BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara


BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, dari data yang disimpulkan bahwa masalah kesehatan akan dipengaruhi pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olahraga dan stress. Perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif, salah satunya hipertensi (Gunawan, 2005). Seiring berubahnya gaya hidup diperkotaan mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi terus meningkat, gaya hidup yang gemar makan makanan fast food yang kaya lemak, malas berolahraga, stress, alkohol atau garam yang lebih dalam makanan bisa memicu terjadinya hipertensi. Stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal (M. Shadine, 2010). Hipertensi dikenal sebagai silent killer, terbukti sering muncul tanpa gejala, berarti gejala bukan merupakan tanda untuk diagnostik dini. Hipertensi ringan justru sebagian besar jumlahnya dibandingkan stadium berat, dan harus diwaspadai karena ternyata sebagian besar menyebabkan kematian dibandingkan kanker. Meski terapi ringan akan banyak mengurangi risiko komplikasi kardiovaskuler, termasuk kematian dini (Armilawaty, 2007).

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer atau esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, gangguan ginjal. Menurut JNC VII Report 2003, diagnosis hipertensi ditegakkan apabila didapatkan tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmhg dan atau tekanan darah diastolik (TDD) 90 mmhg pada dua kali pengukuran dalam waktu yang berbeda (Indrayani, 2009). Menurut data WHO (2000), hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian. Proporsi kematian akibat penyakit tidak menular meningkat dari 25,41% (tahun 1980) menjadi 48,53% (tahun 2001). Hipertensi sebagai salah satu pencetus terjadinya penyakit jantung dan stroke, ikut andil dalam peningkatan proporsi kematian penyakit tidak menular tertentu seperti proporsi kematian karena penyakit kardiovaskular meningkat dari 9,1% (tahun 1986) menjadi 26,3% (tahun 2001), jantung iskemik dari 2,5% (tahun 1980) menjadi 14,9% (tahun 2001), dan stroke dari 5,5% (tahun 1986) menjadi 11,5% (tahun 2001). Hipertensi merupakan masalah yang sering ditemukan dan termasuk masalah kesehatan masyarakat yang perlu segera ditangani sebelum komplikasi dan akibat buruk lainnya. Di negara berkembang, sekitar 80% penduduk mengidap hipertensi. Hipertensi dapat terjadi oleh karena beberapa faktor risiko, faktor risiko tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu faktor keturunan, ciri perorangan dan life style (gaya hidup). Faktor keturunan di dapat dari keturunan orang tuanya

yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi atau dengan kata lain seseorang akan mengalami kemungkinan lebih besar untuk menderita penyakit hipertensi apabila orang tuanya penderita hipertensi. Ciri perorangan yang memengaruhi timbulnya penyakit hipertensi yaitu umur, jenis kelamin, dan ras (Depkes RI, 2003). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2000 hipertensi telah di derita 26,4% populasi dunia dengan perbandingan 26,6% pada pria dan 26,1% pada wanita. Berdasarkan laporan The Thirt National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) tahun 1999-2000 insidensi hipertensi orang dewasa mencapai 29-31% atau 58-65 juta orang di Amerika. Sementara menurut WHO (2006) prevalensi hipertensi di negara berkembang seperti Vietnam (2004) sebesar 43,5%, Singapura (2004) sebesar 24,9% dan prevalensi di Indonesia terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%. Menurut Suyono (2001), Satu dari 11 orang di dunia mengidap darah tinggi dan umumnya setengah pasien hipertensi tidak sadar akan kondisi, 20% populasi dewasa mengalami hipertensi dan lebih dari 90% diantaranya menderita hipertensi esensial (primer) yang tidak diketahui penyebabnya. Meski ancamannya menakutkan, masih banyak anggota masyarakat yang mengabaikan hipertensi. Pengabaian ini dikarenakan sifat dari hipertensi itu sendiri. Ketika belum merusak organ tubuh penyakit hipertensi tidak menunjukkan gejala spesifik. Akibatnya pada tahap ini, orang masih merasa nyaman dengan kondisi tubuhnya dan tidak merasa perlu untuk memeriksa dirinya. Penanganan menjadi lebih

sulit dan mahal karena penderita darah tinggi baru mengeluh dan memeriksa dirinya ketika sudah komplikasi dengan sakit ginjal, jantung, pembuluh darah diotak, buta dan menyebabkan kematian. Kematian akibat hipertensi paling besar pada usia 50-60 tahun (Bustan, 2007). Menurut laporan Kemenkes (2010), bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi kematiannya mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Melalui gaya hidup yang tidak baik dapat menimbulkan berbagai penyakit. Perubahan gaya hidup seperti komsumsi makanan cepat saji, pola makan yang tidak baik, kebiasaan merokok dan kurangnya aktifitas fisik. Aktifitas fisik yang serba praktis merupakan salah satu pemicu untuk timbulnya penyakit berbahaya seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung dan stroke. Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih besar terkena hipertensi (Arief, 2007). Menurut WHO (2010), gaya hidup kurang sehat dapat merupakan 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahunnya disebabkan oleh kurangnya bergerak atau kurangnya aktifitas fisik, hal ini karena kalori yang masuk tidak sebanding dengan kalori yang keluar sehingga makin lama makin banyak kalori yang menumpuk sehingga menjadi beban bagi tubuh dan tubuh menjadi terganggu yang kemudian menyebabkan kemunduran fisik yang pada

akhirnya dapat menimbulkan berbagai penyakit, misalnya diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan stroke (Dennysantoso, 2011). Pengobatan hipertensi ikut berperan dalam kematian ribuan orang lain karena penyakit komplikasinya yang lebih berbahaya, seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal terminal. Negara maju seperti Amerika, penderita hipertensi yang diobati sebanyak 59% dan yang terkontrol sebanyak 34%. Di berbagai negara Eropa, penderita yang diobati hanya sebesar 27% dan dari jumlah tersebut, 70% tidak terkontrol (Wikipedia, 2010). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI bahkan menunjukkan prevalensi hipertensi nasional sebesar 31,7%. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke, sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Prevalensi hipertensi di Indonesia terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Baliem Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Riskesdas, 2007). Penyebab terjadinya hipertensi belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi yang berkaitan dengan peningkatan tekanan darah adalah merokok, kelebihan berat badan, konsumsi garam dan lemak, alkohol, tingkat stres, rendahnya aktivitas fisik. Faktor predisposisi yang sulit terkontrol adalah keturunan, ras, usia, dan jenis kelamin. Predisposisi genetik, misalnya, kalau kedua orang tua hipertensi, kemungkinan hipertensi terjadi adalah 45%. Insiden hipertensi meningkat sesuai dengan usia, pria mempunyai

kemungkinan lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada wanita (Armilawaty dkk, 2007). Satu dari lima pria berusia antara 35-44 tahun memiliki tekanan darah yang tinggi. Angka prevalensi tersebut menjadi dua kali lipat pada usia antara 45-54 tahun. Separuh dari mereka yang berusia 55-64 tahun mengidap penyakit ini. Pada usia 65-74 tahun, prevalensi menjadi lebih tinggi lagi, sekitar 60% menderita hipertensi. Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi dibandingkan wanita. Tetapi diatas usia tersebut, justru wanita (setelah mengalami menopouse) yang berpeluang lebih besar. Para pakar menduga perubahan hormonal berperan besar dalam terjadinya hipertensi dikalangan wanita usia lanjut (Lumbantobing, 2008). Dari 10 penyakit terbanyak di RSUD DR. Soedarso Tahun 2005 hipertensi menduduki peringkat pertama dengan jumlah pasien 6.441 (0,058%) dari 110.995 kunjungan. Pada tahun 2005 Menurut data Medikal Record di RSUD Labuang Baji Makassar, 10 penyakit terbanyak yang rawat inap, hipertensi menduduki peringkat kesembilan dengan jumlah pasien 294 (1,75%) dari jumlah pasien selama setahun yaitu 12.691 orang. Dan pada tahun 2006 jumlah pasien hipertensi yang rawat jalan mengalami peningkatan dari 2797 orang ( pada tahun 2005) menjadi 5701 orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ekowaty Rahajeng dan Sulistyowati Tuminah Tahun 2009 dengan judul penelitian Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia dikatakan bahwa melakukan aktivitas secara teratur

(aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) diketahui sangat efektif dalam mengurangi risiko relatif hipertensi hingga mencapai 19% hingga 30%. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Aris Sugiarto (2007) di Kabupaten Karanganya dikatakan bahwa kebiasaan sering mengkonsumsi lemak jenuh merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan nilai p = 0,022; OR = 2,01 dan 95% CI = 1,10 3,66. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Yeni Laela (2008) di Puskesmas Gamping II Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman, Yogyakarta dimana hasil penelitiannya menunjukan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,003 dan disarankan kepada petugas kesehatan agar melakukan penanggulangan yang lebih serius terhadap penyaki-penyakit tidak menular (PTM). Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan, penderita Hipertensi (Penyakit Darah Tinggi) pada tahun 2010 mencapai 75.895 jiwa, bahkan pada tahun 2011 penyakit tersebut menempati urutan ketiga dalam daftar 10 penyakit paling menonjol di kota Medan (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2011). Hubungan antara gaya hidup dengan mekanisme timbulnya hipertensi khususnya belum diketahui secara pasti. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Obesitas atau kegemukan yang berkaitan dengan kebiasaan mengomsumsi lemak tinggi khususnya lemak jenuh juga merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Orang yang kurang

berolahraga mempunyai resiko 20-50% lebih besar untuk terkena hipertensi jika dibandingkan dengan orang yang lebih aktif dan bugar. Oleh karena penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh faktor yang telah disebutkan di atas, faktor mana yang lebih berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itulah maka pencegahan penyakit hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat menjadi sangat penting (Arief, 2007). Data di atas memberikan gambaran bahwa masalah hipertensi perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik, mengingat prevalensinya yang tinggi dan komplikasi yang cukup berat. Agar mendapatkan gambaran yang lebih tepat maka diperlukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana faktor gaya hidup dapat menimbulkan penyakit hipertensi dan faktor mana dari gaya hidup tersebut yang paling berpengaruh terhadap kejadian hipertensi Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Matiti didapatkan bahwa dari 10 Puskesmas yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan, Puskesmas Matiti merupakan Puskesmas yang paling banyak menerima pasien dengan hipertensi yaitu sebanyak 2631 penderita dan jumlah penderita hipertensi pada kelompok dewasa madya sebanyak 937 penderita (36%). Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat dan riwayat merokok) terhadap kejadian

Hipertensi pada kelompok Dewasa Madya di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Tahun 2011. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah tingginya prevalensi hipertensi pada kelompok dewasa madya di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan) dan gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat riwayat merokok) kelompok dewasa madya terhadap kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012. 1.4. Hipotesis Karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan) dan gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat dan riwayat merokok) kelompok dewasa madya memengaruhi kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Sebagai masukan dan informasi bagi Puskesmas Matiti dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit hipertensi dan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang gaya hidup yang baik sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya hipertensi pada kelompok dewasa madya. 1.5.2. Sebagai informasi bagi masyarakat khususnya kelompok dewasa madya agar membiasakan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah terjadinya penyakit hipertensi. 1.5.3. Bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, khusunya yang terkait dengan penyakit hipertensi.