BAB I PENDAHULUAN. Modal yang bernilai besar dalam menjalankan usaha; baik dari modal harta

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 28 huruf H ayat (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan

I. PENDAHULUAN. rohani. Kebutuhan manusia tidak terbatas, faktor yang menyebabkan kebutuhan

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu BNI Life Insurance.

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu risiko. Risiko yang dihadapi oleh setiap orang dapat

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Azas Kebebasan Berkontrak & Perjanjian Baku

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. berupa membayarkan sejumlah harga tertentu. mencukupi biaya pendidikan dan lainnya.

sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1792 Bab XVI Buku III Kitab

PERLAKUAN BANK MUAMALAT INDONESIA TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM MUSNAHNYA BARANG JAMINAN DEBITUR OLEH PIHAK ASURANSI Sigit Somadiyono, SH.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. usaha jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abbas Salim, Asuransi Dan Manajemen, Raja Grafindo, Jakarta, 2003, Hal. 01

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari keinginan untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainty).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah sebagai penuntun memiliki daya

DIMAS WILANTORO NIM: C.

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri, namun penyesuaian diri tersebut tidak melepaskan diri dari. fitrah manusia yang selalu beradapan dengan risiko.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa sekarang kehidupan masyarakat semakin kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

I. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. selama orang tersebut memiliki kepentingan tanpa memandang status,

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Komanditer atau sering disebut dengan CV (Commanditaire. pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam Kitab Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk mencapai. pembangunan, termasuk dibidang ekonomi dan keuangan.

PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN. setelah dikirim barang tersebut mengalami kerusakan. Kalimat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, manusia pasti akan menemui risiko-risiko dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan. dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menimpa mereka. Dalam industri jasa yang bergerak di bidang sektor. satu yang paling banyak diatur lewat regulasi pemerintah.

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS Dosen Fakultas Hukum UIEU

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi terutama dalam sektor perdagangan sangat

ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

ABSTRACT Keywords: the key points of the insurance, insurance law Kata kunci : poin-poin penting dalam asuransi, hukum asuransi A.

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Dalam menjalani hidup. keinginan untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainty).

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat, perkembangan zaman dan kemajuan teknologi juga. baik yang telah berdiri maupun yang baru akan berdiri.

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan dengan pengikatan melalui pranata jaminan fidusia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang menghimpun

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

BAB I PENDAHULUAN. Surety Bond memiliki konsep sebagai penyedia jaminan, merupakan

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

TESIS KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. handy talky. Tren alat komunikasi yang selalu mengalami pergeseran,

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan modal sebagai salah satu sarana dalam pengembangan unit usaha oleh para

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian.

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat memberi pengaruh terhadap perkembangan usaha bidang keasuransian. Perusahaan-perusahaan besar mulai bermunculan seiring dengan majunya pembangunan di Indonesia. Modal yang bernilai besar dalam menjalankan usaha; baik dari modal harta maupun sumber daya manusia, memunculkan kekhawatiran dari para pengusaha yang kemudian melakukan cara-cara untuk mengamankan modalmodal tersebut dari keadaan tidak terduga yang akan membawa kerugian bagi perusahaannya, misalnya ancaman bahaya kebakaran dan keselamatan kerja mendorong perkembangan asuransi kebakaran dan asuransi tenaga kerja. Perkembangan usaha perasuransian mengikuti perkembangan ekonomi masyarakat. Semakin tinggi pendapatan per kapita masyarakat, semakin mampu masyarakat memiliki harta kekayaan, sehingga semakin dibutuhkan pula perlindungan keselamatannya dari ancaman bahaya. 1 Hal inilah yang kemudian mendasari lahirnya berbagai jenis asuransi.kebutuhan masyarakat terhadap asuransi akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan pada zamannya masing-masing. Masyarakat era kini pada umumnya 1 Abdulkadir Muhammad, 2011, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung, hlm. 5. 1

menginginkan adanya proteksi terhadap risiko finansial sebagai akibat timbulnya: 1. Kerugian, kerusakan, dan kehilangan yang menimpa harta benda yang dikuasai dan dimiliki; 2. Tuntutan tanggung jawab hukum atas kesalahan dan/atau kelalaian pribadi atau yang berada di bawah pengawasan atau tanggung jawabnya atau mereka yang tindakannya terkait dengannya di bawah undang-undang; 3. Pendapatan atau keuntungan yang diharapkan; 4. Piutang yang tidak tertagih; dan 5. Biaya pengobatan atau perawatan kesehatan. 2 Asuransi kesehatan merupakan salah satu jenis asuransi dengan peminat yang tinggi di Indonesia. Perkembangan ekonomi masyarakat Indonesia yang dinamis dan telah terpapar oleh budaya kapitalis membuat masyarakat berlomba-lomba untuk mendapatkan penghasilan sebesarbesarnya yang sering berdampak pada gaya hidup masyarakat. Masyarakat menjadi kurang memerhatikan aspek-aspek lain dalam hidupnya, salah satunya ialah aspek kesehatan. Berbagai kebiasaan baru yang tidak sesuai dengan pola hidup sehat telah menimbulkan jenis penyakit baru yang tidak ada sebelumnya atau jumlahnya meningkat dari era sebelumnya. 3 Kekhawatiran akan adanya risiko-risiko yang mungkin menimpa masyarakat ini menimbulkan kebutuhan terhadap perlindungan kesehatan. 2 A. Junaedy Ganie, 2011, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika: Jakarta, hlm. 51. 3 J.B. Suharjo B. Cahyono, 2008, Gaya Hidup dan Penyakit Modern, Penerbit Kanisius: Yogyakarta, hlm. 7. 2

Perusahaan asuransi dalam menjalankan usaha asuransinya perlu membuat suatu perjanjian asuransi yang harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yng disebut dengan polis. Perusahaan asuransi sering kali disebut sebagai pihak dengan derajat lebih tinggi dari pihak debitur di hadapan perjanjian asuransi yang merupakan perjanjian baku. 4 Hal ini kemudian menimbulkan asumsi bahwa perjanjian baku tidak adil bagi kreditur. Perusahaan asuransi, seperti halnya konsumen, merupakan pihak dalam perjanjian yang juga harus dilindungi kepentingannya. Upaya yang dilakukan perusahaan asuransi dalam menjamin keamanan dan perlindungan hukum bagi dirinya salah satunya diwujudkan dengan pembuatan klausula baku secara sepihak tanpa melibatkan pihak debitur. Format perjanjian baku pun pada mulanya dibuat untuk memudahkan dan mempercepat transaksitransaksi ekonomi karena jumlah permintaan yang tinggi tidak memungkinkan kreditur bertemu dan berdiskusi langsung mengenai pembuatan perjanjian dengan masing-masing konsumen. 5 Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 tidak menyebutkan secara jelas dalam hal apa atau perjanjian jenis apa larangan penggunaan klausula baku tersebut berlaku. Salah satu asas dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang disebut dengan asas kebebasan berkontrak sering digunakan sebagai tameng bagi pelaku usaha, dalam hal ini pihak perusahaan asuransi, untuk mematahkan pendapat-pendapat para penolak perjanjian baku. Asas kebebasan berkontrak sudah dimulai dalam 4 5 3

hukum Kanonik bahwa setiap perjanjian meskipun tanpa bentuk tertentu adalah mengikat para pihak, yang didorong oleh moral agama nasrani yang menghendaki bahwa kata-kata yang telah diucapkantetap dilaksanakan. 6 Berbagai bentuk perjanjian baku di Indonesia ditengarai tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Adanya pencantuman klausula baku membuat posisi konsumen sangat lemah atau tidak seimbang dalam menghadapi pelaku usaha. Di samping prosedur pembuatannya yang bersifat sepihak, isi perjanjian standar mengandung ketentuan pengalihan kewajiban atau tanggung jawab pelaku usaha. Umumnya ketentuan ini bermaksud untuk membatasi atau bahkan meniadakan sama sekali tanggung jawab yang semestinya dibebankan kepada Perusahaan Asuransi atau ditanggung kepada pihak pelaku usaha. Dilihat dari pasal-pasal yang termuat dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 terutama Pasal 18, terlihat bahwa kontrak standar masih dibenarkan. Akan tetapi, Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 melarang dengan tegas kontrak standar yang isinya mengalihkan tanggungjawab pelaku usaha. Polis asuransi merupakan salah satu bentuk perjanjian yang dibuat dengan format baku. Seperti halnya perjanjian baku pada umumnya, di dalam polis asuransi sering ditemukan klausula baku mengenai waktu pemberlakuan polis, syarat pengajuan klaim, dan pembatalan secara sepihak oleh perusahaan asuransi selaku penanggung yang membatasi konsumen dalam mendapatkan haknya. 6 Puwahid Patrick, 1962, Asas Itikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro: Semarang, hlm. 3. 4

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai pencantuman klausula baku dalam polis asuransi dengan judul: PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM POLIS ASURANSI SEBUAH PERPERUSAHAAN ASURANSIAN DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mendapatkan solusi dari permasalahan-permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah keabsahan pencantuman klausula baku dalam polis asuransi kesehatan PT. XY apabila dilihat dari sudut pandang asas kebebasan berkontrak? 2. Bagaimanakah kesesuaian pencantuman klausula baku pada polis asuransi kesehatan oleh PT. XY ditinjau dari aturan-aturan yang berlaku dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan sebagaimana telah dirumuskan, maka dapat dikemukakan tujuan penelitan sebagai berikut: 5

1. Untuk mengetahui keabsahan klausula baku dalam Polis Asuransi Kesehatan PT. XY ditinjau dari asas kebebasan berkontrak yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 2. Untuk mengetahui kesesuaian pencantuman klausula baku dalam Polis Asuransi Kesehetan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat teoritis: a. Bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pencantuman klausula baku dalam polis asuransi kesehatan. b. Dapat menjadi tambahan atas literatur-literatur yang ada bagi yang hendak mempelajari masalah di bidang hukum khususnya klausula baku dalam polis asuransi. 2. Manfaat Praktis: a. Dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang mungkin muncul akibat praktik pencantuman klausula baku dalam perjanjian baku yang dalam hal ini berupa klausula baku pada polis asuransi. 6

b. Dapat menjadi kajian dari pengambil kebijaksanaan dalam perencanaan ataupun penerapan hukum sesuai dengan kompetensinya. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pencantuman klausula baku dalam polis asuransi ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ini merupakan penelitian yang difokuskan untuk membahas perlindungan konsumen dari klausula baku yang memberatkan pihak konsumen dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 1. Tahun 2013, Satrio Wicaksono melakukan penelitian dengan judul Perlindungan Hukum Pemegang Polis terkait Pembaruan Perjanjian Asuransi Kesehatan Managed Care pada PT. Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia. Penulis memfokuskan penelitiannya pada perlindungan hukum atas hak-hak pemegang polis dalam klausula baku yang ditetapkan sepihak oleh perusahaan asuransi saat pembaruan perjanjian dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 2. Tahun 2013, Zulfina Susanti melakukan penelitian dengan judul Analisis Hukum Mengenai Perjanjian yang Memuat Klausula Tidak Adil. Penulis memfokuskan penelitiannya pada hal-hal 7

yang menjadi tolak ukur dalam menilai suatu klausula baku dapat dikatakan telah memenuhi asas keadilan dari sisi konsumen baik dari segi pemenuhan asas maupun ketaatan terhadap insturmen hukum yang berlaku di Indonesia dalam hal ini undang-undang 3. Tahun 2008, Mohammad Ihsan melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi Syariah Ditinjau dari Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah). Penulis memfokuskan penelitiannya pada penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pada polis asuransi. Dari pemaparan penelitian-penelitian terkait, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian mengenai Pencantuman Klausula Baku dalam Polis Asuransi Kesehatan PT. XY di Yogyakarta Ditinjau dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Asas Kebebasan Berkontrak belum pernah dilakukan. 8