III. KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB IV METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

III. KERANGKA KONSEPTUAL

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

ANALISIS NILAI TAMBAH. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

II. TINJAUAN PUSTAKA

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

II. TINJAUAN PUSTAKA. Duku merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Indonesia. Sekarang

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

ANALISIS TATANIAGA BERAS

III. METODE PENELITIAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

4. METODOLOGIPENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Jenis dan Sumber Data. Metode Penentuan Responden

IV. METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM PEMASARAN BERAS DI KECAMATAN CIBEBER, KABUPATEN CIANJUR

MARGIN PEMASARAN PRODUK PERTANIAN DAN ELASTISTAS TRANSMISI. Lecture Notes : Tatiek Koerniawati A.,SP.MP.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

3. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN


TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gambaran Umum Stroberi. Stroberi merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang mempunyai nilai

KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

MINGGU 6. MARKETING MARGIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2. Ikan Koi Sumber : Dokumentasi penelitian

PEMASARAN PRODUK PERTANIAN Konsep Pemasaran. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dalam suatu proses produksi. Menurut Hayami, et. al. (1987) definisi dari nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen. Konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Input yang menyebabkan terjadinya nilai tambah dari suatu komoditas dapat dilihat dari adanya perubahanperubahan pada komoditas tersebut, yaitu perubahan bentuk, tempat dan waktu. 3.1.2. Analisis Nilai Tambah Metode Hayami Menurut Hayami et. al. (1987) menyatakan bahwa nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut adalah pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya manusia, dan manajemen. Pada kegiatan subsistem pengolahan alat analisis yang sering digunakan adalah alat analisis nilai tambah. Alat analisis ini dikemukakan oleh Hayami. Kelebihan dari alat analisis ini adalah sebagai berikut : 1. Lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian 2. Dapat diketahui produktivitas produksinya (rendemen dan efisiensi tenaga kerjanya) 3. Dapat diketahui balas jasa bagi pemilik-pemilik faktor produksi 4. Dapat dimodifikasi untuk nilai tambah selain subsistem pengolahan

Besaran nilai tambah yang dihasilkan dapat ditaksir besarnya balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi yang digunakan dalam proses perlakuan tersebut. Dalam analisis nilai tambah, terdapat tiga komponen pendukung, yaitu faktor konversi yang menunjukkan banyak output yang dihasilkan dari satu-satuan input, faktor koefisien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu-satuan input, dan nilai produk yang menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu-satuan input. Melalui analisis nilai tambah Hayami dapat diperoleh informasi sebagai berikut : 1. Perkiraan besarnya nilai tambah (Rp) 2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%), menunjukkan presentase nilai tambah dari nilai produk. 3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukkan besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerja langsung. 4. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan presentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah 5. Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha (pengolah) karena menanggung resiko usaha 6. Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai output (%) menunjukkan presentase keuntungan terhadap nlai tambah 7. Marjin pengolahan (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi 8. Presntase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%) 9. Presentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%) 10. Presentase sumbangan input lain terhadap marjin (%) Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan keterampilan, serta kualitas bahan baku. Apabila penerapan teknologi cenderung padat karya maka proporsi bagian tenaga kerja yang diberikan lebih besar daripada proporsi bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila diterapkan teknologi padat modal maka besarnya proporsi bagian manajemen lebih besar daripada proporsi bagian tenaga kerja. 17

3.1.3. Pemasaran Pemasaran merupakan rangkaian tahapan fungsi yang dibutuhkan untuk mengubah atau membentuk input atau produk mulai dari titik produsen sampai konsumen akhir (Dahl dan Hammond, 1977). Menurut Limbong dan Sitorus (1987) pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke konsumen. Dalam proses distribusi dapat terjadi kegiatan-kegiatan tertentu untuk menghasilkan perubahan bentuk dari produk untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk mempermudah penyalurannya, meningkatkan nilai dan meningkatkan kepuasan konsumen. Kohl dan Uhl (1985), mendefinisikan pemasaran pertanian merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang dan jasa komoditas pertanian mulai dari tingkat produksi (petani) sampai konsumen akhir, yang mencakup aspek input dan output pertanian. 3.1.4. Saluran dan Lembaga Pemasaran 3.1.4.1. Saluran Pemasaran Menurut Kotler (2002) saluran pemasaran merupakan serangkaian organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam proses menjadikan produk atau jasa siap digunakan untuk digunakan atau di konsumsi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih pola saluran pemasaran adalah sebagai berikut: 1. Pertimbangan pasar : siapa konsumen rumah tangga atau industri, besarnya potensi pembelian, bagaimana konsentrasi pasar secara geografis, berapa jumlah pesanan dan bagaimana kebiasaan konsumen dalam membeli. 2. Pertimbangan barang meliputi : berapa besar nilai per unit barang tersebut, besar dan berat barang (mudah rusak atau tidak), sifat teknis (berupa barang standar atau pesanan) dan bagaimana luas produk perusahaan yang bersangkutan. 18

3. Pertimbangan dari segi perusahaan meliputi : sumber permodalan, kemampuan dan pengalaman manajerial, pengawasan penyaluran dan pelayanan yang diberikan penjual. 4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi : pelayanan yang dapat diberikan oleh lembaga perantara, kegunaan perantara, sikap perantara terhadap kebijakan produsen, volume penjualan dan pertimbangan biaya. Produsen adalah golongan yang menghasilkan atau produk, disamping sebagai pelaku penjualan yang merupakan salah satu fungsi dari pemasaran. Salah satu bagian dari fungsi pemasaran adalah pedagang perantara yang merupakan badan-badan yang berusaha dalam bidang pemasaran, menggerakkan barang dari produsen ke konsumen melalui aktivitas jual-beli. Mereka yang memberikan jasa atau fasilitas yang memperlancar fungsi pemasaran yang dilakukan produsen atau pedagang perantara adalah pihak bank, usaha pengangkutan, dan sebaginya yang dikategorikan ke dalam lembaga pemberi jasa. 3.1.4.2. Lembaga Pemasaran Pendekatan lembaga pemasaran adalah suatu pendekatan yang mempelajari berbagai macam lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran. Lembaga-lembaga ini melakukan tindakan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang dari tingkat produsen ke konsumen, bagaimana fungsi tersebut dapat dilaksanakan dan komoditi apa yang ditanganinya. Lembagalembaga pemasaran terdiri dari : 1. Pedagang perantara yang terdiri dari pengecer dan pedagang besar. Pengecer membeli produk untuk dijual kembali kepada konsumen, sehingga pengecer ini tidak banyak mengeluarkan biaya, baik untuk pengangkutan ataupun untuk penyimpanan. Pedagang besar membeli produk dari petani untuk dijual kepada pedagang pengecer, dengan begitu pedagang besar mengeluarkan biaya untuk pengangkutan dan penyimpanan. 2. Agen perantara, menjual jasa dalam proses pekerjaannya, mencari penjual dan pembeli dan mempertemukannya. Agen perantara ini dibagi menjadi dua yaitu pencari komisi dan brokers. Pencari komisi dalam proses pekerjaannya mencari penjual dan melakukan penangananterhadap produk tersebut yang 19

kemudian mencari pembeli. Pencari komisis ini mengeluarkan biaya untuk pekerjaanya. Broker dalam pekerjaanya tidak melakukan penanganan terhadap produk yang dijual, hanya untuk mempertemukan penjual dan pembeli saja. 3. Perantara spekulatif, melakukan spekulasi harga dengan mempertimbangkan waktu untuk mendapat keuntungan yang lebih besar. 4. Pengolahan dan pabrikan (Processor and manufactures), adalah kelompok bisnis yang aktivitasnya menangani produk dan merubah bentuk yaitu bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau produk akhir 5. Organisasi fasilitas,merupakan lembaga yang menbantu memperlancar aktivitas pemasaran. Dengan mengetahui saluran pemasaran suatu komoditas maka dapat diketahui jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat ditempuh, serta dapat mempermudah mencari besarnya marjin yang diterima setiap lembaga yang terlibat. 3.1.5. Fungsi-fungsi Pemasaran Pendekatan fungsi menurut Kohl dan Uhl (1985) adalah suatu pendekatan yang mempelajari bagaimana sistem pemasaran dilakukan. Pendekatan ini untuk menganalisis dan mempelajari berbagai gejala dalam proses pemasaran untuk beberapa aspek fungsional pokok, sehingga seluruh proses pemasaran dapar memberikan gambaran yang ringkas dan lengkap. Fungsi tersebut terdiri dari : 1. Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari komoditas yang dipasarkan. Fungsi pertukaran dari fungsi penjualan terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Pembelian merupakan kegiatan melakukan penetapan jumlah dan kualitas barang, mencari sumber barang, menetapkan harga, dan syarat-syarat pembelian. Kegiatan penjualan diikuti mencari pasar, menetapkan jumlah, kualitas serta menentukan saluran pemasaran yang paling sesuai. 2. Fungsi fisik adalah kegiatan yang berhubungan dengan kegunaan bentuk, tempat dan waktu. Fungsi fisik meliputi (a) pengolahan, untuk komoditi pertanian, kegiatan yang dilakukan merubah bentuk melalui proses yang 20

diinginkan sehingga dapat meningkatkan kegunaan, kepuasan, dan merupakan usaha untuk memperluas pasar dari komoditi asal, (b) penyimpanan, untuk membuat komoditi selalu tersedia pada saat konsumen menginginkannya, dan (c) pengangkutan, pemindahan, melakukan kegiatan membuat komoditi selalu tersedia pada tempat tertentu yang diinginkan. 3. Fungsi fasilitas adalah kegiatan yang ditujukan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang mencakup semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan fungsi grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar. Fungsi standarisasi dan grading mempermudah pembelian barang, mempermudah pelaksanaan jual beli, mengurangi biaya pemasaran dan memperluas pasar. Fungsi penangguhan resiko dengan menerima kemungkinan kehilangan dalam proses pemasaran yang disebabkan resiko fisik dan resiko pasar. Fungsi pembayaran adalah kegiatan pembayaran dalam bentuk uang untuk memperlancar proses pemasaran. Informasi pasar dengan mengumpulkan interpretasi dari sejumlah data sehingga proses pemasaran menjadi sempurna. 3.1.6. Struktur Pasar Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan mengenai jumlah perusahaan dalam suatu pasar, deskripsi dan diferensiasi produk serta syarat-syarat kemudahan memasuki pasar serta informasi pasar. Struktur pasar mempengaruhi efektivitas pasar dalam realitas sehari-hari yang diukur dengan variabel-variabel seperti harga, biaya dan jumlah produksi. Empat faktor penentu dari karakteristik struktur pasar : 1. Jumlah atau ukuran perusahaan 2. Kondisi atau keadaan produk 3. Kondisi keluar masuk pasar 4. Tingkat pengetahuan yang dimiliki partisipan dalam pemasaran. Pasar tidak bersaing sempurna dapat dilihat dari dua sisi yaitu produsen dan konsumen. Dilihat dari sisis produsen terdiri atas pasar persaingan monpolistik, monopoli, duopoli, dan oligopoli, sedangkan dari sisi pembeli 21

(konsumen) terdiri atas persaingangan monoplistik, monopsoni, dan oligopsoni (Dahl dan Hammond, 1977) karakteristik masing-masingstruktur pasar dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 6. Karakteristik dan Struktur Pemasaran Hasil Pertanian No Karakteristik Struktur Pasar Jumlah Perusahaan Sifat Produk Dari Sudut Penjual Dari Sudut Pembeli 1 Banyak Standar/homogen Persaingan murni Persaingan murni 2 Banyak Diferensiasi Persaingan monopolistik Persaingan monopolistik 3 Sedikit Standar Oligopoli murni Oligopsoni murni 4 Sedikit Diferensiasi Oligopoli diferensial Oligopsoni 5 Satu Unik Diferensiasi monopoli Sumber: Dahl dan Hammond, 1977 3.1.7. Perilaku Pasar diferensiasi Monopsoni Perilaku pasar adalah suatu pola atau tingkah laku dari lembagalembagatataniaga yang menyesuaikan dengan struktur pasar, lembaga-lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentukbentuk keputusan yang harus diambil dalam menghadapi struktur pasar tersebut ( Dahl dan Hammond, 1997). Perilaku pasar adalah strategi produksi dan konsumsi dari lembaga pemasaran dalam struktur pasar tertentu yang meliputi kegiatan pembelian dan penjualan, penentuan harga serta kerjasama antara lembagalembaga pemasaran yang ada. Perilaku pasar adalah pola tindak lanjut pedagang beradaptasi dan mengantisipasi setiap keadaan pasar. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran dalam struktur pasar yang meliputi kegiatan penjualan, pembelian, penentuan harga dan strategi pemasaran. Perilaku pasar dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitasi pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga tersebut. Perilaku pasar sering juga disebut sebagai saluran tingkah laku dari lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar tempat lembaga tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan. Perilaku suatu pemasaran 22

akan sangat jelas terlihat pada saat beroperasi, misalnya pada saat penentuan harga, lokasi, promosi, penjualan, pembelian dan strategi pemasaran Hammond dan Dahl (1977), keragaan pasar adalah akibat dari struktur dan perilaku pasar yang dalam kehidupan sehari-hari ditunjukkan dengan harga, biaya dan volume produksi. Deskripsi dari keragaan pasar dapat dilihat dari : 1. Harga dan penyebaran di tingkat produsen dan konsumen 2. Marjin pasar dan penyebarannya pada setiap pelaku pemasaran 3.1.8. Efisiensi Pemasaran Menurut Kohl dan Uhl (1985), efisiensi merupakan patokan yang paling sering digunakan dalam meneliti kinerja pemasaran. Kinerja pemasaran adalah bagaimana suatu sistem pemasaran dijalankan dan apa yang diharapkan oleh lembaga-lembaga atau pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Meningkatkan efisiensi adalah salah satu tujuan umumdari petani, lembaga pemasaran dan konsumen. Efisiensi yang tinggi menggambarkan kinerja pemasaran yang baik sedangkan efisiensi yang rendah berarti sebaliknya. Ada dua ukuran yang dipakai untuk mengukur efisiensi pemasaran : 1. Efisiensi Operasional, Efisiensi yang terjadi bila mengalirnya produk dari produsen ke konsumen, atau jika rasio input-output maksimal. Efisiensi ini menekankan pada minimisasi biaya untuk melakukan fungsi pemasaran 2. Efisiensi harga adalah suatu kondisi apabila masing-masing partisipan dalam sistem pemasaran responsif terhadap harga yang terjadi. Efisiensi ini menekankan pada harga antar berbagai tingkat lembaga pemasaran dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke konsumen yang disebabkan oleh perubahan tempat, waktu atau bentuk komoditas. Melalui efisiensi harga dapat dilihat integrasi pasar, yaitu seberapa jauh harga komoditas pada suatu tingkat lembaga pemasaran dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga pemasaran lainnya. Untuk melihat efisiensi pemasaran dapat digunakan kedua pendekatan tersebut atau menggunakan salah satu macam pendekatan. Ukuran efisiensi operasional dicerminkan oleh biaya pemasaran dan marjin pemasaran. Efisiensi 23

harga dicerminkan oleh hubungan harga jual produk sebagai adanya pergerakan produk tersebut dari pasar yang satu ke pasar yang lainnya. 3.1.9. Margin Tataniaga Marjin pemasaran dapat didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen. Tetapi dapat juga marjin pemasaran ini dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan pemasaran sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir. Dahl dan Hammond (1977) Mendefinisikan marjin pemasaran sebagai perbedaan harga pada tiap tingkatan yang berbeda dari suatu sistem pemasaran. Biaya pemasaran adalah semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam sistem pemasaran suatu komoditi dalam proses penyampaian komoditi tersebut mulai dari produsen sampai konsumen. Setiap lembaga pemasaran yang mau melibatkan diri dalam suatu sistem pemasaran tertentu pada dasarnya mempunyai motivasi atau tujuan untuk mencari atau memperoleh keuntungan dari pengorbanan yang diberikan. Adanya perbedaan kegiatan dari setaip lembaga akan menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga yang satu dengan lembaga yang lain sampai ke tingkat konsumen akhir. Marjin pemasaran berbeda-beda antara satu komoditas hasil pertanian dengan komoditas lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan jasa-jasa yang diberikan pada berbagai komoditas mulai dari petani sampai ke tingkat pengecer maupun konsumen akhir. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi yang dilakukan antar lembaga biasanya berbeda-beda, hal ini menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ketingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, semakin besar perbedaan harga antara produsen dengan harga ditingkat konsumen. Secara grafik marjin pemasaran dapat digambarkan pada Gambar 2. sebagai berikut : 24

P Sr Sf Pr (Pr-Pf) Pf Vm= (Pr-Pf Dr Df Q Gambar 1. Proses Terjadinya Marjin dan Nilai marjin Pemasaran. (Sumber : Hammond dan Dahl, 1977) Keterangan : P f : Harga di tingkat produsen Pr: Harga di tingkat konsumen Dr: Kurva permintaan konsumen D f : Kurva permintaan produsen S f : Kurva penawaran produsen Sr: Kurva penawaran konsumen Qr,f: Jumlah keseimbangan di tingkat produsen dan konsumen (Pr-P f ): Marjin pemasaran (Pr-P f ) Qr.f: Jumlah Keseimbangan ditingkat petani dan pengecer Besarnya marjin pemasaran pada saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (Producer s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Producer s share merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang diterima konsumen akhir. Qr.f 3.1.10. Bagian Harga yang Diterima Produsen (Producer s Share) Suatu proses pemasaran dikatakan berjalan dengan efisien apabila tercipta kepuasan bagi semua pihak, yaitu produsen, konsumen, dan lembaga pemasaran yang menghubungkan antara keduanya. Adanya efisiensi dalam pemasaran akan menyebabkan pengurangan biaya-biaya pemasaran, sehingga memperkecil 25

perbedaan harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan konsumen. Penanganan terhadap fungsi-fungsi pemasaran yang kurang efisien dapat menyebabkan biaya pemasaran menjadi lebih tinggi, karena tujuan lembaga pemasaran adalah mencari keuntungan, maka biaya pemasaran itu dilimpahkan pada produsen atau konsumen dengan menekan harga di tingkat produsen dan meningkatkan harga di tingkat konsumen. Kondisi ini mengakibatkan perbedaan harga (marjin) antara konsumen dan produsen. Analisis tentang producer s share bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima oleh produsen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen dalam setiap saluran pemasaran. Producer s share dirumuskan sebagai berikut: Ps=Pp/Pk x 100% Keterangan : Ps = Producer s Share Pp = Harga di tingkat produsen Pk = Harga di tingkat konsumen Saluran pemasaran yang tidak efisien akan memberikan marjin dan biaya pemasaran yang lebih besar. Biaya pemasaran ini biasanya dibebankan kepada petani melalui harga beli, sehingga harga yang diterima petani lebih rendah. Biaya pemasaran yang tinggi menyebabkan besarnya perbedaan harga di tingkat petani dengan harga yang dibayarkan konsumen sehingga akan menurunkan nilai pangsa pasar. Sebaliknya pada saluran pemasaran yang efektif dan efisien, marjin dan biaya pemasaran menjadi lebih rendah sehingga perbedaan harga petani dengan konsumen lebih kecil dan nilai pangsa pasar akan meningkat. 3.1.11. Rasio Keuntungan dan Biaya Tingkat efisiensi suatu sistem pemasaran dapat dilihat dari penyebaran rasio keuntungan dan biaya, dengan demikian meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya serta marjin pemasaran terhadap biaya pemasaran, maka secara teknis sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Untuk mengetahui 26

penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut Li Rasio keuntungan biaya (R/C) = C Keterangan : Li : keuntungan lembaga pemasaran Ci : biaya pemasaran i 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ini diawali dengan meninjau masalah-masalah yang terkait dengan berkembangnya industri penggergajian kayu di lokasi penelitian. Kayu hutan tanaman rakyat merupakan salah satu bahan baku yang dibutuhkan oleh industri penggergajian kayu yang digunakan untuk pembuatan produk kayu gergajian, serta berbagai macam jenis kebutuhan kayu lainnya. Kebutuhan kayu akan terus meningkat seiring dengan maraknya pembangunan perumahan di Indonesia, mengakibatkan permintaan akan produk olahan kayu seperti produk kaso dan lainnya mengalami peningkatan. Namun kebutuhan dan permintaan yang meningkat tersebut masih memiliki kendala dalam hal ketidakkonsistenan jumlah pasokan, mutu maupun ukuran produk sehingga mempengaruhi jalannya kegiatan produksi perusahaan. Salah satu bahan baku yang digunakan untuk industri penggergajian kayu di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor yaitu kayu jenis sengon (Paraserianthes falcataria). Alasannya karena mengingat harga kayu sengon murah dan sangat cocok mengingat topografi dan kondisi lahan yang sesuai untuk penanaman pohon sengon. Sengon merupakan areal terluas di Kabupaten Bogor yang mencapai 3.406,94 ha. Sedangkan luas areal tanaman muda dan siap tebang mencapai 4.539,80 ha dan di perkiraan potensi kayu bulat sebesar 454.630,60 m 3, Subsistem pengolahan dalam suatu sistem agribisnis memiliki tujuan untuk menghasilkan produk yang memiliki bentuk yang lebih baik diantaranya produk yang yang layak digunakan dan kemudahan dalam distribusi dan pemasaran, dan peningkatan pendapatan melalui nilai tambah. Perusahaan melakukan serangkaian kegiatan seperti pengadaan bahan baku, produksi atau pengolahan, dan pemasaran. Ketiga kegiatan ini saling berkaitan. 27

Adanya permintaan kayu yang semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan perumahan atau properti dan industri mengakibatkan kegiatan yang bergerak dibidang pengolahan kayu gergajian tidak sebanding dengan penawaran ketersediaan bahan baku. Proses pemasaran produk kayu gergajian yang dihasilkan oleh industri penggergajian kayu di Kecamatan Cigudeg adalah konsumen atau pedagang langsung mendatangi lokasi pengolahan, sehingga produsen kayu gergajian tidak mengeluarkan biaya pemasaran. Pendekatan yang dilakukan untuk menjawab efisiensi tataniaga dapat diukur melalui efisiensi operasional dengan analisis secara kuantitatif seperti nilai margin tataniaga, Producer s share, rasio keuntungan dan biaya. Efisiensi operasional bertujuan untuk melihat biaya minimum yang dapat dicapai dalam pelaksanaan fungsi dasar tataniaga yaitu pengumpulan, transportasi, penyimpanan, pengolahan, distribusi dan aktivitas fisik dann fasilitas. 28

Ketersediaan bahan baku Kualitas dan ukuran kayu Kurangnya Akses pasar Perusahaan Penggergajian Kayu di Kecamatan Cigudeg, Bogor Analisis Nilai Tambah -Besarnya Nilai Tambah -Nilai Output -Keuntungan -Imbalan Tenaga Kerja Analisis Pemasaran Kayu Gergajian (sengon) Analisis Kualitatif Saluran dan Lembaga Pemasaran Struktur dan Perilaku Pasar Analisis Kuantitatif Marjin Pemasaran Producer s Share Rasio Keuntungan dan Biaya Saluran Pemasaran yang Efisien Rekomendasi Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional 29