NASKAH PUBLIKASI KUALITAS HIDUP PASIEN NEUROPATI DIABETIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Telah diperkirakan bahwa juta penyandang DM menderita

BAB I PENDAHULUAN. dikarakteristik dengan produksi insulin yang menurun atau kegagalan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan dipengaruhi dari pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olahraga dan stress.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kematian karena non communicable disease sangat besar yakni mencapai

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

AZIMA AMINA BINTI AYOB

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KUALITAS HIDUP DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT SEBAGAI VARIABEL ANTARA PADA PASIEN DM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta dan diprediksikan meningkat hingga 1,5 miliar pada tahun Lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari Desember 2012

PASIEN NEUROPATI DIABETIK. Telah dijelaskan tentang tahap dari penelitian yang berjudul Kualitas Hidup

GAMBARAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DAN HbA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-MEI 2014 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

HUBUNGAN ANTARA HBA1C DENGAN KADAR HDL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi penderita Diabetes Mellitus (DM) di dunia menurut

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

METODE PENELITIAN. observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab. mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia.

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

HUBUNGAN SELF CARE DIABETES DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DM TIPE 2 DI POLIKLINIK INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BADUNG

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Usia Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Disfungsi Ereksi

BAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

TREND PREVALENSI PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CILACAP TAHUN TESIS

Kedokteran Universitas Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh TRYA OKTAVIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DURASI MENDERITA DIABETES MELITUS (DM) DENGAN ANGKA KEJADIAN NEUROPATI DIABETIK

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

KETERKAITAN LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

HUBUNGAN ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PASIEN NEFROPATI DIABETIK DI RSUD DR.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

HUBUNGAN DURASI PENYAKIT, UMUR, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISTRES PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berumur 30 tahun (Riskesdas 2013) , dengan usia 15 tahun sebanyak 6,9 %, data Rikesdas 2013

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Siti Uswatun Chasanah 1, Anida 2, Desi Susana 3 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Prevalensi penyakit diabetes mellitus terus meningkat tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 3, OKTOBER 2015:

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI KUALITAS HIDUP PASIEN NEUROPATI DIABETIK Disusun oleh SALMA KARIMAH 20130310203 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016

KUALITAS HIDUP PASIEN NEUROPATI DIABETIK Salma Karimah 1, M. Ardiansyah Adi Nugroho 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Bagian Ilmu Saraf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Latar Belakang: Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronis. Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis paling sering yang terjadi pada penderita DM. Neuropati diabetik terbukti memiliki efek signifikan terhadap aspek kemanusiaan dan ekonomi. Pasien mengalami keterbatasan dalam menjalankan fungsi hidup, mengalami kesusahan tidur dan tak jarang menjadi cemas dan depresi. Oleh karena itu, neuropati diabetik hampir selalu diasosiasikan dengan kualitas hidup terkait kesehatan (Health Related Quality of Life). Metode: Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian observational analitik dan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah pasien DM tipe 2 rawat inap dan rawat jalan di RSUD Kota Yogyakarta berjumlah 64 responden yang diambil secara acak. Analisis data yang digunakan adalah uji independent sample-t untuk melihat perbedaan rerata jumlah skor kuesioner kualitas hidup WHOQOL-BREF antara kelompok neuropati diabetik dan non neuropati diabetik. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rekam medis, skor Diabetic Neuropathy Symptoms (DNS) dan kuesioner kualitas hidup WHOQOL-BREF. Hasil: Hasil uji Independent Sample-T menunjukkan terdapat perbedaan kualitas hidup antara pasien neuropati diabetik dan pasien non neuropati diabetik (Sig. 2- tailed <0.05) pada domain I (Kesehatan Fisik), II (Psikologis) dan IV (Lingkungan). Hasil uji Independent Sample-T juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan kualitas hidup antara pasien neuropati diabetik dan pasien non neuropati diabetik (Sig. 2-tailed > 0.05) pada domain III (Sosial). Kesimpulan: Kualitas hidup pasien neuropati diabetik lebih buruk dibanding pasien tanpa neuropati diabetik Kata Kunci: Kualitas Hidup, Diabetes Melitus, Neuropati Diabetik

THE QUALITY OF LIFE OF PATIENT WITH DIABETIC NEUROPATHY Salma Karimah 1, M. Ardiansyah Adi Nugroho 2 1 School of Medicine, Faculty of Medicine and Health Science Muhammadiyah University of Yogyakarta, 2 Department of Neurology Faculty of Medicine and Health Science Muhammadiyah University of Yogyakarta ABSTRACT Background: Diabetes mellitus is a state of chronic hyperglycemia accompanied by metabolic disorders due to hormonal disturbances that cause a variety of chronic complication. Diabetic neuropathy is one of the most common chronic complication that occurs in patients with diabetes melitus.diabetic neuropathy has been proven to cause a significant effect to humanity and economic aspect. Patients experiencing limitations in performing the function of life, experiencing trouble sleeping and often become anxious and depressed. Therefore, diabetic neuropathy almost always associated with health-related quality of life Methods: This research is a quantitative research with observational analitic and cross sectional approach. The samples are 64 patients with DM type 2 in RSUD Kota Yogyakarta which were taken randomly. Independent Sample-T test is used to compare the means of the quality of life score. It is used to find any difference between the group of diabetic neuropathy and the group without diabetic neuropathy. The research instruments are patients medical record, Diabetic Neuropathy Symptoms (DNS) score and quality of life questionnaire WHOQOL- BREF. Result: The results of Independent Sample-T test shows the significant difference between the group of diabetic neuropathy and the group without diabetic neuropathy (Sig. 2-tailed <0.05) in domain I (Physical Health), II (Psychological Health) and IV (Environment) but shows no significant difference in domeain III (Social) (Sig. 2-tailed > 0.05). Conclusion: The quality of life of patients with diabetic neuropathy is worse than the patients without diabetic neuropathy. Keywords: Quality of Life, Diabetes Mellitus, Diabetic Neuropathy

A. Pendahuluan Diabetes Melitus (DM) kini diderita oleh sekitar 246 juta manusia di seluruh dunia. Telah diperkirakan bahwa 20-30 juta penyandang DM menderita neuropati diabetik. Peningkatan angka obesitas dan prevalensi DM Tipe 2 dapat menyebabkan peningkatan jumlah tersebut menjadi dua kali lipat pada tahun 2030. Prevalensi neuropati diabetik juga meningkat seiring berjalannya waktu dan kontrol glukosa darah yang buruk. (Said, 2007) Faktor- faktor yang menyebabkan neuropati diabetik belum dipahami secara sempurna. Berbagai hipotesis dikembangkan untuk mengidentifikasi perjalanan DM menjadi neuropati diabetik. Proses multi faktor adalah teori yang paling diterima hingga saat ini. Perkembangan gejala tergantung dari berbagai faktor, antara lain total kadar glukosa darah, kadar lipid tinggi, tekanan darah, merokok dan paparan terhadap agen neurotoksik seperti etanol. Faktor genetik mungkin juga berperan dalam perjalanan DM menjadi neuropati diabetik. Mekanisme biokimia yang berperan penting dalam perkembangan neuropati diabetik meliputi jalur polyol, advanced glycation end products (AGEs) dan stres oksidatif. (Quan, 2015) Sebuah artikel ilmiah yang diterbitkan oleh Harvard Medical School pada tahun 2016 menyebutkan bahwa neuropati diabetik merupakan komplikasi DM yang paling meresahkan akibat rasa nyeri yang hebat, ketidaknyamanan, disabilitas dan terapi yang tak selalu berhasil. Neuropati diabetik menyebabkan penurunan fungsi fisik, emosional dan afektif. Hal tersebut berefek langsung pada persepsi dan interpretasi nyeri serta kualitas hidup pasien. Semakin banyak hasil

penelitian membuktikan bahwa neuropati diabetik berpengaruh pada kualitas hidup pasien. (Boyd et al., 2011) B. Metode Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional study. Pendekatan, observasi atau pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat (point time approach). Subjek penelitian hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan tersebut Data diambil dengan melakukan wawancara, memberikan kuesioner, dan melihat rekam medis pasien. Populasi pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus rawat jalan di RSUD Kota Yogyakarta yang kontrol gula darah rutin pada bulan Agustus dan September 2016 berjumlah 64 pasien dengan rincian 43 perempuan dan 21 laki laki. Metode pengambilan subjek penelitian ini adalah acak (randomly sampling). Variabel bebas pada penelitian ini adalah kualitas hidup, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah neuropati diabetik. Analisis data menggunakan uji independent sample-t. C. Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan pada pasien diabetes melitus rawat inap dan rawat jalan di RSUD Kota Yogyakarta periode Agustus hingga September 2016, dengan total subjek berjumlah 64 pasien didapatkan hasil sebagai berikut : Hasil DNS Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Jenis Kelamin Usia Lakilaki Perempuan 50 tahun >50 tahun

N % N % N % N % Neuropati 9 28,1 23 71,9 2 6,3 30 93,7 Non Neuropati 12 37,5 20 62,5 1 3,1 31 96,9 Total 21 32,8 43 67,2 3 4,7 61 95,3 Subjek penelitian ini 67,2% berjenis kelamin perempuan dan 95,3% berusia lebih dari 50 tahun. Persentase subjek dengan neuropati diabetik dan tanpa neuropati diabetik masing-masing 50%. Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Domain Hasil DNS Sig. Interpretasi I Neuropati Diabetik 0.381 Distribusi Normal Non Neuropati Diabetik 0.075 Distribusi Normal II Neuropati Diabetik 0.058 Distribusi Normal Non Neuropati Diabetik 0.098 Distribusi Normal III Neuropati Diabetik 0.057 Distribusi Normal Non Neuropati Diabetik 0.377 Distribusi Normal IV Neuropati Diabetik 0.861 Distribusi Normal Non Neuropati Diabetik 0.318 Distribusi Normal Hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa seluruh data berdistribusi normal (Sig.> 0.05). Peneliti menganalisis data penelitian dengan membandingkan rerata jumlah hasil kuesioner WHOQOL-BREF antara pasien neuropati diabetik dan pasien non neuropati diabetik. Tabel 5. Rerata Hasil Kuesioner WHOQOL-BREF Domain Hasil DNS Rerata I Neuropati Diabetik 55.62 Non Neuropati Diabetik 64.97 II Neuropati Diabetik 56.62 Non Neuropati Diabetik 65.34 III Neuropati Diabetik 58.25 Non Neuropati Diabetik 64.88 IV Neuropati Diabetik 61.06 Non Neuropati Diabetik 73.94

Peneliti menggunakan uji Independent Sample-T karena data penelitian terdiri dari dua populasi independen yang berskala rasio. Tabel 6. Hasil Uji Independent Sample-T Domain Sig.(2-tailed) Interpretasi I 0.000 H0 ditolak atau H1 diterima II 0.001 H0 ditolak atau H1 diterima III 0.088 H0 diterima atau H1 ditolak IV 0.000 H0 ditolak atau H1 diterima H0: Tidak terdapat perbedaan kualitas hidup antara pasien neuropati diabetik dan pasien non neuropati diabetik. H1: Terdapat perbedaan kualitas hidup antara pasien neuropati diabetik dan pasien non neuropati diabetik. Hasil uji Independent Sample-T menunjukkan terdapat perbedaan kualitas hidup antara pasien neuropati diabetik dan pasien non neuropati diabetik (Sig. 2- tailed <0.05) pada domain I (Kesehatan Fisik), II (Psikologis) dan IV (Lingkungan). Hasil uji Independent Sample-T juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan kualitas hidup antara pasien neuropati diabetik dan pasien non neuropati diabetik (Sig. 2-tailed > 0.05) pada domain III (Sosial). D. Pembahasan Benbow et al. pada tahun 1998 meneliti kualitas hidup 79 pasien diabetes melitus tipe 1 dan 2 dengan 37 kontrol tanpa diabetes menggunakan Nottingham Health Profile (NHP). NHP terdiri dari enam domain yang menilai energi, tidur, nyeri, mobilitas fisik, reaksi emosional dan isolasi sosial. 41 dari 79 pasien diabetes melitus memiliki gejala neuropati diabetik. Pasien dengan neuropati

memiliki nilai NHP 5/6 berarti kualitas hidup lebih buruk daripada pasien diabetes tanpa neuropati (p < 0.01) dan kontrol tanpa diabetes (p < 0.001). Galer et al. pada tahun 2000 meneliti pasien polineuropati diabetik sangat nyeri/ painful diabetic polyneuropathy (PDPN) mengenai cara mereka mengatasi nyeri yang mereka rasakan. Nyeri akibat neuropati diabetik adalah suatu hal yang umum pada praktek klinis, namun masih sedikit informasi mengenai dampak nyeri tersebut terhadap kualitas hidup pasien. Subjek penelitian terdiri dari 105 pasien yang memiliki rerata tingkat nyeri 6/10. Sebagian besar mendeskripsikan rasa nyeri sebagai terbakar, kesetrum, tajam, dan tumpul, yang memburuk pada malam hari atau ketika pasien lelah atau stress. Rata-rata pasien melaporkan bahwa nyeri yang mereka rasakan mengganggu tidur dan kenikmatan hidup dalam tingkat ringan. Nyeri tersebut juga megganggu aktifitas rekreasi, kerja, mobilitas, aktifitas sehari-hari, aktifitas sosial dan suasana hati mereka dalam tingkat sedang. Penelitian ini menunjukkan bahwa nyeri akibat neuropati diabetik adalah kondisi medis yang memiliki dampak signifikan terhadap kualitas hidup pasien. Davies et al. pada tahun 2006 melanjutkan penelitian mengenai dampak neuropati diabetik terhadap kualitas hidup. Penelitian ini mengungkapkan bahwa neuropati diabetik yang sangat nyeri/ painful diabetic polyneuropathy (PDPN) terjadi bila neuropati semakin parah. Dampak negatif neuropati terhadap kualitas hidup dapat diperantarai oleh nyeri atau manifestasi lain dari neuropati atau keduanya. Pasien dengan neuropati yang bertambah parah biasanya memiliki komorbiditas yang bertambah. Penelitian ini menunjukkan bahwa nyeri dan neuropati memiliki efek negatif yang signifikan terhadap kualitas hidup dan dua

variabel ini berdampak secara independen. Kesimpulan penelitian ini adalah pasien dengan nyeri neuropati diabetik memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibanding pasien dengan nyeri non neuropati. Kualitas hidup pasien neuropati diabetik pada penelitian ini secara umum lebih buruk dibanding kualitas hidup pasien tanpa komplikasi neuropati. Peneliti menilai kualitas hidup dengan kuesioner WHOQOL-BREF karena kuesioner ini bersifat umum (dampak kondisi kesehatan terhadap kualitas hidup) dan mudah diolah. Hasil kuesioner yang memiliki skor rendah dapat disimpulkan bahwa subjek memiliki kualitas hidup lebih buruk dibanding yang memiliki skor tinggi. Peneliti mengolah data dengan mengelompokkan sesuai domain untuk mengetahui apabila ada domain yang tidak memeliki perbedaan antara pasien dengan atau tanpa neuropati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien diabetes dengan atau tanpa neuropati tidak berbeda pada domain tiga. Domain tiga adalah domain sosial yang terdiri dari dukungan sosial dan aktifitas seksual. Gao et al. pada tahun 2013 mengungkap bahwa sumber dukungan sosial pasien yang paling utama adalah dokter mereka. Komunikasi dokter-pasien yang baik, dukungan sosial dan keberhasilan efikasi diri, menghasilkan perilaku rawat diri pasien diabetes (diabetes self-care); dan perilaku ini berefek langsung pada terkontrolnya glukosa darah. Komunikasi dokter-pasien yang baik dan dukungan sosial adalah dua hal yang sangat berkaitan erat dan sangat berpengaruh pada perilaku rawat diri pasien diabetes. Hal tersebut menunjukkan bahwa dokter adalah sumber utama dukungan sosial pasien. Penelitian membuktikan bahwa

lebih dari 40% subjek (pasien diabetes) menyatakan bahwa dokter adalah pemberi bantuan terbesar dalam mengelola diabetes yang mereka derita. Kemunduran fungsi seksual adalah salah satu komplikasi diabetes melitus yang mayor dan serius. Kelainan metabolisme ini tak hanya menurunkan fungsi seksual melalui kerusakan mikrovaskular dan saraf namun juga melalui aspek psikologis. Komplikasi primer pada pria antara lain, disfungsi ereksi, disfungsi ejakulasi dan kehilangan libido. Wanita juga mengalami masalah seksual, seperti menurunnya libido dan nyeri saat berhubungan. Diabetolog seharusnya tak hanya fokus pada kontrol gula darah pasien, namun juga menanyakan komplain fungsi seksual mereka. Kemunduran fungsi seksual ini dapat memengaruhi kualitas hidup pasien secara signifikan. Urolog, ginekolog, endokrinolog dan psikiater harus bekerja sama untuk mengobati kemunduran fungsi seksual pasien akibat diabetes. E. Kesimpulan Kesimpulan hasil penelitian ini adalah: 1. Terdapat perbedaan antara kualitas hidup pasien neuropati diabetik dengan kualitas hidup pasien non neuropati diabetik pada domain I (kesehatan fisik), II (aspek psikologis dan peneriman diri), dan IV (lingkungan dan sumber finansial). 2. Tidak terdapat perbedaan antara kualitas hidup pasien neuropati diabetik dengan kualitas hidup pasien non neuropati diabetik pada domain III (hubungan personal dan sosial).

F. Saran Saran kepada peneliti berikutnya adalah: 1. Peneliti berikutnya lebih baik menambah variasi usia subjek penelitian. 2. Peneliti berikutnya lebih baik menggunakan instrumen penelitian kualitas hidup yang lebih spesifik untuk pasien diabetes mellitus. 3. Peneliti berikutnya lebih baik menambah faktor kualitas hidup lain; pendidikan, pekerjaan, status ekonomi dan status pernikahan.

DAFTAR PUSTAKA Albani, M. N. (1997). Shahih Sunan Tirmidzi Seleksi Hadits Shahih dari Kitab Sunan Tirmidzi. Jakarta: Pustaka Azzam. Alleman, C. J. (2015). Humanistic and economic burden of painful diabetic peripheral neuropathy in Europe: A review of the literature. Diabetes Research and Clinical Practice, 215-225. Angriyani, D. (2008). Kualitas Hidup pada Orang dengan Penyakit Lupus Erythematotus (Odapus). Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Tidak Dipublikasikan. An-Nawawi, I. (2001). Terjemah Hadits Arba'in An-Nawawiyah. Jakarta: Al- I'tishom. Anonim. (t.thn.). Bab II Tinjauan Pustaka. Dipetik November 4, 2016, dari Diponegoro University Institutional Repository: http://eprints.undip.ac.id/29188/3/bab_2.pdf Asad, A., Hameed, M. A., & Khan, U. A. (2010). Reliability of the neurological scores for assessment of sensorimotor neuropathy in type 2 diabetics. Journal of Pakistan Medical Association, 166-170. Benbow, Wallymahmed, & MacFarlane. (1998). Diabetic peripheral neuropathy and quality of life. QJM, 733-737. Bouhassira, D. (2008). Prevalence of chronic pain with neuropathic characteristics in the general population. Pain, 380-387. Boulton. (2005). Management of Diabetic Peripheral Neuropathy. Clinical Diabetes, 9-15. Boyd, A., Casselini, C., Vinik, E., & Vinik, A. (2011). Quality of Life and Objective Measures of Diabetic Neuropathy in a Prospective Placebo-Controlled Trial of Ruboxistaurin and Topiramate. Journal of Diabetes Science and Technology, 714-722. Bulan, S. (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Anak Thalassemia Beta Mayor. Tesis Program Pascasarajana Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Penyakit Saraf Universitas Diponegoro. Tidak Dipublikasikan. National Diabetes Information Clearinghouse. (2013, November 26). Diabetic neuropathies: the nerve damage of diabetes. Dipetik November 4, 2016, dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease: http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/neuropathies/

Davies, M., Brophy, S., & Williams, R. (2006). The Prevalence, Severity, and Impact of Painful Diabetic Peripheral Neuropathy in Type 2 Diabetes. American Diabetes Association Diabetes Care, 1518-1522. Departemen Agama RI (2007). Al-Qur'an dan Terjemahnya. Jakarta: Darus Sunnah. Dyck, & Windebank. (2002). Diabetic and nondiabetic lumbosacral radiculoplexus neuropathies: new insights into pathophysiology and treatment. Muscle Nerve, 477-491. Galer, B. S., Gianas, A., & Jensen, M. P. (2000). Painful diabetic polyneuropathy: epidemiology, pain description, and quality of life. Diabetes Research and Clinical Practice, 123-128. Gao, J., Wang, J., & Zheng, P. (2013). Effects of self-care, self-efficacy, social support on glycemic control in adults with type 2 diabetes. BMC Family Practice. Goh, S., Rusli, B., & Khalid, B. (2015). Development and validation of the Asian Diabetes Quality of Life (AsianDQOL) Questionnaire. Diabetes Research and Clinical Practice, 489-498. Harvard Medical School. (2016). Diabetic Neuropathy (Nerve Damage) - An Update. Joslin Diabetes Center. Diakses 29 Maret 2016, dari http://joslin.org/info/diabetic_neuorpathy_nerve_damage_an_update.html Kaku, M., Vinik, A., & Simpson, D. M. (2015). Pathways in the Diagnosis and Management of Diabetic Polyneuropathy. Springer Open Choice Current Diabetes Reports. Karangora, M.L.B. (2012). Hubungan antara Dukungan Sosial dan Kualitas Hidup pada Lesbian di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 8, No. 1. Kawano, T. (2014). A Current Overview of Diabetic Neuropathy Mechanisms, Symptoms, Diagnosis, and Treatment. InTech. Kizilay, F., Gali, H. E., & Serefoglu, E. C. (2016). Diabetes and Sexuality. Sexual Medicine Reviews. Lefaucheur, J., & Creange, A. (2004). Neurophysiological testing correlates with clinical examination according to fibre type involvement and severity in sensory neuropathy. Journal of Neurology, Neurosurgery, and Psychiatry, 417 422. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

PERKENI. (2010). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Penerbit PERKENI. Prasetyo, M. (2011). Pengaruh Penambahan Alpha Lipoic Acid terhadap Perbaikan Klinis Penderita Polineuropati Diabetika. Dipetik November 2, 2016, dari Tesis Universitas Diponegoro: http://eprints.undip.ac.id/30687/6/bab_5.pdf Quan, D. (2015, 31 Juli). Diabetic Neuropathy. Medscape Drugs and Diseases. Diakses 29 Maret 2016, dari http://emedicine.medscape.com/article/1170337- overview#a4 Rachmawati, S. (2013) Kualitas Hidup Orang dengan HIV/AIDS yang Mengikuti Terapi Antiretrovial. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, 48-62. Rapley, M. (2003). Quality of Life Research A Critical Introduction. London: SAGE Publications, Inc. Said, G. (2007). Diabetic neuropathy a review. Nature Clinical Practice Neurology, 331-340. Sarason, B. R. (1990). Traditional views of social support and their impact on assessment. InB. R. Sarason, IG Sarason, & GR Pierce (Eds.), Social support: An interactional view (pp. 9-25). Silitonga, R. (2007). Faktor-faktor yang Behubungan Dengan Kualitas Hidup Penderita Penyakit Parkinson di Poliklinik Saraf RS Dr Kariadi. Tesis Program Pascasarajana Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Penyakit Saraf Universitas Diponegoro. Tidak \Dipublikasikan. Sjahrir, H. (2006). Diabetic Neuropathy: The Pathoneurobiology & Treatment. Medan: USU Press. Consensus Statement. (1988). Report and Recommendations of The San Antonio Conference on Diabetic Neuropathy. Diabetes, 1000-1004. Subekti, I. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Subekti, Imam. 2009. Neuropati Diabetik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Tandra. (2007). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Vinik, E. (2008). German-Translated Norfolk Quality of Life (QOL-DN) Identifies the Same Factors as the English Version of the Tool and Discriminates Different Levels of Neuropathy Severity. Journal of Diabetes Science and Technology, 1075-1086.

Webster, J, Nicholas, C, Velacott, C, Cridland, N, Fawcett, L. (2010). Validation of the WHOQOL-BREF among women following childbirth. Aust N Z J Obstet Gynaecol, 132-137.