BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GEOGRAFI PERMINTAAN PARIWISATA

Tujuan Instruksional. Dibuat oleh Maya Pengantar Pariwisata 2

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DESKRIPTIF SEGMENTASI PASAR. Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Programming TV. Segmentasi Demografis + Psikografis. Syaifuddin, S.Sos, M.Si. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERMINTAAN (DEMAND) WISATA ALAM DI KOTA SEMARANG BAGI USIA MUDA ARI LISTYOWATI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV PENUTUP. Dalam penelitan ini dilakukan wawancara mendalam terhadap 14 responden

PERTEMUAN 9 Divisi Ekonomi Lingkungan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan

PASAR, PASAR SASARAN DAN SEGMENTASI PASAR

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehari-hari membutuhkan refreshing dengan salah satu jalannya adalah dengan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA DI NAGARI KOTO HILALANG, KECAMATAN KUBUNG, KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan sebuah minat berkunjung yang terdiri dari pengenalan akan

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran menurut American Marketing Association (AMA) merupakan. mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

A. Perencanaan dan Pengelolaan Pariwisata Perencanaan berarti memperhitungkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi konsep dasar dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata indonesia,baik

STUDI SEGMENTASI PASAR DAN PENILAIAN ATRAKSI SEBAGAI MASUKAN BAGI PENINGKATAN ATRAKSI TAMAN WISATA BUDAYA JAWA TENGAH PURI MAEROKOCO TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yan cepat

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata di Indonesia. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembang zaman sekarang ini merupakan pengaruh dari perkembangan

1. Bab I Pendahuluan Latar belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Promosi adalah kegiatan menawar (Kasmir, 2004 : 176). Menurut Bashu

BAB II KAJIAN TEORITIS

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi daerah-daerah wisata tersebut. dan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI Halaman. BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi Penelitian xviii

Modul ke: Kewirausaan. Pemasaran. Fakultas TEKNIK. Martolis, Program Studi Teknik Mesin

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

STUDI KELAYAKAN API ABADI MRAPEN SEBAGAI OBYEK WISATA DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

SEGMENTASI WISATAWAN

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENURUNAN PERKEMBANGAN KAWASAN WISATA CANDIDASA KABUPATEN KARANGASEM BALI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Perincian kriteria dan aspek-aspek segmentasi pasar dapat dilihat pada tabel segmentasi pasar di atas.

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. (Muljadi, 2009: 2). Hal ini disebabkan subsektor pariwisata relatif masih muda

Diharapkan. Perubahan. Tidak diharapkan. Vertikal. Mobilitas Sosial. Horisontal. Mobilitas Geografik

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi kehidupan manusia. Kemajuan teknologi informasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

OPTIMALISASI PELAYANAN PARIWISATA PROPINSI DI YOGYAKARTA SAAT WEEKEND-WEEKDAYS BERDASARKAN SEGMENTASI WISATAWAN NUSANTARA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

LAMPIRAN 1. Kisi-kisi Innstrumen Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Keadaan Internal Kebun Raya Bogor

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka

PENGELOLAAN DAYA DUKUNG DAN PEMASARAN PARIWISATA BERKELANJUTAN. Oleh : M. Liga Suryadana

MENSEGMENTASI, MEMBIDIK DAN MELAKUKAN POSITIONING DI PASAR GUNA MENDAPATKAN KEUNGGULAN BERSAING. Meet-5 By.Hariyatno

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan

2016 KEMENARIKAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN PANTAI UJUNG GENTENG KECAMATAN CIRACAP KABUPATEN SUKABUMI

MOTIVASI PERJALANAN. Motivasi orang bepergian 9/19/2012. Faktor-faktor Pendorong & Penarik (Weaver & Lawton) Pengantar Ilmu Pariwisata

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan, baik itu belanja barang maupun jasa. Recreational Shopper

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

MANAGING EDUCATIONAL TOURISM. ICT MANAGAMENT IMPROVEMENT

Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telaah hasil sebelumnya yang dimaksud disini adalah laporan akhir dari hasil-hasil karya

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB V PENUTUP. Hasil pembahasan dari gambaran sebaran dan pengujian hipotesis mengenai

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Pemerintah Republik Indonesia 2009). Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan (Suwantoro 1997). Dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam satu sistem, yakni 1) permintaan atau kebutuhan; 2) penawaran atau pemenuhan kebutuhan berwisata; 3) pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya; 4) pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga elemen tadi (Damanik & Weber 2006). Sistem kepariwisataan ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Sistem kepariwisataan. Sumber: Steck et al. 1999 dalam Damanik & Weber 2006 (modifikasi) Suwantoro (1997) mengatakan, pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik,

5 agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman atau pun belajar. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. 2.2 Permintaan (Demand) Pasar Wisata 2.2.1 Pengertian dan Jenis Salah satu yang paling sedikit dipahami dan aspek paling terlupakan dari perencanaan rekreasi yaitu dari konsep permintaan (Gold 1980). Permintaan rekreasi menurut Avenzora (2003) adalah tentang: (1) siapa yang meminta; (2) apa dan berapa banyak yang diminta; (3) kapan diminta. Menurut Douglass (1970), permintaan rekreasi adalah banyaknya kesempatan-kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan bila tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai. Clawson dan Knetsch (1966), menyatakan bahwa permintaan rekreasi alam terbuka adalah jumlah kunjungan yang secara ekonomi dapat diartikan sebagai daftar volume (kunjungan, hari kunjungan dan lain-lain) dan hubungannya dengan harga (biaya rekreasi). Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah ketersediaan waktu dan uang (Kelly, 1998; Gunn, 2002 dalam Damanik & Weber 2006). Suatu perjalanan wisata didorong oleh ketersediaan sumberdaya, aksesibilitas yang semakin mudah pada produk dan obyek wisata. Di samping itu perjalanan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti distribusi dan peningkatan pendapatan, pendidikan masyarakat, pengurangan jam kerja, iklim dan lingkungan hidup (Freyer 1993; Mundt 1998 dalam Damanik & Weber 2006). Distribusi pendapatan yang lebih merata dan penghasilan yang meningkat akan mendorong semakin banyaknya permintaan perjalanan wisata (Damanik & Weber 2006). Permintaan atau demand pasar adalah potensi pasar untuk suatu destinasi atau obyek tertentu yang didapatkan melalui penilaian kecenderungan wisata dan

6 profil pengunjung, berdasarkan profil demografi, aktivitas, motivasi, dan perilaku pengunjung. Penilaian ini menganalisa keinginan melakukan perjalanan sekarang dan di masa yang akan datang. Menentukan permintaan potensial merupakan hal yang penting untuk suatu kawasan dan membangun strategi untuk dapat memenuhi permintaan ini (Eileen et al. 2005 dalam Muntasib & Rachmawati 2009). Menurut Wahab (1992), permintaan wisata dapat dibagi atas dua bagian yaitu: 1) Potential demand, yaitu sejumlah orang yang memenuhi syarat untuk melakukan perjalanan dan karena itu mereka dalam kondisi siap untuk bepergian. 2) Actual demand, yaitu sejumlah orang yang sedang melakukan perjalanan ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut Gold (1980), permintaan tersembunyi/potensial adalah permintaan rekreasi yang tidak bisa dipisahkan pada populasi, tetapi bukan dicerminkan pada penggunaan fasilitas yang sudah ada. Partisipasi dapat diharapkan kalau fasilitas cukup, akses, dan informasi tersedia. Gold juga menambahkan, permintaan potensial adalah landasan argumen bahwa supply itu menciptakan demand/permintaan. Argumen ini menyarankan orang-orang akan mempergunakan setiap kesempatan dengan harapan dengan penggunaan yang layak. Yang mempengaruhi permintaan adalah permintaan tersembunyi yang dapat dirangsang oleh pengaruh keadaan umum melalui mass media atau proses pendidikan. Permintaan pada industri pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau produk yang berbeda bukan saja dalam hal sifat, akan tetapi juga manfaat dan kebutuhannya bagi wisatawan. Fasilitas dan produk itu sifatnya sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Akan tetapi permintaan terhadap fasilitas atau produk itu sangat erat kaitannya dengan kebutuhan wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dilakukannya (composite demand). Dengan perkataan lain, permintaan dalam industri pariwisata itu tidak hanya terbatas pada waktu diperlukan pada saat perjalanan wisata dilakukan. Akan tetapi jauh sebelum melakukan perjalanan itu sudah mengemukakan seperti informasi tentang: daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, penginapan, transportasi yang akan

7 digunakan, tempat-tempat yang akan dikunjungi dan berapa banyak uang yang harus dibawa (Yoeti 2008). Menurut Yoeti (2008), dari sudut pandangan wisatawan, semua unsur permintaan, mulai dari free goods sampai dengan tourist service diperoleh dengan pengorbanan. Artinya, untuk mendapatkan semua itu wisatawan harus membayar dengan sejumlah uang. Semua unsur permintaan itu saling melengkapi dan mempunyai kaitan yang erat sekali satu dengan yang lain (complementary and interrelated). Menurut Schmidhauser (1962) dalam Yoeti (2008), karakter permintaan dalam industri pariwisata tidak hanya dalam satu macam pelayanan saja, akan tetapi merupakan suatu kombinasi bermacam-macam pelayanan yang satu dengan yang lainnya berbeda dan ditawarkan secara terpisah. Dengan kata lain, permintaan terhadap produk industri pariwisata itu tercermin dalam suatu paket wisata yang disusun atas bermacam-macam produk yang berbeda dalam bentuk, fungsi, dan manfaatnya. 2.2.2 Hal-Hal yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Menurut Yoeti (2008), secara umum permintaan terhadap barang dan jasa industri pariwisata banyak tergantung dari hal-hal sebagai berikut: 1) Kekuatan membeli (purchasing power) 2) Struktur demografi dan kecenderungan 3) Sosial dan budaya 4) Motivasi perjalanan wisata dan sikap 5) Kesempatan untuk melakukan perjalanan dan intensitas pemasaran wisatawan. Yoeti (2008) mengatakan faktor-faktor yang akan menentukan permintaan khusus terhadap Daerah Tujuan Wisata (DTW) tertentu yang akan dikunjungi biasanya ditentukan beberapa faktor sebagai berikut: 1) Harga 2) Daya tarik wisata, fasilitas, bentuk-bentuk pelayanan lainnya (services) seperti transport lokal, telekomunikasi, Biro Perjalanan Wisata (BPW) lokal atau hiburan.

8 3) Kemudahan-kemudahan untuk berkunjung, seperti sarana jalan, jembatan, tenaga listrik atau persediaan air bersih. 4) Pelayanan sebelum perjalanan dan informasi. 5) Citra/images dari tujuan wisatawan. Cooper et al. (1996) mengatakan sekalipun keputusan untuk berwisata ditetapkan, tetapi kemampuan untuk melaksanakan kegiatan wisata dan tempat yang dikunjungi akan ditentukan oleh faktor-faktor yang saling berhubungan. Faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua bagian besar: 1) Gaya hidup (lifestyle) dan termasuk di dalamnya adalah pendapatan, pekerjaan, kesempatan untuk berlibur, sarana transportasi, ras dan jenis kelamin. 2) Lifecycle, yaitu kondisi umur. Menurut Elgar (1989) bahwa teori dari status permintaan pariwisata, konsumen itu memaksimalkan kegunaan dari konsumsi dari satu produk pariwisata yang tergantung kepada pendapatan mereka, harga dari produk pariwisata, dan biaya membeli produk pariwisata dari tujuan kompetitor (harga dari subtitusi). Jika terdapat sebuah perubahan positif pada level pendapatan dari pariwisata, permintaan untuk pariwisata juga akan bertambah. Secara umum pasar dimaknai sebagai tempat bertemunya permintaan dan penawaran atau konsumen dan produsen. Jadi pasar adalah tempat perantara bagi penjual dan pembeli untuk melakukan pertukaran. Jika dilihat dari perkembangan teknologi internet, arti pasar menjadi sangat luas dan meliputi konstruksi pikiran yang mempertemukan permintaan dan penawaran produk dan jasa wisata (Damanik & Weber 2006) Menurut Muntasib & Rachmawati (2009), penelitian pasar memerlukan sumber data dan informasi primer terutama melalui pengumpulan data dan informasi dari data informasi dari konsumen nyata dan potensial, serta sumber data dan informasi sekunder yang diperoleh dari sumber/media yang telah dipublikasikan. Dalam memahami demand wisata, terdapat beberapa hal yang saling berkaitan yaitu (Muntasib & Rachmawati 2009): 1) Faktor-faktor pendorong (push factors) yaitu faktor-faktor yang memotivasi individu untuk melakukan liburan. Misalnya tekanan

9 pekerjaan, stress, rasa bosan, tradisi, kurangnya sumberdaya di tempat tinggalnya. 2) Faktor-faktor yang menjadi daya tarik (pull factors) yaitu faktor-faktor yang dapat menarik pengunjung untuk datang ke suatu kawasan tertentu, misalnya cuaca yang disukai, pemandangan, sumber daya dan nilai tukar. Hal-hal yang mempengaruhi demand wisata terhadap suatu kawasan antara lain (Muntasib & Rachmawati 2009): 1. Sosial: struktur populasi dan demografi, pendidikan, aktifitas dan waktu luang. 2. Teknologi: urbanisasi, pemasaran, transport dan perdagangan perjalanan dan daya tarik kawasan. 3. Ekonomi: pendapatan yang dapat digunakan (perhitungan untuk pajak, asuransi atau pensiunan), pendapatan nyata yang bebas untuk digunakan, daya beli dengan perhitungan untuk inflasi, rumah, makanan, pakaian dan lain-lain yang dapat dihitung dari pendapatan yang dapat digunakan, nilai tukar mata uang asing dan harga relatif, kualitas dan nilai. 4. Politik: pajak nasional dan kebijakan ekonomi, pembatasan perjalanan in/outbound, kondisi politik, ketertiban dan keamanan nasional. Yoeti (2006) menyebutkan terdapat faktor yang mempengaruhi permintaan wisata, antara lain: pendapatan, waktu luang, teknologi, jumlah anggota keluarga, keamanan dan aksessibilitas. Segmentasi pasar adalah membagi-bagi pasar sesuai dengan sifat dan karakteristik pasar, atau dengan kata lain membagi pasar sesuai perilaku konsumen yang terdapat dalam pasar. Ada empat kategori dalam segmentasi pasar yaitu (Muntasib & Rachmawati 2009): 1. Segmentasi geografi, yaitu pasar dibagi berdasarkan tempat atau wilayah, dapat berupa suatu negara atau kawasan, dimana kebutuhan dan keinginan bervariasi berdasarkan tempat tinggal mereka. 2. Segmentasi sosio-ekonomi dan demografi Pengetahuan tentang kependudukan merupakan metode paling popular untuk menentukan segmen pasar (Health 1988 dalam Muntasib & Rachmawati 2009). Variabel-variabel yang dapat membedakan seperti

10 umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, siklus kehidupan keluarga, pendidikan, ras, penghasilan, agama dan kebangsaan selalu digunakan dalam segmentasi sosio-ekonomi dan kependudukan. Segmentasi berdasarkan karakteristik demografi merupakan kebutuhan wisata berbeda-beda menurut kategori umur. 3. Segmentasi psikografi Dalam segmentasi psikografi, pasar dibagi berdasarkan kelompok sosial (social class), karakteristik kepribadian (personality characteristic) dan atau cara hidup (lifestyle). 4. Segmentasi perilaku Wisatawan hampir selalu mencari pengalaman sebanyak mungkin, yang dapat berupa petualangan, hal-hal yang berkaitan dengan sejarah atau yang bersifat tradisional, gaya hidup yang bersifat sementara atau pelarian secara total dari keakraban melalui kegiatan dan perubahan di sekitarnya. 2.2.3 Kelas Usia Muda Menurut Hurlock (1980), pengklasifikasian kelas umur dibedakan menjadi enam kategori yaitu kelas umur bayi (0-2 tahun), balita (3-5 tahun), anak-anak (6-12 tahun), remaja (13-18 tahun), dewasa (19-59 tahun) dan lanjut usia (> 60 tahun). Pada penelitian ini, diambil responden usia muda pada usia 15-24 tahun dengan target siswa, mahasiswa dan wisatawan aktual. Mengacu pada pengklasifikasian kelas umur Hurlock (1980), usia 15-24 tahun termasuk dalam kelas umur remaja dan dewasa. Minat rekreasi pada tingkat remaja yaitu remaja cenderung menghentikan aktivitas rekreasi yang menuntut banyak pengorbanan tenaga dan berhenti dari perkembangan kesukaan akan rekreasi yang di dalamnya ia bertindak sebagai pengamat yang pasif. Pada awal masa remaja, aktivitas permainan pada tahuntahun sebelumnya beralih dan diganti dengan bentuk rekreasi yang baru dan lebih matang. Berangsur-angsur bentuk permainan yang kekanak-kanakan menghilang dan menjelang awal masa remaja, pola rekreasi individual hampir sama dengan pola akhir masa remaja dan awal masa dewasa. Karena banyaknya tekanan yang berasal dari tugas-tugas sekolah, tugas-tugas rumah, kegiatan-kegiatan

11 ekstrakurikuler dan pekerjaan sesudah sekolah atau pekerjaan-pekerjaan pada akhir pekan, sebagian besar remaja tidak mempunyai waktu luang lagi untuk rekreasi (Hurlock 1980). Banyak faktor yang mempengaruhi rekreasi pada usia dewasa yaitu: 1. Kesehatan, orang-orang muda yang sehat dapat mengikuti bentuk rekreasi yang lebih luas serta fisik lebih melelahkan daripada mereka yang fisiknya lemah. 2. Waktu 3. Status perkawinan 4. Status sosial-ekonomi 5. Jenis kelamin 6. Penerimaan sosial Remaja dapat dikategorikan menjadi anggota kelompok usia muda yang memiliki pola tingkah laku, adat istiadat dan gaya hidup yang berbeda-beda (Koentjaraningrat 1981 dalam Sitepu 2006). Remaja atau anak muda sering dikaitkan dengan waktu luang, kebebasan dan semangat pemberontakan. Bagi anak muda di perkotaan selalu punya cara untuk tampil beda agar dapat menjadi perhatian orang di sekelilingnya.