BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggita Khusnur Rizqi, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang . Lisna Octa Rolina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. empat terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. Biro Sensus dari

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan perkotaan saat ini telah menjadi kawasan sangat luas dengan

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB 2 LANDASAN TEORI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dian Mayasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

D3 TEKNIS SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. INTISARI...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. suatu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran penelitian.

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda

pengisian data dan cara pembuatan grafik. setelah pengolahan dan analisa perhitungan serta saran-saran yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

Kebijakan Perencanaan Tata Ruang dan Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

I. PENDAHULUAN. Berbagai aktivitas perkotaan terutama di kota-kota besar dimana mobilitas. lintas dan pergerakan manusia didaerah tersebut.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR GEOGRAFI TERHADAP PERUBAHAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN PARONGPONG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Periode Awal Berdirinya Badan Usaha Unit Desa (BUUD)

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN ASOSIASINYA TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI DI KAWASAN PINGGIRAN KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENGANTAR. Kota Tangerang terletak antara Lintang Selatan dan

BAB I PENDAHULUAN. heterogen dan materialistis di bandingkan dengan daerah belakangnya.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan ekonomi, pendidikan dan teknologi di Indonesia adalah kecenderungan seseorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam suatu lingkungan sosial yang berbeda satu sama lainnya. Struktur sosial

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hal yang menjadi ciri dari negara berkembang adalah angka pertumbuhan penduduknya yang tinggi. Hal tersebut sudah sejak lama menjadi masalah kependudukan di negara-negara berkembang. Semakin bertambahnya penduduk, kebutuhan lahan untuk tempat tinggal pun akan semakin bertambah, sementara jumlah lahan adalah tetap dalam arti tidak bertambah. Ciri lain dari negara berkembang adalah belum meratanya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Pembangunan sering berpusat di wilayah perkotaan. Akibatnya terjadi ketimpangan sosial ekonomi antara penduduk di wilayah perkotaan dan pedesaan. Terdapat beragam mata pencaharian dalam berbagai sektor di wilayah perkotaan, sementara pedesaan masih didominasi oleh sektor pertanian dan peternakan. Indonesia sebagai negara berkembang mengalami pula hal tersebut. Tidak meratanya pembangunan pada akhirnya mengakibatkan banyaknya penduduk dari desa yang melakukan pergerakan atau mobilitas ke kota. Sebagaimana diungkapkan oleh Lee, Todaro, dan Titus dalam Mantra (2000:189) bahwa motivasi seseorang untuk melakukan perpindahan adalah motif ekonomi. Salah satu wilayah yang mengalami fenomena tersebut adalah Kecamatan Parongpong yang merupakan bagian dari Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Kecamatan Parongpong yang memiliki luas sebesar 40,12 km 2 ini merupakan salah satu wilayah yang diperuntukkan sebagai wilayah budidaya bunga dan hortikultura terutama sayur-sayuran. Hal tersebut karena wilayah ini terletak pada ketinggian antara 800 1800 mdpl. Tak heran jika sebagian besar dari penduduk aslinya bermatapencaharian di sektor pertanian dan jelas jumlah mata pencaharian di sektor lain sangat jarang ditemui di wilayah ini. Kecamatan Parongpong berbatasan dengan dua kota yaitu Bandung dan Cimahi. Interaksi antara Kecamatan Parongpong yang bercorak pedesaan dengan kedua kota tersebut mengakibatkan berbagai macam perubahan diantaranya yaitu

2 maraknya jual beli lahan dan pembangunan perumahan, baik secara individu maupun oleh pengembang (developer). Kecamatan Parongpong akhirnya berkembang menjadi wilayah pinggiran kota (sub urban) dan menjadi sasaran penduduk kota yang ingin memiliki rumah baru untuk menetap. Selain secara fisik, terjadi pula perubahan di Kecamatan Parongpong pada penduduknya dikarenakan maraknya arus informasi. Penduduk di Kecamatan Parongpong yang pada mulanya bercorak agraris ingin memiliki kemampuan ekonomi seperti penduduk perkotaan atau penduduk pendatang yang berasal dari kota. Hal ini berakibat pada terjadinya mobilitas penduduk besarbesaran ke kota untuk mendapatkan mata pencaharian dan tingkat pendapatan yang tidak sama seperti di daerah asalnya. Berkut ini adalah jumlah penduduk Kecamatan Parongpong yang melakukan mobilitas. Tabel 1.1 Jumlah Mobilisan di Kecamatan Parongpong No. Desa Jumlah Mobilisan 1 Ciwaruga 1669 2 Cihideung 1543 3 Cigugurgirang 1321 4 Sariwangi 1512 5 Cihanjuang 1331 6 Cihanjuang Rahayu 1458 7 Karyawangi 769 Jumlah 9603 Sumber : Data Kependudukan Kecamatan Parongpong, 2011 dan Hasil Perhitungan, 2012. Jumlah mobilisan terbanyak adalah Desa Ciwaruga sementara jumlah terkecil adalah Desa Karyawangi. Jumlah keseluruhan mobilisan di Kecamatan Parongpong cukup besar yaitu sebanyak 9603 orang. Mobilitas penduduk yang umumnya bergerak dari desa ke kota, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi beban kota itu sendiri. Hal tersebut akan menyebabkan berbagai masalah seperti kemacetan, polusi udara, dan lain sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, dirasa perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai mobilitas, terutama di Kecamatan Parongpong. Oleh karena itu

3 penulis melakukan penelitian dengan judul Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah karakteristik mobilitas penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat? 2. Adakah hubungan antara kondisi sosial ekonomi mobilisan dengan mobilitas penduduk Kecamatan Parongpong? C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi karakteristik mobilitas penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. 2. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi mobilisan dan hubungannya terhadap mobilitas penduduk Kecamatan Parongpong. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini diantaranya adalah : 1. Menambah wawasan mengenai karakteristik mobilitas penduduk di kawasan suburban, khususnya di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. 2. Dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk pihak-pihak terkait dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. 3. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. E. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman, maka penulis menguraikan beberapa istilah dalam penelitian yang berjudul Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat ini, diantaranya adalah:

4 1. Mobilitas Mobilitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu mobilitas vertikal dan horizontal. Mobilitas vertikal disebut juga dengan perubahan status. Sedangkan mobilitas horizontal disebut juga dengan perubahan geografis. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan mobilitas dikhususkan pada mobilitas geografis dengan alasan ekonomi yaitu pergerakan dengan tujuan untuk bekerja ke daerah di luar batas Kecamatan Parongpong. Mobilitas dalam penelitian ini terdiri dari frekuensi, jarak tempuh, dan jenis moda. - Frekuensi mobilitas adalah sering tidaknya mobilitas yang dilakukan oleh penduduk. Frekuensi mobilitas dapat diukur dari berapa kali kepulangan mobilisan ke Kecamatan Parongpong, apakah harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. - Jarak tempuh mobilitas menjabarkan seberapa jauh jarak harus ditempuh mobilisan untuk bekerja di daerah tujuannya. - Jenis moda mobilitas adalah jenis kendaraan yang digunakan mobilisan untuk sampai ke daerah tujuan mobilitas dengan tujuan untuk bekerja. 2. Penduduk Menurut Badan Pusat Statistik, penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap. Dalam penelitian ini penduduk yang dimaksud lebih dikhususkan pada orang yang berdomisili di wilayah Kecamatan parongpong selama paling singkat 6 bulan dan atau berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. 3. Kondisi Sosial Ekonomi Mobilisan Dalam penelitian ini, kondisi sosial ekonomi mobilisan dibagi lagi menjadi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, kepemilikan aset (harta benda) di daerah asal, mata pencaharian di daerah tujuan, dan tingkat pendidikan di daerah tujuan. - Usia adalah lamanya seseorang hidup dari dilahirkan sampai saat ini. - Jenis kelamin, dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.

5 - Tingkat pendidikan adalah tingkat pencapaian responden dalam pendidikan formal. - Jumlah tanggungan merupakan jumlah orang yang hidupnya ditanggung atau dibiayai oleh individu mobilisan. - Kepemilikan aset di daerah asal berarti kepemilikan sejumlah harta benda yang dimiliki individu mobilisan untuk menggambarkan sejauh mana kemampuan ekonominya. Indikator untuk mengukur kepemilikan aset (harta benda) diantaranya adalah kepemilikan lahan, rumah, dan kendaraan bermotor. Kepemilikan rumah diukur dengan statusnya, lahan diukur dalam ukuran luasnya (m 2 ), sementara kepemilikan kendaraan dilihat dari jenisnya. - Mata pencaharian merupakan suatu usaha dengan jenis tertentu yang dilakukan oleh individu mobilisan dengan cara bekerja agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. - Tingkat pendapatan diartikan sebagai pemilikan uang yang diterima atau dihasilkan sebagai imbalan dari bekerja. Dalam penelitian ini, tingkat pendapatan dihitung dari jumlah uang sebagai upah hasil bekerja tersebut dalam rupiah.