Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/ km 2 )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi

- Laut Seram di sebelah utara - Papua Barat di sebelah timur - Laut Indonesia dan Laut Arafuru di sebelah selatan - Sulawesi di sebelah barat

BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi

GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PENGEMBANGAN PROFIL KINERJA PEMBINA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 79 /KPTS/013/2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 132 /KPTS/013/2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PULANG PISAU,

Daftar Isi. KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ORGANISASI PERANGKAT DAERAH UNTUK SUB URUSAN JASA KONSTRUKSI DALAM PERSPEKTIF PEMERINTAHAN DAERAH (UU No.23/2014)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, a.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

SURAT EDARAN Nomor: 08/SE/M/2006

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

APBD BANTEN 2013 CAPAI RP6.052 TRILIUN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH SEKRETARIS SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN PROGRAM

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PROYEKSI/TARGET PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA B A D A N P E N G E L O L A K E U A N G A N D A N A S E T D A E R A H

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

Kata Pengantar. Kupang, Februari 2014 KEPALA BAPPEDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal. daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KATA PENGANTAR. iii. ANALISIS Realisasi APBD tahun anggaran 2012

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN

POINTER SAMBUTAN/ARAHAN GUBENUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA 4 MENTERI TENTANG PENYELARASAN DAN PENGUATAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

QANUN ACEH NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 9 TAHUN 2007

Uraian Tugas dan Fungsi BAPPEDA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Transkripsi:

H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Kalimantan Selatan terletak pada 114⁰19 13 BT - 116⁰33 28 BT dan - 1⁰21 49 LS - 4⁰10 14 LS. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan adalah 38.744 km 2. Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari 13 kabupaten/ kota dengan jumlah kecamatan sebanyak 152 kecamatan. Secara administratif, Provinsi Kalimantan Selatan berbatasan dengan: - Kalimantan Timur di sebelah utara - Selat Makasar di sebelah timur - Laut Jawa di sebelah selatan - Kalimantan Tengah di sebelah barat 1.2 Demografi Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan berjumlah 3.626.600 jiwa dengan kepadatan penduduk 94 jiwa/km 2. Dalam kurun waktu empat tahun terjadi pertumbuhan penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 8,17 %, sehingga pada tahun 2014 jumlah penduduk meningkat menjadi 3.922.800 jiwa dengan kepadatan penduduk 101 jiwa/km 2. Tabel 1-1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah penduduk (jiwa) 3.626.600 3.714.300 3.785.000 3.854.500 3.922.800 Kepadatan penduduk (jiwa/ km 2 ) 94 96 98 99 101 Pertumbuhan penduduk (%) 2,42 1,9 1,84 1,77 - Laju pertumbuhan (%) 1,98 Sumber: Statistik Indonesia

H a l a m a n 1-2 BAB 2 TIM PEMBINA JASA KONSTRUKSI 2.1 Kelembagaan TPJK Provinsi Kalimantan Selatan Pembentukan Tim Pembina Jasa Konstruksi Provinsi Kalimantan Selatan terakhir dibentuk pada tahun 2009 melalui Surat Keputusan Gubernur Nomor 188.44/182/KUM/2009 tahun tentang Pembentukan Tim Pembina Jasa Konstruksi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Pemerintah mempunyai fungsi pelaksana koordinasi dan rekomendasi hasil pembinaan jasa konstruksi sebagai bahan kebijakan. Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud pada Surat Keputusan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan nomor 188.44/182/KUM/2009, maka TPJK Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai tugas: 1. melaksanakan kebijakan pembinaan jasa konstruksi 2. menyebarluaskan peraturan perundang-undangan jasa konstruksi 3. melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan jasa konstruksi 4. melaksanakan Pengawasan sesuai dengan kewenangannya untuk terpenuhinya tertib penyelenggaraan pekerjaan Jasa konstruksi. Dalam melaksanakan pembinaan jasa konstruksi di Provinsi Kalimantan Selatan, kelembagaan pembina jasa konstruksi berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan nomor 188.44/182/KUM/2009 dapat dilihat pada tabel 2-1 berikut. Tabel 2-1 Susunan dan Personalia TPJK Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 188.44/182/KUM/2009 tahun 2009 Kelembagaan TPJK Penasehat Ketua Sekretaris 1 Sekretaris 2 Pembina TPJK Provinsi Kalimantan Selatan Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Asisten Pembangunan Setda Provinsi Kalimantan Selatan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Selatan Kepala Biro Perekonomian Setda Provinsi Kalimantan Selatan Anggota 1. Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Provinsi Kalimantan Selatan 2. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Selatan 3. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Selatan 4. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan

H a l a m a n 1-3 5. Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Selatan 6. Kepala Biro Hukum Setda Provinsi Kalimantan Selatan 7. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan 8. Kepala Balai Pengembangan Teknologi dan Konstruksi Provinsi Kalimantan Selatan 9. Semua Kepala Bidang di Dinas PU termasuk Kepala Bidang Tata Ruang Kawasan dan Bina Jasa Konstruksi Dinas PU termasuk dua Kepala Seksi Bina Sumber Daya Usaha Jasa konstruksi dan Kepala Seksi Bina Teknik Tata Ruang dan Bina Konstruksi. 2.1.1 Pelaksanaan tugas dan fungsi TPJKP Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi TPJK Provinsi Kalimantan Selatan mengacu pada Surat Keputusan Gubernur Nomor 188.44/182/KUM/2009, dimana tim pembina harus melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam lingkup pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan. Rincian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi TPJK terkait pembinaan jasa konstruksi dapat dilihat pada tabel 2-2. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap TPJK Provinsi Kalimantan Selatan, pelaksanaan tugas dan fungsi TPJK dinilai baik karena TPJK telah melaksanakan 6 dari 9 substansi tugas pokok dan fungsi TPJK. Substansi tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakan oleh TPJK Provinsi Kalimantan Selatan adalah: - pelaksanakan kebijakan pembina jasa konstruksi secara bulanan - penyebarluasan perundang-undangan jasa konstruksi secara bulanan - pelaksanaan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan kepada penyedia jasa secara bulanan - pelaksanaan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan kepada pengguna jasa secara bulanan - pelaksanaan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan kepada perguruan tinggi secara bulanan - pelaksanaan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan kepada asosiasi secara bulanan

H a l a m a n 1-4 Tabel 2-2 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi TPJK Provinsi Kalimantan Selatan Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Melaksanakan kebijakan pembina jasa konstruksi Menyebarluakan perundangundangan jasa konstruksi Melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan kepada penyedia jasa Melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan kepada pengguna jasa Melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan kepada masyarakat Melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan kepada perguruan tinggi Melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan kepada asosiasi Melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan kepada NGO/LSM Melaksanakan pengawsan tata tertib konstruksi Mingguan Bulanan Triwulan Tahunan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Sumber: hasil survei 2015 2.1.2 Organisasi dan tata kerja Struktur kelembagaan yang direkomendasikan menurut Surat Edaran Kemendagri nomor 601/476/SJ adalah ketua dijabat oleh Asisten Sekretaris Daerah, sekretaris dijabat oleh Dinas Pekerjaan Umum, dan sekretariat terdiri atas unsur Pemerintah Daerah, sedangkan struktur keanggotaan diserahkan pada kewenangan daerah. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 188.44/182/KUM/2009, struktur kelembagaan TPJK Provinsi Kalimantan Selatan dinilai baik karena kelembagaan TPJK telah sesuai dengan rekomendasi Surat Edaran Kemendagri nomor 601/476/SJ, dimana kelembagaan TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari ketua oleh Gubernur Sekretariat Daerah, sekretaris oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum, dan anggota oleh unsurunsur pemerintah daerah.

H a l a m a n 1-5 2.1.3 Fasilitas Dalam mendukung kinerja TPJK Provinsi Kalimantan Selatan, fasilitas seperti ruang khusus (secretariat), komputer, printer, telepon, dan sebagainya sangat dibutuhkan. Fasilitas TPJK Provinsi Kalimantan Selatan dinilai cukup memadai dalam mendukung kinerja TPJK. Namun, TPJK Provinsi Kalimantan Selatan belum prasarana dan fasililitas khusus seperti ruang khusus dalam menjalankan fungsinya. 2.1.4 Sistem informasi Dalam menyediakan informasi-informasi terkait pembinaan jasa konstruksi, maka dibutuhkan sistem informasi yang dapat diakses oleh pemangku kepentingan jasa konstruksi baik penyedia jasa, pengguna jasa, maupun masyarakat. Namun, TPJK Provinsi Kalimantan Selatan belum memiliki sistem informasi baik yang berdiri sendiri maupun terintegrasi dengan sistem informasi pusat/daerah. Oleh sebab itu, sebaiknya TPJKP mengadakan sistem informasi, sehingga pemangku kepentingan jasa konstruksi dapat mengakses informasi terkait jasa konstruksi. Informasi-informasi tentang TPJKP dapat diakses melalui Sistem Informasi Pembinaan Jasa Konstruksi (SIPJAKI) yang telah dikembangkan oleh TPJK nasional (BP Konstruksi Kementerian PU). Sebagai salah satu instansi TPJKN seharusnya data diperbaharui oleh TPJKP. 2.2 Proses pembinaan TPJKP terhadap pemangku kepentingan konstruksi Berdasarkan PP No. 30 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi, bentuk pembinaan jasa konstruksi terdiri dari pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan. Pembinaan ini dilakukan oleh TPJK kepada semua pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi. Pihak-pihak yang menjadi sasaran pembinaan jasa konstruksi oleh TPJK terdiri dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi (LPJKP), pengguna jasa, penyedia jasa, perguruan tinggi, masyarakat pengguna dan pihak yang terkena dampak konstruksi baik dalam pengadaan, proses konstruksi, dan pemanfaatan bangunan konstruksi.

H a l a m a n 1-6 2.2.1 Pengaturan Program pengaturan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap pemangku kepentingan konstruksi dapat dilihat pada tabel 2-3. Berdasarkan table tersebut, program pengaturan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Kalimantan Selatan dinilai kurang baik karena program pengaturan meliputi 9 dari 17 substansi. Sebanyak 7 substansi pengaturan lainnya belum dilaksanakan. Program pengaturan di Provinsi Kalimantan Selatan dilakukan melalui workshop. Tabel 2-3 Program Pengaturan TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap Pemangku Kepentingan Konstruksi Deskripsi Dilaksanakan Tidak Dilaksanakan Keterangan Arahan pembinaan pengadaan Workshop Arahan pembinaan kontraktual Workshop Arahan pembinaan green contruction Arahan pembinaan investasi Arahan pembinaan kelembagaan TPJKP Workshop Arahan pembinaan SIPJAKI Workshop Arahan pembinaan SBU Workshop Arahan pembinaan SIUJK Workshop Arahan pembinaan SKA Arahan pembinaan SKT Workshop Arahan pembinaan penyusunan Amdal Arahan pembinaan penyusunan RKL Arahan pembinaan penyusunan RPL Arahan pembinaan penerbitan IMB Arahan pembinaan SMM Workshop Arahan pembinaan SMK3 Workshop Arahan pembinaan tertib pemanfaatan bangunan Sumber: hasil survei 2015 2.2.2 Pemberdayaan Pembinaan TPJK terhadap pemangku kepentingan jasa konstruksi melalui program pemberdayaan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia di bidang jasa konstruksi, pengembangan usaha jasa konstruksi, dukungan lembaga keuangan dalam memperoleh pendanaan, dukungan lembaga pertanggungan dalam hal jaminan pertanggungjawaban resiko, dan peningkatan kemampuan teknologi sistem informasi dan

H a l a m a n 1-7 pengembangan teknologi. Program pembinaan pemberdayaan ini dilakukan terhadap penyedia jasa, pengguna jasa, masyarakat, LPJKP, dan TPJK kabupaten/ kota. 1. Pemberdayaan penyedia jasa Pembinaan jasa konstruksi terhadap penyedia jasa dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran penyedia jasa terhadap hak dan kewajibannya dalam bidang jasa konstruksi. Program pemberdayaan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap penyedia jasa dinilai kurang baik karena substansi pemberdayaan yang diberikan hanya mencakup pemberdayaan SDM. Pemberdayaan SDM diberikan pada badan usaha dan tenaga terampil konstruksi. Tabel 2-4 Program Pemberdayaan TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap Penyedia Jasa Program Pemberdayaan Penyedia Jasa Sumber Daya Manusia Pembiayaan/ Manajemen Keuangan Asuransi Pertanggung jawaban Teknis Badan Usaha - - - Tenaga Ahli - - - - Tenaga Trampil - - - Konsultan - - - - Sumber: hasil survei 2015 2. Pemberdayaan pengguna jasa Berdasarkan PP No 30 Tahun 2000, pembinaan jasa konstruksi dilakukan terhadap pengguna jasa guna untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran akan hak dan kewajiban pengguna jasa dalam pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Program pemberdayaan TPJK Provinsi Kalimantan Selatan dinilai kurang baik. Pembinaan terkait pemberdayaan terhadap pengguna jasa dinilai kurang baik karena pelaksanaan pembinaan dilakukan hanya kepada pemerintah provinsi, SKPD, dan PPK. Substansi pemberdayaan yang diberikan kepada para pengguna jasa tersebut adalah substansi pengadaan jasa konstruksi.

H a l a m a n 1-8 Tabel 2-5 Program Pemberdayaan TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap Pengguna Jasa Program Pemberdayaan Pengguna Jasa Pengadaan Kontrak Administrasi Kontrak Perselisihan Kontrak Pemerintah Provinsi - - - Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) - - - Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) - - - - Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) - - - Swasta - - - - Sumber: hasil survei 2015 3. Pemberdayaan masyarakat Pembinaan jasa konstruksi terhadap masyarakat dilakukan untuk menumbuhkembangkan pemahaman kan peran strategis jasa konstruksi dalam pembangunan nasional, kesadaran akan hak dan kewajiban guna mewujudkan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan. Masyarakat yang menjadi sasaran dari pemberdayaan TPJK Provinsi Kalimantan Selatan adalah asosiasi profesi, asosiasi pelaku, dan perguruan tinggi. Pembinaan terkait pemberdayaan terhadap masyarakat dinilai cukup baik karena pelaksanaan pemberdayaan telah mencakup substansi Sistem Manajemen Mutu (SMM), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), undang-undang jasa konstruksi, dan penyuluhan undang-undang aturan jasa konstruksi. Tabel 2-6 Program Pemberdayaan TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap Masyarakat Program Pemberdayaan Masyarakat Dilaksanakan Tidak dilaksanakan Keterangan Asosiasi Profesi Workshop/Sosialisasi Asosiasi Perusahaan Workshop/Sosialisasi Perguruan Tinggi Workshop/Sosialisasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bentuk Pemberdayaan: - SMM Workshop/Sosialisasi - SMK3 Workshop/Sosialisasi - UU Jasa Konstruksi Workshop/Sosialisasi - Penyuluhan UU Aturan Jasa Konstruksi Workshop/Sosialisasi

H a l a m a n 1-9 - Penyuluhan Pemanfaatan Jasa Konstruksi - Penyuluhan Bantuan Teknis Jasa Konstruksi Sumber: hasil survei 2015 4. Pemberdayaan LPJKP Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Provinsi Kalimantan Selatan terhadap Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) adalah berupa workshop. 5. Pemberdayaan TPJK kabupaten dan kota Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Provinsi Kalimantan Selatan terhadap Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) kabupaten dan kota adalah berupa workshop. 2.2.3 Pengawasan Proses pengawasan dilakukan untuk mencapai tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan jasa konstruksi. Proses pengawasan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap pemangku kepentingan konstruksi terdiri dari Penerbitan Surat Badan Usaha (SBU), Sertifikat Keahlian (SKA), Sertifikat Keterampilan (SKT). Evaluasi yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terkait pengawasan menunjukkan bahwa penerbitan SIUJK dinilai sedang, penerbitan IMB dinilai sedang, tertib SMM dinilai sedang, tertib SMK3 dinilai sedang, tertib pemanfaatan bangunan dinilai sedang. Tabel 2-7 Program Pengawasan TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap Pemangku Kepentingan Jasa Konstruksi Pengawasan Dilaksanakan Tidak dilaksanakan Keterangan - Penerbitan SBU 1764 (tahun 2014) - Penerbitan SKA - Penerbitan SKT 1081 (tahun 2014) 846 (tahun 2014)

H a l a m a n 1-10 - Evaluasi Penerbitan SIUJK - Evaluasi Penerbitan IMB - Evaluasi Tertib SMM - Evaluasi Tertib SMK3 - Evaluasi Tertib Pemanfaatan Bangunan sedang sedang sedang sedang sedang Sumber: hasil survei 2015 2.3 Kegiatan pembinaan/ bantuan TPJK 2.3.1 Pembinaan TPJKP kepada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Provinsi Kalimantan Selatan Tim Pembina Jasa Konstruksi Provinsi Kalimantan Selatan melakukan pembinaan kepada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi Kalimantan Selatan (LPJKP). Dalam rangka peningkatan kinerja lembaga telah dilakukan kerjasama pelatihan/ koordinasi/ kemitraan kebutuhan lembaga. Sedangkan dalam sistem informasi telah dibuat website mengenai jasa konstruksi Kalimantan Selatan yang beralamat di http://www.lpjk.org. Berdasarkan hasil survei, kegiatan pembinaan/ bantuan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap LPJK Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari: 1. Pengaturan Bentuk pengaturan berupa perda perizinan dan penyelenggaraan konstruksi belum dilakukan oleh TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap LPJK Provinsi Kalimantan Selatan. 2. Pemberdayaan Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap LPJK Provinsi Kalimantan Selatan adalah berupa: - surat edaran pelatihan tenaga terampil - surat edaran pelatihan bimbingan teknis pengadaan barang dan jasa

H a l a m a n 1-11 3. Pengawasan Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap LPJK Provinsi Kalimantan Selatan adalah berupa: - pelatihan keuangan/ pertanggungjawaban kontraktor melalui pelatihan keuangan/ pertanggungjawaban berupa pertanggungjawaban teknis (PJT) - pengembangan/peningkatan kemampuan teknologi (litbang) kontraktor yang terdiri dari SMM, SMK3 2.3.2 Pembinaan TPJKP terhadap penyedia jasa Berdasarkan Surat Edaran Kemendagri No. 601/ 476/ SJ, 13 Maret 2016, Tim Pembina Jasa Konstruksi melakukan pembinaan kepada penyedia jasa. Berdasarkan hasil survei, kegiatan pembinaan/ bantuan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap penyedia jasa terdiri dari: 1. Pengaturan Bentuk pengaturan berupa perda perizinan dan penyelenggaraan konstruksi belum dilakukan oleh TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap penyedia jasa. 2. Pemberdayaan Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap penyedia jasa adalah berupa: - surat edaran pelatihan tenaga terampil - surat edaran pelatihan bimbingan teknis pengadaan barang dan jasa 3. Pengawasan Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Kalimantan Selatan terhadap penyedia jasa adalah berupa: - pelatihan keuangan/ pertanggungjawaban kontraktor melalui pelatihan keuangan/ pertanggungjawaban berupa pertanggungjawaban teknis (PJT) - pengembangan/peningkatan kemampuan teknologi (litbang) kontraktor yang terdiri dari SMM, SMK3

H a l a m a n 3-1 BAB 3 POTRET INDUSTRI JASA KONSTRUKSI 3.1 Peran Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan Sektor konstruksi merupakan salah satu sektor yang memiliki peran strategis terhadap pembangunan daerah. Kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonomian sangat signifikan karena sektor ini merupakan katalisator bagi sektor-sektor lain seperti sektor jasa, transportasi, perdagangan, dan industri. Semakin besar sumbangan suatu sektor terhadap PDRB, maka semakin besar pengaruh sektor tersebut terhadap perekonomian daerah. Besar kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2014. Pada tahun 2010, sektor konstruksi memberi konstribusi sebesar 7,13% terhadap PDB. Pada tahun 2011, kontribusi sektor konstruksi terhadap PDB menurun menjadi 7,03%. Pada tahun 2012, konstribusi sektor konstruksi terhadap PDB mengalami peningkatan sebesar 0,02%, sehingga pada tahun tersebut sektor konstruksi memberi kontribusi sebesar 7,05% terhadap PDB. Kontribusi sektor konstruksi ini kemudian meningkat menjadi 7,08% pada tahun 2013 dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 7,19%. Jadi, dalam rentang tahun 2010 sampai 2014 ratarata peran sektor konstruksi terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan adalah sekitar 7,1 %. Tabel 3-1 Kontribusi Sektor Konstruksi terhadap Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 PDRB Total 85.305.500 91.252.100 96.697.800 101.879.400 106.820.700 PDRB Konstruksi 6.079.200 6.412.300 6.813.400 7.214.400 7.675.500 Konstribusi Sektor Konstruksi terhadap PDRB (%) 7,13 7,03 7,05 7,08 7,19 Sumber: Statistik Indonesia

H a l a m a n 3-2 3.2 Peran Sektor Konstruksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Kalimantan Selatan Sektor konstruksi merupakan sektor yang menyediakan lapangan perkerjaan bagi masyarakat baik masyarakat yang berpendidikan, semi-berpendidikan, dan tidak berpendidikan. Penyerapan tenaga kerja di bidang konstruksi dapat mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor konstruksi pada tahun 2010 sampai 2014 adalah sebesar 4,91 % dari total angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Selatan. Jumlah tenaga kerja konstruksi cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang berjumlah 75.475 jiwa menjadi 100.164 jiwa pada tahun 2014. Besar penyerapan tenaga kerja bidang konstruksi dapat dilihat pada tabel 3.2. Pada tahun 2010 penyerapan kerja sektor konstruksi di Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebesar 4,1 % dari total angkatan kerja sebesar 1.840.296 jiwa. Penyerapan tenaga kerja konstruksi mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi sebesar 4,93% dari total angkatan kerja sebesar 1.925.684 jiwa. Pada tahun 2012 jumlah tenaga kerja mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari 1.925.684 jiwa menjadi 1.922.151 jiwa. Sementara itu, jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan dari tahun 2011 menjadi 97.245 jiwa. Penyerapan tenaga kerja konstruksi pada tahun 2012 adalah sebesar 5,06%. Pada tahun 2013 penyerapan tenaga kerja konstruksi mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 5,29% dari total angkatan kerja 1.882.503 jiwa. Kemudian pada tahun 2014 terjadi penurunan dalam penyerapan tenaga kerja menjadi 5,16% dari total angkatan kerja 1.941.229 jiwa. Tabel 3-2 Peran Sektor Konstruksi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Angkatan Kerja 1.840.296 1.925.684 1.922.151 1.882.503 1.941.229 Tenaga Kerja Konstruksi Penyerapan Tenaga Kerja Konstruksi (%) 75.475 94.961 97.245 99.651 100.164 4,1 4,93 5,06 5,29 5,16 Sumber: Statistik Indonesia Sektor konstruksi yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan kepada masyakarat akan mengurangi tingkat pengangguran. Pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan akan mampu menurunkan tingkat penggangguran, sehingga kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan penyerapan tenaga kerja konstruksi cenderung diikuti juga oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi di bidang konstruksi.

H a l a m a n 3-3 Tabel 3-3 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2010 sampai 2014 pertumbuhan ekonomi di bidang konstruksi dengan rata-rata sebesar 7,1 % mampu menyerap tenaga kerja dengan rata-rata 93.499,2 jiwa di Provinsi Kalimantan Selatan. Dengan kata lain, setiap pertumbuhan ekonomi sektor konstruksi mengalami peningkatan sebesar 1% di Provinsi Kalimantan Selatan, maka rata-rata jumlah tenaga kerja yang diserap adalah sekitar 13.169 jiwa. Tabel 3-3 Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Bidang Konstruksi Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Tenaga Kerja Konstruksi 75.475 94.961 97.245 99.651 100.164 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Konstruksi (%) 7,13 7,03 7,05 7,08 7,19 Sumber: Statistik Indonesia 3.3 Tenaga Kerja dan Badan Usaha Sektor Konstruksi di Provinsi Kalimantan Selatan 3.3.1 Tenaga Kerja dan Upah Pekerja Tenaga kerja konstruksi terdiri dari tenaga kerja tetap dan harian lepas. Tenaga kerja konstruksi tetap di Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan sebesar 33,35 % dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Pada tahun 2010 tenaga kerja konstruksi tetap di Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 15.568 orang, pada tahun 2011 sebanyak 18.883 orang, pada tahun 2012 sebanyak 20184 orang, pada tahun 2013 sebanyak 20.447 orang, dan pada tahun 2014 menjadi 20.760 orang. Jumlah tenaga kerja konstruksi harian lebih besar dibanding jumlah tenaga kerja tetap konstruksi. Tenaga kerja konstruksi harian di Provinsi Kalimantan Selatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 192,27 %. Pada tahun 2010 tenaga kerja konstruksi harian di Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 9.438.867 orang, pada tahun 2011 sebanyak 20.262.388 orang, pada tahun 2012 sebanyak 21.453.730 orang, pada tahun 2013 sebanyak 24.272.947 orang, dan pada tahun 2014 menjadi 27.586.682 orang.

H a l a m a n 3-4 Tabel 3-4 Jumlah Tenaga Kerja pada Sektor Konstruksi Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Tenaga Kerja Tetap (orang) Tenaga Kerja Harian (orang) 15.568 18.883 20.184 20.447 20.760 9.438.867 20.262.388 21.453.730 24.272.947 27.586.682 Sumber: Statistik Indonesia 3.3.2 Tenaga Ahli dan Tenaga Terampil di Bidang Jasa Konstruksi di Provinsi Kalimantan Selatan Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) bidang jasa konstruksi di Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat dari jumlah tenaga ahli dan tenaga terampil di bidang jasa konstruksi. Jumlah tenaga ahli dan tenaga terampil bidang jasa konstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang telah disertifikasi keahliannya dapat dilihat pada table di bawah ini. Table 3-5 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja ahli di Provinsi Kalimantan Selatan didominasi oleh tenaga ahli utama. Pada tahun 2010 jumlah tenaga ahli konstruksi di Provinsi Kalimantan Selatan berjumlah 3.336 orang. Pada tahun 2011 jumlah tenaga ahli konstruksi meningkat menjadi 2.153 orang. Selanjutnya, pada tahun 2012 jumlah tenaga ahli konstruksi meningkat menjadi 3.782 orang, kemudian menurun pada tahun 2013 menjadi 388 orang. Pada tahun 2014 jumlah tenaga ahli konstruksi meningkat menjadi 568 orang. Sementara itu, tenaga kerja terampil secara kuantitas mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 sampai 2014 jumlah tenaga terampil di Provinsi Kalimantan Selatan secara berurutan adalah 7.674 orang pada tahun 2010, 5.284 orang pada tahun 2011, 5.288 orang pada tahun 2012, 7.735 orang pada tahun 2013, dan 4.582 orang pada tahun 2014. Tenaga kerja terampil di Provinsi Kalimantan Selatan lebih didominasi oleh tenaga terampil tingkat I.

H a l a m a n 3-5 Tabel 3-5 Tenaga Kerja Konstruksi Menurut Kualifikasi Tahun Tenaga Kerja Ahli Tenaga Kerja Terampil Muda Madya Utama Total Tingkat I Tingkat II Tingkat III Total 2010 15 431 1.421 1.867 2.440 1.726 236 4.402 2011 21 535 1.597 2.153 2.497 2.497 290 5.284 2012 21 538 1.605 2.164 2.499 2.499 290 5.288 2013 5 105 105 215 1.330 1.330 210 2.870 2014 7 124 172 303 2.105 2.105 372 4.582 Sumber: Statistik Konstruksi 3.3.3 Badan Usaha Jasa Konstruksi di Provinsi Kalimantan Selatan Badan usaha konstruksi dibedakan berdasarkan skala dan bidangnya. Berdasarkan skala badan usaha jasa konstruksi dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu kecil, menengah, dan besar. Sedangkan berdasarkan bidangnya badan usaha jasa konstruksi dibedakan menjadi bidang gedung, sipil dan khusus. Berdasarkan skalanya, badan usaha lebih didominasi oleh badan usaha skala kecil. Pada tabel 3-6 jumlah badan usaha skala kecil pada tahun 2010 sampai tahun 2014 lebih banyak dibanding skala sedang dan skala besar. Pada tahun 2014 jumlah badan usaha kecil di Provinsi Kalimantan Selatan adalah 3.084 badan usaha, sedangkan badan usaha menengah berjumlah 334 dan badan usaha besar berjumlah 36. Jumlah badan usaha skala kecil meningkat dari 3.228 badan usaha pada tahun 2010 menjadi 3.084 badan usaha pada tahun 2014. Badan usaha skala sedang mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Dalam jangka waktu tersebut, badan usaha skala sedang peningkatan dari 256 pada tahun 2010 menjadi 334 pada tahun 2014. Badan usaha besar meningkat menurun dari 38 badan usaha pada tahun 2010 menjadi 36 badan usaha pada tahun 2014. Pada tabel 3-6 badan usaha di Provinsi Kalimantan Selatan yang bergerak pada bidang konstruksi lebih didominasi oleh bidang gedung dan sipil. Pada tahun 2010 badan usaha bidang gedung berjumlah 1.658 menurun menjadi 1.603 pada tahun 2013. Badan usaha bidang sipil mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang berjumlah 2.143 menjadi 2.592 pada tahun 2014. Sementara itu, badan usaha bidang khusus meningkat dari 159 pada tahun 2010 menjadi 223 pada tahun 2014.

H a l a m a n 3-6 Tabel 3-6 Badan usaha jasa konstruksi di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Jenis/ Golongan Bidang Kecil Sedang Besar Total Gedung Sipil Khusus Total 2010 3.228 256 38 3.522 1.658 1.711 159 3.528 2011 3.306 217 22 3.545 1.432 1.477 155 3.064 2012 3.009 329 39 3.377 1.571 1.618 188 3.377 2013 3.086 325 46 3.457 1.603 1.648 206 3.457 2014 3.084 334 36 3.454 1.637 223 1.860 Sumber: Statistik Konstruksi 3.4 Pasar Jasa Konstruksi Pasar jasa konstruksi dapat diartikan sebagai nilai konstruksi yang dikerjakan dalam suatu wilayah. Besarnya pasar jasa konstruksi akan berpengaruh pada besarnya kontribusi sektor konstruksi terhadap PDRB baik di tingkat kota, provinsi maupun nasional. Tabel 3-7 menunjukkan bahwa pasar jasa konstruksi di Provinsi Kalimantan Selatan didominasi oleh pembangunan di bidang sipil, kemudian diikuti oleh pembangunan konstruksi di bidang gedung. Nilai konstruksi bidang gedung, sipil, dan khusus mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2014. Nilai konstruksi bidang gedung pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 1,09 triliun kemudian meningkat sebesar 390,58 % menjadi Rp 5,36 triliun pada tahun 2014. Peningkatan nilai konstruksi bidang sipil adalah sebesar 142,13 % yaitu besar nilai konstruksi pada tahun 2010 sejumlah Rp 2,75 triliun meningkat menjadi Rp 6,67 triliun pada tahun 2014. Nilai konstruksi bidang khusus juga mengalami peningkatan, namun tidak sebesar peningkatan nilai bidang gedung dan sipil. Nilai konstruksi bidang khusus dalam jangka waktu 2010 sampai 2014 mengalami peningkatan sebesar 109,17 %, dimana besar nilai konstruksi bidang sipil pada tahun 2010 adalah Rp 0,55 triliun kemudian meningkat menjadi Rp 1,15 triliun pada tahun 2014. Nilai-nilai konstruksi ini menunjukkan bahwa pasar jasa konstruksi semakin luas dan pembangunan infrastruktur semakin meningkat. Tabel 3-7 Nilai Konstruksi Berdasarkan Bidang yang Diselesaikan Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Nilai Konstruksi yang Diselesaikan (juta rupiah) Gedung Sipil Khusus Total 2010 1.092.458 2.753.322 551.103 4.396.883 2011 1.697.640 4.332.995 724.115 6.754.750

H a l a m a n 3-7 2012 1.802.878 5.032.715 853.506 7.689.099 2013 1.925.426 5.784.423 991.810 8.701.659 2014 5.359.416 6.666.630 1.152.730 13.178.776 Sumber: Statistik Konstruksi Pendanaan jasa konstruksi berasal dari APBD, APBN, BUMN dan BUMD, luar negeri, dan sumber dana lainnya. Hal ini menunjukan bahwa pendanaan dari sumber-sumber ini akan mepengaruhi sektor konstruksi di suatu daerah. Berdasarkan tabel 3-8 di bawah, nilai jasa pelaksanaan konstruksi yang dibiayai oleh APBD, APBN, BUMN dan BUMD, luar negeri, dan sumber dana lainnya selalu mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa sektor konstruksi merupakan sektor strategis yang semakin berpotensi dalam meningkatkan perekonomian daerah. Dalam rentang waktu tahun 2010 sampai 2014 pendanaan konstruksi nasional didominiasi oleh pembiayaan dari APBD. Nilai konstruksi yang bersumber dari pendanaan APBD di Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan 132,96 % dari tahun 2010 yang bernilai Rp 3,49 triliun menjadi Rp 8,13 triliun pada tahun 2014. Nilai konstruksi yang bersumber dari APBN di Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan sebesar 47,56 % dari Rp 0,46 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 0,68 triliun pada tahun 2014. Pada tahun 2010 nilai konstruksi dari BUMN dan BUMD yang berjumlah Rp 0,14 triliun mengalami mengalami peningkatan sebesar 162,64 % menjadi Rp 0,38 triliun pada tahun 2014. Nilai konstruksi dari pendanaan luar negeri meningkat dari dari Rp 0,09 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 0,15 triliun pada tahun 2014. Salah satu sumber pendanaan konstruksi adalah pihak swasta. Pada tahun 2010 nilai konstruksi dari sumber pendanaan lain ini berjumlah Rp 0,21 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp 0,51 triliun pada tahun 2014. Tabel 3-8 Nilai Konstruksi Pendanaan Jasa Konstruksi di Provinsi Kalimantan Selatan Sumber Pendanaan Jasa Konstruksi (juta rupiah) Tahun BUMN Luar APBN APBD dan Lain-lain Negeri BUMD 2010 459.453 3.491.000 143.135 88.375 214.920 2011 564.922 5.482.003 275.785 122.366 309.674 2012 594.487 6.269.889 324.166 129.070 371.487 2013 629.710 7.121.790 375.925 1.375 437.229 2014 677.955 8.132.493 375.925 147.780 513.063 Sumber: Statistik Konstruksi

H a l a m a n 3-8 3.5 Keuangan Daerah Keuangan daerah menjadi kunci utama dalam melakukan pembangunan daerah yang menjadi bagian integral dari prinsip otonomi dan pengaturan sumberdaya nasional. Menurut PP No. 58 Tahun 2005, keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Keuangan daerah merupakan suatu kesatuan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD juga dapat diartikan sebagai rincian sumber pendapatan dan pengeluaran daerah yang akan dilakukan dalam kurun waktu satu tahun. APBD terdiri dari 3 komponen utama yaitu pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. APBD sebagai kontrol dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan di daerah agar tidak terjadi pemborosan dan penyelewengan. Pengelolaan APBD di Provinsi maupun Kabupaten/ Kota tidak boleh melebihi anggaran penerimaan sesuai dengan amanat UU No. 25 tahun 1991 yang mendorong adanya efisiensi pengeluaran dan memastikan ketersediaan sumber pembiayaan. 3.5.1 Pendapatan Pendapatan daerah diartikan sebagai semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan pendapatan lain-lain daerah yang sah. Dari Tabel 3-9 di bawah, Provinsi Kalimantan Selatan mengalami kenaikan pendapatan dari tahun ke tahun. Pendapatan Provinsi Kalimantan Selatan bertumbuh sebesar 7,59 % dari tahun 2013 ke tahun 2014, hal ini juga terjadi pada pendapatan kabupaten atau kota di dalam Provinsi Kalimantan Selatan. Pendapatan kabupaten/kota bertumbuh sebesar 13,51 % dari tahun 2013 ke tahun 2014. Pertumbuhan pendapatan kabupaten/kota lebih besar jika dibandingkan pertumbuhan pendapatan Provinsi. Pendapat suatu daerah sangat dipengaruhi oleh Dana perimbangan yang berasal dari APBN. Sebagian besar Kabupaten/ Kota di Indonesia mengandalkan Dana Perimbangan untuk membiayai belanja daerahnya.

H a l a m a n 3-9 Tabel 3-9 Pendapatan Daerah di Provinsi Kalimantan Selatan (juta rupiah) Uraian Pendapatan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 APBD Provinsi 2.015.715 2.451.951 2.966.944 4.369.706 4.701.326 APBD Total Kab./Kota 7.584.885 8.587.208 12.876.545 11.379.695 12.917.192 Sumber: LGF Anggaran (Ringkas) Dana APBN yang diberikan oleh Pusat ke Provinsi Kalimantan Selatan merupakan dana perimbangan yang diberikan untuk mendorong pembiayaan kegiatan khusus yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Pusat. Dana perimbangan yang berasal dari APBN ini terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Tabel 3-10 Dana Perimbangan Provinsi Kalimantan Selatan (juta rupiah) Tahun DBH DAU DAK 2010 505.500 483.365 25.000 2011 378.102 483.365 43.352 2012 492.100 521.823 25.000 2013 545.150 683.511 41.554 2014 647.375 701.726 25.000 Sumber: LGF Anggaran (Ringkas) Dana Bagi Hasil di Provinsi Kalimantan Selatan ini naik dari Rp 0,51 triliun tahun 2010 menjadi Rp 0,65 triliun tahun 2014. Dana bagi hasil yang didapatkan dari penerimaaan pajak bumi bangunan, perolehan atas hak atas atanah dan bangunan serta sumberdaya alam. Keberadaan DBH menunjukkan bahwa upaya pengurangan kesenjangan vertikal antara daerah dengan pusat. Dana Alokasi Umum yang dialokasikan untuk Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2010 sebesar Rp 0,48 triliun meningkat secara kontinyu sampai tahun 2014 menjadi Rp 0,7 triliun. DAU yang diberikan oleh pusat kepada Provinsi Kalimantan Selatan merupakan upaya pemeratakan keuangan daerah untuk membiayaan kegiatan daerah sebagai tugas desentralisasi dari pemerintah pusat. Keberadaan DAU harus digunakan oleh Pemerintah Provinsi untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masyarakat. Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang diberikan kepada Provinsi Kalimantan Selatan ini menunjukkan peningkatan dari Rp 0,03 triliun (2010) menjadi Rp 0,03 triliun (2014) yang digunakan untuk mendanai

H a l a m a n 3-10 urusan khusus menjadi urusan daerah dan priorotas nasional. Pengelolaan dana perimbangan untuk daerah yang bersumber dari pusat ini seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk daerah melakukan kegiatan efektif dan bermanfaat untuk kemaujuan pembangunan daerahnya. 3.5.2 Belanja Belanja daerah digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Pengeluaran daerah dihitung melalui belanja langsung dan tidak langsung. Pengeluaran daerah terhadap sektor jasa konstruksi dapat dilihat melalui belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dna jasa, serta belanja modal. Dalam kurun waktu 5 tahun, pengeluaran Provinsi Kalimantan Selatan meningkat dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Nilai belanja yang dikeluarkan oleh Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2010 adalah Rp 2,58 triliun, Rp 2,18 triliun tahun 2011, Rp 3,11 triliun tahun 2012, Rp 4,55 triliun tahun 2014, dan Rp 5,27 triliun tahun 2014. Nilai belanja yang diperoleh dari belanja tidak langsung dan belanja langsung di Provinsi Kalimantan Selatan cenderung meningkat dari tahun 2010 sampai 2014. berjumlah Rp 1,22 triliun pada tahun 2010, Rp 1,04 triliun tahun 2011, Rp 1,8 triliun tahun 2012, Rp 2,37 triliun tahun 2014, dan Rp 2,51 triliun tahun 2014. Belanja langsung yang diperoleh dari belanja pegawai, barang/jasa, dan modal di Provinsi Kalimantan Selatan bernilai Rp 1,36 triliun pada tahun 2010, Rp 1,14 triliun tahun 2011, Rp 1,3 triliun tahun 2012, Rp 2,18 triliun tahun 2014, dan Rp 2,75 triliun tahun 2014. Untuk pengadaan barang dan jasa, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mengeluarkan belanja sebesar Rp 1,42 triliun pada tahun 2010, Rp 1,75 triliun tahun 2011, Rp 2,69 triliun tahun 2012, Rp 2,36 triliun tahun 2014, dan Rp 3,19 triliun tahun 2014.

H a l a m a n 3-11 Berdasarkan pendapatan dan belanja, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki selisih lebih antara realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran atau yang disebut dengan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA). SiLPA di Provinsi Kalimantan Selatan bernilai Rp 0,2 triliun pada tahun 2010, Rp 0,12 triliun tahun 2011, Rp 0,17 triliun tahun 2012, Rp 0,3 triliun tahun 2014, dan Rp 0,43 triliun tahun 2014. Tabel 3-11 Pengeluaran Daerah dan SiLPA tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Selatan (juta rupiah) Uraian Pengeluaran Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Belanja Tidak Langsung 1.218.426 1.038.157 1.803.999 2.371.608 2.513.515 Belanja Langsung 1.361.525 1.138.705 1.304.945 2.180.098 2.752.811 Belanja Pegawai 120.262 98.746 115.679 152.274 139.773 Belanja Barang dan jasa Total Kab./Kota 1.422.601 1.747.197 2.688.536 2.361.090 3.192.807 Belanja Modal Total Kab./Kota 2.197.080 2.476.185 3.141.902 3.432.529 4.593.609 Total Belanja 2.579.951 2.176.862 3.108.944 4.551.706 5.266.326 SiLPA TA sebelumnya 200.000 118.947 165.000 297.000 430.000 Sumber: LGF Anggaran (Ringkas)