7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut Diknas (Prastowo, 2011) Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Dan tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai. Menurut Trianto (2009) Lembar Kerja Siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar Kerja Siswa biasanya berupa petunjuk atau langkahlangkah untuk menyelesaikan tugas. Menurut Prastowo (2011), LKS yaitu materi yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS siswa akan mendapatkan materi, ringkasan dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, siswa juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi secara tugas yang berkaitan dengan materi tersebut. Berdasarkan penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan lembaran-lembaran kertas yang berisi materi, ringkasan, dan 7
8 petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. 2. Fungsi LKS Menurut Prastowo (2011) LKS memiliki fungsi antara lain: a. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan siswa. b. Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan. c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. d. Mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada siswa. 3. Tujuan penyusunan LKS Menurut Prastowo (2011) paling tidak penyusunan LKS memiliki tujuan antara lain: a. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan. b. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatakan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. c. Mempermudah pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa. 4. Unsur-unsur LKS sebagi bahan ajar Menurut Prastowo (2011) dilihat dari strukturnya LKS lebih sederhana dari modul, namun lebih kompleks dari pada buku. Bahan ajar LKS terdiri atas enam unsur utama meliputi judul, petunjuk belajar,
9 kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung seperti tugas atau langkah kerja, dan penilaian. Sedangkan bila dilihat dari formatnya, LKS memuat paling tidak delapan unsur, yaitu judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan. 5. Langkah-langkah menyusun LKS Langkah menyusun LKS menurut Prastowo (2011) adalah sebagai berikut: a. Menganalisis kurikulum Analisis kurikulum merupakan langkah awal dalam penyusunan LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang akan diajarkan. Selain itu juga harus mencermati kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa. b. Menyusun peta kebutuhan LKS Peta kebutuhan LKS bertujuan untuk mengetahui jumlah kebutuhan yang dapat dibuat. Untuk mengetahui jumlah tersebut maka harus menyiapkan apa saja yang dibutuhkan dalam menyusun LKS seperti: menganalisis SK, KD, indikator, dan teori singkat mengenai materi yang diambil yaitu Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Sehingga dapat diketahui berapa LKS yang akan dibuat.
10 c. Menentukan judul LKS Setelah menentukan materi untuk tiap LKS maka dapat dibuat judul masing-masing LKS sesuai dengan isi materinya. d. Penulisan LKS 1) Rumusan SK, KD, dan idikator LKS. Indikator adalah cerminan dari pencapaian kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa setelah mereka melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perumusan SK, KD, Indikator diambil dari buku pedoman khusus yaitu silabus. 2) Menentukan alat penilaian. Alat penilaian dapat berupa tes pilihan ganda atau essay. Penggunaan alat penilaian ini disesuaikan dengan kebutuhan karena masing-masing alat tes ini mempunyai kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri. Alat tes yang nantinya digunakan berupa soal essay yang memuat konsep-konsep materi yang diambil. 3) Menyusun materi. Menurut Trianto (2009) materi pembelajaran hakekatnya berisikan butir-butir bahan pembelajaran pokok-pokok yang dibutuhkan siswa untuk mencapai suatu KD. e. Memperhatikan Struktur LKS Penyusunan LKS hendaknya memperhatikan unsur-unsur pokok yang terdapat dalam LKS. Ada enam unsur pokok yang terdapat pada
11 LKS yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi yang dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas serta penilaian. 1. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanan kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran yang ada pada umumnya sangat banyak, salah satunya model pembelajaran Auditor, Intellectually, Repetition (AIR). Model pembelajaran ini memiliki tiga unsur yaitu: a. Auditory Auditory yang berati bahwa belajar haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Menurut Meier (2002) ada beberapa gagasan untuk meningkatkan unsur auditory dalam belajar, diantaranya: 1) Mintalah siswa untuk berpasangan, mendiskusikan secara terperinci apa yang baru mereka pelajari dan bagaimana menerapkannya. 2) Mintalah siswa untuk mempraktikkan suatu keterampilan atau memperagakan suatu konsep sambil mengucapkan secara terperinci apa yang sedang mereka kerjakan. 3) Mintalah siswa untuk berkelompok dan berbicara saat menyusun pemecahan masalah.
12 Auditory dalam proses pembelajaran juga dapat ditingkatkan melalui pembentukan kelompok belajar. Dengan adanya kelompok belajar siswa dapat saling berinteraksi untuk menukar informasi dan bekerja sama dalam pemahaman konsep materi yang dipelajari. b. Intellectually Meier (2002) menafsirkan intellectually sebagai bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Lebih lanjut Meier mendefinisikan intellectually adalah penciptaan makna dalam pikiran, sarana yang digunakan untuk berfikir, menyatakan pengalaman, menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Meier menambahkan bahwa aspek dalam intellectually dalam belajar akan terlatih jika siswa dilibatkan dalam aktifitas seperti: memecahkan masalah, menganilisis pengalaman, mengerjakan perencanaan strategis, melahirkan gagasan kreatif, mencari dan menyaring informasi, menemukan pertanyaan, menerapkan gagasan baru, menciptakan makna pribadi dan meramalkan implikasi suatu gagasan. Melihat berbagai aspek di atas guru harus mampu merangsang, mengarahkan, memelihara dan mengoptimalkan kemampuan siswa demi tercapainya Kompetensi Dasar secara maksimal. Sehingga proses pembelajaran akan lebih efektif.
13 c. Repetition Repetition berarti pengulangan diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan luas. Menurut Trianto (2007) masuknya informasi ke dalam otak yang diterima melalui proses penginderaan akan masuk ke dalam memori jangka pendek, penyimpanan informasi dalam memori jangka pendek memiliki jumlah dan waktu yang terbatas. Proses mempertahankan informasi ini dapat dilakukan dengan adanya kegiatan pengulangan informasi yang masuk ke dalam otak. Dengan adanya latihan dan pengulangan akan membantu dalam proses mengingat, karena semakin lama informasi itu tinggal dalam memori jangka pendek, maka semakin besar kesempatan memori tersebut ditransfer ke dalam memori jangka panjang. Hal ini menandai pentingnya pengulangan. Pengulangan yang dilakukan tidak berarti dilakukan dengan bentuk pertanyaan ataupun informasi yang sama, melainkan dalam bentuk informasi yang bervariatif sehingga tidak membosankan. Melalui pemberian soal dan tugas, siswa akan mengingat informasi-informasi diterimanya dan terbiasa untuk menyelesaikan permasalahanpermasalahan matematis. Dimyati (2010) mengemukakan bahwa ada tiga teori yang menekankan pentingnya pengulangan, yaitu: 1) Teori psikologi daya. Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat,
14 mengkhayal, dan berfikir. Dalam proses belajar, semakin sering materi pelajaran diulangi maka semakin ingat dan melekat pelajaran itu dalam diri seseorang. 2) Teori psikologi asosiasi atau koneksionisme yang dikembangkan oleh Edward L. Thordike. Dengan hukum belajarnya law of exercise yang mengungkapkan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulasi dan respon. Sehingga pengulangan terhadap pengalamanpengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar. Seperti pepatah, latihan menjadikan benar. 3) Teori psikologi conditioning respon. Merupakan pengembangan dari teori belajar koneksionisme yang menyebutkan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulasi dan respon atau stimulus yang dikondisikan. Menurut teori ini perilaku individu dapat dikondisikan. Pengulangan beberapa kali dalam belajar dapat membantu proses pemahaman yang mendalam dan mengatasi lupa, selain itu pengulangan diharapkan dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti, sehingga pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, pengulangan dengan informasi yang berbeda akan semakin memperluas pemahaman.
15 Dari ketiga unsur di atas diambil prinsip-prinsip dari model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) yaitu: Tabel 2.1 Prinsip-prisip model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) No Aspek Prinsip 1 Auditory Belajar dengan menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi 2 Intellectually Belajar dengan menalar, mencipta, memecahkan masalah dan menerapkan 3 Repetition Belajar dengan latihan dan pengulangan 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) LKS yang dikembangkan dengan berbasis Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) ini diawali dengan mempelajari standar kompetensi kemudian dijabarkan menjadi beberapa indikator belajar, setelah itu menentukan materi pokok dan materi yang diambil yaitu Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. a. Aspek yang mendasari: 1) Auditory yaitu Belajar dengan menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. 2) Intllectually yaitu Belajar dengan menalar, mencipta, memecahkan masalah dan menerapkan. 3) Repetition yaitu Belajar dengan latihan dan pengulangan.
16 b. Desain pengembangan LKS Menurut Prastowo (2011) adapun batasan umum yang dapat dijadikan pedoman pada saat menentukan desain LKS adalah sebagai berikut: 1) Ukuran Gunakanlah ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran yang diharapkan. 2) Kepadatan halaman Dalam hal ini kita harus mengusahakan agar halaman tidak terlalu dipadati dengan tulisan. Sebab, halaman yang terlalu padat akan mengakibatkan siswa sulit memfokuskan perhatian. 3) Penomoran Penomoran materi juga tidak boleh dilupakan dalam mendesain LKS. Sebab, dengan adanya penomoran, bisa membantu siswa terutama bagi yang kesulitan menentukan mana judul, mana subjudul dan mana anak subjudul dari materi yang diberikan dalam LKS. Hal ini akan menimbulkan kesulitan bagi siswa ungtuk memahami materi secara keseluruhan. 4) Kejelasan Pastikan bahwa materi dan instruksi yang deberikan dalam LKS dapat dengan jelas dibaca oleh siswa. Sesempurna apapun materi yang disiapkan tetapi jika siswa tidak mampu membacanya dengan jelas, maka LKS tidak akan memberikan hasil yang
17 maksimal. Misalnya hasil cetakan yang dibuat tembus sampai halaman yang sebaliknya, hal itu tentu sangat mengganggu kenyamanan saat membacanya. Oleh karena itu, pastikan bahwa cetakan dihalaman yang satu tidak menembus ke halaman sebaliknya.