IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KUNCI UNTUK PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KINERJA SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

dokumen-dokumen yang mirip
DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

4/12/2009. Water Related Problems?

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain. Pada kajian ini yang akan diangkat adalah

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang sangat besar terutama potensi sumber daya air. Pelaksanaan

Diktat Perencanaan Infrastruktur Kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

2015 ANALISA PENGISIAN AWAL WADUK (IMPOUNDING) PADA BENDUNGAN JATIGEDE

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

BAB III METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

terbuka hijau yang telah diubah menjadi ruang-ruang terbangun, yang tujuannya juga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi penduduk kota itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA)

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG TAHUN 2017 ESELON II ESELON III ESELON IV

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

Bagi masyarakat yang belum menyadari peran dan fungsi Situ, maka ada kecenderungan untuk memperlakukan Situ sebagai daerah belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN I-1

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

Studi Evaluasi Sistem Saluran Sekunder Drainase Tambaksari kota Surabaya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN POTENSI SUMBERDAYA AIR PERMUKAAN

ANALISIS TATA KELOLA SISTIM DRAINASE YANG BERKELANJUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT

MAKALAH REKAYASA DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN

TATA CARA PEMBUATAN STUDI KELAYAKAN DRAINASE PERKOTAAN

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya.

OPTIMALISASI SUNGAI WISA DAN SUNGAI KANAL SEBAGAI PENGENDALI BANJIR DI KAWASAN KOTA JEPARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

STUDI EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN AW.SYAHRANI KOTA SANGATTA KABUPATEN KUTAI TIMUR

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

Krisis Perizinan sebagai Pemicu Bencana Banjir

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Sehingga banyak lahan yang dialihfungsikan menjadi gedung-gedung. lahan kosong atau serapan air di daerah perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. mungkin terdapat kehidupan. Air tidak hanya dibutuhkan untuk kehidupan

ROADMAP PENELITIAN KOMUNITAS BIDANG ILMU TEKNIK SUMBER DAYA AIR TAHUN

PERSEPSI MASYARAKAT DALAM PENERAPAN SUMUR RESAPAN (Studi Kasus Di Kecamatan Mampang Prapatan Provinsi DKI Jakarta)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN. siklus hidrologi dengan mengembalikan limpasan sungai ke laut.

Transkripsi:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KUNCI UNTUK PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KINERJA SISTEM DRAINASE PERKOTAAN Sih Andayani 1 dan Bambang E. Yuwono 2 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, Universitas Trisakti, Kampus A Jl. Kyai Tapa Grogol Jakarta E-mail: sandajani@yahoo.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, Universitas Trisakti, Kampus A Jl. Kyai Tapa Grogol Jakarta E-mail: bey_trisakti@yahoo.com ABSTRAK Banjir dan genangan yang hampir setiap tahun melanda sebagian kota di Indonesia menimbulkan kerugian ekonomi dan keuangan yang tidak sedikit serta masalah penyakit yang cukup serius sehingga membutuhkan penyelesaian yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Banjir dan genangan terjadi karena kurang berfungsinya drainase perkotaan sebagaimana mestinya sesuai yang direncanakan. Hal ini diakibatkan antara lain oleh kegagalan pengelolaan drainase perkotaan serta menurunnya tingkat pelayanan jaringan drainase sejalan dengan berjalannya waktu. Dengan demikian jaringan drainase perkotaan yang ada perlu disempurnakan yang tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dalam kondisi seperti saat ini, dimana keuangan pemerintah sangat terbatas, tentu diperlukan adanya skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dikembangkan suatu model penilaian kinerja sistem drainase perkotaan yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam mengambil kebijakan-kebijakan strategis untuk membuat skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Dalam upaya untuk mengembangkan sistem penilaian kinerja sistem drainase perkotaan yang ada, sebagai tahap awal perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor yang harus dimasukkan sebagai komponen penilaian melalui kajian pustaka. Hasil dari identifikasi faktor-faktor kunci yang didapatkan berguna sebagai masukan dalam pengembangan model penilaian kinerja sistem drainase perkotaan. Kata kunci: drainase, model-penilaian, kinerja, kondisi, identifikasi 1. PENDAHULUAN Banjir dan genangan yang hampir setiap tahun melanda sebagian kota di Indonesia menimbulkan kerugian ekonomi dan keuangan yang tidak sedikit serta masalah penyakit yang cukup serius sehingga membutuhkan penyelesaian yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Sekurang-kurangnya dalam 15 tahun terakhir (1993-2007) ada 4 kejadian banjir besar di Jakarta yang mengakibatkan kerugian besar (Legowo, 2007). Banjir dan genangan terjadi karena kurang berfungsinya drainase perkotaan sebagaimana mestinya sesuai yang direncanakan. Hal ini diakibatkan antara lain oleh kegagalan pengelolaan drainase perkotaan serta menurunnya tingkat pelayanan jaringan drainase sejalan dengan berjalannya waktu (PU and JICA, 1998). Dengan demikian jaringan drainase perkotaan yang ada perlu disempurnakan yang tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dalam kondisi seperti saat ini, dimana keuangan pemerintah sangat terbatas, tentu diperlukan adanya skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Skala prioritas ini untuk menentukan sistem drainase mana saja yang perlu segera diperbaiki/direhabilitasi dan sistem drainase mana saja yang bisa ditangguhkkan perbaikan/ rehabilitasinya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dikembangkan suatu model penilaian kinerja sistem drainase perkotaan yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah dalam mengambil kebijakan-kebijakan strategis untuk membuat skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Penelitian akan dibagi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama dilakukan identifikasi faktor-faktor kunci yang terkait dengan sistem drainase perkotaan dan cara mengukurnya. Faktor-faktor kunci ini nantinya akan digunakan sebagai masukan dalam pengembangan model. Pada tahap kedua dilakukan pengembangan model yang meliputi pembobotan faktor-faktor kunci, cara penilaian kinerja sampai dengan cara penentuan skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada (gambar 1). Untuk mengawali pengembangan model ini perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor kunci sistem drainase perkotaan, yaitu faktor apa saja yang dapat dengan cepat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu sistem drainase perkotaan. Dengan demikian, permasalahan yang akan dikupas adalah faktor kunci apa saja yang perlu dimasukkan dalam model penilaian keberhasilan kinerja sistem drainase perkotaan. Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta I 57

Sih Andayani dan Bambang E. Yuwono MULAI A PENETAPAN DEFINISI DRAINASE PERKOTAAN PEMBOBOTAN FAKTOR- FAKTOR KUNCI IDENTIFIKASI FAKTOR- FAKTOR KUNCI PENILAIAN KINERJA SISTEM DRAINASE PERKOTAAN TAHAP I CARA MENGUKUR FAKTOR-FAKTOR KUNCI TAHAP II PENENTUAN SKALA PRIORITAS PENANGANAN A STOP 2. METODOLOGI Gambar 1 Diagram Alir Kegiatan Penelitian Metodologi yang digunakan dalam memperoleh faktor kunci yang nantinya akan digunakan dalam pengembangan model kinerja sistem drainase perkotaan adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan definisi sistem drainase perkotaan yang dipakai sebagai acuan dalam pengembangan model. 2. Menemukan indikator-indikator kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem drainase perkotaan yang sudah ada. 3. Menjabarkan indikator-indikator kunci menjadi faktor-faktor kunci. 4. Mengidentifikasi cara-cara mengukur faktor-faktor kunci. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap awal ini didasarkan pada berbagai kajian pustaka. 3. IDENTIFIKASI FAKTOR KUNCI KINERJA SISTEM DRAINASE PERKOTAAN 3.1. Definisi Drainase Perkotaan Sesuai dengan perkembangan kota, maka konsep drainase perkotaan mengalami perubahan. Sejalan dengan pesatnya pertambahan penduduk di daerah perkotaan (urbanisasi tinggi), penggunaan lahan untuk memenuhi berbagai kebutuhan penduduk tersebut semakin tidak terkendali. Daya resap tanah semakin berkurang, sehingga pengisian air tanah jauh berkurang yang mengakibatkan sering terjadi kekeringan pada musim kemarau dan sebaliknya aliran permukaan semakin besar yang mengakibatkan sering terjadi banjir dan genangan pada saat musim hujan. Sehubungan dengan hal tersebut prinsip drainase perkotaan yang lama sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini, karena air permukaan yang semakin besar secepatnya harus dialirkan ke bagian hilir dari daerah yang tergenang dan akhirnya dibuang ke sungai, laut, sehingga pada musim hujan untuk mengurangi masalah banjir dan genangan memerlukan konstruksi yang lebih besar berarti lebih mahal. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang berkaitan dengan konservasi sumberdaya air yaitu agar air hujan lebih banyak yang meresap ke dalam tanah dan tidak banyak yang terbuang sebagai aliran permukaan. Selanjutnya definisi drainase I - 58 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Identifikasi Faktor-Faktor Kunci untuk Pengembangan Model Penilaian Kinerja Sistem Drainase Perkotaan perkotaan yang dipakai sebagai acuan dalam pengembangan model ini adalah definisi menurut SK SNI T-07 (1990), yaitu perencanaan drainase perkotaan dilandaskan pada konsep pembangunan yang terlanjutkan atau juga dikenal dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan dimana air dapat cepat dialirkan dan diresapkan. Definisi drainase menurut konsep ini adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air dan/atau ke bangunan resapan buatan. Sedangkan pengertian drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberi manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Drainase perkotaan juga mencakup drainase hujan daerah perkotaan, drainase air limbah, drainase lahan dan drainase jalan raya. 3.2. Indikator-indikator Kunci Dari definisi-definisi tersebut ditemukan dua indikator kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Indikator kunci didasarkan pada fungsi drainase sebagai prasarana mengalirkan air serta mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberi manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Indikator kunci yang pertama adalah jaringan drainase perkotaan yang terdiri dari prasarana untuk mengalirkan air permukaan ke badan penerimanya berupa badan air dan bangunan resapan buatan. Jaringan drainase yang dimaksud dalam hal ini meliputi saluran drainase beserta bangunan pelengkapnya seperti gorong-gorong, pintu air, stasiun pompa, bak penampung, bak pengontrol, dan bangunan terjun (, 1990). Indikator kunci yang kedua adalah genangan agar tidak mengganggu kegiatan kehidupan masyarakat. Genangan meliputi luas genangan, tinggi genangan, lama genangan dan frekwensi genangan. 3.3. Identifikasi Faktor-faktor Kunci Keberhasilan Sistem Drainase Perkotaan Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa faktor-faktor kunci sistem drainase perkotaan adalah faktor apa saja yang dapat dengan cepat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Sedangkan yang dimaksud dengan keberhasilan sistem drainase perkotaan adalah keberhasilan jaringan drainase dalam mengurangi genangan yang dapat mengganggu kegiatan kehidupan masyarakat. Agar jaringan drainase perkotaan berhasil berfungsi sebagaimana tersebut, maka diusahakan air permukaan lebih kecil dari atau sama dengan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa. Dengan demikian diperoleh rumusan seperti berikut : Keberhasilan sistem drainase perkotaan tercapai bila, I O...(1) dengan : I = air permukaan, O = kapasitas saluran drainase dan/atau pompa Dari kedua indikator kunci yaitu jaringan drainase dan genangan dapat dijabarkan menjadi lima faktor kunci. a. Faktor Tingkat Layanan (Serviceability Factor). Tingkat layanan adalah kemampuan saluran drainase perkotaan dan/atau pompa yang sudah ada dalam menampung dan mengalirkan air permukaan. Tingkat layanan ini sangat terkait dengan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O). b. Faktor Pemeliharaan (Maintenance Factor). Kegiatan pemeliharaan jaringan drainase mempengaruhi keadaan fisik saluran dan bangunan drainase yang mana juga mempengaruhi tingkat layanan saluran drainase. Faktor pemeliharaan jaringan drainase terkait dengan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O), semakin buruk kegiatan pemeliharaan jaringan drainase semakin menurunkan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa. c. Faktor Genangan (Inundation Factor). Faktor genangan terkait dengan kelebihan air permukaan, yang meliputi luas genangan, tinggi genangan, lama genangan dan frekwensi genangan. Faktor genangan memperlihatkan kegagalan sistem jaringan drainase yang ditunjukkan I > O, yaitu air permukaan melebihi kapasitas saluran drainase dan/atau pompa. Dengan kata lain, sistem jaringan drainase yang mempunyai kinerja baik adalah bila tidak menimbulkan genangan yang dapat mengganggu kegiatan kehidupan masyarakat. d. Faktor Masyarakat (Community Factor) Faktor masyarakat terkait dengan air permukaan (I) dan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O). Kegiatan manusia yang mengakibatkan koefisen pengaliran semakin tinggi akan menambah air permukaan (I), hal ini diakibatkan antara lain penggundulan hutan, berkurangnya resapan air dan lain-lain. Kegiatan manusia yang mempengaruhi kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O) adalah membuang sampah sembarangan, hal ini mengakibatkan menumpuknya sampah di saluran drainase dan di hulu pompa sehingga menurunkan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa. Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 59

Sih Andayani dan Bambang E. Yuwono e. Faktor Pemerintah (Government Factor). Faktor pemerintah terkait dengan I (air permukaan) dan O (kapasitas saluran drainase). Penegakkan hukum terkait dengan antara lain penggundulan hutan, berubahnya fungsi lahan hijau dan situ-situ akan berpengaruh terhadap I. Sedangkan perhatian pemerintah terhadap operasi dan pemeliharaan jaringan drainase akan berpengaruh terhadap O (kapasitas saluran drainase). 3.4. Identifikasi Pengukuran Faktor Kunci Faktor Tingkat Layanan Seiring dengan waktu, kapasitas saluran drainase dan/atau pompa yang sudah ada (O) akan mengalami penurunan, berarti debit maksimum yang masih dapat ditampung oleh saluran drainase dan/atau debit maksimum yang masih dapat dipompa berkurang sehingga tidak sesuai lagi dengan debit yang direncanakan (Qd). Besarnya kapasitas saluran drainase dan/atau pompa dibandingkan dengan debit rencana saluran drainase dan/atau pompa menggambarkan besarnya tingkat layanan. Semakin besar kapasitas saluran drainase dan/atau pompa semakin besar tingkat layanannya. dengan : O = kapasitas saluran drainase dan/atau pompa saat ini, Qd = debit rencana saluran drainase dan/atau pompa O Tingkat Layanan (%) = x 100 %...(2) Qd Besarnya kapasitas saluran drainase dapat diperoleh dari pengukuran debit. Cara yang lazim dipergunakan dalam hidrometri adalah pengukuran debit dengan kecepatan aliran. Pengukuran baku yang dilakukan dengan current meter (Harto, 1993). Pengukuran debit dilakukan beberapa kali untuk memperoleh lengkung debit (rating curve) yaitu grafik hubungan antara tinggi muka air (H) dengan debit (Q). Untuk selanjutnya dengan menggunakan lengkung debit tersebut dapat dicari/dihitung kapasitas saluran drainase berdasarkan tinggi muka air maksimum saluran drainase. Sedangkan debit rencana saluran drainase dapat dicari dari laporan perencanaan. Besarnya kapasitas pompa saat ini dapat diperoleh langsung dari hasil survei ke lapangan. Faktor Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan jaringan drainase mempengaruhi keadaan fisik saluran dan bangunan drainase yang mana juga terkait dengan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O). Semakin buruk kegiatan pemeliharaan jaringan drainase semakin turun keadaan fisik saluran dan bangunan drainase dan semakin berkurang kapasitas saluran drainase dan/atau pompa. Seberapa jauh pemeliharaan yang sudah dilakukan tercermin dari baik tidaknya kondisi fisik saluran dan bangunan drainase. Hal-hal yang dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas saluran drainase dan/atau pompa ditinjau berdasarkan hal-hal yang harus dilakukan dalam perawatan rutin, perawatan berkala, perbaikan dan penggantian pada saluran dan bangunan drainase (Suripin, 2004) yaitu diantaranya meliputi dinding saluran longsor, retak dan rusak, kerusakan pada tanggul akibat penurunan, rembesan, dan longsoran, bangunan pelengkap rusak, adanya tumbuhan pengganggu. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil survei ke lapangan untuk selanjutnya dilakukan identifikasi kondisi fisik saluran dan bangunan drainase apakah kondisinya baik, sedang, buruk dengan jenis-jenis kerusakannya bila ada. Dalam mengidentifikasi kondisi fisik jaringan drainase dapat dilakukan kajian awal tentang kemungkinan penggunaan pengidentifikasian kondisi fisik jaringan irigasi yang telah ada (PU and JICA, 1998). Faktor Genangan Genangan terjadi karena adanya kelebihan air permukaan disebabkan air permukaan melampaui kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (I > O). Genangan menyebabkan rusak dan tidak berfungsinya fasilitas pribadi dan umum, terganggu dan lumpuhnya aktivitas masyarakat, pemerintah, perkantoran, dan perindustrian, banyaknya korban jiwa, serta timbulnya permasalahan kesehatan seperti mewabahnya penyakit air. Genangan dapat diukur berdasarkan luas genangan, tinggi genangan, lama genangan, frekwensi genangan, dan kerugian yang mengikutinya yang mengganggu kegiatan kehidupan bermasyarakat baik yang dapat dihitung maupun tidak. Data ini dapat diperoleh dari berbagai instansi yang terkait. Faktor Masyarakat Faktor masyarakat akan mempengaruhi air permukaan (I) dan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O). Kegiatan manusia dapat mengakibatkan koefisen pengaliran semakin tinggi sehingga akan menambah air permukaan, hal ini diakibatkan adanya alih fungsi lahan untuk pengembangan perkotaan antara lain seperti I - 60 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Identifikasi Faktor-Faktor Kunci untuk Pengembangan Model Penilaian Kinerja Sistem Drainase Perkotaan perumahan, perkantoran, perindustrian, jalan raya yang menyebabkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Rekayasa teknis saja tidak mungkin dapat mengatasi banjir dan genangan (Subandrio, 2007). Partisipasi masyarakat besar pengaruhnya terhadap pemeliharaan jaringan drainase (Darmanto, 2007) yang diperkuat oleh data yang menunjukkan bahwa sebanyak 20% sampah yang dihasilkan dibuang ke kali secara sembarangan menyumbang sekitar 60% - 70% pencemaran sungai (http://ecodrain.wordpress.com, 2008). Kegiatan manusia yang mempengaruhi kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O) adalah membuang sampah sembarangan, hal ini mengakibatkan menumpuknya sampah di saluran drainase dan/atau di hulu pompa sehingga menurunkan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa. Dengan demikian Faktor masyarakat dapat diukur melalui persentase RTH dan volume sampah di jaringan drainase. Faktor Pemerintah. Faktor pemerintah terkait dengan air permukaan (I) dan kapasitas saluran drainase (O). Faktor pemerintah mempunyai peran yang besar terkait dengan penegakkan hukum, pemeliharaan jaringan drainase dan pembangunan jaringan drainase. Penegakkan hukum terkait dengan antara lain penggundulan hutan, berubahnya fungsi lahan hijau dan situ-situ yang akan berpengaruh terhadap air permukaan (I). Sedangkan perhatian pemerintah terhadap operasi dan pemeliharaan jaringan drainase akan berpengaruh terhadap kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O). Pembangunan jaringan drainase yang telah direncanakan dan pembangunan jaringan drainase yang baru juga akan berpengaruh terhadap kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O). Dengan demikian Faktor pemerintah dapat diukur melalui persentase pemenuhan RTH, persentase ketepatan pembangunan sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR), persentase pelaksanaan pemeliharaan jaringan drainase terhadap standar pemeliharaan yang ditetapkan, persentase pembangunan jaringan drainase terhadap rencana pembangunan jaringan drainase secara keseluruhan. 4. PENUTUP Pengembangan model kinerja sistem drainase perkotaan perlu dikembangkan untuk menentukan skala prioritas penangan drainase perkotaan yang sudah ada terkait dengan keterbatasan dana. Berdasarkan pada konsep drainase perkotaan berwawasan lingkungan serta mengacu pada rumusan I (air permukaan) < O (kapasitas saluran drainase dan/atau pompa) terdapat 5 (lima) faktor kunci yang dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan model kinerja sistem drainase perkotaan, yaitu faktor tingkat layanan, faktor pemeliharaan, faktor genangan, faktor masyarakat, dan faktor pemerintah. Kelima faktor tersebut saling terkait, tetapi setiap faktor mempunyai cara tersendiri untuk mengukurnya yang kesemuanya perlu dirumuskan lebih lanjut dalam pengembangan model penilaian kinerja sistem drainase perkotaan. DAFTAR PUSTAKA Darmanto. (2007). Community Development Sebagai Strategi Alternative Mitigasi Bencana. Seminar Nasional Penanganan Berkelanjutan Banjir dan Kekeringan di Jakarta secara Multi Disiplin, Jakarta PU and JICA. (1998). Pedoman Teknis Rehabilitasi dan Upgrading Jaringan Irigasi. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta Harto,S. (1993). Analisis Hidrologi. Penerbit PT Gramedia Utama Pustaka, Jakarta. Legowo,S. (2007). Penanganan Berkelanjutan Banjir dan Kekeringan di Jakarta. Seminar Nasional Penanganan Berkelanjutan Banjir dan Kekeringan di Jakarta secara Multi Disiplin, Jakarta Subandrio, P. (2007). Penanganan Berkelanjutan Banjir dan Kekeringan di Jakarta Secara Multi Disiplin. Seminar Nasional Penanganan Berkelanjutan Banjir dan Kekeringan di Jakarta secara Multi Disiplin, Jakarta. (1990). Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan (SK SNI T-07). Departemen PU, Jakarta Suripin. (2004). Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi, Yogyakarta http://ecodrain.wordpress.com. (2008). Draf Pedoman Pengelolaan Drainase Secara Terpadu Berwawasan Lingkungan (Ecodrain). Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 61

Sih Andayani dan Bambang E. Yuwono KoNTekS 3, UPH UAJY Jakarta, 6 7 Mei 2009 I - 62 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta