BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Koneksi Matematis. Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tujuan pembelajaran matematika dinyatakan dalam National Council

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astri Jayanti, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah SDN 2 Ponelo tepatnya berlokasi di Jl Otiola kecamatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.3

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD ( STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan

BAB II. Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pendekatan. pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MICROSOFT POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 5 KOTA BENGKULU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dasar merupakan peranan penting dalam usaha meningkatkan

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun :

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sudjana (Gunawan, 2012:1), Pendidikan merupaka bagian dari kelengkapan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang handal, tentunya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN SISI DATAR BANGUN RUANG ABSTRAK

METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X2 SMA Negeri 15 Bandar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siklus I, melalui pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan siswa tidak menyukai belajar matematika, karena mereka

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata Kunci: Model Kooperatif Tipe STAD, PowerPoint 2007, Hasil Belajar.

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Metode STAD dalam Meningkatkan Hasil Belajar. Matematika Pokok Bahasan Geometri Siswa Kelas V A Madrasah

BAB II LANDASAN TEORI. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat untuk mendefinisikan apa

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tipe Team Games Tournament (TGT). Pada siswa kelas VIII SMP Islam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (2000) mencantumkan representasi (representation) sebagai proses standar kelima

Oleh: Via Vandella*, Yulia Haryono**, Alfi Yunita**

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika memegang peranan penting dalam semua aspek kehidupan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5. Siswa menerangkan kembali penjelasan kelompoknya kepada teman yang belum memahami materi 6. Guru meminta siswa mengerjakan latihan-latihan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi

BAB II KAJIAN TEORITIK

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

matematika dikarenakan terlalu banyak deretan rumus-rumus yang abstrak dan membosankan. Sebagian besar peserta didik di sekolah menganggap bahwa mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperbaiki kelakuan, sikap, dan mengokohkan kepribadian. 3. akan berimbas baik kepada hasilnya. Proses belajar adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DIVISION (STAD)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

III. METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 1 semester ganjil SMA N 10

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

Kelompok Materi : Materi Pokok

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Koneksi Matematis Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep matematika. Sampai suatu saat nanti konsep-konsep matematika akan ada dalam otak siswa dan akan terus mereka peroleh sebagai pengalaman mereka. Menurut Skemp (1971), untuk meningkatkan variasi konsep matematika mereka dengan konsep lain, ide-ide atau ide baru, siswa harus mencari hubungan antara konsep-konsep tersebut, atau mencari hubungan antara konsep dengan subjek yang ada dalam kehidupan sehari-hari disebut dengan koneksi matematis. Menurut Lappan (2002 : 13), kemampuan koneksi matematis adalah suatu kegiatan pembelajaran dimana siswa dapat menjelaskan bagaimana cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan ide-ide matematika yang saling berhubungan ke dalam bentuk model matematika serta dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh untuk menyelesaikan suatu masalah. Siswa yang mampu menjelaskan cara penyelesaian dari suatu permasalahan dan mampu menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari berarti mempunyai kemampuan koneksi matematis yang bagus. Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan yang sangat penting untuk siswa. Ketika siswa dapat menghubungkan ide-ide dalam matematika, berarti mereka telah memahami lebih dalam dan akan lebih lama (NCTM, 8

9 2000:64). Dalam pembelajaran matematika, pemahaman siswa tentang koneksi antar konsep atau ide-ide matematika akan memfasilitasi kemampuan mereka untuk memformulasi dan memverifikasi konjektur secara induktif dan deduktif. Selanjutnya konsep, ide dan prosedur matematis yang baru dikembangkan dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah lain dalam matematika atau disiplin ilmu lainnya (Sumarmo, 2007). Reed (2010) menyampaikan gagasan tentang koneksi matematis sebagai berikut : koneksi matematis dapat menghubungkan topik-topik dalam matematika ke dalam kehidupan sehari-hari siswa dan dengan topik matematika yang lain, atau mungkin yang paling penting untuk menghubungkan matematika dengan rencana pelajaran yang lain. Sangat terlihat jelas bahwa koneksi matematis dapat membantu siswa dalam memahami matematika dengan lebih baik dan memandang matematika berguna dalam kehidupan sehari-hari. Menurut NCTM (2000:64) indikator kemampuan koneksi matematis diantaranya: (1) mengenali dan menghubungkan antar ide-ide matematika, (2) menghubungkan ide-ide matematika dengan disiplin ilmu lain, (3) mengenali dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan koneksi matematis yang cukup, maka siswa bisa melihat hubungan antar ide dalam matematika, dan dapat menggunakan matematika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Mousley (2004 : 1) mengembangkan indikator koneksi matematis menjadi tiga diantaranya: (1) koneksi antara pengetahuan matematika baru

10 dengan pengetahuan matematika yang sudah ada sebelumnya, (2) koneksi antar konsep-konsep matematika, dan (3) koneksi antara matematika dengan kehidupan sehari-hari. Kemampuan koneksi matematis ini bukan hanya penting dimiliki oleh seorang guru, namun penting juga untuk dimiliki oleh seorang siswa. Ketika seorang siswa mempunyai sebuah rumus tunggal, maka ia akan bisa menghubungkannya dengan rumus lainnya seperti luas segitiga dapat diperoleh dari luas persegi panjang. Ontario (2005) menjelaskan bahwa ketika siswa membuat koneksi antar konsep-konsep matematika berarti mereka belajar dan mengaplikasikan matematika setiap hari, serta untuk membantu siswa melihat bahwa matematika itu di butuhkan dan perlu untuk dikembangkan dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan membatasi penelitian dan akan fokus pada tiga indikator. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti kemampuan koneksi matematis berdasarkan indikator : (1) memahami dan menghubungkan antar sub bab dalam sebuah materi pokok dalam matematika. (2) memahami dan menghubungkan antar konsep dalam matematika, (3) memahami dan menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. B. Student Teams Achievement Division (STAD) Trianto (2010:68) pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan kelompok-kelompok kecil yang

11 beranggotakan 4-5 orang siswa secara heterogen. Kelompok-kelompok kecil ini terdiri dari bermacam-macam kemampuan siswa, mulai dari siswa dengan kemampuan tinggi, kemampuan sedang dan kemampuan rendah, dari berbagai jenis kelamin laki-laki dan perempuan serta dari berbagai suku. Persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan pembelajaran tipe STAD antara lain : a. Perangkat Pembelajaran Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu dipersiapkan perangkat pembelajarannya, meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, Lembar Kerja Siswa beserta jawabannya. b. Membentuk Kelompok Kooperatif Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya homogen. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik. c. Menentukan Skor Awal Skor awal yag dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Tujuan menentukan skor awal adalah supaya guru bisa membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil dengan kemampuan yang heterogen dalam setiap kelompok. d. Pengaturan Tempat Duduk

12 Pengaturan tempat duduk dalam pembelajaran kooperatif perlu diatur dengan baik untuk menunjang keberhasilan dalam pembelajaran. e. Kerja Kelompok Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama dalam kelompok. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini berdasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Tabel 2.1 : Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Fase Kegiatan Guru Fase 1 Menyampaikan Tujuan dan Motivasi Fase 2 Pembagian Kelompok Fase 3 Presentasi dari Guru Fase 4 Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/ jenis kelamin, ras atau etnik. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya. Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru

13 menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing berkontribusi. Guru juga melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD. Fase 5 Evaluasi Fase 6 Memberikan penghargaan Sumber: Rusman ( 2011) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masingmasing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibernarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru memeriksa hasil kerja siswa dan memberikan skor dengan rentang 0-100. Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Menghitung skor individu Menurut Slavin (2005), untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seprti pada Tabel 2.2 sebagai berikut :

14 Tabel 2.2 : Perhitungan Skor Perkembangan Skor Kuis Poin Kemajuan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin 10-1 poin dibawah skor awal 10 poin Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30 poin Sumber : Slavin (2005:159) b. Menghitung skor kelompok Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada Tabel 2.3 sebagai berikut : Tabel 2.3 : Tingkat Penghargaan Kelompok Rata-rata Tim Predikat - Tim yang Baik (Good Team) Tim yang Baik Sekali (Great Team) Tim yang Istimewa (Super Team) Sumber: Rusman ( 2011) c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah/penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.

15 C. Cabri 3D Teknologi yang ada saat ini sangat diperlukan untuk membantu guru dalam menyampaikan informasi dan materi pembelajaran kepada siswa. Teknologi menjadi sesuatu yang perlu dalam pembelajaran dan belajar matematika, ini berpengaruh dalam pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan pemahaman siswa (NCTM:11). Salah satu teknologi yang dapat dipakai dalam pembelajaran matematika adalah Cabri 3D. Menurut Accascina dan Rogora (2006), Cabri 3D adalah perangkat lunak dinamis-geometri yang dapat digunakan untuk membantu siswa dan guru untuk mengatasi beberapa kesulitan-kesulitan dan membuat belajar geometri dimensi tiga (geometri ruang) menjadi lebih mudah dan lebih menarik. Program Cabri 3D berguna untuk memfasilitasi siswa dalam mengkonstruksi obyek-obyek geometri, akan tetapi kurang efektif apabila guru tidak mengontrol kegiatan belajar karena guru cenderung membuang-buang waktu. Hal ini dapat diatasi dengan meminta siswa mengkonstruksi obyek-obyek geometri sesuai dengan langkah-langkah konstruksi yang telah disiapkan. Menurut Oldknow (1988:147), the strength of Cabri 3D line environments is that those objects and properties become operational construction tools. Jadi, Cabri 3D dapat membantu menampilkan objek dan benda-benda dengan cara mengoperasikan tombol-tombol. Menurut Agung (2012), Program Cabri 3D merupakan program yang dapat membantu siswa dalam memvisualisasi bangun ruang kubus dan balok secara mendetail (termasuk dalam menunjukkan bagian-bagian bangun ruang

16 kubus dan balok hingga penamaan bangun), membantu memvisualisasi bidang sisi alas kaitannya dengan sisi-sisi lain pada bangun ruang kubus dan balok yang selanjutnya siswa dapat mencermati dengan seksama. Program Cabri 3D mempunyai beberapa kelebihan diantaranya : a. Dapat menampilkan titik potong atau garis yang tersembunyi dengan cara di drag sesuai dengan keinginan kita. b. Dapat menarik perhatian siswa dan pembelajaran menjadi menarik. c. Dapat membantu pemahaman siswa dalam memahami konsep bangun ruang. Program Cabri 3D mempunyai beberapa kelemahan diantaranya : a. Sangat rawan kesalahan dalam pengukuran desimal b. Tidak bisa ditampilkan dalam ms. word. c. Tidak mudah menggambarkan sebuah bangun ruang dalam Cabri 3D d. Membutuhkan persiapan yang lama D. Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Sesuai dengan silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pokok bahasan bangun ruang sisi datar diajarkan dikelas VIII Semester 2. Pokok bahasan bangun ruang sisi datar meliputi : Standar Kompetensi : 5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.

17 Kompetensi Dasar : 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas Indikator : 1. Menentukan rumus luas permukaan prisma alas persegi dan prisma alas persegi panjang. 2. Menghitung luas permukaan prisma alas persegi dan prisma alas persegi panjang. 3. Menentukan rumus luas permukaan prisma alas segitiga. 4. Menghitung luas permukaan prisma alas segitiga. 5. Menentukan rumus luas permukaan limas alas persegi dan limas alas persegi panjang. 6. Menghitung luas permukaan limas alas persegi dan limas alas persegi panjang. 7. Menentukan rumus luas permukaan limas alas segitiga. 8. Menghitung luas permukaan limas alas segitiga. 9. Menentukan rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar gabungan.. 10. Menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar gabungan. 11. Menentukan rumus volume bangun ruang sisi datar. 12. Menghitung luas volume bangun ruang sisi datar.

18 E. Kerangka Berpikir Dari landasan teori di atas, kerangka berpikir penelitian ini yaitu: Hasil observasi awal di kelas VIII B : 1. Model pembelajaran yang digunakan guru selama proses pembelajaran matematika adalah model pembelajaran konvensional. 2. Guru masih jarang menggunakan media atau alat peraga untuk membantu proses pemahaman siswa. 3. Kondisi siswa pada saat pembelajaran belum kondusif karena guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa pasif. 4. Siswa merasa bosan mempelajari matematika. 5. Kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah. 6. Siswa masih kesulitan membedakan nama bangun ruang sisi datar. Diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD dengan berbantuan Cabri 3D. Dengan adanya perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran STAD berbantuan software Cabri 3D diharapkan kemampuan koneksi matematis siswa meningkat. Masalah yang dihadapi di kelas VIII B SMP Negeri 3 Ajibarang Banyumas adalah kemampuan koneksi matematis siswa yang masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran, siswa bingung dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, siswa masih bingung membedakan macam-macam bangun ruang, serta siswa masih kesulitan untuk menghubungakan konsep dalam matematika ataupun dengan ilmu lain.

19 Faktor penyebab rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa karena model pembelajaran yang digunakan guru pada saat pembelajaran matematika belum mampu untuk membuat siswa aktif, belum bisa memotivasi siswa agar berani mengeluarkan ide-ide untuk menyelesaikan permasalahan matematika dan belum bisa membuat siswa tertarik untuk mempelajari matematika. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa adalah penggunaan media pembelajaran atau alat peraga yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi dan dalam membantu proses pemahaman siswa masih jarang dilakukan. Sehingga siswa masih kesulitan membedakan nama-nama bangun ruang, masih kesulitan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan siswa masih kesulitan untuk menghubungkan ide-ide atau konsep-konsep dalam matematika. Permasalahan yang ada di kelas VIII B harus segera diselesaikan, agar kemampuan koneksi matematis siswa dapat meningkat. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dipadukan dengan media pembelajaran. Karena dengan adanya model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan kemampuan siswa, maka hasil dari pembelajaran akan lebih baik. Selain itu, penggunaan media pembelajaran juga dapat digunakan agar siswa tertarik untuk mempelajari matematika dan dapat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru.

20 Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di kelas VIII B adalah Student Teams Achievement Division (STAD), karena dalam langkah-langkah model pembelajaran STAD yang ke-empat yaitu kegiatan belajar dalam tim (kerja tim) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar berkelompok, aktif dalam kelompok tersebut, mengeluarkan ide-ide untuk saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan permasalahan, serta dapat mendorong siswa untuk aktif dan membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam berpendapat di kelompok ataupun pada saat siswa melakukan presentasi terhadap hasil diskusi kerja kelompok masing-masing. Pada tahap model pembelajaran STAD yang ke-lima yaitu evaluasi dilakukan dengan cara memberikan soal individu atau kuis kepada siswa yang mencakup semua indikator kemampuan koneksi matematis sehingga dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. Selain itu, pada tahap pembelajaran STAD yang ke-enam yaitu pemberian hadiah kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Pada tahapan ini diharapkan siswa semakin termotivasi untuk belajar lebih serius, lebih aktif dalam kelompok dan lebih percaya diri untuk mengeluarkan ideide dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Penggunaan media pembelajaran atau alat peraga juga dibutuhkan dalam mengatasi permasalahan yang ada di kelas VIII B. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan software

21 Cabri 3D, karena dapat menampilkan benda-benda bangun ruang sehingga terlihat seperti benda nyata dan dapat diputar untuk melihat bagian-bagian yang lain. Sangat relevan dan cantik untuk menampilkan objek-objek bangun ruang. Selain itu, Cabri 3D juga dapat menampilkan jaring-jaring bangun ruang sisi datar dengan menggunakan menu-menu yang terdapat di Cabri 3D. Sehingga siswa dapat melihat dengan jelas bahwa bangun ruang sisi datar terdiri dari beberapa bangun datar yang di susun sedemikian rupa sehingga membentuk bangun ruang sisi datar serta dapat menghubungkan konsep bangun datar dalam mempelajari bangun ruang sisi datar. Dengan menggunakan model pembelajaran STAD berbantuan software Cabri 3D akan menjadi salah satu inovasi baru dalam pembelajaran matematika di kelas VIII B dan diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada di kelas VIII B. F. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah ada peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa melalui model pembelajaran STAD dengan berbantuan Cabri 3D.