BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pembangunan kota yang sifatnya kompleks dan multidimensional. Kemiskinan bukan hanya dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Kemiskinan sudah sejak lama menjadi masalah di Indonesia dan sampai sekarang belum menunjukkan tanda-tanda menghilang. Angka statistik terus saja memberikan informasi masih banyaknya jumlah penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia yang dikategorikan supermiskin oleh World Bank pada tahun 2007 mencapai 39 juta orang atau 17,75 persen dari total populasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, bahwa pada tahun 2007 jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 37,17 juta dari seluruh penduduk Indonesia. Dan pada tahun 2008 jumlah orang miskin mencapai 34,96 juta atau 15 persen dari total penduduk Indonesia. Dan pada tahun 2009 jumlah orang miskin mencapai 32,53 juta jiwa atau 14,15 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
(http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul09.pdf, diakses tanggal 19 Mei 2011). Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara yang berada di bawah garis kemiskinan, pada bulan Maret 2010 sebesar 1.490.900 orang atau sebersar 11,31 persen. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 1.499.700 orang atau 11,51 persen, berarti jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara berkurang sebanyak 8.800 orang atau persentasenya berkurang sebesar 0,20 poin. Meski menunjukan angka penurunan, bukan berarti upaya mengentaskan kemiskinan yang dilakukan pemerintah sudah berhasil secara maksimal karena angka kemiskinan sering bergerak secara fluktuatif dari tahun ke tahun. (http://sumut.bps.go.id/?qw=brs&no=199, diakses tanggal 19 Mei 2011). Masalah kemiskinan hanya dapat dituntaskan apabila pemerintah melakukan kebijakan serius yang memihak kapada masyarakat miskin. Namun kebijakan yang dibuat justru sering kali kurang memihak kepada masyarakat miskin, sehingga semakin memperburuk kondisi masyarakat miskin bahkan menyebabkan seseorang yang tidak miskin menjadi miskin. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan
kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistematik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Selama ini telah banyak program-program pembangunan dari pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi masalah kemiskinan. Seperti Inpres Desa Tertinggal, pemberian BLT, raskin, kompensasi BBM, Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), dan berbagai program lainnya. Namun, dari program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah tersebut masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya dan belum dapat mampu mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia. Menurut Prihartini, pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan dalam program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program-program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Hal tersebut berupa beras untuk rakyat miskin dan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan bahkan dapat memperburuk masyarakat miskin dan dalam penyalurannya pun dapat menimbulkan korupsi. Faktor kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program penanggulangan kemiskinan adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri, sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan. Karena
sebenarnya penyebab kemiskinan itu berbeda-beda pada masing-masing daerah. (www. Resitory.gunadarma.ac.id, diakses taggal 23 Januari 2011). Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan mengangkat harkat martabat keluarga miskin adalah pemberdayaan masyarakat. Konsep ini menjadi sangat penting karena memberikan perspektif positif terhadap masyarakat miskin. Orang miskin tidak dipandang sebagai orang yang serba kekurangan (misalnya kurang makan, kurang pendapatan,kurang sehat dan kurang dinamis) dan obyek pasif penerima pelayanan belaka. Melainkan sebagai orang yang memiliki beragam kemampuan yang dapat dimobilisasi untuk perbaikan hidupnya. Pada tahun 2000, Indonesia termasuk salah satu dari 189 negara di dunia yang menandatangani Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang upaya, sasaran dan target-target pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan yang terkenal dengan nama Millennium Development Goals (MDGs). Deklarasi itu pada intinya merupakan komitmen bersama untuk menurunkan tingkat kemiskinan global dan kelaparan. Dengan demikian, pemerintah Indonesia telah membuat komitmen nasional untuk memberantas kemiskinan dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dimana pemerintah dan semua perangkatnya dalam semua level, baik pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota bersama-sama dengan berbagai unsur masyarakat memikul tanggungjawab utama untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan sekaligus memberantas kemiskinan yang terjadi di Indonesia paling lambat tahun 2015.
Oleh sebab itu, upaya pemerintah mengurangi kemiskinan terus menerus dilakukan, dan kini yang sedang dikembangkan adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat untuk masyarakat miskin perkotaan dan juga pedesaan yang telah dilaksanakan hampir pada seluruh wilayah Indonesia yaitu Program Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri). Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Pedesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri Wilayah Khusus dan Desa Tertinggal. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang digunakan dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang selama ini berhasil di laksanakan. Keberhasilan PPK tersebut adalah penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi,dan efektivitaskegiatan dan keberhasilannya menumbuhkan kolektivitas dan partisipasi masyarakat. Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam pelaksanaannya, program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah perdesaan. Program ini menyediakan fasilitas pemberdayaan masyarakat/ kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung.
Pelaksanaan PNPM Mandiri diarahkan untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja dengan melibatkan unsur masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan hanya sebagi obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan. (http://arsip.pnpmmandiri.org/images/stories/pedum_final.pdf, diakses tanggal 25 Januari 2011). Menurut program ini, akar permasalahan kemiskinan terletak pada manusia itu sendiri sehingga upaya penanggulangannya pun harus menitikberatkan pada pemberdayaan manusia itu sendiri, yaitu mendorong manusia agar dapat menemukan kembali jati dirinya sebagai pengelola alam semesta. Dengan melibatkan dan memikirkan tentang masalah kemiskinan, diharapkan masyarakat sendiri secara tepat akan membantu mengatasi masalah tersebut. Dengan adanya program-program PNPM Mandiri Pedesaan dilakukan merupakan proses pembelajaran kepada seluruh masyarakat untuk memahami potensi, masalah dan karakteristik masalah kemiskinan yang ada di masyarakat. Pada tahun 2007, pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan menjangkau 26.724 desa dari 1.837 kecamatan di 32 provinsi. Pada tahun 2008, PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan di 34.031 desa dari 2.230 kecamatan di 32 provinsi di tanah air. Pada tahun 2009, dilaksanakan di 50.201 desa dari 3.908 kecamatan di tanah air dan pada tahun 2010 meliputi 4.805 kecamatan di 32 provinsi atau mencapai 75,9% dari total lokasi PNPM Mandiri.
(http://id.wikipedia.org/wiki/pnpm_mandiri_pedesaan, diakses tanggal 16 Januari 2011). Salah satu program dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat adalah Irigasi Pertanian. Irigasi pertanian merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan produksi pangan. Dimana jika penyediaan air dilakukan dengan tepat dan benar maka dapat menunjang peningkatan produksi padi sehingga kebutuhan pangan nasional dapat terpenuhi. Hal ini lah yang menyebabkan pemerintah menjadikan program irigasi pertanian sebagai salah satu program dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri terlebih lagi melihat bahwa Indonesia merupakan wilayah agraris. Desa Aritonang merupakan salah satu desa di Kecamatan Muara yang menjadi sasaran PNPM Mandiri Pedesaaan. PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Aritonang sudah berjalan sejak tahun 2009. Sesuai dengan kesepakatan hasil musyawarah antar warga maka dana yang diberikan oleh PNPM dialokasikan untuk pembangunan irigasi pertanian sepanjang 738 meter dengan dana Rp. 272.428.000,-. Masyarakat Desa Aritonang bersama-sama membangun suatu saluran irigasi pertanian untuk dapat menyalurkan air ke sawah-sawah. Dimana di desa ini, air menjadi masalah bagi para petani terlebih lagi jika musim kemarau tiba dan akibat sulitnya mendapatkan air terkadang hasil panen para petani tidak sesuai dengan luas lahan yang dikelola dan banyak sawah-sawah yang akhirnya tidak dikelola lagi atau menjadi lahan tidur dan ada juga yang dijadikan sebagai ladang untuk menanam kopi. Tujuan dari pembangunan irigasi pertanian ini adalah untuk
membantu para petani dalam mengairi sawah mereka sehingga tidak terjadi lagi gagal panen, kemudian para petani dapat mengelola kembali lahan tidur sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pelaksanaan PNPM Mandiri dinilai efektif apabila sasaran dan juga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dan memberikan manfaat dan hasil yang baik bagi masyarakat khususnya dan dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program ini. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas PNPM Mandiri Pedesaaan dilihat dari segi pencapaian tujuan, ketepatan waktu, manfaat serta hasil yang diperoleh. Oleh karena itu penulis mengangkatnya dalam sebuah penelitian yang berjudul Efektivitas Pelaksanaan Progran Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara I.2 Fokus Penelitian PNPM Mandiri Pedesaan merupakan salah satu program pemerintah dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan. Dimana tujuan utama dari PNPM Mandiri Pedesaan ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin sekaligus yang menjadi visi dari PNPM Mandiri Pedesaan itu sendiri. PNPM Mandiri ini berbeda dengan program pemerintah yang sebelumnya telah dilakukan. Dimana program yang sebelumnya dilakukan yaitu dalam bentuk penyaluran bantuan sosial langsung kepada
masyarakat miskin dan sifatnya bukan pemberdayaan akan tetapi bisa menyebabkan ketergantungan masyarakat kepada pemerintah,sedangkan PNPM Mandiri Pedesaan lebih bersifat kepada pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri. Dalam PNPM Mandiri Pedesaan ini banyak jenis program yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangulangi kemiskinan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti Simpan Pinjam Perempuan (SPP), pembangunan sarana dan prasarana seperti penyediaan saluran air bersih, irigasi pertanian dan yang lainnya. Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan dari PNPM Mandiri pedesaan khususnya irigasi pertanian sebagai salah satu program pemerintah dalam PNPM Madiri Pedesaan di desa Aritonang. Oleh sebab itu peneliti dalam hal ini akan melakukan penelitian dengan mengobservasi dan mewawancarai informan yaitu pihak yang berkaitan dalam hal ini seperti Penanggung Jawab Operasional Kegiatan, Kepala Desa, Tim Pelaksana Kegiatan dan beberapa masyarakat sebagai pihak yang menikmati hasil dari PNPM mandiri tersebut. Pihak-pihak yang terkait dengan PNPM Mandiri Pedesaan ini akan akan dimintai tanggapan atau pendapat apakah PNPM mandiri Pedesaan yang telah dilakukan di desa Aritonang sudah efektif atau tidak dilihat dari pencapaian tujuan, ketepatan waktu, manfaat dari program yang dilaksanakan dan dari hasil dari program tersebut. Beberapa masyarakat juga akan dimintai tanggapan atau pendapat tentang program PNPM mandiri Pedesaan yang dilaksanakan di desa
maereka yaitu apakah dengan adanya irigasi pertanian tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan mereka dan apakah program irigasi tersebut sudah tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan mereka sebagai petani. Selain itu peneliti ingin mencari tahu informasi melalui observasi apakah program PNPM Irigasi pertanian ini memang benar-benar mampu meningkatkan kesejahteraan masyrakat seperti apa yang menjadi tujuan dari PNPM Mandiri Pedesaan. Temuan lain yang berkaitan dengan masalah ini kemungkinan besar akan muncul saat melakukan wawancara di lapangan yaitu dari jawaban-jawaban yang diperoleh oleh informan. Sehingga dengan melakukan observasi dan wawancara yang mendalam dengan para informan akan semakin menyempurnakan penelitian ini. I.3 Perumusan Masalah Perumusan masalah sangat penting dalam suatu penelitian agar diketahui arah jalannya penelitian tersebut. Arikunto (1993:17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan maslahnya sehingga jelas dari mana memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan maslah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara?
I.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman tentang: 1. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan di desa Aritonang 2. Efektivitas pelaksanaan Irigasi Pertanian PNPM Mandiri Pedesaan yang berlangsung di Desa Aritonang, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara. I.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingi dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Secara subyektif, sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam menyusun berbagai kajian literatur untuk menjadikan suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. 2. Secara praktis, memberikan informasi bagi pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat. 3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan departemen Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lainnnya yang tertarik dalam bidang ini. I.6 Defenisi Konsep Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial.
Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah: 1. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang dilakukan dilihat dari segi pencapian tujuan, ketepatan waktu, manfaat serta hasil yang diperoleh. 2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya masyarakat pedesaaan secara efektif dan efisien dan merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain bahwa pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. 3. PNPM Mandiri Pedesaan adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Dalam PNPM Mandiri Pedesaan ini, unsur masyarakat dilibatkan dalam setiap tahap mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. 4. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan yang dikerjakan. 4. Irigasi pertanian adalah mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. 1.7 Sistematika Penulisan
Setelah data diperoleh, untuk dapat menjelaskan lebih rinci maka penulisan inidibuat ke dalam beberapa bab dalam subbab dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I PENDAHULUAN Bab ini terdiri atas Latar Belakang, Fokus Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II STUDI KEPUSTAKAAN Bab ini berisi teori-teori dan referensi lain yang dipakai selama penelitian. Teori-teori di sini tidak berfungsi untuk membangun kerangka berpikir, tetapi lebih berfungsi sebagai bekal peneliti untuk memahami situasi sosial yang diteliti. Bab III METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari subbab Alasan Menggunakan Metode Penelitian Kualitatif, Lokasi Penelitian, Teknik Pengambilan Subjek Penelitian, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data,Pengujian Keabsahan Data, Etika Penelitian, kesulitan dalam Penelitian dan Jadwal Waktu Penelitian. Bab IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian berupa visi dan misi, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi. Bab V TEMUAN PENELITIAN Bab ini berisi tentang hasil pengumpulan data dilapangan. Dalam bab ini akan dipaparkan atau dicantumkan semua data yang diperoleh dari lapangan atau dari lokasi penelitian selama proses penelitian. Bab VI ANALISI TEMUAN Bab ini berisi penjelasan dan penguatan terhadap temuan dengan cara mengutip pendapat- pendapat dari informan yang dianggap kredibel, selanjutya membandingkan dengan hasil penelitian yang ada. Bab VII PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran, bagian kesimpulan berisi jawaban atas rumusan masalah yang dikemukakan. Pemecahan masalah dinyatakan dalam bentuk saran.