BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia

dokumen-dokumen yang mirip
Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

IV. METODE PENELITIAN

Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut :

TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN

BAB 3 METODE PENELITIAN

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat

Makalah Geografi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG. Disusun oleh: R.A Adelia Sharfina Rosanti

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016

LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BADAN PUSAT STATISTIK

BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Perkembangan Variabel Penelitian. 1. Perkembangan variabel pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 123/PMK.04/2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Neraca Perdagangan Beberapa Negara (juta US$),

KORELASI EKSPOR DAN IMPOR TERHADAP NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN DI INDONESIA TAHUN

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

Kerja sama ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

RENCANA DAN REALISASI INVESTASI DAN TENAGA KERJA PMDN MENURUT SEKTOR EKONOMI DI NTB TAHUN 2013

Lingkungan Pemasaran Global Ekonomi dan Sosial-Budaya

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG MEMUTUSKAN:

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

2015 PERAN PKK DALAM PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN BAGI PENINGKATAN KUALITAS KEWARGANEGARAAN

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG

A. PERKEMBANGAN EKSPOR

BAB I PENDAHULUAN. dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya

BAB I PENDAHULUAN. atau surat berharga. Financial Market sendiri terbagi menjadi dua yaitu Capital

Bab I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Prosentase Rasio Pendapatan Pariwisata Terhadap GDP di Negara-negara ASEAN ( )

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu bentuk kegiatan penanaman dana dalam suatu

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008

Corruption Perception Index Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta.

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

Analisis Dampak Perdagangan Internasional Terhadap Pembangunan Ekonomi. Impact of International Trade to Economic Development

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

Perbandingan Nasional National Comparison

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada dalam suatu negara,

PENDAHULUAN Latar Belakang

DOKUMENTASI PENELITIAN BEBERAPA GAMBAR SATWA, SEBAHAGIAN KAWASAN WISATA BUKIT LAWANG DAN BANGUNAN YANG ADA INDIKASI PEMILIKAN ORANG ASING

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan.

V. HASIL DAN ANALISIS

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Transparency International korupsi adalah the abuse of public

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH NOPEMBER 2008

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semenjak merdeka 1945 hingga 1966 atau selama pemerintahan Orde Lama,

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir. Pada periode tahun , harga minyak

Studi Investor Global 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penerimaan Dalam Negeri, (dalam miliar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua menginginkan pendidikan mengedepakan pendidikan sesuai

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia terutama negara berkembang, tak terkecuali negara-negara ASEAN. Dalam mengupayakan pembangunan ekonomi, negara-negara ASEAN membutuhkan pembiayaan. Pembiayaan tersebut berasal dari dua sumber, yaitu sumber pembiayaan internal dan sumber pembiayaan eksternal. Sumber pembiayaan internal merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari dalam negeri yang meliputi tabungan pemerintah, surplus devisa, investasi swasta nasional dan private saving. Sedangkan sumber pembiayaan eksternal merupakan sumber pembiayaan dari luar negeri berupa penanaman modal asing langsung, penanaman modal asing tidak langsung dalam bentuk investasi portofolio dan utang luar negeri, baik kepada sektor swasta maupun kepada sektor pemerintah. Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara ASEAN telah menjadikan utang luar negeri sebagai salah satu instrumen penting dalam membiayai pembangunan ekonomi. Dalam Tabel 1.1, dijelaskan rasio utang luar negeri negaranegara ASEAN terhadap PDB periode 2006 sampai 2010. 1

Tabel 1.1 Rasio Utang Luar Negeri Terhadap PDB Negara-Negara ASEAN Tahun 2006-2010 (%) 2006 2007 2008 2009 2010 Brunei 7.0 7.5 7.9 11.8 10.4 Kamboja 21.5 23.2 21.4 23.0 19.0 Indonesia 29.1 26.9 27.0 18.3 17.1 Laos 55.8 60.0 49.2 41.0 36.8 Malaysia 39.8 38.1 27.8 30.0 27.6 Myanmar 35.7 24.6 18.2 4.1 3.7 Filipina 57.4 50.5 42.4 38.4 38.5 Singapura 227.4 264.0 264.7 244.9 234.8 Thailand 22.2 17.0 14.3 13.8 15.8 Vietnam 31.2 35.5 40.2 27.9 32.9 Sumber: Asian Development Bank (ADB) Berdasar tabel di atas, dari tahun 2006 sampai dengan 2010 terlihat bahwa rasio utang luar negeri tiap negara ASEAN terhadap PDB-nya cukup besar. Hal ini sangat mencolok untuk negara Singapura yang menembus angka rata-rata pertahunnya sebesar 247,2% diikuti Laos dan Filipina dengan rasio rata-rata 48,6% dan 45,4%. Data ini mengindikasikan kebutuhan dan ketergantungan negara berkembang terhadap utang luar negeri masih begitu besar. Di tiap negara utang luar negeri dibedakan antara utang luar negeri pemerintah dan utang luar negeri swasta. Penelitian ini fokus kepada utang luar negeri pemerintah. Sumber utang luar negeri pemerintah berasal dari sumber ULN swasta dan sumber ULN pemerintah Sumber utang luar negeri swasta diberikan oleh pihak 2

swasta non pemerintah sedangkan sumber utang luar negeri pemerintah diberikan oleh pemerintah negara lain atau yang disebut Official Development Assistance (ODA). Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah negara berkembang, termasuk ASEAN, telah menjadikan ODA sebagai instrumen penting dalam membiayai program-programnya, kecuali Singapura dan Brunei Darussalam; kedua negara tersebut tidak menerima ODA. Di antara negara-negara kreditor yang mengalirkan ODA-nya ke negaranegara ASEAN, selama tahun 2002 hingga 2010, Jepang merupakan negara pemberi ODA terbesar. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun besaran ODA ke negara-negara ASEAN dari Jepang menempati peringkat pertama, diikuti Amerika Serikat dan Jerman.. 3

Tabel 1.2. ODA ASEAN Menurut Negara Pemberi Utang Tahun 2002-2010 (Juta US$) Negara Donor 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Amerika Serikat 705,13 508,35 428,46 467,00 604,32 583,32 616,17 627,50 711,54 Australia 409,52 385,74 389,37 478,02 559,65 647,93 694,30 745,14 723,54 Austria 5,61 3,95 4,38 5,20 7,57 10,02 13,72 8,80 6,23 Belanda 319,95 199,03 196,81 406,21 262,08 185,05 208,24 216,73 108,12 Belgia 42,44 39,77 44,29 68,62 66,01 50,66 58,19 47,62 54,11 Canada 82,63 93,79 80,18 126,46 121,53 116,70 181,79 119,46 74,70 Denmark - 71,68 84,71 97,28 143,86 109,83 114,84 97,15 121,95 Finlandia 20,75 21,69 2,21 2,40 38,22 47,81 44,96 43,65 40,52 Inggris 56,38 88,86 112,91 172,47 195,62 197,43 325,77 276,62 220,02 Irlandia 1,35 3,01 4,00 17,18 18,32 30,43 36,25 25,31 22,20 Italia 3,14 9,05 4,55 24,21 7,19 18,86 29,52 14,54 24,57 Jepang 2.977,42 4.475,43 3.879,07 4.537,83 4.105,38 4.183,90 3.623,29 4.309,96 4.087,61 Jerman 270,04 394,95 430,89 560,41 592,08 501,31 483,70 428,18 456,08 Korea Selatan 80,47 - - - 78,95 131,45 168,77 190,44 234,71 Luxembourg 0,42 0,83 25,22 30,32 25,15 29,37 33,09 24,18 26,31 Norwegia 53,10 55,19 55,52 114,03 73,73 116,89 111,85 63,42 109,84 Perancis 235,46 347,22 241,32 231,14 394,54 339,39 487,24 478,44 838,90 Portugal 0,74 0,26 0,04 2,55 3,36 0,04 0,22 0,14 0,04 Selandia Baru 21,45 18,96 24,18 30,85 27,96 34,68 34,52 23,74 22,85 Spanyol 66,43 77,03 57,56 72,20 54,49 80,31 134,36 116,22 87,02 Swedia 87,96 88,88 99,66 113,99 135,65 123,58 117,69 117,89 72,87 Switzerland 42,20 40,63 48,30 68,39 43,75 45,18 48,88 57,47 57,13 Yunani 0,03 0,47 0,29 0,82 1,22 0,53 2,62 0,65 0,27 Total 5.482,62 6.924,77 6.213,91 7.627,58 7.560,59 7.584,69 7.569,98 8.033,27 8.101,12 Jepang (% total) 54,31 64,63 62,43 59,49 54,30 55,16 47,86 53,65 50,46 Sumber: OECD diolah Dari tabel di atas terlihat bahwa ODA yang mengalir dari Jepang ke ASEAN, dari 2002 sampai dengan 2010, menempati urutan terbanyak di antara negara-negara yang tergolong dalam Development Assistance Committee (DAC), dengan rata-rata US$ 4.02 miliyar tiap tahunnya diikuti oleh Australia dengan rata-rata US$559 juta, Amerika Serikat US$583 juta, Jerman US$457 juta, dan negara-negara lainnya. Dilihat dari tren tiap tahunnya, aliran ODA dari Jepang ke ASEAN cukup besar, 4

share-nya terhadap total ODA dari DAC yang begitu besar, yakni rata-rata 55% tiap tahunnya, dan cenderung tidak mengalami perubahan yang mencolok. Hal ini menunjukkan ketergantungan pemerintah ASEAN pada ODA dari Jepang yang relatif besar dan kontinyu. Faktor-faktor penentu aliran ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang negara penerima, dalam hal ini negara-negara ASEAN, dan dari sudut pandang negara pemberi, dalam hal ini Jepang. Penelitian ini akan terfokus pada faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan pemerintah Jepang dalam memberikan ODA-nya kepada pemerintah negara-negara ASEAN, karena dari sudut pandang pemerintah negara penerima utang sudah banyak penelitian yang dilakukan 1. Karena pentingnya ODA dari Jepang, menyebabkan pemerintah negaranegara ASEAN penerima ODA perlu memahami faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pemerintah Jepang untuk memberikan ODA-nya. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, maka pemerintah negar-negara ASEAN dapat menempatkan kebijakannya secara tepat agar pemerintah negara-negara ASEAN berpotensi terpilih untuk diberi ODA. Dari sudut pandang pemerintah Jepang, seperti juga pada negara-negara kreditur pada umumnya,yang menjadi dasar pertimbangan dalam pemberian ODAnya kepada pemerintah negara-negara ASEAN, utamanya adalah: 1 Antara lain penelitian yang dilakukan oleh Fatchurrachman (2003) dan Fatmawati (1992) 5

1. Adanya jaminan pengembalian utang ODA dari Jepang oleh negara ASEAN. Faktor-faktor yang dapat mewakili jaminan ini utamanya adalah Pendapatan Nasional, DSR, dan kebersihan manajemen pengelolaan utang dari negara-negara ASEAN. Semakin besarnya angka Pendapan Nasional merupakan indikator semakin mampunya negara debitur dalam mengembalikan utang ODA-nya. Sedangakan, semakin besarnya angka DSR menjadi indikator semakin beratnya beban pembayaran utang luar negeri negara-negara ASEAN yang akan berdampak pada semakin rendahnya kemampuan pengembalian utang ODA dari Jepang. Kebersihan manajemen pengelolaan ODA yang dapat diwakili oleh Indeks Persepsi Korupsi (IPK) merupakan indikator keberhasilan negara-negara ASEAN dalam memanfaatkan utang ODA dari Jepang, yang pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan pengembalian utang ODA tersebut. 2. Kelancaran aliran utang-pengembalian utang antara kreditur dan debitur yang akan terwujud apabila ada peran serta negara debitur dalam penyediaan dana ODA. Faktor yang dapat mewakilinya adalah besarnya nilai impor negara ASEAN dari Jepang. Apabila negara-negara ASEAN melakukan impor dari Jepang, maka di lain pihak, Jepang akan memeroleh devisa ekspor yang dapat digunakan untuk mendanai pemberian utang ODA-nya kepada negara-negara ASEAN. Berdasarkan pentingnya pengetahuan mengenai pertimbangan Jepang dalam memberikan ODA-nya kepada negara-negara ASEAN, penelitian ini dilakukan dan 6

mengambil judul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemberian ODA dari Jepang ke Negara-Negara ASEAN, tahun 2007-2010. 1.2. Rumusan Masalah ODA dari Jepang menjadi kebutuhan yang crusial bagi negara-negara ASEAN untuk membiayai pembangunan ekonominya. Kelancaran perolehan ODA tersebut menjamin kelancaran pelaksanaan pembangunan ekonomi. Pengetahuan akan faktor-faktor yang manjadi dasar pertiambangan Jepang dalam memberikan ODA-nya, perlu dimiliki oleh negara-negara ASEAN agar dapat meletakkan kebijakannya untuk melancarkan perolehan ODA tersebut. Berdasarkan alasan tersebut dan uraian dalam latar belakang masalah, maka permasalahan yang diangkat peneliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Apakah Pendapatan Nasional negara-negara ASEAN berpengaruh signifikan terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN? 2. Apakah Debt Service Ratio (DSR) negara-negara ASEAN berpengaruh signifikan terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN? 3. Apakah Indeks Persepsi Korupsi negara-negara ASEAN berpengaruh signifikan terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN? 7

4. Apakah total impor negara-negara ASEAN dari Jepang berpengaruh signifikan terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN? 1.3. Batasan Masalah Penelitian ini memokuskan permasalahan utang ODA dari sudut pandang pemerintah negara pemberi, yakni Jepang. Sedangkan negara yang berperan sebagai negara penerima utang ODA yakni de negara-negara ASEAN yang meliputi Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Brunei Darussalam dan Singapura tidak diikutsertakan karena tidak menerima ODA dari Jepang. Data utang yang digunakan dalam penelitian ini adalah data utang luar negeri pemerintah (Official Development Assistance/ODA) yang sudah dicairkan (disbursement). Penelitian ini menggunakan rentang waktu dari tahun 2007 sampai dengan 2010. 1.4. Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini terdapat empat hipotesis yang akan dibuktikan, yaitu: 1. Bahwa Pendapatan Nasional negara-negara ASEAN berpengaruh signifikan terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negara-nagara ASEAN. Pengaruhnya bisa positif dan negatif Positif jika Jepang bersikap profesional sehingga diasumsikan semakin besarnya pendapatan nasional negara-negara ASEAN menunjukkan semakin mampunya negara-negara tersebut dalam mengembalikan utang 8

ODA-nya ke Jepang, sehingga Jepang tidak ragu-ragu untuk memberi peningkatan ODA ke negara-negara ASEAN. Negatif jika Jepang bersikap membantu dalam memberikan ODA-nya kepada negara-negara ASEAN sehingga diasumsikan semakin rendah pendapatan nasional negara-negara ASEAN menunjukkan semakin perlunya negara tersebut untuk diberi ODA. 2. Bahwa DSR negara-negara ASEAN berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN. Semakin besarnya DSR menjadi indikator semakin beratnya beban pembayaran utang luar negeri negara-negara ASEAN yang akan berpengaruh pada semakin rendahnya kemampuan pengembalian utang ODA dari Jepang. Hal ini akan menjadi alasan bagi Jepang untuk mengurangi pemberian ODA-nya ke negara-negara ASEAN negaranegara ASEAN. 3. Bahwa Indeks Persepsi Korupsi negara-negara ASEAN berpengaruh signifikan dan positif terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negaranegara ASEAN. Indeks Persepsi Korupsi (IPK) negara-negara ASEAN yang tinggi menunjukkan rendahnya tingkat korupsi di negara tersebut. Hal ini menambah keyakinan Jepang akan kemampuan negara-negara ASEAN dalam memanfaatkan ODA dari Jepang untuk pembangunan ekonominya. Oleh karena itu, semakin besar angka IPK negara-negara ASEAN, semakin besar pula kemauan Jepang untuk memberikan ODA-nya. 9

4. Bahwa impor negara-negara ASEAN dari Jepang berpengaruh signifikan dan positif terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN. Semakin besar impor negara-negara ASEAN dari Jepang, maka semakin besar devisa ekspor yang diterima Jepang yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN. 1.5. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah dan hipotesis yang diajukan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendapatan nasional, DSR dan Indeks Persepsi Korupsi negara-negara ASEAN serta total nilai impor dari Jepang ke negara-negara ASEAN terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negaranegara ASEAN, tahun 2007 sampai 2010. 1.6. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besarnya pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN. 10

2. Dapat digunakan sebagai referensi dan masukan bagi pembuatan kebijakan yang terkait dengan utang luar negeri pemerintah pada umumnya, dan ODA dari Jepang pada khususnya. 3. Dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kebijakan utang luar negeri. 4. Digunakan untuk memenuhi syarat kelulusan demi mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. 1.7. Metodologi Penelitian 1.7.1. Model yang Digunakan Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah:,,, Dimana: ODA = Utang luar negeri pemerintah negara-negara ASEAN dari Jepang PN = Pendapatan Nasional negara-negara ASEAN DSR = Rasio besar pembayaran cicilan pokok utang luar negeri dan bunganya terhadap total ekspor negara-negara ASEAN IPK = Indeks persepsi korupsi negara-negara ASEAN IMP = Total nilai impor negara-negara ASEAN dari Jepang 11

1.7.2. Metode Analisa Data Metode analisa yang umum digunakan dalam regresi data panel mencakup tiga pendekatan, yaitu pendekatan Pooled Least Square (PLS), pendekatan Fixed Effect Model (FEM) atau Least Square Dummy Variable (LSDV) dan pendekatan Random Effect Model (REM). 1.8. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. BAB I : Pendahuluan. Berisi latar belakang penelitian, batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, metodologi penelitian, dan sistematikan penelitian BAB II : Landasan teori. Berisi teori-teori yang melandasi penelitian serta beberapa penelitian terdahulu BAB III : Gambaran Umum. Berisi tentang gambaran umum ODA dari Jepang BAB IV : Pembahasan dan analisis data. Berisi tentang hasil analisis data beserta pembahasannya BAB V : kesimpulan dan saran: berisi tentang kesimpulan penelitian serta saran yang berkaitan dengan hasil kesimpulan 12