TIGA ALIRAN PEMBAHARUAN Westernisme, Islamisme dan Nasionalisme. Drs. Muhammad Muhtarom Ilyas. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
TIGA ALIRAN PEMBAHARUAN BARAT, ISLAM DAN NASIONALIS

NEGARA SEKULER TURKI I. SEKULER

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar Padiansyah Ali Utsman 4 B.

REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE-

BAB III TINJAUAN UMUM ASAS MONOGAMI MENURUT HUKUM PERKAWINAN DI TURKI

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

Komunisme dan Pan-Islamisme

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rosmiati Lubis, 2013

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB I PENDAHULUAN. Turki adalah negara yang terletak di antara dua benua. Dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

ISLAM DAN DEMOKRASI. UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. MATA KULIAH AGAMA ISLAM. Modul ke: 13Fakultas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

KISI-KISI SEJARAH KELAS XI IPS

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

PERSEPSI MASYARAKAT SURAKARTA TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

(ASURANSI SYARIAH) PADA PT. ASURANSI TAKAFUL DI KANTOR CABANG PERWAKILAN SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

KERUNTUHAN KEKHALIFAHAN TURKI UTSMANI TAHUN 1924 SKRIPSI

BAB V PENUTUP. pengetahuan hampir di semua bidang keilmuan. Dia juga memilki pengetahuan luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan Agama Islam Bab : 3 PERADABAN ISLAM

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis penelitian mengenai konsep tujuan pendidikan Islam

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada. pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN DEMOKRASI

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB II GAMBARAN UMUM

ISLAM DAN HEGEMONI BARAT

INTISARI. Judul Skripsi : Politik Keterbukaan Arab Saudi Dibawah Kepemimpinan. RajaAbdullah Bin Abdul Aziz Sejak Tahun 2005

I. PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia, ada

KEMAL ATTARUK PERJUANGAN MELAWAN SEKUTU DAN PEMBAHARUANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Al-Mushlih, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, Darul Haq, Jakarta, 2004, hlm.90.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan upaya yang dilakukan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

SEKULARISME, ISLAM DAN DEMOKRASI DI TURKI

Oleh: Abdi Kurnia Djohan, SH.MH, Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan Ketua Lembaga Dakwah Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta

Assalamu alaikum Wr Wb. Turki Usmani. Oleh : Anggraini Dwi Ikhwani

SEJARAH ISLAM AHMADIN

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

MUSTAFA KEMAL ATTATURK. Abdul Hakim UPT. Mata Kuliah Umum UNM

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan kesimpulan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar

Albania Negeri Muslim di Benua Biru?

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. Budi pekerti telah dihapus dari daftar mata pelajaran sekolah. Oleh karena itu

Aneh jika ada orang yang mengaku Muslim tapi takut terhadap penerapan syariah.

Konsep Politik Menurut Pemikiran Filsuf Barat. By : Amaliatulwalidain, MA

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

MENGENAL ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrachman Mas ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 139.

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

KESINAMBuNGAN BUDAYA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

TUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis

Karenanya parpol Islam bukanlah parpol terbuka dan menganut paham pluralisme.

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan manusia untuk mengolah tujuan-tujuan hidupnya. Agama

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

PEMBAHARUAN NEGARA TURKI PASCA KERUNTUHAN KHILAFAH TURKI USMANI

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Transkripsi:

TIGA ALIRAN PEMBAHARUAN Westernisme, Islamisme dan Nasionalisme Drs. Muhammad Muhtarom Ilyas Abstrak Setelah mengalami kemunduran, Turki Usmani tidak henti untuk berusaha mengadakan pembaharuan-pembaharuan terutama dalam sektor perubahan pemerintahan absolut menjadi pemerintahan konstitutional. Dan inilah sebenarnya yang menjadi obyek setiap gerakan pembaharuan di kerajaan Usmani. Sedangkan bidang lainnya hanyalah merupakan konsekuensi logis dari perubahan sistem pemerintahan. Walaupun kelihatannya pada setiap tujuan utama pembaharuan itu sama, namun sesungguhnya dalam berbagai hal terdapat perbedaan. Perbedaan dapat terlihat dalam dasar pandangan, dasar pijakan dan ide pembaharuan. Dengan adanya perbedaan inilah gerakan pembaharuan di kerajaan Usmani dapat dikelompokkan kedalam tiga macam aliran: aliran barat (Westernisme), aliran Islam (Islamisme) dan aliran nasionalis (Nasionalisme). Kata Kunci: pembaharuan, westernisme, islamisme dan nasionalisme Kerajaan Usmani (ottoman Empire) merupakan kerajaan Islam yang mempunyai daerah territorial yang sangat luas terbentang du tiga benua: Eropa, Asia dan Afrika. Kerajaan ini, pernah mencapai puncak kejayaannya antara tahun 1481-1566, yaitu pada masa perintahan Sultan Bayazid II dan Sultan Sulaiman al-qanuni. Setelah masa pemerintahan Sultan Sulaiman al-qanuni, kerajaan Usmani diperintah oleh para Sultan yang lemah, yang tidak mempunyai perhatian terhadap masa depan bangsa dan rakyatnya, hingga rakyatnya tetap tradisional dan statis, negara makin lama makin lemah dan akhirnya mengalami kemunduran, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Setelah mengalami kemunduran, usaha untuk memperbaiki kerajaan pemerintahan kerajaan Usmani pernah dirintis oleh Sultan Ahmad III (1703-1730), yang kemudian dikenal dengan istilah pembaharuan sebelum Periode Modern. (Harun Nasution, 1988). Karena mendapat tantangan dari kaum ulama dan militer, pada akhirnya usaha pembaharuan ini mengalami kegagalan. Usaha pembaharuan berikutnya dilaksanakan pada periode Modern, yang diawali oleh Sultan Mahmud II (1807-1839). Tercatat dalam sejarah, Sultan Mahmud II merupakan Sultan Usmani pertama yang merombak tradisi aristokrasi, jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol 7 No.2, November 2014 265

Muhtarom Ilyas - 266 dengan mengambil sikap demokratis. Ia juga dikenal sebagai Sultan yang pertama sekali di kerajaan Usmani yang dengan tegas mengadakan perbedaan antara urusan agama dan urusan dunia. Usaha-usaha pembaharuan berikutnya dilakukan oleh kelompok intelektual yang dikenal dengan gerakan Tanzimat (1834-1871). Tujuan utama gerakan ini ialah mengatur, menyusun serta memperbaiki struktur organisasi pemerintahan, termasuk bidang ekonomi, pendidikan dan kebudayaan. Selanjutnya, usaha pembaharuan juga dilakukan oleh gerakan Usmani Muda dan Turki Muda. Tujuan utama dua gerakan ini adalah mengubah pemerintahan absolut kerajaan Usmani menjadi pemerintahan konstitutional. Dan inilah sebenarnya yang menjadi obyek setiap gerakan pembaharuan di kerajaan Usmani. Sedangkan bidang lainnya hanyalah merupakan konsekuensi logis dari perubahan sistem pemerintahan. Walaupun kelihatannya tujuan utama setiap pembaharuan itu sama, yaitu terbentuknya negara konstitusional, namun sesungguhnya dalam berbagai hal terdapat perbedaan. Hal ini, dapat terlihat dalam dasar pandangan, dasar pijakan dan ide pembaharuan. Karena berbagai perbedaan ini, gerakan pembaharuan di kerajaan Usmani dapat dikelompokkan kedalam tiga macam aliran: aliran barat (Westernisme), aliran Islam (Islamisme) dan aliran nasionalis (Nasionalisme), sehingga dalam karya ilmiyah ini penulis mencoba mengkaji karakteristik aliranaliran tersebut, ide-idenya baik persamaan maupun perbedaannya serta langkahlangkah yang mereka lakukan. Westernisme Yang dimaksud dengan aliran ini ialah golongan/para tokoh pembaharuan yang ingin mencontoh peradaban barat sebagai dasar pembaharuan di kerajaan Usmani. (Niyazi Berkes, 1964). Aliran barat ini beranggapan bahwa dunia barat saat itu telah mencapai peradaban yang tinggi sebagai buktinya adalah bangsa barat telah mencapai keberhasilan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka juga telah meninggalkan tradisi-tradisi lama, termasuk tradisi keagamaan yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol 7 No. 2, November 2014

267 Tiga Aliran Pembaruan Westernisasi, Islamisme, dan Nasionalisme Dalam pandangan westernisme, jika ingin maju, kerajaan Usmani harus berkiblat pada bangsa barat serta mulai meninggalkan tradisi dan institusi-institusi lama yang telah ketinggalan zaman karena bagi mereka (westernisme) tradisi dan institusi-institusi lama-lah yang menjadi penyebab kemunduran bangsa. (Harun Nasution, 1988). Hal ini perlu, demikian kata Tewfiq Fikret, sebab menurutnya, penyebab utama kemunduran umat Islam pada saat itu adalah karena pemikiran mereka terbelenggu oleh paham fatalisme (Satu aliran teologi yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang tidak mempunyai kemampuan dan kebebasan untuk melakukan suatu perbuatan). Salah satu tokoh lainnya yang terkenal menonjol pemikirannya dan merupakan salah seorang pendiri Perkumpulan Persatuan dan Kemajuan (Society of Union and Progress) adalah Dr. Abdullah Jewdat. Menurutnya, kerajaan Usmani yang perlu diubah bukanlah sultan (sistem pemerintahannya) tetapi sistem sosialnya. Baginya, Kelemahan kerajaan Usmani dan umat Islam seluruhnya terletak pada kejahiliyahan, kemalasan, kepercayaan yang sangat kuat pada tahayul, juga terlalu patuh pada ulama bodoh yang semuanya itu dianggap sebagai ajaran Islam. Islamisme Aliran pembaharuan ini merupakan lawan terkeras bagi westernisme. Aliran ini terdiri atas tiga kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok kecil, dan keberadaannya pun relatif singkat, kelompok ini tergabung dalam organisasi Jamiyyah Ilmiyyah al-islamiyah yang memiliki media cetak Bayan al-haq sebagai media untuk menentang setiap ide yang dimunculkan oleh aliran Barat. Polemik yang pernah muncul antara golongan ini dengan Barat antara lain masalah poligami dan photography, bagi golongan ini photography termasuk masalah yang membawa kekufuran. Kelompok kedua dari Islamisme dipimpin oleh Said Nursi (1867-1960), kelompok ini menghendaki suatu penghendaki suatu pemerintahan yang memberlakukan syariat sebagi konstitusi. Mereka juga menghendaki jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol 7 No. 2, Novemver 2014

Muhtarom Ilyas - 268 diberlakukannya syariat sebagi satu-satunya hukum yang berlaku bagi seluruh rakyat, mengingat mayoritas penduduk adalah Muslim (Niyazi Berkes, 1964). Kelompok ketiga, yang merupakan kelompok terkuat dari Islamisme adalah kelompok shirat al-mustaqim, tokoh utama dari kelompok ini adalah Mehmed Akif (1870-1936). Sebagaimana kelompok sebelumnya, kelompok ini juga menentang keras adanya pemikiran yang akan memisahkan antara agama dan negara. Mereka juga menentang faham yang menyamakan kedudukan wanita dengan pria. Menurut pendapat Mehmed Akif, untuk memajukan kerajaan Usmani tidak perlu mengambil kebudayaan Barat secara utuh. Dalam hal ini ia memberi contoh bangsa Jepang yang bisa maju dengan memfilter ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa Barat saja dan meninggalkan kebudayaannya. Ia juga berpendapat, bahwa kelemahan umat Islam saat ini bukan karena agamanya. Ia menolak dengan keras pendapat yang mengatakan bahwa agama merupakan penghalang dan penghambat kemajuan (Harun Nasution, 1988). Secara umum, Aliran Islam (Islamisme) ini dapat dikatakan sebagai suatu golongan yang menjadikan syariat sebagai titik tolak dan pedoman dalam pembaharuan. Mereka menghendaki agar syariat menjadi satu-satunya konstitusi dan hukum yang dilaksanakan secara utuh dalam negara dan diberlakukan untuk segala aspek kehidupan masyarakat. Yang dimaksud dengan syariat oleh aliran ini bukanlah ajaran Islam yang terdapat dalam al-qur an dan as-sunnah, tetapi ajaran Islam yang terdapat dalam buku fiqih. Sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Dr. Harun Nasution: yang mereka maksud dengan syariat, kelihatannya ialah hukum fiqih. Nasionalisme Aliran pembaharuan yang ketiga dan paling akhir adalah Nasionalisme. Ia lahir dari ide Nasionalis Turki yang lahir dan tumbuh dari alam Turki sendiri. Ia muncul sebagai sintesa antara kegagalan westernisasi dan Islamisasi di kerajaan Usmani (Niyazi Berkes, 1964). Bukan lagi rahasia bahwa kerajaan Turki Usmani memiliki daerah territorial yang sangat luas. Penduduknya terdiri dari berbagai macam suku bangsa, sebut saja, bangsa Turki, Arab, Eropa dan bangsa-bangsa lain. jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol 7 No. 2, November 2014

269 Tiga Aliran Pembaruan Westernisasi, Islamisme, dan Nasionalisme Permulaan aliran nasionalis ini lahir dari persamaan agama (Millet), maksudnya semua orang muslim, baik yang berkebangsaan Turki, Arab, Eropa maupun bangsa lainnya merupakan satu kelompok bangsa. Namun, setelah munculnya kesadaran nasionalisme yang dimulai oleh bangsa Eropa, kemudian diikuti oleh bangsa Arab sehingga persamaan agama tidak dapat dikatakan lagi sebagai ikatan kebangsaan. Seiring dengan itu, muncul pula pemikiran Pan Turkisme yang memiliki tujuan menyatakan seluruh orang kebangsaan Turki, baik yang berada di wilayah Turki maupun yang di luar wilayah Turki. Hal tersebut jelas akan sulit untuk dilaksanakan, karena akan mendapat perlawanan dari negara-negara lain, terutama dari Rusia. Akhirnya lahirlah pemikiran Nasionalisme yang didasarkan kepada pemikiran budaya, yakni pengelompokan orang-orang Turki yang terbatas pada wilayah kerajaan Usmani. Pemikiran kelompok inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan kelompok Nasionalisme. Aliran ini menjadikan nasionalisme sebagai titik tolak dalam mengadakan pembaharuan. Semua usaha pembaharuan yang mereka lakukan senantiasa dikaitkan dengan kepentingan nasional, persatuan dan kesatuan bangsa Turki. Dalam sistem pemerintahan misalnya, kelompok ini setuju dengan sistem yang diterapkan di dunia Barat termasuk kecenderungannya kepada pemerintahan sekuler. Namun demikian, mereka menolak untuk mengambil kebudayaan bangsa Barat secara utuh dan tanpa reserve. Mereka hanya memilih hal yang sesuai dan bisa dijadikan sebagai model untuk pembentukan kebudayaan nasional Turki yang modern. Salah satu pemikiran tokoh mereka Zia Gokalp (1875-1924) yang patut dikemukakan disini adalah konsep nasionalismenya. Menurut pendapatnya nasionalisme didasarkan bukan atas bangsa (rase), sebagaimana dianut oleh paham Pan-Turkisme, tetapi atas kebudayaan. Menurutnya, kebudayaan dan peradabadan sama sekali berbeda. Kebudayaan Turki kerajaan Usmani dengan kebudayaan Turki Rusia terdapat perbedaan. Dengan demikian, baginya Turki kerajaan Usmani merupakan satu unit nasional tersendiri dan Turki Rusia begitu pula merupakan satu unit nasional tersendiri (Harun Nasution). Kebudayaan adalah hal yang unik, nasional, sederhana, subyektif dan timbul dengan sendirinya. Sedang peradaban jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol 7 No. 2, Novemver 2014

Muhtarom Ilyas - 270 bersifat umum, internasional, obyektif dan diciptakan. Kebudayaanlah yng membedakan satu bangsa dengan bangsa yang lain (Taufiqurrahman, 2009). Ide Pembaharuan Pembaharuan yang telah dilakukan semenjak Sultan Mahmud II, merupakan pembaharuan yang lebih melihat pada Barat menjadi ide utamanya yang pada akhirnya membawa akibat pada pengadopsian besar-besaran terhadap segala perangkat hukum, politik, ekonomi, pendidikan Barat untuk diterapkan di kerajaan Usmani. Inilah yang akhirnya menumbuh suburkan Westernisme di Turki. Timbulnya Westernisme itu sendiri karena negara Islam tidak lagi dipandang mempunyai kelebihan dan masyarakatnya telah menutup sejarah masa lalu. Maka mengadopsi unsur Barat menjadi satu-satunya jalan untuk mencapai kemajuan dan kemakmuran dalam peradaban yang adiluhung. Tuefik Fikret dan Abdullah Cevdet sebagai pengusung westernisme memandang bahwasannya westernisme adalah transformasi mental secara menyeluruh melalu proses membuang sistem yang lama dan menggantinya dengan sistem Barat. Pandangan westernisme tersebut antara lain : pertama, penyebab kemunduran Turki karena pikiran Asia, lembaga dan tradisinya lemah begitu juga moral dan mentalnya. Kelemahan mental dan moral tersebut disebabkan oleh syari at yang menguasai seluruh kehidupan bangsa Turki. Obatnya adalah tradisi barat, dengan memisahkan negara dari otoritas agama, dalam artian agama-agama yang telah rusak oleh zaman dan bukan ajaran Islam yang asli dan rasional. Meskipun begitu mereka dapat dikatakan masih concern pada Islam. Kedua, pembaharuan keagamaan yaitu menentang kefanatikan Ulama Turki yang tradisional, yang dianggap sebagai sumber kemunduran, memasukkan ilmu pengetahuan modern sehingga dapat menghasilkan Ulama yang berpandangan modern, menekankan ajaran agama pada kehidupan duniawi dan mengusahakan penerjemahan al-qur an ke dalam bahasa Turki. Ketiga, pembaharuan ekonomi, menjadikan sistem perekonomian Barat sebagai sistem ekonomi Turki, seperti kapitalisme, individualisme, liberalisme, dan bekerja untuk menumpuk harta. Kemunduran Turki disebabkan karena masyarakat Turki berpegang pada tradisi dan jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol 7 No. 2, November 2014

271 Tiga Aliran Pembaruan Westernisasi, Islamisme, dan Nasionalisme institusi yang dipengaruhi oleh faham fatalisme. Keempat, Pembaharuan lembaga negara, dengan memisahkan otoritas negara dari otoritas agama. Kelima, pembaharuan pada keluarga, dimana kemunduran Turki disebabkan oleh status dan kedudukan wanita sangat rendah. Untuk memajukan Turki, wanita harus diangkat derajatnya sejajar dengan pria, menghapus sistem poligami, pelepasan kerudung wanita. Keenam, Pembaharuan pendidikan yaitu memberikan muatan kurikulum ilmu pengetahuan modern di segala jenis dan jenjang pendidikan. Pengajaran agama dijatuhkan dari takhayyul dan menekankan keduniaan lebih besar dibanding keakhiratan. Pemikiran tokoh westernisme Turki di atas mendapat reaksi keras dari golongan Islam dengan tokoh diantaranya adalah Mehmed Akif dan Musa Kazim. Pemikiran tokoh-tokoh Islam tersebut adalah pertama, kemunduran Turki bukan disebabkan Islam atau pengaruh syari at tapi justru karena syari at tidak diterapkan kesultanan Usmani. Obatnya adalah menerapkan syari at yang mencakup seluruh kehidupan rakyat. Argumentasi ini didukung oleh realitas sejarah dimana meski telah melakukan pembaharuan Turki tetap lemah. Jepang maju bukan merubah sistem budayanya tapi hanya mengambil perangkat teknologi dari Barat. Kedua, pembaharuan di bidang agama tidak banyak terlihat karena mereka lebih menginginkan penerapan syari at Islam sesempurna mungkin dan tetap mempertahankan institusi yang ada. Ketiga, dalam bidang ekonomi mereka setuju ada pembangunan ekonomi untuk tercapainya kesejahteraan. Mereka menentang ide kapitalisme, individualisme, liberalisme, sosialisme, dan komunisme Barat. Bagi mereka kemajuan ekonomi bisa dikembangkan tanpa mengorbankan prinsip agama. Keempat, bidang kenegaraan, mereka tidak puas dengan konstitusi 1876 karena dalam pelaksanaannya hukum Islam belum diterapkan secara penuh, meski dasar negaranya Islam. Soal membuat undang-undang adalah hak Tuhan, dimana Ulama mempunyai wewenang menginterpretasikannya. Dengan demikian Ulama mempunyai hak mengatur negara dimana pelaksanaannya berwujud raja yang berfungsi khalifah sebagai pimpinan agama dan Sultan berfungsi sebagai pimpinan pemerintahan. Kelima, mereka menentang pandangan Barat tentang wanita. Melepaskan kerudung bukanlah mengangkat derajat wanita, tapi justru menghina jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol 7 No. 2, Novemver 2014

Muhtarom Ilyas - 272 dan menyebabkan dekadensi moral. Wanita tidak diberi hak dalam masalah cerai karena wanita lebih emosional. Keenam, dalam pendidikan, mereka mendukung masuknya ilmu-ilmu modern dan yang mereka tentang adalah penanaman nilai sekuler. Madrasah tetap dipertahankan untuk memberikan porsi pendidikan agama lebih banyak (Taufiqurrahman, 2009). Pemikiran kelompok nasionalisme dikembangkan oleh Ziya Gokalp dan Yusuf Ackura. Mereka mencoba menggabungkan kecenderungan pemikiran westernisme dan Islamisme yang diangkat sebagai sintesa, meskipun agak berbeda karena prinsipnya berbeda. Pandangan pembaharuan nasionalisme antara lain pertama, kemunduran Turki disebabkan karena ketidakmampuan mereka menerima perubahan dan melakukan interpretasi baru ajaran Islam sesuai dengan kondisi sosialnya. Sebab lain adalah hilangnya budaya Turki karena terdesak oleh peradaban Islam. Obatnya adalah menghilangkan institusi tradisional usang yang telah diciptakan peradaban Islam. Namun ketika mau membangun peradaban, nilai Islam harus tetap menjadi jiwanya, budaya Barat hanya menjadi model kebudayaan nasional Turki. Pembaharuan Turki bukan berdasarkan syari at, bukan kebudayaan Turki sebelum Islam atau Barat, tapi kebudayaan nasional Turki modern. Kedua, dalam agama mereka menginginkan pemisahan antara diniyet dan muamilet. Hukum ibadah atau diniyet merupakan urusan Ulama, sedang muamalah menjadi urusan negara. Inilah yang disebut pemisahan negara dan agama. Kekuasaan legislatif yang selama ini berada pada Syekh al Islam dikembalikan pada parlemen, begitu juga mahkamah syari ah dipindah ke kementerian Kehakiman. Madrasah dikelola oleh kementerian Wakaf. Ketiga, bidang ekonomi, kelompok ini menyerang kelompok Islam yang menyamakan bunga uang dengan riba, bagi mereka bunga adalah hasil transaksi sewa menyewa. Keempat, lembaga negara, mereka setuju dengan pendapat kelompok Barat tentang pemisahan kelompok agama dan kekuasaan politik negara. Kelima, tentang wanita, mereka mengusulkan persamaan status wanita dan pria dalam bidang pendidikan, perkawinan pewarisan dan poligami dihapus. Keenam, dalam pendidikan, mereka setuju dengan pandangan kelompok Islam bahwa Turki sedang mengalami krisis moral akibat melemahnya pengaruh nilai-nilai agama, namun solusinya bukan memberikan pendidikan agama karena masyarakat Turki jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol 7 No. 2, November 2014

273 Tiga Aliran Pembaruan Westernisasi, Islamisme, dan Nasionalisme sudah berubah dari masyarakat agama menuju masyarakat nasional. Dalam pendidikan harus diterapkan nilai moralitas sekuler. Madrasah, maktab, sekolah asing tidak menciptakan kreatifitas baru tapi merupakan tiruan kebudayaan asing dan bukan merupakan kebudayaan Turki. Pertentangan antara ketiga kelompok ini pada akhirnya dimenangkan oleh kelompok nasionalis dengan terbentuknya negara nasional Turki modern. Turki menjadi negara dengan bentuk republik dipimpin oleh Mustofa Kemal Ataturk yang diproklamirkan pada tanggal 29 Oktober 1923. Pembentukan negara Turki pada gilirannya menghapus institusi kekhalifahan (1924), serta mengakhiri dominasi Ulama dan akhirnya menjadi negara sekuler. Turki dengan undangan-undangan tahun 1937 menegaskan diri sebagai negara Turki dengan bentuk republik, nasional, kerakyatan, kenegaraan, sekularis dan revolusioner. Dan yang menjadi penjaga dan pengawas konstitusinya sampai saat ini adalah militer (Taufiqurrahman, 2009). Daftar Pustaka Nasution, Harun. 1988. Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang. Niyazi Berkes, 1964. The Development of Secularism in Turkey. Montreal: McGill University Press. Syadzali, Munawir. 1992. Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran. Jakarta, UI Prees. Taufiqurrahman, 2003. Sejarah Sosial Masyarakat Islam. Surabaya: Pustaka Islamika. ---------------------, 2009. Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Islam, Surabaya: Dian Ilmu. Waliyullah, Syah. 1964. Hujjatul al-balighah, Kairo, Darul Kutub Hadibiyah. jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol 7 No. 2, Novemver 2014