BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) DI WILAYAH UPT KESMAS GIANYAR I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis maupun secara sosial. Remaja pada masa peralihan tersebut kemungkinan besar dapat mengalami masa kritis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya prilaku menyimpang. Kondisi tersebut apabila di dukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan prilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat (Kusmiran, 2012). Menurut Survei World Health Organization (WHO) tahun 2010, kelompok usia remaja (10-19 tahun) menempati seperlima jumlah penduduk dunia, 83% di antaranya hidup di negara-negara berkembang. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa, di antaranya 63,4 juta jiwa adalah remaja yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30%) (Kemenkes, 2015).Masalah yang paling sering dialami remaja adalah masalah kesehatan reproduksi di antaranya yaitu kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, infeksi menular seksual (IMS) termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV), kekerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses informasi dan pelayanan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi (BKKBN, 2013). Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2008, remaja mengaku mempunyai teman yang pernah melakukan hubungan seksual 1

2 pranikah usia 14-19 tahun (peremp uan 34,7%, laki-laki 30,9%), usia 20-24 tahun (perempuan 48,6%, laki-laki 46,5%) (BKKBN, 2011). Berdasarkan Kemenkes RI (2010), jumlah kasus AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga Desember 2010 mencapai 24.131 kasus, di mana 45,48% adalah kelompok remaja. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012 tentang kesehatan reproduksi, hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 10-19 tahun yang mengetahui bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual. Remaja yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV-AIDS (remaja perempuan 15,8%, remaja laki-laki 16,4%). Remaja yang mengetahui tempat pelayanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja (remaja perempuan 7,2%, remaja laki-laki 5,4%) (Kemenkes RI, 2014). Keterbatasan akses informasi bagi remaja Indonesia mengenai kesehatan reproduksi yang di dalamnya mencakup seksualitas disebabkan karena masyarakat Indonesia masih beranggapan bahwa seksualitas adalah hal yang tabu dan tidak layak untuk dibicarakan secara terbuka. Selain itu, tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi membuat remaja berusaha untuk mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Remaja sering kali menjadikan media internet, televisi, majalah dan bentuk media massa lainnya yang dijadikan sumber untuk memenuhi rasa ingin tahu tentang seksualitas dan reproduksi. Oleh karena itu remaja memerlukan informasi tentang kesehatan reproduksi dengan benar sehingga diharapkan remaja akan memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai kesehatan reproduksinya (BKKBN, 2013). Menanggapi hal tersebut, salah satu upaya pemerintah dalam menangani permasalahan remaja adalah dengan pembentukan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). PKPR adalah suatu program yang dibentuk oleh Kementrian

3 Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2003 sebagai upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja yang menekankan kepada Puskesmas sebagai fasilitator dan narasumber (Kemenkese RI, 2011) Secara khusus, tujuan dari PKPR adalah meningkatkan pemanfaatan puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan, meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja. Sasaran program ini adalah laki-laki dan perempuan usia 10-19 tahun dan belum menikah, baik yang sekolah maupun tidak sekolah. Kegiatan yang rutin dilakukan salah satunya adalah penyuluhan dan penjaringan kesehatan ke sekolahsekolah (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan kepada Koordinator Program PKPR di Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, terdapat 4 Puskesmas yang menjalankan PKPR di Kabupaten Gianyar, di antaranya UPT Kesmas Gianyar I, UPT Kesmas Sukawati I, UPT Kesmas Tegallalang I, dan UPT Kesmas Payangan. Kabupaten Gianyar merupakan salah satu Kabupaten dengan jumlah remaja cukup banyak yakni sebesar 86.665 orang pada tahun 2015. Dengan banyaknya jumlah remaja permasalahan remaja di Kabupaten Gianyar cukup beragam. Tercatat 268 kasus kehamilan remaja, 201 kasus persalinan remaja dan 1 kasus IMS (Dinkes Kab. Gianyar, 2015). Dari empat Puskesmas yang telah melaksanakan PKPR tersebut, cakupan remaja paling banyak yaitu di UPT Kesmas Gianyar I, dengan jumlah remaja usia 10-19 tahun pada tahun 2015 yaitu 11.840 orang. Banyaknya cakupan di UPT Kesmas Gianyar I membuat permasalahan remaja yang ada semakin beragam, dapat dilihat dari dari laporan kasus remaja di wilayah UPT Kesmas Gianyar I tahun 2015, terdapat 10

4 remaja dengan gangguan haid, 29 kehamilan pada remaja, 33 persalinan pada remaja dan satu orang terkena IMS. Namun, permasalahan yang ada tersebut belum tercatat sepenuhnya karena kurangnya keterbukaan remaja terhadap permasalahannya dan rendahnya kunjungan remaja ke Puskesmas (UPT Kesmas Gianyar I, 2016) Untuk mengatasi masalah tersebut, UPT Kesmas Gianyar I melaksanakan Program PKPR baik di UPT Kesmas Gianyar I maupun penyuluhan dan penjaringan kesehatan ke sekolah yang dilaksanakan 2 kali dalam setahun serta telah di bentuk konselor sebaya. Namun kunjungan remaja ke PKPR masih sangat rendah yaitu hanya 36 orang pada tahun 2015. Dari hasil penjaringan kesehatan yang di lakukan di sekolah-sekolah di dapatkan 230 remaja mengalami gangguan gizi (KEK) dan 42 remaja mengalami obesitas dan 1441 remaja mengalami masalah kesehatan lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wulandari (2012) didapatkan bahwa pengetahuan remaja tentang PKPR sebagai tempat pelayanan kesehatan remaja yang ada di Puskesmas dikatakan rendah karena hanya sedikit partisipasi remaja yang mengetahui keberadaan PKPR. Sedangkan penelitian yang dilakukan Lola Erwinda (2009), menunjukkan bahwa pengetahuan mempengaruhi sikap responden terhadap pemanfaatan PKPR di SMPN 01 Sitiung Kabupaten Dharmasraya. Rendahnya pemanfaatan PKPR ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Lawrence Green menyebutkan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang antara lain faktor predisposisi (pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai -nilai), faktor pendukung atau pemungkin (lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan), faktor pendorong atau penguat (sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya) (Notoatmodjo, 2010).

5 Dengan melihat masih rendahnya remaja yang mengakses PKPR, namun permasalahan masih ada, maka penulis penting untuk melakukan penelitian mengenai Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Wilayah UPT Kesmas Gianyar I. 1.2 Rumusan Masalah Salah satu upaya pemerintah dalam menangani permasalahan remaja adalah dengan pembentukan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) sebagai upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja yang menekankan kepada Puskesmas sebagai fasilitator. PKPR telah di laksanakan oleh UPT Kesmas Gianyar I sejak tahun 2011. Program tersebut dilaksanakan baik di dalam gedung UPT Kesmas Gianyar I dan kunjungan ke sekolah-sekolah serta telah dibentuk konselor sebaya, akan tetapi jumlah kunjungan remaja ke PKPR dengan permasalahan kesehatan remaja pada tahun 2015 hanya 36 orang. Dari data kasus remaja tahun 2015, permasalahan kesehatan yang ada di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I cukup kompleks yaitu adanya kehamilan pada remaja sebanyak 29 orang, 33 persalinan pada remaja, 10 remaja mengalami gangguan menstruasi, satu orang anemia, satu orang terkena IMS dan masih banyak kejadian yang tidak terlaporkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) oleh remaja yang di bentuk oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia di UPT Kesmas Gianyar I Tahun 2016. 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimanakah Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Wilayah UPT Kesmas Gianyar 1 Tahun 2015?

6 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Wilayah UPT Kesmas Gianyar I 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui Pengetahuan Remaja Terhadap Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Wilayah UPT Kesmas Gianyar I 2. Mengetahui Persepsi Remaja Terhadap Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di UPT Kesmas Gianyar I 3. Mengetahui Sikap Remaja Terhadap Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Wilayah UPT Kesmas Gianyar I 4. Mengetahui Faktor Pendukung Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di UPT Kesmas Gianyar I 5. Mengetahui Faktor Penguat Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Wilayah UPT Kesmas Gianyar I 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Memberikan kontribusi keilmuan di bidang kesehatan, khususnya penelitian terkait program pelayanan kesehatan reproduksi remaja. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Memberikan masukan kepada pembuat kebijakan untuk mengambil tindakan terkait dengan pelaksanaan PKPR di Puskesmas yang ada di Bali

7 2. Bagi Puskesmas, laporan penelitian ini memberikan informasi untuk melakukan promosi kesehatan dan pelayanan kesehatan khusus remaja serta memberikan masukan dan perbaikan program PKPR. 3. Bagi sekolah, laporan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak sekolah untuk menentukan kebijakan terkait program PKPR di sekolah sehingga dapat mengatasi permasalahan remaja di sekolah. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat untuk mengetahui Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Wilayah UPT Kesmas Gianyar I Tahun 2016. Penelitian ini dikaji dengan menggunakan pendekatan ilmu promosi kesehatan. Penelitian dilakukan di SMA N 1 Gianyar dan SMA Dwijendra Gianyar serta pengumpulan data dilakukan mulai dari bulan April hingga Mei 2016. Data dikumpulkan melalui focus group discussion pada remaja sasaran, wawancara mendalam dan observasi kunjungan dan sarana dan prasarana. Remaja yang menjadi subyek penelitian adalah siswa yang pernah mengikuti kegiatan Program PKPR.