju ke hati selanjutnya asam-asam tersebut diubah menjadi energi, lemak dan glikogen. VFA merupakan sumber energi terbesar bagi ternak ruminansia (McDonald et al., 2010).

13 Ilustrasi 1. Alur Metabolisme Karbohidrat dalam Saluran Pencernaan Ruminansia (McDonald et al., 2010). 2.3.3. Urea darah Urea darah adalah hasil akhir dari proses metabolisme protein dalam tubuh ternak ruminansia yang tidak dimanfaatkan oleh tubuh sehingga di keluarkan lewat urin. Urea darah berasal dari sisa pencernaan protein oleh mikroba rumen. Sebagian protein diurai menjadi asam-asam amino untuk di deaminasi membentuk asam-asam organik, CO 2, dan amonia. Sebagian amonia terbentuk dari protein yang mengalami proses deaminasi di dalam rumen terabsorbsi lewat vena portal

14 dan diubah menjadi urea dalam hati yang kemudian masuk sistem pembuluh darah (Tillman et al., 1991). Dijelaskan lebih lanjut bahwa sebagian besar urea difiltrasi melalui ginjal kemudian dikeluarkan bersama-sama dengan urin, namun sebagian akan digunakan kembali oleh tubuh, urea tersebut dialirkan ke dalam sirkulasi darah dan kelenjar saliva (Parakkasi, 1999). Kadar urea darah pada ternak ruminansia dapat dijadikan sebagai indikator pemanfaatan protein pakan dan amonia oleh mikrobia di dalam rumen. Semakin tinggi protein ransum akan menyebabkan peningkatan kadar amonia rumen dan amonia darah yang akan menyebabkan bertambahnya produksi urea darah. Aktivitas proteolitik pada protein dan non protein nitrogen pada rumen juga dapat mempengaruhi kadar urea darah. Kadar urea darah yang tinggi menunjukkan pemanfaatan amonia di dalam rumen untuk diubah menjadi protein mikroba kurang efisien (Arora, 1995). Amonia dimanfaatkan oleh mikroba di dalam rumen untuk membentuk asam amino yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan bakteri rumen maksimal dicapai pada konsentrasi amonia sebesar 5 mg/dl cairan rumen. Meningkatnya kadar urea darah dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas mikroba rumen karena mengakibatkan peningkatan NH 3 dalam rumen (Parakkasi, 1999). Apabila kadar urea dalam darah tinggi, berarti mengidentifikasikan bahwa mikrobia yang ada dalam rumen kurang maksimal dalam mempergunakan amonia untuk perkembangannya, sedangkan apabila kadar urea darah rendah berarti pemanfaatan amonia dalam rumen tinggi (Arora, 1995).

15 Ilustrasi 2. Alur Metabolisme Protein dalam Saluran Pencernaan Ruminansia (McDonald et al., 2010). Kisaran kadar urea darah ternak ruminansia adalah antara 26,6 56,7 mg/dl (Hungate, 1966). Elitok (2012) menyatakan urea darah kambing Saanen adalah 32,82±2,11 mg/dl. Yupardhi et al. (2013) melaporkan bahwa urea darah kambing Peranakan Ettawa adalah 44,5-50,9 mg/dl. Hasil penelitian Ginting et al. (2014) menunjukkan bahwa kambing yang diberi silase I. arrecta dalam pakan komplit memiliki kandungan urea darah sebesar 27,8 32,1 mg/dl.

Ilustrasi 3. Siklus Urea dalam Tubuh Ternak Ruminansia (Noro dan Wittwer, 2012). 16