PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk UNPAB Medan 2 Alumnus Fakultas Pertanian UNPAB Medan ABSTRAK Penelitian tentang pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) pada berbagai konsentrasi pupuk daun grow more dan waktu pemangkasan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Panca Budi di desa Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Selayang pada bulan April sampai dengan Agustus 2002. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk daun grow more dan waktu pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun grow more berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati, waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, dan diameter batang berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang primer dan berpengaruh sangat nyata terhadap berat per 100 biji, produksi biji kering per sampel dan produksi biji kering per plot. Waktu pemangkasan yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi terbaik adalah pada fase generatif. Kata kunci: Pertumbuhan, Produksi, Kedelai, Pupuk daun grow more, Pemangkasan PENDAHULUAN Kedelai merupakan komoditas pertanian yang mempunyai prospek yang cerah sebagai sumber protein nabati. Hasil kedelai pada tahun 1990 berkisar 1.11 juta ton/ha dengan peningkatan laju produksi berkisar 6.4 % per tahun, laju peningkatan produksi ini belum dapat mengimbangi laju peningkatan kebutuhan akan kedelai sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Oleh karena itu, volume impor kedelai juga meningkat sampai 9.2 % per tahun (Sihombing, 1985; Deptan, 1992). Dilihat dari segi pangan dan gizi, kedelai merupakan sumber protein yang paling murah di dunia, selain itu juga dapat menghasilkan minyak dengan mutu baik. Kedelai dimanfaatkan sebagai bahan untuk berbagai produk pangan, obatobatan, industri, dan pakan ternak. Kandungan zat gizi kedelai per 100 g bagian yang dapat dimakan adalah: 10 g lemak, 32 g karbohidrat, 4 g serat, 5 g abu dan energi rata-rata 1680 Kj. Kandungan protein dan minyaknya masing-mading berkisar antara 35 54 % dan 13.3 36.7 %, minyak kedelai kaya akan asam lemak tak jenuh ganda terutama asam linoleat, tidak mengandung kolesterol dan kaya vitamin E (Somaatmadja, 1993). Untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat terhadap kedelai, pemerintah telah menaruh perhatian yang besar untuk meningkatkan produksi kedelai. Akan tetapi dibanding dengan usaha tanaman padi dan jagung, pengembangan kedelai menghadapi kendala yang lebih besar terutama dalam risiko keberhasilan. Faktor yang sering menyebabkan rendahnya hasil kedelai di Indonesia antara lain: kekeringan, banjir, hujan yang terlalu besar pada saat panen, serangan hama, persaingan gulma dan pemeliharaan yang kurang intensif (Suprapto, 1992). Penggunaan pupuk pada tanaman kedelai merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi. Pemberian pupuk pada awal pertumbuhan tanaman perlu dilakukan karena pada masa pertumbuhan tanaman sangat membutuhkan unsur hara. Untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara pupuk daun grow more adalah salah satu jenis pupuk yang dapat digunakan (Anonimus, 1997). 70
Pemangkasan tajuk memberikan keuntungan bagi tanaman, antara lain meningkatkan penetrasi cahaya matahari ke dalam sistem tajuk tanaman, mamperbaiki sirkulasi udara di dalam tajuk tanaman, dan memberi kesempatan bagi daun yang berada pada bagian dalam tajuk untuk berfotosintesis dengan lebih baik. Sirkulasi udara yang baik akan mengurangi kelembaban di dalam tajuk sehingga menciptakan lingkungan mikro yang kurang menguntungkan untuk perkembangan mikroorganisme musuh alami tanaman (Lakitan, 1996). Dalam usaha peningkatan produksi tanaman kedelai, pemberian pupuk daun grow more dan pemangkasan daun pada waktu yang tepat diharapkan akan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. BAHAN DAN METODE Penelian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Universitas Pembangunan Panca Budi di Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Selayang pada bulan April sampai dengan Agustus 2002. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih kedelai varietas willis, pupuk daun grow more, Sevin 85 SP, Dhitane M-45. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah pupuk daun grow more yang terdiri dari 4 taraf yaitu: G0 = tanpa pupuk daun grow more, G1 = 2 g pupuk daun grow more/l air, G2 = 4 g pupuk daun grow more/l air, G3 = 6 g pupuk daun grow more/l air. Waktu pemangkasan terdiri dari 3 taraf yaitu W0 = Tanpa pemangkasan, W1 = pemangkasan pada fase vegetatif dan W2 = pemangkasan pada fase generatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pupuk Daun Grow More terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun grow more tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang primer, berat per 100 biji dan produksi biji kering/sampel (Tabel 1). Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa peningkatan konsentrasi pupuk grow more sampai 6g/l air, menyebabkan tanaman kedelai memperoleh hara yang cukup untuk pertumbuhan dan produksi. Semakin tinggi konsentrasi hara yang diberikan ke tanaman maka semakin banyak unsur hara yang diperoleh daun yang selanjutnya digunakan tanaman dalam berbagai proses metabolisme dalam tubuh tanaman di antaranya reaksi fotosintesis dan respirasi (Gardner, Pearce dan Mitchel, 1991). Dari proses metabolisme dihasilkan senyawa organik yang akan digunakan dalam pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pertumbuhan vegetatif yang nyata dipengaruhi pupuk adalah pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang sedangkan pertumbuhan generatif adalah produksi biji kering. Pupuk daun Growmore mengandung unsur hara makro dan mikro di antaranya: N 32 %, P2O5 10 %, K2O 10 %, Cu 0,05 %, Mg 0,10 %, S 0,20 %, B 0,02 %, Fe 0,10 %, Mn 0,05 %, Mo 0,0005 % dan Zn 0,05 % (Anonimus, 1997). Tanaman tertinggi dengan diameter batang paling baik dan jumlah cabang primer terbanyak diperoleh pada konsentrasi 6 g/l air, itu berarti pada konsentrasi tersebut tanaman memperoleh unsur hara yang cukup untuk pembentukan sel-sel baru, pada jaringan batang baik pada titik tumbuh sehingga tanaman lebih tinggi. Di samping itu, aktifnya pembentukan sel-sel baru juga akan menyebabkan perbesaran tanaman ke arah diameter batang serta terbentuknya cabang-cabang primer. Lakitan (1996) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman disebabkan karena adanya aktivitas merismatik pada daerah titik tumbuh yang tentu saja tidak terlepas dari adanya peranan unsur hara dan air. Pemberian pupuk grow more bobot per 100 biji dan produksi biji kering per sampel. Hal ini diduga karena pupuk grow more mempunyai kandungan yang lengkap, sehingga selain meningkatkan pertumbuhan juga berpengaruh terhadap peningkatan produksi. Penambahan unsur hara dari daun dapat dengan cepat diserap tanaman dan digunakan untuk JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006: 70 73 71
pertumbuhan dan pengisian polong (Lingga, 1994). Pengaruh Waktu Pemangkasan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah cabang primer tapi berat per 100 biji, produksi biji kering per sampel (Tabel 2). Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman, Diameter Batang, Jumlah Cabang Primer, Berat per 100 Biji dan Produksi Biji Kering per Sampel Akibat Perlakuan Pupuk Daun Grow More Perlakuan Pupuk Grow More Tinggi Tanaman (cm) Diameter Batang (mm) Rataan Jumlah Cabang Primer Berat per 100 Biji Produksi Biji Kering per Sampel G0 (0gr/l air) 43.62 cb 5.90 c C 5.75 c B 10.09 c B 82.38 c B G1 (2gr/l air) 46.57 bab 6.41 bc BC 6.56 b AB 10.89 b AB 89.54 b A G2 (4gr/l air) 47.42 aba 6.93 ab AB 6.78 ab A 11.02 ab A 91.77 ab A G3 (6gr/l air) 50.62 aa 7.44 a A 7.42 a A 11.43 a A 96.31 a A Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada Taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar) berdasarkan uji DNMRT. Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman, Diameter Batang, Jumlah Cabang Primer, Berat per 100 Biji, dan Produksi Biji Kering per Sampel Akibat Waktu Pemangkasan Rataan Perlakuan waktu pemangkasan Tinggi Tanaman (cm) Diameter Batang (mm) Jumlah Cabang Primer Berat per 100 Biji Produksi Biji Kering per Sampel W0 45.29 a 6.88 a 6.19 b 10.31 b B 82.68 b B (tanpa pemangkasa) W1 48.39 a 6.29 a 6.85 a 10.99 a AB 93.19 a A (fase vegetatif) W2 (fase generatif) 47.48 a 6.84 a 6.83 a 11.28 a A 94.13 a A Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar) berdasarkan uji DNMRT. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang, berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang primer dan bobot 100 biji dan produksi biji kering per sampel. Pemangkasan daun yang terdapat pada bagian tengah pada fase vegetatif (W1) dapat meningkatkan jumlah cabang primer, hal ini diduga karena pada saat pertumbuhan vegetatif pembuangan daun-daun pada bagian tengah akan memberikan peluang sinar matahari untuk menyinari batang sehingga auksin yang terdapat pada tanaman akan terakumulasi pada ketiak-ketiak daun yang dipotong dan pada akhirnya akan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru. Heddy (1986) menyatakan bahwa pemotongan organ tanaman akan menyebabkan hormon tumbuh auksin terakumulasi pada titik tumbuh yang menyebabkan munculnya tunas-tunas baru. Waktu pemangkasan pada fase generatif (W2) menunjukkan hasil yang terbaik untuk berat per 100 biji, berat biji 72
kering per sampel dan produksi biji kering per plot. Hal ini diduga karena daun-daun yang dipangkas tidak dapat menerima cahaya matahari karena terlindung oleh daun yang terdapat di bagian atas, selain itu daun telah mengalami penuaan sehingga kurang efektif untuk melakukan fotosintesis, pada kondisi demikian daun dapat sebagai pengguna hasil fotosintesis misalnya untuk respirasi dengan dilakukannya pemangkasan akan sangat menguntungkan karena hasil fotosintesis yang seharusnya digunakan daun-daun tersebut dapat ditranslokasikan untuk pengisian polong dan biji, sehingga akan memperkecil jumlah biji yang abortif. Dengan demikian pemangkasan daun bagian tengah pada fase generatif akan sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman. Hal ini didukung oleh pendapat Anonimus (1981) bahwa pemangkasan daun yang terlindung oleh daun-daun yang berada di bagian atas sangat menguntungkan karena daun tersebut tidak menghasilkan fotosintat karena tidak dapat melakukan fotosintesis secara sempurna. Menurut Wilkins (1989) tajuk yang LAInya tinggi yaitu daun muda pada bagian pucuk tanaman menyerap radiasi paling banyak, memiliki laju asimilasi CO2 yang tinggi dan mentranslokasikan sejumlah besar asimilat ke bagian tanaman yang lain seperti buah dan biji. Sebaliknya daundaun yang lebih tua pada dasar tajuk dan terlindung mempunyai laju asimilasi CO2 yang rendah dan lebih sedikit memberikan hasil asimilasi ke bagian lain dari tanaman. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) jumlah cahaya yang sampai ke permukaan daun berbeda-beda di antara individu helaian daun, di mana daun yang terletak pada bagian atas akan menerima cahaya dalam jumlah yang banyak dibandingkan dengan daun yang berada pada bagian bawah. Perbedaan ini akan semakin besar dengan semakin banyaknya jumlah daun yang terbentuk sesuai dengan umur populasi tanaman, hal ini akan berpengaruh terhadap besarnya jumlah fotosintesis yang berlangsung. Pengaruh Interaksi antara Perlakuan Pupuk Daun Grow More dan Waktu Pemangkasan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Dari hasil penelitian setelah dianalisis secara statistik menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh interaksi yang nyata antara perlakuan pupuk daun grow more dengan waktu pemangkasan terhadap semua parameter yang diamati. Hal ini diduga karena tidak adanya hubungan timbal balik antara perlakuan pupuk daun grow more dan waktu pemangkasan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. KESIMPULAN 1. Perlakuan pupuk daun grow more tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang primer, berat per 100 biji dan produksi biji kering per sampel, pertumbuhan dan produksi tanaman terbaik didapat pada perlakuan G3 (6 g/l air) 2. Perlakuan waktu pemangkasan menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang, berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang primer dan berat per 100 biji dan produksi biji kering per sampel, produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan W2 (pemangkasan pada fase generatif) 3. Interaksi antara perlakuan pupuk daun grow more dan waktu pemangkasan menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati. DAFTAR PUSTAKA Anonimus, 1981. Cara Bercocok Tanam Hortikultura Seri Tanaman Sayuran Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Anonimus, 1997. Brosur Pupuk Grow More Research Farm. C.V. Primago. Deptan, 1992. Lima Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Deptan, Jakarta. hal 7 8. Gardner, F. P., R. B. Pearce and R. L. Mitchel, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah Herawati Susilo UI-Press, Jakarta. Heddy, S. 1986. Hormon Tumbuh. Grafindo Persada, Jakarta. JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006: 70 73 73
Lakitan, B. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Perkasa. Jakarta. Lingga, P. 1994. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Sihombing, A. D. 1985. Prospek dan Kendala Pengembangan Kedelai dalam Somaatmadja, dkk. (eds) Kedelai. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. Hal. 41 47 Sitompul, G. M. dan B. Guritno, 1995 Analisa Pertumbuhan Tanaman, Gadjah Mada University Press. Somaatmadja, S. 1993. Kacang-Kacangan Sumber Daya Nabati Asia Tenggara dalam L.J.G, Vander (Editor) Prosea Gramedia, Jakarta. 46 hal. Suprapto, H. S., 1992. Bertanam Kedele. Penebar Swadaya. Wilkins, M. B., 1989. Fisiologi Tumbuhan. Grafindo Persada, Jakarta. 74