56 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Deskripsi hasil analisis data hasil tes awal dan tes akhir kemampuan lompat jauh gaya jongkok yang dilakukan pada kelompok I (Box Jump /K1) dan kelompok II (Leaps /K2) disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Analisis Tes Awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok K1dan K2 Sebelum Mendapat Perlakuan. Kelompok Tes N Mean SD K1 Awal 11 432,09 23,02 K2 Awal 11 430,73 21,04 Gambaran nilai rata-rata kemampuan lompat jauh gaya jongkok antara kelompok I (K1) dan kelompok II (K2) dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut: 500 400 MEAN 300 200 100 Tes Awal 0 K1 K2 KELOMPOK Gambar 7. Histogram Nilai Rata-Rata Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Sebelum Mendapat Perlakuan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 56
57 Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Analisis Tes Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok K1 dan K2 Setelah Mendapat Perlakuan Kelompok Tes N Mean SD K1 (Box Jump) K2 (Leaps) Awal 11 432,09 23,02 Akhir 11 452,45 22,57 Peningkatan 20,36 Awal 11 430,73 21,04 Akhir 11 470,91 17,56 Peningkatan 40,18 Kelompok perlakuan dengan bola diumpan teman memberikan pengaruh terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok yang berbeda. Jika antara kelompok atlet yang mendapat perlakuan dengan Box Jump dan Leaps dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan Leaps memiliki Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok sebesar 19,82 lebih tinggi dari pada perlakuan dengan Leaps. Gambaran nilai rata-rata Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok antara kelompok I (K1) dan kelompok II (K2) dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut: 480 470 460 MEAN 450 440 430 420 410 K1 Gambar 8. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok antar Kelompok Setelah Mendapat Perlakuan Dengan Box Jump Digantung dan Perlakuan Dengan Leaps commit B. Uji Reabilitas to user K2 Peningkatan 20.36 40.18 Tes Awal 432.09 430.73
58 Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok, dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Hasil Tes Reliabilita Kategori Tes Awal 0.922 Sangat Bagus Tes Akhir 0,901 Sangat Bagus Dari tabel di atas diketahui bahwa, nilai reliabilitas hasil tes awal adalah sebesar 0,922, dimana termasuk dalam kategori Sangat Bagus. Adapun nilai reliabilitas hasil tes akhir adalah sebesar 0,901, dimana termasuk dalam kategori Sangat Bagus. Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes tersebut, menggunakan pedoman tabel koefisien reabilitas dari tes pengukuran, Mulyono B (2010: 49) yaitu: Tabel 4. Range Kategori Reliabilitas Kategori Reliabilitas Excellent 0,95 0,99 Sangat Bagus 0,90 0,94 Cukup 0,80 0,89 Kurang 0,70 0,79 Tidak Signifikan 0,60 0,69 C. Pengujian commit Persyaratan to user Analisis
59 Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan pengujian persyaratan analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan yaitu dengan uji normalitas dan homogenitas. 1. Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji normalitas data penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut: Tabel 5. Rangkuman Hasil Analisis Data Kelompok N M SD L hitung L tabel Kesimpulan Perlakuan K1 11 432,09 23,02 0,1206 0,249 Berdistribusi Normal K2 11 430,73 21,04 0,1501 0,249 Berdistribusi Normal Dari hasil normalitas yang dilakukan pada Kelompok I (K1) diperoleh nilai L hitung = 0,1206. Dimana hasil tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,249. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data K1 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil normalitas yang dilakukan pada Kelompok II (K2) diperoleh nilai L hitung = 0,1501. Dimana hasil tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,249. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data K2 juga termasuk berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan rata-rata kemampuan. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) sebagai berikut: Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
60 Kelompok N SD 2 F hitung F tabel 5% K1 11 530,09 K2 11 442,82 1,197 2,93 Dari hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung = 1,197. Sedangkan dengan db = 10 lawan 10, angka Ftabel = 2,93. Ternyata nilai Fhitung= lebih kecil dari Ftabel. Karena Fhitung < Ftabel maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa K1 dan K2 memiliki varians yang homogen. Dengan demikian apabila nantinya antara K1 dan K2 terdapat perbedaan, perbedaan tersebut benar-benar karena adanya perbedaan rata-rata nilai yang diperoleh. D. Hasil Analisis Data 1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan Sebelum diberi perlakuan kelompok yang dibentuk dalam penelitian, diuji perbedaannya terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud untuk mengetahui perbedaan pada kedua kelompok tersebut, selama diberi perlakuan berangkat dari keadaan yang sama atau tidak. Hasil uji perbedaan antara K1 dan K2 sebelum diberi adalah sebagai berikut: Tabel 7. Rangkuman Hasil Perbedaan Tes Awal pada K1 dan K2 Kelompok N M M d t hitung t tabel 5% K1 11 432,09 K2 11 430,73 1,36 0,145 2,086 Dari uji t yang di lakukan dapat disimpulkan bahwa nilai t yang diperoleh sebesar 0,145, sedangkan db = n 1 + n 2-2= 11 + 11 2 = 20 dan taraf signifikasi 5%, angka batas penolakan hipotesis nol dalam tabel t adalah 2,086. Ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol. Dengan demikian hipotesis
61 nol diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaaan yang signifikan antara hasil tes awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok pada kelompok 1 dan kelompok 2. Sehingga apabila setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan, maka perbedaan tersebut benar-benar dikarenakan adanya perbedaan pengaruh perlakuan yang diberikan. 2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan Dalam penelitian ini subyek diberi perlakuan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali setiap minggu. Dalam hal ini K1 diberi perlakuan dengan alat bantu bola digantung dan K2 diberi perlakuan dengan diumpan teman, kemudian dilakukan tes akhir. Dari hasil tes akhir pada masing-masing kelompok tersebut kemudian dilakukan uji perbedaan, yang hasilnya adalah sebagai berikut: a. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada K1 Tes N M M d t hitung t tabel 5% Awal 11 432,09 Akhir 11 452,45 20,36 2,095 2,086 Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 2,095, yang ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel 5% yaitu 2,086. Dengan demikian hipotesis nol ditolak, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan hasil tes akhir pada kelompok I. Dengan demikian setelah mendapat perlakuan Box Jump, terjadi peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok pada kelompok I secara meyakinkan. b. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok II Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada K2
62 Tes N M M d t hitung t tabel 5% Awal 11 430,73 Akhir 11 470,91 40,18 4,862 2,086 Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 4,862, yang ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel 5% yaitu 2,086. Dengan demikian hipotesis nol ditolak, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan hasil tes akhir pada kelompok II. Dengan demikian setelah mendapat perlakuan Leaps, terjadi peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok, pada kelompok II secara meyakinkan. c. Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok I dan Kelompok II Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara K1 dan K2 Kelompok N M M d t hitung t tabel 5% K1 11 452,45 K2 11 470,91 18,46 2,140 2,086 Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 2,140, yang ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel 5% yaitu 2,086. Dengan demikian hipotesis nol ditolak, yang berarti bahwa setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes akhir pada K I dan K II. d. Perbedaan Persentase Peningkatan Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki presentase peningkatan yang lebih baik, diadakan perhitungan perbedaan persentase peningkatan tiap-tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok dalam persen pada K I dan K II adalah sebagai berikut:
63 Tabel 11. Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok dalam Persen pada K1 dan K2. Kelompok N Mean Mean M d Persentase Pretest Posttest Peningkatan K1 11 432,09 452,45 20,36 4,71 % K2 11 430,73 470,91 40,18 9,33 % Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa K I memiliki peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok sebesar 4,71 %. Sedangkan K II memiliki Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok sebesar 9,33 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa K II memiliki persentase peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok lebih besar daripada K I. E. Pengujian Hipotesis Dari hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan, diperoleh nilai t antara tes awal pada kelompok I dan kelompok II = 0,145, sedangkan t tabel = 2,086. Ternyata t yang diperoleh < t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian kelompok I dan kelompok II sebelum diberi perlakuan dalam keadaan seimbang. Antara kelompok I dan kelompok II berangkat dari titik tolak Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok yang sama. Yang berarti apabila setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan, hal itu karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan. Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok I = 2,095. Sedangkan t tabel = 2,086. Ternyata t yang diperoleh > t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 1. Yang berarti kelompok I memiliki peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok yang disebabkan oleh metode pelatihan commit yang to diberikan, user yaitu Box Jump. Box Jump
64 adalah latihan dengan menggunakan kedua kaki secara bersamaan. Untuk melakukan gerakan tersebut diawali dengan posisi berdiri meghadap bangku, sedikit menekuk sendi lutut sekitar 135, kedua lengan di samping badan dengan kedua sendi siku di tekuk 90 dari awalan. Kemudian dilanjutkan dengan menolak dengan kedua kaki secara bersamaan melompat ke atas bangku dan kembali mendarat dengan menggunakan kedua kaki ketempat semula, dilakukan dengan gerakan irama cepat dan berulang-ulang. Gerakan meloncat yang dilakukan dengan kuat dan cepat berkesinambungan akan dapat meningkatkan unsur power, yaitu kekuatan dan kecepatan. Gerakan meloncat-loncat dengan kedua kaki secara bersama akan meningkatkan power otot tungkai yang berimbang, antara kaki kanan dan kaki kiri. Power otot tungkai berperan sangat penting dalam melakukan lompat jauh, dengan meningkatnya power otot tungkai, maka dapat mendukung pencapaian prestasi hasil lompat jauh. Keberadaan power otot tungkai berperan penting dalam lompat jauh terutama pada perubahan gerak horizontal menjadi gerak vertikal yaitu pada saat take off. Dengan hal tersebut, maka Box Jump dapat meningkatkan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok. Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok II = 4,862. Sedangkan t tabel = 2,086. Ternyata t yang diperoleh > t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok II. Yang berarti Kelompok II memiliki peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok yang disebabkan oleh metode pelatihan yang diberikan, yaitu Leaps. Latihan dengan Leaps adalah latihan lompat memantul dengan satu kaki dilakukan secara berulang-ulang. Dengan gerakan melompat memantul yang dilakukan dengan kuat dan cepat, maka unsur-unsur power otot bagian bawah dikembangkan secara maksimal, sehingga terbentuk power otot tungkai yang memadai. Ditinjau dari pelaksanaannya, latihan leaps menuntut kerja otot-otot tungkai lebih kuat dan cepat agar dapat melompat-lompat setinggi dan sejauh mungkin yang dilakukan secara berkesinambungan. Melompat-lompat dengan satu kaki merupakan gerakan yang commit ukup to berat, user karena otot-otot tungkai dituntut
65 bekerja untuk mengangkat tubuh dengan satu kaki dan mendarat dengan satu kaki pula, sehingga pada saat mendarat ini kaki kaki menahan berat badan. Melompat dengan berat badan yang berat dan dilakukan dengan cepat, maka otot-otot tungkai menjadi berkembang. Ditinjau dari gerakan latihan pliometrik leaps, gerakan ini menyerupai teknik melompat, dimana pada latihan leaps dilakukan dengan melompat dengan menggunakan satu kaki yang dilakukan dengan kuat dan cepat. Dengan gerakan yang menyerupai teknik melompat, maka latihan leaps ini memberikan kemudahan dalam penguasaan teknik menumpu untuk menolak, kemampuan seorang pelompat mengerahkan power secara maksimal pada teknik yang benar, maka akan diperoleh lompatan yang sejauh-jauhnya sehingga kemampuan lompat jauh dapat di capai lebih maksimal. Dengan hal tersebut, maka Box Jump dapat meningkatkan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok. Dari hasil uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes akhir pada kelompok I dan kelompok II, diperoleh nilai t sebesar 2,140 sedangkan t tabel = 2,086. Ternyata t yang diperoleh lebih besar > t tabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan perlakuan selama 6 minggu, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes akhir pada kelompok I dan kelompok II. Karena sebelum diberi perlakuan kedua kelompok berangkat dari titik tolak yang sama, maka perbedaan tersebut adalah karena perbedaan pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Pengaruh suatu metode itu bersifat khusus, sehingga perbedaan karakteristik latihan dapat menghasilkan pengaruh yang berbeda. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan pengaruh antara Box Jump dan Leaps terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok dapat diterima. Kelompok I yang diberikan Box Jump memiliki nilai persentase peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok sebesar 4,71 %. Sedangkan pada kelompok II yang diberikan Leaps memiliki peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok sebesar 9,33 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok II memiliki persentase peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya commit Jongkok to user yang lebih besar dari kelompok I.
66 Leaps ternyata dapat memberikan rangsangan yang lebih efektif meningkatkan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok. Pelaksanaan Leaps dilakukan dengan melompat dengan satu kaki dan medarat dengan satu kaki yang sama yang dilakukan secara cepat dan berkesinambungan. Gerakan yang demikian menuntut kerja otot tungkai dengan kuat dan cepat, sehingga unsur utama power otot tungkai dikembangkan secara maksimal. Selain itu, latihan leaps gerakannya menyerupai teknik menumpu untuk melompat pada lompat jauh. Gerakan menumpu untuk melompat yang dikembangkan dalam latihan leaps, maka kemampuan menumpu untuk menolak berkembang dengan baik.