BAB I PENDAHULUAN. Mohamad Sopian Wiguna, Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 40 Undang-Undang RI No 20 Tahun 2013 Pendidik dan Kependidikan berkewajiban :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riyanti Dini Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar. Belajar tidak hanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, mungkin sejak lahir sampai akhir hayat.

BAB I PENDAHULUAN. individu (Mudyahardjo Redja, 2001: 6). Pendidikan nasional Indonesia adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. SD mampu untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran menurut Sardiman (2007: 59) dapat diartikan, Suatu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

Penerapan Metode Eksperimen pada Materi Sifat Cahaya Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 1 Balukang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU R.I. No. 20 Tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan serta metode apa pun harus benar-benar efektif. Proses. pembelajaran dalam suasana proses belajar yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran IPA diharapkan dapat menjadi sarana bagi peserta didik untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetap juga merupakan suatu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik di Negara Indonesia atau di Negara lainnya. Dewasa ini pemerintah Indonesia sudah menyadari akan pentingnya pendidikan, terbukti dari beberapa program yang mendukung terhadap berlangsungnya proses pendidikan di Indonesia antara lain, wajib belajar sembilan tahun, dan adanya Biaya Operasional Siswa (BOS). Proses pendidikan itu terbagi kedalam tiga jenis, yakni pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan non formal. Proses pendidikan yang dipandang memiliki pengaruh terhadap status sebuah Negara, dikatakan maju atau tidaknya adalah proses pendidikan formal. Sebagaimana kita ketahui proses pendidikan ini memilki jenjang pendidikan, yang dimulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengar Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT). Menurut Berns (Gantini, 2006:2) sekolah yang merupakan institusi tempat penyelenggaraan pendidikan formal, berusaha memberikan pengaruh pada siswa dengan kebijakan pendidikan yang mengarahkan siswa pada prestasi. Prestasi pendidikan itu sendiri memiliki hubungan yang sangat erat dengan kualitas SDM, karena semakin baik prestasi pendidikan yang diraih oleh siswa akan semakin baik pula kualitas yang dimiliki oleh siswa tersebut. Sehingga pada gilirannya diharapkan dapat menjadi SDM yang baik (berkualitas) dan mampu membangun bangsa menjadi lebih maju dan sejahtera. Berbicara mengenai pendidikan, tidak akan terlepas dari unsur-unsur yang ada di dalamnya, seperti belajar, proses pembelajaran, dan lain-lain. Menurut David Popenoe (Wikipedia, 2012), ada lima macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut: Pertama, Transmisi (pemindahan)

kebudayaan. Kedua, Memilih dan mengajarkan peranan sosial. Ketiga, Menjamin integrasi sosial. Keempat, Sekolah mengajarkan corak kepribadian. Kelima, Sumber inovasi sosial. Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu kegiatan yang harus ada dalam proses pendidikan adalalah proses pembelajaran, dan proses pembelajaran tersebut tidak akan tercapai manakala tidak ada guru dan murid. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar di lakukan oleh peserta didik atau murid (Tim, 2007:6). Seorang guru tidak harus senantiasa seseorang yang lebih tua dari muridnya, tetapi dikataan seorang guru adalah dia yang memiliki ilmu lebih baik dari pada muridnya. Namun, dalam kaitanya dengan profesionalisme guru, seseorang bisa menjadi guru di bidang pendidikan formal manakala ia telah mengikuti setidaknya mengambil jenjang S1 (sarjana). Sedangkan murid adalah seseorang yang sedang mencari ilmu, namun tidak harus memiliki usia yang lebih rendah daripada seorang guru. Kedua elemen tersebut merupakan salah satu unsur yang paling penting untuk dapat terjadinya proses pembelajaran di dalam kelas, baik informal, non formal, ataupun formal. Mengapa? Karena di dalam proses pembelajaran harus ada yang menyampaikan materi (guru) dan yang menerima materi (murid). Manakala kedua elemen tersebut tidak ada atau salah satu daripadanya hilang, maka proses pembelajaran tidak mungkin bisa terjadi. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, biasanya pendidik menggunakan pendekatan dalam proses penyampaian materi. Ada yang menggunakan pendekatan konstruktivisme, pendekatan kooperatif dan lainlain. Setiap pendekatan tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masingmasing, dalam setiap pendekatan ada berbagai metode sebagai aplikasi dalam pembelajaran. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, tujuan pembelajaran, lingkungan dan alokasi waktu.

Banyak anggapan dari siswa, mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang sulit dan kurang menarik atau membosankan sehingga motivasi belajar rendah dan nilainya pun ikut rendah. Padahal mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang diambil dari lingkungan atau alam sekitar dari siswa, yang kadang siswa sendiri kurang memperhatikan atau tak acuh terhadap keadaan di sekitarnya. Pada kenyataannya, memang tidak mudah mempelajari mata pelajaran IPA, hal ini dapat dilihat juga dari hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Kartika X-3 tiga tahun ajaran sebelumnya yang di paparkan pada tabel berikut : Tabel 1.1 Nilai Standar Kompetensi Energi dan Perubahannya Pada Mata Pelajaran IPA Selama tiga tahun ajaran 2009/2010 sampai 2011/2012 Tahun Ajaran Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata rata KKM 2009/2010 6,34 3,78 5,06 6,5 2010/2011 7,26 4,26 5,79 6,5 2011/2012 6,82 3,96 5,39 6,5 Rendahnya perolehan hasil belajar pada Standar Kompetensi Energi dan Perubahannya Mata Pelajaran IPA kelas IV selama tiga (3) tahun terakhir di SD Kartika X-3 Parongpong, mengindikasi rendahnya semangat belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas. Untuk mengetahui mengapa prestasi siswa tidak seperti yang di harapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam mata pelajaran IPA. Sebagai guru yang baik dan profesional, permasalahan ini tentu perlu di tanggulangi dengan segera. Dalam proses pembelajaran pendidik harus bisa membawa siswa pada situasi yang diinginkan siswa yakni, antusias tehadap materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan oleh pendidik bisa tercapai. Menurut Hamalik (2003:30) menyatakan bahwa Pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusia, material,

fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Suherman at al.(2001: 8) pembelajaran merupakan upaya peningkatan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Kaitannya dengan pembelajaran IPA, banyak metode atau cara yang dapat digunakan pendidik untuk menyampaikan materi IPA. Menurut Kunandar (2008:19) Ilmu Pengetahuan Alam adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan dalam alam. Sedangkan menurut Depdiknas (2006:124) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Dengan demikian sebaiknya pembelajaran IPA SD itu menggunakan metode-metode yang dapat mengajak anak pada tahapan konkrit bukan abstrak. Namun apabila kita perhatikan, pada saat ini masih banyak pendidik yang masih menggunakan metode yang tidak mengajak siswa pada tahapan konkrit, pendidik masih asik dengan metode ceramah yang sudah biasa digunakan meskipun ia tahu bahwa hasilnya kurang memuaskan. Menurut Setyawan (2012) kelemahan metode ceramah yaitu : (1) Mudah menjadi verbalisme, (2) Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya, (3) Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan, (4) Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya, dan (5) Cenderung membuat siswa pasif. Oleh karena itu proses pendidikan IPA membutuhkan perubahan salah satunya adalah perubahan dalam hal metode pembelajaran yang digunakan. Menurut Sutikno (2008:41) metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pendapat di atas, kita ketahui bahwa metode merupakan sebuah

cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan dalam proses pembelajaran oleh pendidik kepada peserta didik. Adapun metode eksperimen menurut Sagala (Dantika, 2009:37) adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Sedangkan menurut Devi (2010:9) metode eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Dapat kita ambil inti dari pengertian di atas bahwa metode eksperimen merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menguji suatu hipotesis terhadap sebuah masalah yang dilakukan secara bersama-sama antara guru dan murid, sehingga murid berperan aktif dalam proses pembelajaran. Harapan dari penggunaan metode eksperimen ini adalah peserta didik dapat mengingat materi pelajaran dengan mudah, dikarenakan peserta didik turut serta aktif dalam proses pembelajaran. Penerapan metode ini cukup baik digunakan karena selama proses pembelajaran berlangsung yang terjadi bukanlah sekedar transfer of knowledge yang menekankan pendidik untuk memberikan apa yang ia ketahui kepada peserta didik tetapi peserta didik dapat mengembangkan bakat yang ia miliki serta dapat menemukan konsep dari materi itu sendiri. Pendapat di atas di perkuat oleh hasil penelitian Tatih (2010) yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negri 8 Lawa Muna pada Materi pokok Gaya Dapat Mengubah Gerak Suatu Benda dengan Menggunakan Metode Eksperimen menyimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 8 Lawa Muna yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar dari 62,25 (sebelum penelitian) menjadi 75,00 pada akhir siklus II. Dengan demikian peserta didik dapat lebih mudah dan lebih lama dalam mengingat konsep

tersebut, karena bukan pendidik yang memberikan konsep tersebut melainkan peserta didik yang telah menemukan sendiri konsep dari materi tersebut. Pada kenyataannya masih belum banyak pendidik yang menggunakan metode eksperimen dikarenakan pada proses pelaksanaannya metode eksperimen ini membutuhkan peralatan yang cukup memadai untuk mendukung percobaan yang akan dilakukan. Mungkin ini merupakan salah satu kekurangan yang dimilki oleh metode ini. Namun apabila kita melihat output yang diberikan dari penggunaan metode eksperimen, maka rasanya kekurangan tersebut tidak ada artinya dibandingkan dengan manfaat yang didapatkannya. Perlu diketahui bahwa menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi terungkap bahwa tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, yakni agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatka kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP Tujuan-tujuan tersebut tidak akan tercapai manakala tidak diaplikasikan kedalam SK dan KD yang telah ada. Adapun pada penelitian ini, materi yang diangkat oleh peneliti adalah materi pelajaran pada kelas IV SD semester dua dalam KTSP 2006, dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai berikut:

Standar Kompetensi Energi dan Perubahannya 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi Dasar 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya Untuk dapat mewujudkan standar kompetensi di atas, maka peneliti menjabarkan tujuan pembelajaran yang diklasifikasinkan berdasarkan tujuan IPA secara umum sebagai berikut : Tujuan pembelajaran IPA secara Tujuan pembelajaran IPA kelas IV 1 umum 1. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 1. Siswa mampu menyebutkan contoh energi panas dan bunyi 2. Siswa mampu menyebutkan cara memanfaatkan energi matahari, angin, air, panas bumi serta mememberikan contohnya 3. Siswa mampu memahami pemantulan bunyi 4. Siswa mampu memahami penyerapan bunyi dan memberikan contoh benda yang mampu menyerap bunyi. 5. Siswa mampu menceritakan kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan seharihari. 1 Pada penelitian ini dikhususkan pada SK dan KD yang telah ditentukan.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 1. Siswa mampu mengetahui bahwa semua jenis alat musik akustik dimainkan dengan mengetarkan sumber bunyi, seperti : gitar, biola, suling, terompet, gendang, dan lainlain. Berdasarkan tujuan pembelajaran di atas maka dibutuhkan seorang guru IPA yang cakap dan terampil, dalam mengajarkan suatu konsep ilmiah yang informatif dan mampu memberikan gambaran hubungan sebab akibat dari bahan ajarnya kepada siswa. Dengan demikian guru harus mengembangkan pengetahuan peserta didik tentang IPA dan mengembangkan serta memberi pemahaman yang hakiki tentang hubungan kausalitas antara materi ajarnya dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pemaparan masalah-masalah di atas, maka rasanya penting bagi penulis untuk melakukan sebuah penelitian mengenai metode eksperimen ini dengan judul Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA di Kelas IV Sekolah Dasar. (Penelitian tindakan kelas pada standar kompetensi energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari di SD Kartika X-3 Parongpong). B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana bentuk perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran IPA materi energi panas dan energi bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya dengan penerapan metode eksperimen? 2. Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen? 3. Bagaimana respon siswa kelas IV SD Kartika X-3 Parongpong terhadap penerapan metode eksperimen? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mandeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan metode eksperimen untuk memecahkan permasalahan sehari-hari dan menambah pengalaman belajar siswa kelas IV SD Kartika X-3 Parongpong. Secara lebih khusus tujuan penelitian ini, sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bentuk perencanaan dan memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran IPA materi energi panas dan energi bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya dengan penerapan metode eksperimen. b. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen. c. Untuk mengetahui respon siswa kelas IV SD Kartika X-3 Parongpong terhadap penerapan metode eksperimen. 2. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat praktis bagi para stakeholder untuk dapat memahami dan mengembangkan lebih lanjut suatu model media pembelajaran melalui penerapan dalam proses belajar mengajar di kelas. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Siswa Bagi siswa, meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan melatih keaktifan siswa dalam belajar. b. Bagi Guru Bagi guru SD, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi guru yang ingin mengembangkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA sehingga dapat meningkatkan hasil belajar, serta sebagai alternatif penggunaan metode dalam pembelajaran IPA.

c. Bagi Sekolah Dapat memberikan masukan yang positif bagi sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. D. Definisi Operasional Untuk membatasi perluasan makna di dalam penggunaan istilah-istilah dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk mendeskripsikannya sebagai berikut : 1. Menurut Said Hamid Hasan (Rizal, 2012:10) hasil belajar merupakan penguasaan pencapaian tujuan pembelajaran tertentu. Hasil Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar pada tingkat kognitif dalam SK dan KD yang telah ditentukan yang tertuang dalam satuan angka atau huruf yang diperoleh dengan cara memberikan tes. 2. Metode eksperimen menurut Djudin (2001) adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan eksperimen (percobaan) dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud dengan metode eksperimen merupakan salah satu cara yang yang digunakan oleh guru dalam berusaha mengajak siswa untuk berpikir kreatif dan kritis berdasarkan pada kegiatan observasi yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Untuk mengetahui hasil dari kegiatan eksperimen digunakan lembar observasi. 3. Menurut Sarlito (Dantika, 2009:104) respon adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan terhadap rangsangan atau stimulus. Sedangkan menurut Azwar (Gipayana, 1988:98) respon seseorang dapat dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif. Apabila respon positif maka siswa cenderung untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut. Berdasarkan teori tersebut peneliti ingin mengetahui

respon peserta didik terhadap penggunaan metode eksperimen, apakah mendapatkan respon yang positif atau negative dengan cara memberikan lembar kuesioner kepada siswa.