BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Tantangan masa depan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya alam dengan jumlah yang

Pendahuluan. Distribusi dan Potensi. Kebijakan. Penutup

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kawasan yang terbentuk akibat pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI DAN WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

OUTLINE. Pendahuluan Panas Bumi dalam bauran energi Nasional Potensi Panas Bumi Di Indonesia Tantangan Pengembagnan Panasbumi di Indoneisia

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan dalam kehidupan manusia, serta ketersediaannya memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

KESIAPAN DATA POTENSI PANAS BUMI INDONESIA DALAM MENDUKUNG PENYIAPAN WILAYAH KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REGULASI PANAS BUMI DAN KEBIJAKAN INVESTASI DI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan bangsa (nation building). pengertian yang lebih sederhana, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

POTENSI DAN WILAYAH KERJA PANAS BUMI TAHUN 2008

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. curam, hanya beberapa tempat yang berupa dataran. Secara umum daerah Pacitan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan, maka dibuat peta lahan. daya alam dan manusia serta memperluas lapangan pekerjaan dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan Geologi Lapangan Panas Bumi Kamojang

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL B A D A N G E O L O G I PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

: ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL ORGANISASI : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Halaman. 362.

Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI MANDAILING NATAL

GELIAT PANAS BUMI: TANTANGAN DALAM MENJAWAB KEMANDIRIAN ENERGI NASIONAL. Yunus Saefulhak dan Herlambang Setyawan

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

Pengurangan Risiko Bencana dalam Industri Energi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NoMoR : 1790 K/33/MEM/2007 TENTANG

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BUPATI DONGGALA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Neraca Listrik Domestik Indonesia [2].

Untuk mengetahui ketelitian dari hasil groundtruth dan diperoleh 83.67% maka klasifikasi dianggap benar. (Purwadhi, 2001) Pembahasan

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Energi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia

SUMBER DAYA PANAS BUMI: ENERGI ANDALAN YANG MASIH TERTINGGALKAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik dalam era globalisasi ini merupakan salah satu

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERTAMBANGAN DAN GALIAN KABUPATEN MALUKU TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling

POTENSI PANAS BUMI UNTUK KONTRIBUSI MW. Arif Munandar dan Mochamad Nur Hadi. Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan energi listrik pertumbuhan permintaannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyediaan kebutuhan energi listrik dengan mutu dan keandalan yang baik mempunyai peranan yang strategis dalam mendorong roda perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Tantangan masa depan dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan guna membangun kemandirian energi tiap daerah di Indonesia, maka pengelolaan sumber daya alam energi termasuk potensi pembangkit energi listrik harus mempertimbangkan potensi cadangan energi terbarukan atau energi alternatif yang dimiliki oleh daerah tersebut. Kondisi Geologi Indonesia yang berada pada zona barisan gunung api (Ring of Fire) mempunyai potensi energi panas bumi atau geothermal yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Potensi panas bumi di Indonesia mencapai sekitar 29 Gwe atau setara dengan 12 miliar barel minyak bumi untuk massa pengoperasian 30 tahun (Sukhyar dan Danar, 2010 ). Potensi besar tersebut menjadikan panas bumi sebagai salah satu andalan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia. Tapi perkembangan pemanfaatannya masih rendah, yaitu sebesar 1.228 MW atau 4,2% dari potensi, yang sebagian besar pembangkit terbangunnya berada di Provinsi Jawa Barat sebesar 1.075 MW (87%) dari 4 Wilayah Kerja panas bumi eksisting yaitu Kamojang, Darajat, Wayang Windu dan Gunung Salak. 1

2 Inventarisasi data tercatat lebih dari 49 lokasi manifestasi panas bumi tersebar di Kabupaten/Kota Jawa Barat yang bisa di kembangkan dengan perkiraan energi mencapai 6101 MW (Bappeda-Jawa Barat, 2013). Salah satu potensi yang belum dikembangkan adalah potensi panas bumi Gunung Ciremai di Wilayah Kabupaten Kuningan. Potensi besar tersebut untuk bisa dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung memerlukan tahapan-tahapan kajian dan penyelidikan secara rinci dari data awal hingga didapatkan data hasil potensial siap di bangun pembangkit listrik panas bumi. Keberhasilan pemanfaatan potensi panas bumi sebagai pembangkit tenaga listrik meliputi empat unsur utama yaitu 1). Data dan Informasi ; 2). Kelembagaan/Institusi ; 3). Pengaturan Kebijakan ; 4).Pendanaan/Keuangan. (Gehringer dan Loksa, 2012). Kelembagaan Lembaga khusus panas bumi Pegawai lembaga berkualitas Pegawai teknologi energi berkualitas Regulator bermutu Kebijakan Kebijakan Harga Komitmen terukur Mendukung Energi Mandiri Mudah terhubung ke jaringan KEBERHASILAN PENGEMBANGAN ENERGI PANAS BUMI Informasi Data Model Konseptual Pengumpulan data Sumberdaya Eksplorasi Pengeboran Teknologi Data Pasar Keuangan Lokasi yang komersial Adanya subsidi pemerintah Dana awal pengembangan Bantuan dana Lingkungan Gambar 1.1. Empat kunci sukses pengembangan energi panas bumi (Gehringer dan Loksa, ESMAP, 2012)

3 Tahapan suksesnya pengembangan sumber utama pembangkit listrik panas bumi hanya sebagian subsistem dari sistem penyediaan dan pengembangan ketenagalistrikan yang mencakup suatu perancangan sistem mulai dari subsistem pengadaan pembangkitan, transmisi, distribusi sampai dengan penjualan tenaga listrik kepada konsumen (Berahim, 2012). Rangkain sistem ketenagalistrikan tersebut dari mulai pembangkitan sampai tersalurkan kepada konsumen atau pemakai tentu saja memerlukan perencanaan kesiapan lokasi dan ruang pembangunannya. Khususnya di Wilayah Jawa Barat yang jumlah penduduknya padat, aktifitas industri dan perekonomian semakin meningkat serta kebutuhan berbagai sektor akan wilayah, ruang dan lahan yang memungkinkan berubah cepat dari tahun ke tahun, menjadikan pembangkit listrik panas bumi juga perlu direncanakan strategi kesiapan lokasi dan tata ruangnya. Kebutuhan luas lokasi fasiltas produksi dan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ( PLTP ) memang relatif kecil sekitar 3 10 hektar atau 3,5 km2/ 100 MW (Bromley et al, 2010 dalam Utami dkk, 2013). Tetapi pemanfaatan tidak langsung energi panas bumi untuk tenaga listrik sampai energi listriknya diterima konsumen memerlukan perencanaan dan perancangan lokasi lahan yang tepat dan cakupan wilayah luas. Analisis dan perencanaan karakteristik daya dukung lokasi dan lahan sejak perencanaan awal pengembangan potensi panas bumi akan memudahkan pembangunan sistem ketenagalistrikan dari potensi panas bumi. Resiko dan kendala yang berhubungan dengan konflik kepentingan lahan dan ruang bisa menyebabkan terhambatnya waktu serta biaya tinggi dalam pembangunan PLTP.

4 Tiga lokasi manifestasi panas bumi potensial di kaki Gunung Ciremai telah ditetapkan sebagai Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) panas bumi Jawa Barat, yaitu manifestasi Sangkanhurip, Pajambon dan Ciniru. Selain manifestasi tersebut masih terdapat 5 lokasi manifestasi panas bumi lainnya yang tersebar di Wilayah Kabupaten Kuningan yaitu manifestasi Subang, Cibingbin, Ciuyah, Liangpanas dan Sumberjaya ( gambar 1.2). WKP Ciremai Gambar 1.2. Peta Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi Jawa Barat (Fadillah dkk, 2013) Penyebaran potensi panas bumi Ciremai di Wilayah Kabupaten Kuningan sebagian besar berada di Lereng Timur Gunung Ciremai atau di bagian Barat Wilayah Kabupaten Kuningan. Tata guna lahan pada sekitar kawasan tersebut merupakan lahan yang padat penduduk dengan kondisi karakteristik kaki gunung yang dimanfaatkan pertanian, permukiman, pariwisata serta melimpahnya mata air yang juga sebagai salah satu sumber daya alam potensial Kabupaten Kuningan. Sementara itu tahapan pengembangan potensi panas buminya baru dalam proses awal dan baru bisa dimanfaatkan paling cepat tahun 2025. Jangka waktu

5 pemanfaatan yang masih lama sangat memungkinkan sekali akan terjadi beberapa perubahan tata guna lahan. Perencanaan lokasi lahan yang strategis untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik panas bumi perlu dilakukan dari awal perencanaan pengembangan potensinya. Penyajian hasil analisis informasi penentuan lokasi tapak pembangkit panas bumi akan lebih mudah di baca secara umum jika dilakukan dengan berbasis data Informasi Geografis. Teknologi Sistem Informasi Geografis mengintegrasikan operasi operasi umum database, seperti query dan analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa unik yang dimiliki oleh pemetaan. Sehingga penelitian ini lebih memfokuskan tentang Penentuan Lokasi Tapak Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Berbasis Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. 1.2. Rumusan Masalah Maka penelitian ini dirumuskan ke dalam beberapa bagian yaitu : Bagaimana Penyebaran lokasi manifestasi panas bumi di Kabupaten Kuningan Bagaimana daya dukung infrastruktur, lahan, topografi, geografis dan tata ruang wilayah sekitar lokasi manifestasi panas bumi. Dengan dibantu analisis Sistem Informasi Geografis (SIG), bagaimana memetakan ruang lingkup wilayah potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan potensial pemanfaatan energi panas bumi.

6 Bagaimana pengambilan keputusan tahapan lokasi yang paling potensial untuk di kembangkan menjadi kawasan tapak pembangkit listrik panas bumi. 1.3. Batasan Masalah Pengembangan dan pembangunan PLTP yang memerlukan biaya dan investasi tinggi kendala dan resikonya dapat diminimalkan jika kelengkapan data dan informasi tersedia selengkap dan seakurat mungkin. Keakuratan data potensi reservoar yang dianalisis dari berbagai data Geosain ( Geologi, Geokimia dan Geofisika) lebih memfokuskan pada data potensi bawah permukaan. Pemanfaatan energi panas bumi sampai menjadi energi listrik dimanfaatkan konsumen adalah membatasi kajiannya pada : Kawasan kajian dalam ruang lingkup Wilayah Kabupaten Kuningan Data geosain menggunakan data sekunder dengan menggabungkan datadata penelitian sebelumnya. Data lapangan Kawasan Potensial Panas Bumi Gunung Ciremai hanya menentukan titik potensial dan manifestasi panas bumi dan data pemanfaatan lahan lokasi sekitar titik manifestasi panas bumi di Wilayah Kabupaten Kuningan. Pengambilan keputusan lokasi tapak pembangkit panas bumi potensial untuk dikembangkan dianalisa berdasarkan karakteristik kendala dan daya dukung struktur dan pola ruang.

7 1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah menganalisa karakteristik penyebaran manifestasi potensi panas bumi dengan daya dukung pola dan struktur ruang wilayah serta pengembangan jaringan listrik berbasis Sistem Informasi Geografis. Tujuan yang diharapkan untuk mengetahui penyebaran manifestasi panas bumi di Wilayah Kabupaten Kuningan dan hubungannya dengan karakteristik daya dukung tata ruang wilayah sehingga didapatkan gambaran lokasi paling memungkinkan untuk di kembangkan sebagai lokasi tapak potensial pembangkit listrik tenaga panas bumi di Wilayah Kabupaten Kuningan. 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Perencanaan Sistem Energi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi pada umumnya lebih menekankan pada penelitian secara khusus pada salah satu kajian geosain ( geologi, geokimia, geofisika dan teknik reservoar ). Selain itu sebagian besar juga kajiannya mencoba menganalisa secara global hubungan potensi energi dengan faktor-faktor ekonomis pembangkitan dan pemanfaatan energi listrik. Kajian tentang potensi dan manifestasi panas bumi menentukan lokasi kawasan pembangkit potensial di Kabupaten Kuningan yang berkaitan dengan pola tata ruang daerah berbasis Sistem Informasi Geografis ( SIG) merupakan sesuatu hal yang baru dilakukan di Wilayah Kabupaten Kuningan. Penelitian ini mencoba untuk memadukan beberapa data penelitian yang telah dilakukan pada manifestasi-manifestasi panas bumi di Kabupaten Kuningan, di gabungkan

8 dengan data survey lapangan penentuan koordinat titik-titik manifestasi tersebut dan faktor-faktor daya dukung dan kendala tata ruang wilayah. 1.6. Manfaat Penelitian Memberikan sumbangan pengetahuan terhadap masyarakat Indonesia umumnya dan khususnya kawasan daerah penelitian tentang potensi panas bumi Daerah Kabupaten Kuningan. Memberikan gambaran pentingnya perencanaan potensi pembangkit listrik panas bumi berkesesuaian dengan perencanaan tata ruang wilayah. Menambah wawasan kajian bagi peneliti, umumnya dalam kajian energi dan khususnya dalam kajian energi panas bumi.