BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra seringkali digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL DAN SOSIOLOGI SASTRA. Novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella yang secara harfiah berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut adalah prosa. Prosa sendiri identik dengan sebuah karya

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99).

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

Pengaruh Menyimak Cerita terhadap Kemampuan Bercerita Fiksi pada Anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh setiap bangsa, oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbedabeda.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier.

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dari sebuah proses penciptaan karya fiksi. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian, sastra dalam bahasa Inggris literature sehingga popular literature dapat diterjemahkan sebagai sastra populer. Banyak orang mencoba mendefinisikan sastra. Eagleton (1983:1) dalam Ida Rochani (2011:14-15) mendefinisikan sastra sebagai imaginative writing (tulisan imajinatif). Pendapatnya tersebut tentu saja mengacu pada fiksi, padahal yang disebut sastra dapat saja berupa non-fiksi dan hal ini juga ditegaskannya dengan mengajukan argumentasi tentang berbagai tulisan yang bersifat non-fiksi yang juga dapat dikategorikan sebagai literature. Membicarakan karya sastra rekaan atau imajinasi kadang-kadang disebut sebagai karya sastra kreatif untuk membedakan dengan karya sastra non-imajinasi yang berdasarkan pada data. Istilah fiksi berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran faktual, sesuatu yang benar-benar terjadi. (Abrams, 1999: 94). Karya fiksi, dengan demikian, menunjuk pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Novel (Jerman: novelle, Italia: novella) adalah karya sastra yang disebut sebagai fiksi. Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams, 1999:190). Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. (Nurgiyantoro, 2013: 11-12).

2 Meskipun karya fiksi berupa khayalan bukan berarti karya tersebut tidak memiliki pesan yang ingin disampaikan. Atas dasar itulah, penciptaan karya sastra, salah satunya karya fiksi merupakan media yang digunakan pengarang untuk menceritakan sebuah kisah agar pembaca bisa mengambil hikmah dari dalam novel tersebut. Hikmah dalam karya fiksi, terutama novel bisa berupa apa saja tergantung dari segi apa pembaca menilai karya tersebut. Hal pertama yang bisa dinilai adalah emosi yang diperlihatkan oleh para tokoh di dalam novel. Setiap tokoh memiliki berbagai macam emosi tergantung situasi yang mereka hadapi. Untuk memahami emosi tokoh yang diimplikasikan dalam kehidupan nyata terutama emosi tiap manusia bukanlah hal yang mudah karena kepribadian tiap orang berbeda dan tak mungkin bagi kita untuk bisa memahami keseluruhannya. Maka dari itu, untuk mempelajari klasifikasi emosi yang ditunjukkan oleh manusia salah satu caranya dengan melihat perilaku para tokoh di dalam karya sastra baik berupa cerpen, novel, drama, dan lain sebagainya. Salah satu karya fiksi yang ingin penulis kaji mengenai klasifikasi emosi manusia ada di dalam novel berjudul Kakumeiki Valvrave ( ). Sebelum dijadikan bentuk novel, Kakumeiki Valvrave atau yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berjudul Valvrave The Liberator adalah anime bergenre mecha (perkembangan robot yang dikendalikan oleh manusia). Anime tersebut diproduksi oleh studio anime Sunrise dan penulis naskahnya adalah Okouchi Ichirou. Kakumeiki Valvrave ditayangkan pada 12 April tahun 2013 sampai 27 Juni 2013 setiap hari Jumat pukul 01.35 dini hari di stasiun televisi MBS dengan jumlah episode sebanyak 12 yang merupakan seri pertama anime tersebut kemudian dilanjutkan pada 10 Oktober tahun 2013 sampai 26 Desember 2013 sebanyak 12 episode yang merupakan seri lanjutan dari sebelumnya. Adaptasi novel Kakumeiki Valvrave sendiri yang ditulis oleh Otono Yomoji dianggap sebagai penjelas terhadap beberapa adegan yang tak dikupas secara rinci

3 dalam anime. Novel tersebut dipublikasikan oleh ASCII Media Works dan dicetak oleh Dengeki Bunko yang terdiri dari tiga jilid, pertama kali rilis pada bulan Agustus 2013 hingga Maret 2014. Dua jilid pertama memuat seri pertama anime tersebut, kemudian seluruh jilid ketiga memuat seri kedua anime hingga tamat. Keseluruhan inti cerita novel ini sama persis dengan isi anime-nya dengan beberapa tambahan adegan di dalamnya. Untuk novel Kakumeiki Valvrave jilid III berisi tujuh bagian dan satu epilog yang memuat keseluruhan seri kedua anime tersebut hingga tamat. Kakumeiki Valvrave menceritakan tentang seorang pemuda kelas dua SMA sekolah Sakimori bernama Tokihima Haruto ( robot raksasa bernama Valvrave ( ) yang menemukan sebuah ) ketika negaranya, JIOR, diserang oleh Dorssia lalu mengendarai robot tersebut untuk melindungi teman-temannya. Setelah mengendarai robot tersebut, Haruto tak dapat dibunuh dan tanpa disadari ia menyerang manusia untuk dapat terus menggunakan Valvrave karena robot tersebut membutuhkan manusia sebagai sumber tenaganya. Merasakan adanya perubahan drastis dalam dirinya, Haruto memutuskan untuk tidak melibatkan teman-temannya dan memikul beban seorang diri sebagai pilot Valvrave. Di sisi lain, L-Elf Karsletin ( ) dengan nama asli Mikhail ( ) sang mata-mata negara Dorssia yang menyusup ke Module 77 telah dianggap sebagai pengkhianat negara karena menyerang rekan sendiri. Selama di Module 77, ia telah mengamati pergerakan Haruto dan berniat mengajak pemuda itu untuk membantunya menjalankan revolusi untuk Dorssia. Mereka merasa memiliki tujuan yang sama sehingga memutuskan untuk saling bekerja sama dengan para murid Sakimori. Haruto dan teman-teman memiliki misi untuk menyelamatkan warga JIOR yang ditahan Dorssia. L-Elf pun ingin menyelamatkan putri negara Dorssia yaitu

4 Lieselotte ( ) yang selama ini ditahan oleh para petinggi negara tersebut. Ia berhasil menyelamatkan Lieselotte dan meminta Haruto untuk membawa gadis itu pergi selama ia melarikan diri dari kejaran pasukan yang menyerangnya. Selama berada dalam perlindungan Haruto, Lieselotte menjelaskan alasan ia ditahan oleh para petinggi karena memihak manusia dan mengatakan bahwa ia adalah Magius yaitu ras yang berasal dari luar angkasa dan datang ke bumi dengan merasuki makhluk hidup di bumi untuk bertahan hidup, memanfaatkan tubuh itu lalu mengambil jiwanya. Haruto meminta Lieselotte untuk memberitahukan hal tersebut pada L-Elf, tetapi sang gadis tak bisa melakukannya karena masa hidupnya sudah semakin menipis. Ia pun bercerita bahwa L-Elf menyatakan cinta padanya dan ingin membalas perasaan tersebut tapi tak bisa karena dirinya bukanlah manusia. Meskipun tak bisa membalas perasaan itu, Lieselotte ingin melakukan sesuatu demi L-Elf. Usaha keras L-Elf untuk menyelamatkan Lieselotte berujung sia-sia ketika sang putri tewas demi melindungi warga JIOR yang hendak ke bulan dan L-Elf pun sangat sedih akan hal tersebut hingga berujung pada dirinya yang mengurung diri dan tak ingin bertemu dengan siapa pun. Alasan penulis memilih novel Kakumeiki Valvrave jilid III sebagai bahan penelitian dikarenakan rasa cinta pada tokoh L-Elf sangat terlihat pada tokoh Lieselotte dan kisah cinta tersebut berakhir dengan tragedi hingga menyebabkan kesedihan yang terlihat dengan jelas pada tokoh L-Elf sehingga penulis lebih tertarik untuk mengkajinya dalam klasifikasi emosi David Krech yaitu dengan emosi cinta dan kesedihan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah pada novel Kakumeiki Valvrave jilid III sebagai berikut:

5 1. Kerja sama antara L-Elf dan seluruh murid Sakimori untuk menyelamatkan warga JIOR yang ditahan Dorssia dan tindakan mereka untuk menghentikan penyerangan yang dilakukan oleh Dorssia. 2. Tragedi yang terjadi pada kisah cinta L-Elf dan Lieselotte dikarenakan ketika L-Elf berusaha menyelamatkan Lieselotte, sang gadis pada akhirnya tewas sehingga cinta keduanya pun tak bisa bersama. 3. Depresi yang dirasakan L-Elf atas kematian Lieselotte dan ia yang berusaha bangkit dari rasa depresi juga kesedihan tersebut dengan caranya sendiri. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah pada analisis cinta berujung tragedi pada tokoh L-Elf melalui klasifikasi emosi dalam novel Kakumeiki Valvrave jilid III. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah unsur intrinsik yang terkandung dalam novel Kakumeiki Valvrave jilid III? 2. Bagaimanakah analisis cinta berujung tragedi pada tokoh L-Elf melalui klasifikasi emosi dalam novel Kakumeiki Valvrave jilid III? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penulis menuliskan tujuan penelitian sebagai berikut:

6 1. Untuk mengetahui unsur intrinsik di dalam novel Kakumeiki Valvrave jilid III. 2. Untuk memahami analisa cinta berujung tragedi pada tokoh L-Elf melalui klasifikasi emosi dalam novel Kakumeiki Valvrave jilid III. 1.6 Landasan Teori Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan sastra yang menelaah unsur intrinsik seperti tokoh dan penokohan, latar dan alur lalu unsur ekstrinsik yang membahas teori David Krech mengenai klasifikasi emosi terhadap cinta dan kesedihan. 1.6.1 Unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita misalnya peristiwa, cerita, plot, tokoh dan penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, gaya bahasa dan lainnya. (Nurgiyantoro, 2013:30). Unsur intrinsik yang akan penulis bahas adalah tokoh, penokohan, latar dan alur. 1) Tokoh dan Penokohan Tokoh cerita (character), sebagaimana dikemukakan Abrams (1999:32-33) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Baldic (2001:37) menjelaskan penokohan (characterization) adalah penghadiran tokoh dalam cerita fiksi atau drama dengan cara langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca untuk menafsirkan kualitas dirinya lewat kata dan tindakannya. 2) Latar Latar disebut juga landas tumpu, menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

7 diceritakan. (Abrams, 1999:284). Unsur latar pun dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial-budaya. a) Latar Tempat Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. (Nurgiyantoro, 2013:314) b) Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. (Nurgiyantoro, 2013:318). Masalah waktu dalam karya naratif, kata Genette (1980:33, 35) latar waktu dapat bermakna ganda: di satu pihak menunjuk pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita dan di lain pihak menunjuk pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dalam cerita. c) Latar Sosial-Budaya Latar sosial-budaya menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Di samping itu, latar sosial-budaya juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah dan atas. (Nurgiyantoro, 2013:322) 3) Alur atau plot Kenny (1966:14) mengemukakan bahwa plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Plot pun terbagi menjadi lima tahap, yaitu.

8 a) Tahap penyituasian Tahap ini merupakan tahap pembuka cerita, pemberian informasi awal dan lainnya yang menjadi landasan cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. b) Tahap pemunculan konflik Tahap ini merupakan tahap awal pemunculan konflik dan konflik itu akan berkembang menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. c) Tahap peningkatan konflik Tahap ini terjadi ketika konflik yang telah dimunculkan sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan lagi kadar intensitasnya. d) Tahap klimaks Tahap ini terjadi ketika konflik yang dilakukan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Sebuah fiksi yang panjang, mungkin saja memiliki lebih dari satu klimaks, atau paling tidak, dapat ditafsirkan demikian. e) Tahap penyelesaian Tahap ini terjadi ketika konflik yang telah mencapai klimaks diberi jalan keluar dan cerita diakhiri. 1.6.2 Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar teks sastra itu, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangun atau sistem organisme teks sastra. (Nurgiyantoro, 2013:30). Unsur ekstrinsik yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah klasifikasi emosi menurut David Krech. Krech dalam Minderop (2016:39-40) mengatakan bahwa kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kesedihan kerap kali dianggap sebagai emosi yang paling

9 mendasar. Situasi yang membangkitkan perasaan-perasaan tersebut sangat terkait dengan tindakan yang ditimbulkannya dan mengakibatkan meningkat ketegangan. 1. Kesedihan Kesedihan atau dukacita (grief ) berhubungan dengan kehilangan sesuatu yang penting dan bernilai. Intensitas kesedihan tergantung pada nilai, biasanya kesedihan yang teramat sangat bila kehilangan orang yang dicintai. Kesedihan yang mendalam bisa juga karena kehilangan milik yang sangat berharga yang mengakibatkan kekecewaan atau penyesalan. (Minderop, 2016: 43-44) 2. Cinta Gairah cinta dari cinta romantis tergantung pada si individu dan objek cinta, adanya nafsu dan keinginan untuk bersama-sama. Gairah seksual yang kuat kerap timbul dari perasaan cinta. Perasaan cinta bervariasi dalam beberapa bentuk; intensitas pengalaman pun memiliki rentang dari yang terlembut sampai kepada yang amat mendalam; derajat tensi dari rasa sayang yang paling tenang sampai pada gelora nafsu yang kasar dan agitatif. Jika demikian, esensi cinta adalah perasaan tertarik kepada pihak lain dengan harapan sebaliknya. (Minderop, 2016: 45) 1.7 Metode Penelitian Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif analisis di mana penulis membaca novel secara keseluruhan lalu mendeskripsikan fakta-fakta yang berada di dalam novel kemudian menganalisis novel yang dikaji dan menarik kesimpulan yang didapat sebagai data primer. Penulis pun menggunakan pendekatan kualitatif dengan melihat video anime Kakumeiki Valvrave seri kedua sebagai data

10 sekunder ditambah dengan data kepustakaan dan beberapa buku literatur yang menguatkan teori serta internet. 1.8 Manfaat Penelitian Bagi penulis sendiri, penelitian ini bermanfaat untuk menguak klasifikasi emosi cinta dan kesedihan tokoh utama di dalam novel. Penulis pun berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca skripsi ini dengan menambah pengetahuan mengenai ilmu sastra khususnya mengenai klasifikasi emosi tentang cinta juga kesedihan yang dihubungkan dengan tragedi. Penelitian ini pun diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa universitas Darma Persada jurusan Sastra Jepang yang akan membahas mengenai klasifikasi emosi. 1.9 Sistematika Penulisan Sistematika penelitian yang digunakan dalam makalah ini terdiri dari empat bab yaitu sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Di bagian pendahuluan akan membicarakan pengantar ke pokok permasalahan. Dalam bab ini akan menguraikan tentang latar belakang, alasan pemilihan judul, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Analisis Unsur Intrinsik dalam Novel Kakumeiki Valvrave jilid III Di dalam bab ini, penulis akan menganalisis unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Kakumeiki Valvrave jilid III.

11 BAB III Klasifikasi Emosi pada Tokoh L-Elf dalam Novel Kakumeiki Valvrave jilid III Karya Otono Yomoji Di dalam bab ini penulis menganalisis tema skripsi terhadap klasifikasi emosi pada salah satu tokoh utama yaitu L-Elf dalam novel Kakumeiki Valvrave jilid III yang diteliti melalui konsep klasifikasi emosi dan diperkuat dengan teori cinta. BAB IV Kesimpulan Di dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari bab-bab yang telah dianalisis sebelumnya.