BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki perilaku, sikap dan mengkokohkan kepribadian. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. pembimbingan secara intensif. Undang-undang sistim nasional (UUSPN) nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintahan

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah banyak mengangap bahwa anak yang dilahirkan karena suatu

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan nama benda-benda tersebut (Al-Baqarah : 31) lainnya adalah penekanannya terhadap masalah pendidikan (mencari ilmu).

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. ada perantaraan pendidikan agar perkembangannya sempurna sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia baik itu pendidikan formal maupun non formal. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses penyiapan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 1. Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu

2014 MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. menyadarkan manusia akan potensi-potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan. Kesempurnaan, kemuliaan, serta kebahagiaan tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dalam pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Jakarta, 2003, hlm Hamzah B Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses belajar Megajar yang

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terarah dan mencapai tujuannya. Seperti, pada fase kanak-kanak orang harus

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagian terpenting bagi setiap bangsa apalagi bangsa yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dientaskan diantaranya adalah karena rendahnya kemampuan. adalah dengan didirikannya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. Erlangga, 2010), terj. Eka Widayati, hlm Jenny Thompson, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia (bermoral). Sebab bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa

PERAN GURU DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN KHUSUS PADA LINGKUP PENDIDIKAN FORMAL (SEKOLAH LUAR BIASA/SEKOLAH KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Maosul, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan luar biasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan, termasuk polio, dan lumpuh ( Anak_

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta,

POLA INTERAKSI GURU DAN SISWA TUNANETRA SMPLB A BINA INSANI BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk berfikir, berkreasi dan juga beragam serta beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk itu manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk mengembangkan beberapa potensi yang dimilikinya agar berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara. Salah satu bentuk bantuan yang bisa diperoleh adalah melalui proses pendidikan karena dengan pendidikan, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 pada Bab IV pasal 5 ayat 1 tentang Sisdiknas yang berbunyi: Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. 1 Maka setiap anak berhak memperoleh pendidikan sesuai dengan fitrahnya. Fitrah disini adalah faktor kemampuan dasarperkembangan manusia yang terbawa sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang. Manusia diberi kelebihan berupa akal yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Dengan akal itu manusia dapat mengembangkan potensinya, dapat berfikir, dan berpartisipasi dengan lingkungan sekitarnya. Dilihat dari segi kedudukannya, anak didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka 1 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Bandung: Sinar Grafika, 2014), 8. 1

2 memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah optimal kemampuan fitrahnya. 2 Fitrah disini adalah faktor dasar pengembangan manusia yang terbawa sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang. Manusia diberi kelebihan berupa akal yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Dengan akal itu manusia dapat mengembangkan potensinya, dapat berfikir, dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Potensi-potensi dasar atau fitrah manusia tersebut harus diaktualisasikan dan ditumbuh kembangkan secara optimal dan terpadu dalam kehidupan nyata melalui proses pendidikan sepanjang hayat. 3 Sehingga kelak dapat dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Hal tersebut tak terkecuali bagi anak-anak yang memiliki kekurangan fisik berupa cacat sebagian atau beberapa bagian anggota tubuh (abnormal) atau yang lebih sering disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). ABK adalah sebutan bagi seorang anak yang mengalami keadaan diri yang berbeda dari anak-anak pada umumnya. 4 Beberapa yang termasuk dalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, dan anak dengan gangguan kesehatan. Anak yang memiliki kelainan atau perbedaan fisik dan psikologi yang kerap disebut dengan penyandang cacat. Hal ini biasanya disebabkan karena 2 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 2001 ), 79. 3 Muhaimin, Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), 152. 4 Safrudin Aziz, Pendidikan Sex Anak Berkebutuhan Khusus (Yokyakarta: GAVA MEDIA. 2015), 1.

3 kekurangan oksigen pada waktu lahir yang menyebabkan kerusakan otak atau gangguan neurologis, yang bisa menjadikan anak menderita kelumpuhan otak (cerebral palsy). Ditengah-tengah pesatnya kemajuan di zaman ini, pendidikan untuk ABK seharusnya lebih diperhatikan agar mereka tidak semakin jauh dengan masyarakat, karena sebagai warga negara mereka berhak atas pendidikan dan pengajaran sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing. Adapun untuk memperoleh pendidikan bagi anak yang mengalami kelainan secara yuridis telah disebutkan: 5 1. Pasal 31 ayat 1 UUD 1945 : Bahwa seriap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. 2. Pasal 5 ayat 2 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa: Warga yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Ketetapan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tersebut merupakan landasan bagi ABK karena undang-undang tersebut menjelaskan bahwasannya anak yang memiliki kebutuhan khusus perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran. Bagi mereka yang memiliki kelainan atau termasuk dalam ABK, pemerintah telah menyediakan Sekolah Luar Biasa (SLB). Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, kini anak yang berkebutuhan khusus tidak hanya bisa menempuh jenjang pendidikan formal di SLB tetapi kini pemerintah 5 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, 8.

4 memiliki kebijakan baru bahwasannya ABK dapat bersekolah disekolah umum seperti anak normal biasanya yaitu sekolah yang berbasis inklusi. Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang mengikut sertakan siswa ABK untuk belajar bersama-sama dengan anak sebaya disekolah umum. Lembaga ini diharapkan dapat memberikan layanan yang sama untuk anak yang normal maupun anak abnormal. Sehingga anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dapat memperoleh pendidikan dan keterampilan yang dapat dijadikan sebagai bekal kehidupannya kelak agar tidak menjadi beban bagi orang lain khususnya orang tua dan keluarganya, terutama untuk menggapai cita-citanya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. At-Tiin Ayat 4: 6 Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. At-Tiin: 4). Dari firman Allah di atas, Allah tidak membeda-bedakan makhluknya (manusia), manusia diciptakan dengan sebaik-baiknya sehingga dihadapan Allah semua manusia sama tergantung amal perbuatannya. Oleh karena itu, sejatinya anak yang berkebutuhan khusus atau cacat fisik maupun mental mereka perlu mendapatkan perlakuan yang sama terlebih dalam bidang pendidikan. Pendidikan menduduki posisi yang sangat penting. Terlebih pendidikan agama karena pendidikan agama merupakan kebutuhan bagi setiap individu 6 Al-Qur an, 95:4.

5 terutama dalam hal ibadah yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama merupakan hal mendasar yang harus diberikan kepada semua peserta didik sebagai bekal kehidupan di dunia dan di akhirat. Pendidikan agama pada sekolah terangkum dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam yang merupakan mata pelajaran yang dijadikan kurikulum wajib untuk dipelajari oleh seluruh peserta didik yang beragama Islam. Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (wayof life). 7 Pentingnya mempelajari ilmu agama ini bermakna luas, tidak memandang kondisi seseorang baik dia normal ataupun memiliki keterbatasan fisik, mental maupun perilaku. ABK juga berhak mendapatkan pendidikan. Pada dasarnya, anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus kemungkinan menghadapi rintangan-rintangan yang besar dalam bidangbidang pembentukan personal, sosial, dan akademis. Terutama dari segi pemahaman mereka terhadap pelajaran yang mereka terima di sekolah. Hal tersebut sangat penting dipahami oleh semua guru untuk mengetahui rintangan-rintangan ini, karena sejatinya seorang guru harus mengetahui karakteristik dari setiap peserta didiknya. 7 Aat Syafaat dan Sohari Sahrani, Muslih. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Jakarta: Rajawali Press. 2008), 15.

6 Mendidik anak yang berkelainan fisik, mental, maupun, karakteristik perilaku sosialnya, tidak sama seperti mendidik anak normal, sebab selain memerlukan suatu pendekatan yang khusus juga memerlukan strategi yang khusus. Hal ini semata-mata karena bersandar pada kondisi yang dialami anak berkelaian tersebut. Oleh karena itu, melalui pendekatan dan startegi khusus dalam mendidik anak berkelainan, diharapkan anak berkelainan: (1) dapat menerima kondisinya, (2) dapat melakukan sosialisasi dengan baik, (3) mampu belajar sesuai dengan kemampuannya, (4) memiliki keterampilan yang sangat dibutuhkan, dan (5) menyadari sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Tujuan lainnya agar upaya yang dapat dilakukan dalam rangka habilitasi maupun rehabilitasi anak berkelainan dapat memberikan daya guna dan hasil guna yang tepat. 8 Pembelajaran untuk ABK membutuhkan suatu pola tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dalam penyusunan program pembelajaran untuk setiap bidang studi, hendaknya seorang guru sudah memiliki data pribadi dari setiap peserta didiknya, terlebih pada peserta didik yang memerlukan perlakuan khusus Data yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu data pribadi yang berkaitan dengan karakteristik spesifik, kemampuan dan kelemahannya, kompetensi yang dimiliki dan tingkat perkembangannya. 8 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 23-24.

7 Hal tersebut akan tercapai apabila guru dapat memilih stategi dan metode mengajar yang efektif. Oleh karena itu guru seharusnya sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, seorang guru harus berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi semua peserta didiknya, Karena suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik biasanya akan mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis, terlebih pada ABK. Seorang guru harus benar-benar memiliki strategi khusus agar peserta didik yang membutuhkan bimbingan dan perlakuan khusus dapat memahami pelajaran dengan baik. Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula, seperti tujuan pembelajaran dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Selain itu keberhasilan belajar harus didukung dengan pemilihan stategi yang tepat dengan pelajaran yang akan disampaikan, didukung juga dengan media sumber belajar yang memadai agar pelajaran yang disampaikan tercapai sesuai tujuan pendidkan yang diharapkan. 9 Peneliti dalam hal ini tertarik melakukan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Inklusi TPA (Taman Pendidikan dan Asuhan) Jember. Sekolah ini merupakan sekolah inklusi yaitu sekolah yang dapat menerima siswa ABK untuk memperoleh kesempatan yang sama seperti anak lainnya 9 Saiful Bahri Djamarahdan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 2.

8 (anak normal) dalam pendidikan. Sekolah ini merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang telah menerapkan pendidikan inklusi yaitu menggabungkan peserta didik yang berkebutuhan khusus dengan peserta didik normal pada umumnya untuk belajar bersama. Melalui pendidikan inklusi, ABK dapat di didik bersama-sama dengan anak lainnya (normal) hal ini dilakukan guna untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak melalui pendidikan di sekolah. Di sekolah ini mereka memperoleh hak yang sama seperti anak yang normal pada umumnya. Di Sekolah Menengah Pertama Inklusi TPA Jember ini menerapkan metode team teaching dan metode tutorial, metode ini dipandang cukup efektif digunakan untuk pembelajaran ABK terlebih yang berbasis inklusi. Karena dengan adanya sekolah berbasis inklusi nantinya diharapkan dapat menumbuhkan rasa empati dan solidaritas di antara siswa ABK dan siswa normal pada umumnya. Serta dapat menumbuhkan rasa percaya diri serta agar siswa ABK dapat bersosialisai dengan siswa normal pada umumnya. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama Inklusi TPA Jember sangatlah efektif karena menggunakan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa ABK itu sendiri yaitu dengan metode team teaching dan metode tutorial. 10 Metode team teaching yaitu metode mengajar dimana dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sekelompok siswa dalam hal ini dalam satu kelas terdapat dua orang guru yang satu bertugas untuk menyampaikan materi 10 Observasi peneliti, 28 November 2015.

9 sedangkan guru yang satu bertugas untuk memantau siswa yang memerlukan perlakuan khusus. Sedangkan metode tutorial adalah metode pembelajaran yang mana guru memberikan bimbingan belajar kepada siswa secara individual bagi peserta didiknya, oleh sebab itu strategi ini cukup efektif diterapkan bagi ABK karena dengan menggunakan stategi ini guru dapat menyesuaikan pelajaran dengan karakteristik siswa yang berbeda-beda terlebih disesuikan dengan kemampua mereka masing-masing. Dari uraian diatas maka menjadi penting bagi peneliti untuk menjadikan bahan penelitian tentang strategi pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus di Sekolah Menengah Pertama Inklusi TPA Jember Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Fokus Penelitian Penelitian ini akan difokuskan pada strategi pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus di Sekolah Menengah Pertama Inklusi TPA Jember Tahun Pelajaran 2015/2016. Kemudian dari fokus tersebut akan dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi pembelajaran team teaching pada anak berkebutuhan khusus di Sekolah Menengah Pertama Inklusi TPA Jember Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Bagaimana strategi pembelajaran tutorial pada anak berkebutuhan khusus di Sekolah Menengah Pertama Inklusi TPA Jember Tahun Pelajaran 2015/2016?

10 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus di Sekolah Menengah Pertama Inklusi TPA Jember Tahun Pelajaran 2015/2016. Kemudian dari tujuan tersebut dirinci sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan strategi pembelajaran team teaching pada anak berkebutuhan khusus di Sekolah Menengah Pertama Inklusi TPA Jember Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Mendeskripsikan metode pembelajaran tutorial pada anak berkebutuhan khusus di Sekolah Menengah Pertama Inklusi TPA Jember Tahun Pelajaran 2015/2016? D. Manfaat Penelitian Penelitian tentang strategi pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus di Sekolah Menenggah Pertama Inklusi TPA Jember Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan sebagai salah satu bahan untuk menambah pengetahuan tentang penelitian dan penulisan karya ilmiah yang baik sebagai bekal penulisan karya ilmiah selanjutnya, serta memberi wawasan khusus tentang strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

11 2. Bagi lembaga IAIN Jember, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah intelektual dalam mengembangkan tradisi pemikiran di IAIN Jember. 3. Bagi Sekolah Menengah Pertama Inklusi TPA Jember, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif, untuk terus mempertahankan eksistensinya dan sebagai bahan masukan yang konstruktif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada ABK khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. 4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif untuk memperkaya pengetahuan tentang cara memperlakukan ABK dengan baik. E. Definisi Istilah Definisi istilah yang akan diberlakukan dalam penelitian ini untuk menghindari kesalah pahaman makna sebagaimana yang dimaksud oleh peneliti ialah sebagai berikut: 1. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Strategi pembelajaran adalah langkah-langkah atau tehnik yang digunakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan, Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam. Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam Al-quran dan Al-hadis. 11 11 Mukniah, Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 47.

12 Jadi strategi pembelajaran pendidikan agama Islam adalah langkahlangkah atau tehnik yang digunakan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. 2. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Anak yang secara signifikan mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, mental, intelektual, sosial dan emosional) dalam proses pertumbuh kembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. 12 Jadi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak-anak yang memiliki keadaan diri yang tidak sama dengan anak-anak pada umumnya (normal). 3. Sekolah Menengah Pertama Inklusi TPA Jember Sekolah Inklusi yang dapat menerima siswa ABK untuk mengikuti proses belajar mengajar bersama-sama dengan siswa lainnya dan sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan serta pengajaran yang mampu menyesuaikan dengan ABK tersebut. F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format penulisan sistematika pembahasan adalah dalam bentuk deskriptif naratif, bukan seperti daftar isi. 13 12 Safrudin Aziz, Pendidikan Sex Anak Berkebutuhan Khusus, 4. 13 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 48.

13 Bab satu merupakan bagian pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab dua yaitu bagian kajian kepustakaan yang terdiri dari penelitian terdahulu dan kajian teori. Pada bagian penelitian terdahulu dicantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan. Kajian teori berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan sebagai dasar pijakan dalam melakukan penelitian. Bab tiga membahas tentang metode penelitian, dalam bab ini membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian, analisis data, dan keabsahan data. Bab empat berisi tentang penyajian data dan analisis data. Pada bab ini akan dijelaskan tentang gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis data serta membahas temuan dari penelitian lapangan. Bab lima yaitu penutup, dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari beberapa pembahasan, dan berisi tentang saran-saran bagi pihak yang bersangkutan. Selanjutnya skripsi ini diakhiri daftar pustaka dan lampiranlampiran sebagai pendukung di dalam pemenuhan kelengkapan data skripsi.