BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan homeostasis tubuh.penelitian mengenai peran imunostimulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature), baik untuk upaya preventif,

A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. diambil akarnya dan kebanyakan hanya dibudidayakan di Pegunungan Dieng

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. iridoid, lignan, dan polisakarida (Chan-Blan-co et al., 2006). Senyawa flavon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) merupakan obat anti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan buah yang sering digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. (Munasir, 2001a). Aktivitas sistem imun dapat menurun oleh berbagai faktor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Jinten hitam umum digunakan

BAB I PENDAHULUAN. antaranya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Penggunaan tumbuhan untuk

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM ) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA OLIVE OIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

A. LATAR BELAKANG MASALAH

SIMPLISIA dari SELURUH TANAMAN MENIRAN (I)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkhasiat sebagai obat yang diketahui dari penuturan orang-orang tua dan

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) banyak diteliti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian ini dipilih karena tidak menyebabkan iritasi dan toksisitas (Rowe,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obat antiinflamasi, NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs), memiliki

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berasal dari bahan alam. Tanaman merupakan salah satu sumber obat-obatan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan arthritis rheumatoid,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN ARTI SINGKATAN. RINGKASAN... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan

Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : NYANTI MUHAROMAH NIM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

OPTIMASI FORMULA SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM

BAB I PENDAHULUAN. dapat membentuk pribadi yang kuat (Abednego, 2013:24) namun menerapkan pola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu

Tanaman pegagan (C.asiatica) merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh di berbagai tempat seperti di ladang, perkebunan maupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka SNEDDS Self-nanoemulsifying Drug Delivery Systems atau SNEDDS dapat didefinisikan sebagai campuran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (compression coating). Sekarang salut film enterik telah banyak dikembangkan. dan larut dalam usus halus (Lachman, et al., 1994).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman Phyllanthus niruri L.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunostimulan merupakan salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan homeostasis tubuh.penelitian mengenai peran imunostimulan terhadap mekanisme pertahanan tubuh telah banyak dilakukan (Sriningsih dan Wibowo, 2006).Meniran atau Phyllanthus niruri L. merupakan salah satu bahan alam berkhasiat yang banyak terdapat di Indonesia dan dapat dimanfaatkan sebagai imunomodulator. Riset tentang meniran sebagai imunomodulator pertama kali dilakukan oleh Thabrew dkk., (1991) yang menunjukkan bahwa ekstrak meniran mampu meningkatkan aktivitas sistem komplemen melalui jalur klasik. Senyawa utama dalam Phyllanthus niruri L. yang berperan dalam peningkatan sistem imun tubuh adalah flavonoid (Suhirman dan Winarti, 2007). Flavonoid yang terdapat dalam meniran meliputi astragalin, rutin, kuersetin, kuersitrin, katekin, nirurin, kuersetol, dan niruriflavon (Bagalkotkar dkk., 2006). Kandungan flavonoid terutama quersetin dalam meniran memiliki kelarutan yang rendah sehingga menyebabkan absorpsi dan bioavailabilitasnya rendah yaitu 20-30 % pada pemberian per oral (Hollman dkk.,1997). Self-Nano Emulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) merupakan campuran isotropik yang terdiri dari minyak, surfaktan dan kosurfaktan bersama obat yang akan membentuk nanoemulsi secara spontan dalam media air dengan pengadukan yang ringan dan memiliki ukuran droplet kurang dari 100 nm (Doh 1

2 dkk., 2013).Kemampuan SNEDDS meningkatkan transpor obat melalui limfatik dapat meningkatkan aktivitas obat-obat terkait imunitas (Sapra dkk., 2012). Pembentukan nanoemulsi minyak dalam air (o/w) secara spontan akan meningkatkan kelarutan serta absorbsi obat (Pol dkk., 2013). Komponen SNEDDS yang digunakan dalam penelitian ini antara lain minyak ikan cucut botol sebagai pembawa obat, surfaktan Tween 80 sebagai emulgator yang menurunkan tegangan muka antara minyak dan air, dan kosurfaktan PEG 400 sebagai emulgator yang membantu surfaktan dalam menjaga stabilitas lapisan film antara minyak dan air (Date dkk., 2010). Tween 80 dan PEG 400 memiliki HLB lebih dari 10 sehingga memenuhi persyaratan dalam SNEDDS karena semakin tinggi HLB maka semakin mudah terbentuk nanoemulsi (Kommuru, 2001). Minyak yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak ikan cucut botol. Minyak ikan cucut botol memiliki trigliserid rantai panjang sehingga dapat meningkatkan transport obat melalui limfatik dan mengurangi metabolisme lintas pertama (Sapra dkk.,2012). Kemampuan SNEDDS membentuk nanoemulsi secaraspontan di dalam saluran cerna diharapkan dapat memperbaiki bioavailabilitas kombinasi ekstrak meniran dan minyak ikan cucut botol di dalam tubuh (Makadia dkk., 2013).Formulasi ekstrak etanolik dariekstrak kering Phyllanthus niruri DE 25 dalam penelitian ini dilakukan dengan metode yang dapat meningkatkan kelarutan dan absorpsiekstrak herba meniran sebagai imunomodulator yaitu metode SNEDDS (Self Nano Emulsifying Drug Delivery System).Dosis ekstrak etanolik

3 herba meniran sebagai imunostimulan untuk orang dewasa adalah 3 x 50 mg per hari (Sunarno, 2007). B. Rumusan Masalah 1. Apakah ekstrak etanolik dari ekstrak kering Phyllanthus niruri DE 25, minyak ikan cucut botol, Tween 80 dan PEG 400 yang diformulasikan dapat menghasilkan SNEDDSyang homogen dan dapat membentuk emulsi yang jernih setelah diemulsifikasikan dalam artificial gastric fluid (AGF)? 2. Apakah formula SNEDDS optimum ekstrak etanolik dariekstrak kering Phyllanthus niruri DE 25dapat menghasilkan emulsi berukuran<100 nm, dengan waktu emulsifikasi <1 menit dalam media AGF serta dapat menampung ekstrak lebih dari 50 mg setiap ml sistemnya? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui ekstrak etanolik dari ekstrak kering Phyllanthus niruri DE 25, minyak ikan cucut botol, Tween 80 dan PEG 400yang diformulasikan dapat menghasilkan SNEDDSyang homogen dan dapat membentuk emulsi yang jernih setelah diemulsifikasikan dalam artificial gastric fluid (AGF). 2. Mengetahui formula SNEDDS optimum ekstrak etanolikdari ekstrak keringphyllanthus niruri DE 25yang dapat menghasilkan emulsi berukuran < 100 nm dengan waktu emulsifikasi < 1 menit dalam media AGF serta dapat menampung ekstrak lebih dari 50 mg setiap ml sistemnya.

4 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapatberperan dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa.selain itu dalam industri farmasi dapat menjadi suatu produk obat baru dari bahan alam yang dapat dikembangkan dan dipilih pasien dalam pengobatan serta memberikan manfaat bagi pengembangan formulasi SNEDDS untuk penghantaran obat pada umumnya sehingga menjadi alternatif baru dalam formulasi ekstrak meniran terutama aplikasi secara oral. 1. Phyllanthus niruri DE 25 E. Tinjauan Pustaka Nama Indonesia Nama spesies Nomor batch Kode produk : meniran : Phyllanthus niruri L : 523 JN : 1P03E25 Tahun pembuatan : September 2013 Baik digunakan sebelum : September 2016 Bagian yang digunakan Warna Eksipien : herba : coklat : amilum Kandungan air : 5,95 %

5 Gambar 1.Phyllanthus niruri. L Meniran atau Phyllanthus niruri L. seperti tampak pada Gambar 1 memiliki klasifikasi, nama daerah, habitat, morfologi, kandungan senyawa dan kegunaan sebagai berikut, a. Klasifikasi Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2001) klasifikasi tanaman meniran adalah sebagai berikut, Divisi Subdivisi Kelas Bangsa Suku Marga : Spermatophyta : Angiospermae :Dicotyledonae : Geraniales : Euphorbiaceae :Phyllanthus Jenis :Phyllanthus niruri L.

6 b. Nama Daerah Nama daerah meniran adalah meniran ijo (Jawa) dan memeniran (Sunda).(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978). c. Habitat dan Penyebaran Meniran tumbuh tersebar pada hampir seluruh wilayah Indonesia yang daerahnya memiliki ketinggian 1-1000 m di atas permukaan laut. Meniran tumbuh liar di tempat terbuka antara lain ladang, tepi sungai, pantai, dan tanah gembur yang berpasir. Tanaman ini juga terdapat di luar wilayah Indonesia seperti Malaysia, Filipina, Australia, India dan Cina (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978). d. Morfologi Tanaman meniran adalah terna yang memiliki tinggi 50-100 cm dan memiliki batang yang berwarna hijau pucat atau hijau kemerahan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978).Akarnya adalah jenis akar tunggang dan berwarna putih kotor (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001).Cabangnya berpencar memiliki daun tunggal yang tumbuh mendatar dari batang pokok. Daunnya berbentuk bulat telur hingga bulat memanjang, berujung bundar atau runcing, panjang 5-10 mm, lebar 2,5-5 mm (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978). Daun meniran berwarna hijau dan bertepi rata (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001).Permukaan bawah daun memiliki bintik-bintik kelenjar (Departemen

7 Kesehatan Republik Indonesia, 1978).Bunga meniran terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang letaknya berbeda namun sama-sama muncul dari ketiak daun. Bunga jantan terletak di bawah ketiak daun, gagangnya berdiameter 0,5-1 mm, mahkota bunga berwarna merah pucat dan berbentuk bundar telur terbalik dengan panjang 0,75-1 mm. Bunga betina berada di atas ketiak daun, gagang bunga berdiameter 0,75-1 mm, mahkota bunga bertepi hijau muda berbentuk bundar telur sampai bundar memanjang dengan panjang 1,25-2,5 mm (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978). Buah meniran berwarna hijau keunguan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001), licin, berdiameter 2-2,5 mm dan gagang buahnya memiliki panjang 1,5-2 mm (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978). Meniran memiliki biji yang berbentuk ginjal, kecil, keras dan berwarna coklat (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001).Bagian dari meniran yang dimanfaatkan adalah herbanya yaitu seluruh bagian di atas tanaman (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). a. Kandungan senyawa Senyawa-senyawa yang terkandung dalam meniran antara lain quersetin, quersitrin, isoquersitrin, rutin, alkaloid, terpenoid, lignin, polifenol, tannin, kumarin dan saponin (Sudarsono dan Agus, 2006; Paithanker dkk., 2011). Selain itu, menurut Bagalkotkar dkk., (2006) meniran mengandung flavonoid yaitu astragalin, rutin, kuersetin, kuersitrin, katekin, nirurin, kuersetol, dan niruriflavon.

8 b. Kegunaan Meniran digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti disentri, influenza, diabetes, tumor, batu ginjal, jaundice, dyspepsia juga sebagai diuretik, antiviral, antibakteri dan antihepatitis B (Paithankerdkk., 2011). Di Indonesia sendiri, meniran merupakan tanaman obat yang digunakan turun-temurun untuk mengobati infeksi dan batu pada saluran kencing, kencing nanah, diare, rabun senja, rematik, sakit kuning dan sebagai diuretik, pelancar haid, ekspektoran (Hutapea dan Syamsuhidayat, 1991). c. Penelitian sebelumnya Uji aktivitas kombinasi ekstrak etanolik herba meniran, umbi keladi tikus dan daun sirih merah terhadap fagositosis makrofag secara in vitro dapat meningkatkan aktivitas imunomodulator meniran (Sagala, 2013). 2. Imunomodulator Imunomodulator adalah bahan yang dapat mengembalikan suatu ketidakseimbangan sistem imun tubuh.imunomodulator bekerja melalui 3 mekanisme yaitu imunorestorasi (mengembalikan sistem imun yang terganggu), imunosupresi (menekan respon imun), dan imunostimulan (memperbaiki sistem imun).imunomodulator ini banyak digunakan dalam mengatasi penyakit infeksi kronis, imunodefisiensi dan kanker.arti respon imun secara luas yang berkembang pada saat ini adalah suatu tindakan pencegahan atau pengobatan penyakit yang disebabkan pengaruh faktor luar tubuh dan zat asing (Chairul, 2011).

9 Imunostimulator merupakan mekanisme imunomodulator yang banyak digunakan dalam memperbaiki sistem imun.imunostimulator adalah bahan yang dapat meningkatkan sistem imun (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).Imunostimulator memiliki peranan dalam pencegahan maupunpengobatan penyakit, oleh karena itu pemberian imunostimulator menjadi sangat penting ketika sisitem imun sedang melemah (Sriningsih dan Wibowo, 2006). Menurut Bellanti (1985), mekanisme peningkatan respon imun yang dilakukan suatu imunostimulan antara lain : a. Mempersingkat waktu yang diperlukan sampai terjadinya respon b. Meningkatkan respon tertentu secara menyeluruh c. Memperpanjang durasi respon yang terjadi d. Memperlambat terjadinya penghentian respon e. Mengembangkan respon baru terhadap antigen yang sebelumnya tidak menimbulkan respon. 3. SNEDDS (Self- Nano Emulsifying Drug Delivery System) Merupakan campuran minyak, surfaktan, ko-surfaktan dan obat dalam bentuk halus yang akan membentuk nanoemulsi minyak dalam air jika kontak dengan fase air (Makadia dkk., 2013; Dey dkk., 2012). Nanoemulsi yang terbentuk memiliki ukuran tetesan yang kecil yaitu < 100 nm (Dohdkk., 2013). Komponen utama dalam SNEDDS berupa minyak sebagai pembawa obat, surfaktan sebagai pengemulsi minyak ke dalam air melalui pembentukan dan penjaga stabilitas lapisan film antarmuka, dan ko-surfaktan untuk membantu tugas

10 surfaktan sebagai pengemulsi (Makadiadkk., 2013). Formulasi SNEDDS dapat dibentuk dalam sediaan kapsul gelatin untuk kenyamanan dalam penggunaan oral (Zhao dkk., 2010). Keuntungan penggunaan SNEDDS secara umum yaitu meningkatkan absorpsi obat yang diberikan secara oral sehingga bioavailabilitasnya naik, meningkatkan kelarutan obat yang memiliki kelarutan rendah. Selain itu ukuran nanometer akan menaikkan transport obat sehingga dapat meningkatkan efek terapetiknya (Sakthi, 2013). Kemampuan SNEDDS meningkatkan transpor obat melalui limfatik dapat meningkatkan aktivitas obat-obat terkait imunitas (Sapra dkk., 2012). Komponen utama dalam SNEDDS adalah sebagai berikut. a. Minyak Sifat fisikokimia minyak (volume molekul, polaritas dan viskositas) memiliki peran penting dalam formulasi SNEDDS karena menentukan spontanitas emulsifikasi, ukuran tetesan nanoemulsi dan kelarutan obat (Bouchemal dkk., 2004). Biasanya minyak yang digunakan untuk SNEDDS merupakan minyak yang mampu melarutkan obat secara maksimal atau dengan kata lain jenis minyak yang digunakan ditentukan oleh jenis obatnya (Makadia dkk., 2013). Minyak yang dipilih harus mampu menghasilkan nanoemulsi dengan ukuran tetesan yang kecil. Pemilihan fase minyak yang tepat sangat penting karena mempengaruhi pemilihan bahan lain. Hal ini menentukan jumlah maksimumekstrak yang mampu ditampung dalam nanoemulsi.minyak terdiri dari campuran trigliserida yang mengandung asam lemak dari berbagai rantai dan

11 derajat ketidakjenuhan. Trigliserida diklasifikasikan menjadi rantai pendek (<5 karbon), menengah (6-12 karbon) atau rantai panjang (>12 karbon) (Sapra dkk.,2012). b. Surfaktan Surfaktan merupakan singkatan dari surface active agents, yaitu bahan yang dapat menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas maupun cair-cair) untuk mempermudah penyebaran dan pemerataan.pemilihan surfaktan memiliki peran penting dalam formula SNEDDS. Sifat-sifat surfaktan seperti HLB (dalam minyak), viskositas dan afinitas memiliki pengaruh besar pada proses pembentukan nanoemulsi, dan ukuran tetesan nanoemulsi (Makadia dkk., 2013). Surfaktan dengan nilai HLB rendah memiliki sifat hidrofobik dan memiliki kelarutan yang lebih besar dalam minyak, sedangkan surfaktan dengan nilai HLB tinggi bersifat hidrofilik dan memiliki kelarutan yang lebih besar dalam media air. Contoh surfaktan yang umum digunakan adalah tween 80, tween 20, span 20 dan span 80(Makadia dkk., 2013). Tween 80 digunakan sebagai surfaktan dalam SNEDDS karena memiliki nilai HLB yang tinggi (>10) sebesar 15,0 (Rowe dkk., 2009), sehingga memenuhi persyaratan sebagai surfaktan pada formulasi SNEDDS. Nilai HLB yang tinggi membuat pembentukan nanoemulsi minyak dalam air akan semakin mudah (Kommuru dkk., 2001).

12 c. Kosurfaktan Kosurfaktan ditambahkan dengan tujuan meningkatkan drug loading, mempercepat emulsification time, dan mengatur ukuran tetesan nanoemulsi (Makadia dkk., 2013). Surfaktan tidak cukup menurunkan tegangan muka minyak-air untuk menghasilkan nanoemulsi sehingga memerlukan penambahan kosurfaktan untuk membantu menurunkan tegangan permukaan mendekati nol. Kosurfaktan menembus ke dalam monolayer surfaktan memberikan fluiditas tambahan sehingga mengganggu fase kristal cair yang terbentuk ketika film surfaktan terlalu kaku (Wankhade dkk.,2010). Metode turbidimetri dapat digunakan untuk menilai efektivitas kosurfaktan untuk meningkatkan kemampuan membentuk nanoemulsi (Wankhade dkk., 2010). Pelarut organik seperti etanol, propilen glikol, polietilen glikol dapat digunakan sebagai kosurfaktan untuk pemberian oral. 4. Minyak Ikan Cucut Botol Minyak ikan cucut botol merupakan minyak berwarna kuning semu atau putih bening dengan bau khas yang didalamnya banyak mengandung squalene.squalene adalah bahan makanan sehat alami (Natural Health Food) yang diekstrak dari hati ikan cucut botol (Centrocymnus crepidater atau Centrophorus atromarginatus garman) yang hidup di laut pada kedalaman 300-1000 meter dari permukaan laut(budiarso, 2008). Di dalam hati ikan tersebut, squalene digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan kolesterol dan steroid.selain itu juga terdapatlipid gliserol

13 eterdalam minyak ikan cucut botol yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh atau imun terhadap antigen terkait (Harivardan dan Patrick, 2009).Banyak penelitian tentang minyak ikan cucut botol yang telah terbukti secara ilmiah baik untuk meningkatkan ketahanan tubuh manusia terhadap berbagai macam serangan penyakit. Selain itu squalene juga berfungsi sebagai antioksidan dan memiliki aktivitas sebagai antitumor (Huang dkk., 2005). Karena manfaat yang sangat potensial dalam bidang farmasi, maka squaleneyang terkandung dalam minyak hati ikan cucut botol banyakditeliti lebih lanjut (Kurniawan, 2009). Minyak ikan cucut botol memiliki rantai trigliserida yang panjang sehingga memiliki keunggulan berupa kemampuan meningkatkan transpor obat melalui limfatik sehingga mengurangi metabolisme lintas pertama (Sapra dkk., 2012). 5. Tween 80 Tween 80 atau polisorbat 80 (C64H124O26) memiliki berat molekul 1310 g/mol.tween 80 pada suhu 25 Cberwujud cairan seperti minyak, jernih, berwarna kuning muda hingga coklatmuda, aroma khas lemah, rasa pahit, danhangat.bobot jenis Tween 80 berkisar antara 1,06dan 1,09 g/cm3 (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

14 Gambar 2.Struktur kimia Tween 80 (Rowe dkk., 2009) Tween 80 sangat mudah larutdalam air, etanol, etil asetat, dan metanol, namun praktis tidak larut dalam minyaklemak dan parafin cair (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Kegunaan Tween 80 antara lain sebagai zat pembasah, emulgator, danmeningkatkan kelarutan. Tween 80 tergolong surfaktan non-ionik hidrofilik yangmemiliki toksisitas rendah sehingga banyak digunakan dalam industri makanan,kosmetik, serta formulasi obat oral dan parenteral sebagai emulgator emulsiminyak dalam air yang stabil.dosis aman konsumsi Tween 80 dalam sehariadalah 25 g/kgbb. Tween 80 digunakan sebagai surfaktan dalam SNEDDS karenamemiliki nilai HLB yang tinggi (>10) sebesar 15,0 (Rowe dkk., 2009), sehinggamemenuhi persyaratan sebagai surfaktan pada formulasi SNEDDS, karenasemakin tinggi nilai HLB maka pembentukan nanoemulsi minyak dalam air akansemakin mudah (Kommuru dkk., 2001).

15 6. PEG 400 Polietilen glikol 400 atau PEG 400 tergolong dalam etilen oksida yang memiliki rumus strukturhoch2(ch2och2)mch2oh dimana m merupakan jumlah rata-rata gugusoksietilen. Gambar 3.Struktur PEG 400 (Rowe dkk.,2009) Polietilen glikol 400 memiliki berat molekul sebesar 380-429 g/mol, berwujudcairan kental jernih, stabil, tidak berwarna, bau khas agak lemah, agakhigroskopik, dan pahit, serta dapat larut dalam air, etanol, aseton dan hidrokarbonaromatik, namun praktis tidak larut dalam eter dan hidrokarbon alifatik (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1995).Polietilen glikol 400 banyak digunakan dalam berbagai formulasi obat, termasukparenteral, topikal, mata, oral, dan rektal. Sifat PEG 400 adalah non-toksik dantidak mengiritasi lambung sehingga aman dikonsumsi peroral.apabila PEG 400 dikonjugasi dengan agen pengemulsi lain dapat berfungsi sebagai penstabil emulsi. Penggunaan aman PEG 400 dibatasi oleh WHO setiap hari hingga 10mg/kgBB. Digunakan PEG 400 sebagai kosurfaktan pada formulasi SNEDDSkarena memiliki nilai HLB yang tinggi (>10) yaitu sebesar 11,6 sehingga dapatmembantu surfaktan dalam meningkatkan pembentukan nanoemulsi secaraspontan (Rowe dkk., 2009). Penelitian Chavda

16 dkk., (2013) membuktikan bahwa PEG 400 merupakan kosurfaktan yang dapat digunakan dalam formulasi SNEDDS dengan konsentrasi optimal 30% v/v yang menghasilkan SNEDDS yang jernih dan stabil serta nanoemulsi dengan ukuran droplet sebesar 29,53 nm. 7. Simplex Lattice Design Simplex Lattice Design merupakan metode yang digunakan untuk menentukan optimasi formula pada berbagai perbedaan jumlah komposisi bahan (dinyatakan dalam berbagai bagian) yang jumlah totalnya dibuatnya sama dengan satu bagian. Profil respon dapat ditentukan melalui persamaan Simplex Lattice Design (Bolton, 1997). Untuk penerapan 2 komponen atau faktor perlu dilakukan minimal dengan 3 percobaan yaitu percobaan yang menggunakan 100% variabel A, 100% variabel B serta campuran 50% variabel A dan 50% variabel B (Bolton dan Bon, 2004). Untuk dua komponen atau faktor persamaan, digunakan persamaan sebagai berikut: Y = a(a) + b(b) + ab(a)(b) (1) Keterangan: Y = respon (hasil percobaan) A, B = kadar komponen dimana (A) + (B) = 1 a, b, ab= koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan (Bolton dan Bon, 2004).

17 Keuntungan penggunaandesain penelitian adalah keefektifan penafsiran faktor dan interaksi, dapat memprediksi efek yang diinginkan ketika tidak terjadi interaksi sehingga memberikan efisiensi yang maksimal (Patel dkk., 2010). F. Landasan Teori Meniran atau Phylanthus niruri L. merupakan salah satu bahan alam berkhasiat yang banyak terdapat di Indonesia dan terbukti memiliki efek imunomodulator. Senyawa yang berperan utama dalam peningkatan sistem imun tubuh adalah senyawa flavonoid di antaranya astragalin, alkaloid, terpenoid, lignan, polifenol, tanin, kumarin, dan saponin (Bagalkotkar dkk., 2006). Senyawa flavonoid terutama quersetin tersebut memiliki kelarutan rendah sehingga memberikan absorpsi dan bioavailabilitas yang rendah dalam formulasi pada umumnya untuk penggunaan peroral (Hollman dkk.,1997). Penelitian terdahulu yang dilakukan Ahmed dkk., (2014) berhasil meningkatkan efek dan absorpsi yang rendah pada flavonoid quersetin yang diformulasikan dengan teknik SNEDDS. Pembuatan SNEDDS dilakukan dengan mencampurkan minyak ikan cucut botol, surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 dengan ekstrak etanolik herba meniran sebagai zat aktif. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indriatmoko (2014) yang memformulasikan SNEDDS ekstrak temulawak menggunakan fase minyak ikan cucut botol menghasilkan droplet emulsi 126,8 nm dan potensial zeta +20,78 mv. Chavda dkk., (2013) dapat memformulasikan

18 self-nanoemulsifying powder menggunakan campuran Tween 80 dan PEG 400 yang menghasilkan ukuran droplet emulsi sebesar 29,53 nm dengan waktu emulsifikasi 15±2 detik. Singh dkk.,(2009) dalam formulasi SNEDDS menggunakan tween 80 menghasilkan SNEDDS yang stabil tidak terpengaruh oleh ph jika dibandingkan dengan jenis surfaktan ionik. G. Hipotesis 1. Kombinasi ekstrak etanolikdari ekstrak keringphyllanthus niruri DE 25, minyak ikan cucut botol, tween 80 dan PEG 400 yang diformulasikan dapat menghasilkan SNEDDS yang homogen dan dapat membentuk emulsi yang jernih setelah diemulsifikasikan dalam artificial gastric fluid (AGF). 2. Formula optimum SNEDDS ekstrak etanolik dariekstrak kering Phyllanthus niruri DE 25dapat menghasilkan emulsi berukuran < 100 nm dengan waktu emulsifikasi < 1 menit dalam media AGF serta mampu menampung ekstrak lebih dari 50 mg setiap ml sistemnya.