PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA VI ANALISIS EKONOMI II. Disusun Guna Memenuhi Tugas Perencanaan Wilayah Dosen pengampu : Rita Noviani, S.Si, M.

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang berada di

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

Kawasan Cepat Tumbuh

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

Analisis Isu-Isu Strategis

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

8.1. Keuangan Daerah APBD

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA IV ANALISIS PERKEMBANGAN DAN DAYA DUKUNG WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Produk Domestik Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

Transkripsi:

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan yang terdapat di Kabupaten Boyolali. Sektor pertanian memiliki beberapa sub sektor antaralain pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan. Dalam penelitian ini lebih memfokuskan ke sub sektor pertanian. Sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar nilai PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Kabupaten Boyolali. Nilai PDRB merupakan salah satu indikator yang mencerminkan kondisi ekonomi suatu wilayah. Tinggi rendahnya nilai PDRB tidak terlepas dari peranan tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Boyolali paling banyak dibandingkan sektor lainnya. Pada saat ini tenaga kerja sektor pertanian mengalami pergeseran ke sektor non pertanian. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu melakukan penelitian terkait dengan produktivitas dan kontribusi tenaga kerja sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis produktivitas tenaga kerja sektor pertanian, 2) Mengetahui lokasi wilayah yang memiliki nilai produktivitas tenaga kerja sektor pertanian tinggi, 3) Menganalisis kontribusi tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Boyolali. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan perhitungan menggunakan data skunder dari instansi pemerintahan. Data yang digunakan meliputi (1) Data tenaga kerja sektor pertanian; (2) Data PDRB Kabupaten Boyolali perkecamatan tahun 2010. Hasil penelitian ini adalah (1) Produktivitas tenaga kerja sektor pertanian mayoritas bernilai sangat rendah. Nilai produktivitas tenaga kerja ini mencerminkan bahwa kondisi ekonomi tenaga kerja petani sangat rendah; (2) Kecamatan yang mempunyai nilai produktivitas tenaga kerja sektor pertanian tinggi adalah Kecamatan Musuk dengan nilai 17353, karena kecamatan tersebut memiliki nilai PDRB kecamatan yang tinggi. Nilai PDRB yang tinggi didukung oleh penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang maksimal; (3) Kontribusi tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Boyolali belum merata, hal tersebut disebabkan oleh masih rendahnya sumberdaya manusia di wilayah tersebut. Nilai kontribusi tenaga kerja mayoritas dibawah rata rata yakni 1, 37. Untuk meningkatkan produktivitas dan kontribusi tenaga kerja sektor pertanian Kabupaten Boyolali, pemerintah daerah sebaiknya memberikan kebijakan dalam peningkatan perbaikan pembangunan sumberdaya manusia dan peningkatan taraf hidup tenaga kerja pertanian. Kata kunci: Kontribusi, Produktivitas, Tenaga Kerja, Sektor Pertanian. PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang unggulan di Kabupaten Boyolali. Sektor pertanian merupakan penyedia pangan masyarakat. Oleh karena 716

itu percepatan pembangunan pertanian berperan penting dalam penyediaan pangan yang cukup dan terjangkau oleh masyarakat (Supriyati dkk, 2005). Sektor pertanian dalam arti luas (termasuk subsektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan) merupakan salah satu sektor penting sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Sektor pertanian dalam arti luas menyerap lebih dari 35% angkatan kerja. Selain itu, sektor pertanian dalam arti luas juga merupakan penghasil bahan baku bagi sektor industri, selain juga sebagai pengguna input yang dihasilkan oleh sektor industri, serta pengguna dari sektor jasa angkutan dan perdagangan (Hermanto dkk, 2016). Sektor pertanian berperan dalam perekonomian nasional Indonesia melalui PDB (Produk Domestik Bruto), perolehan devisa, penyediaan pangan, dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat (Lokollo dkk, 2007). PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. Besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat bergantung kepada potensi sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut (Sulaksono, 2015). Sektor pertanian memiliki kontribusi besar dalam menyumbang nilai Pendapatan Domestik Bruto dan penyerapan tenaga kerja di pedesaan. Setiap tahunnya nilai PDRB mengalami kenaikan. Nilai PDRB Kabupaten Boyolali menurut lapangan usaha ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) sektor pertanian dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu 4,24%. Sektor pertanian memiliki nilai tertinggi dibandingkan sektor lainnya, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Nilai PDRB di sektor pertanian yang tinggi tidak terlepas dari dukungan jumlah tenaga kerja sektor pertanian. Penggunaan tenaga kerja yang penuh, produktif dan memberikan imbalan serta penghargaan yang layak mempunyai peranan menentukan bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial jangka panjang. Tenaga kerja tidak hanya sebagi subyek yang melakukan segala kegiatan pembangunan, akan tetapi juga penting karena pendapatan yang mereka peroleh dari pekerjaan akan memberikan daya beli masyarakat dan seterusnya menimbulkan permintaan efektif mengenai barang dan jasa yang dihasilkan dalam pembangunan (Soeroto, 1983). Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Boyolali cukup besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Tenaga kerja yang menduduki urutan pertama jumlahnya adalah lapangan kerja lainnya, kemudian pertanian. Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Boyolali disajikan pada tabel 2. 717

Tabel 1. PDRB ADHK Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2012 Lapangan Usaha 2010 2011 2012 Pertanian 1.372.706 1.393.456 1.430.876 Pertambangan Dan Penggalian 46.205 48.591 50.447 Industri Pengolahan 691.493 733.294 777.201 Listrik, Gas Dan Air Bersih 58.091 60.888 63.399 Bangunan/Kontruksi 127.108 136.227 144.967 Perdagangan, Hotel Dan Restoran 1.032.517 1.113.896 1.203.141 Angkutan Dan Komunikasi 117.079 127.982 139.555 Perbankan Dan Lembaga Keuangan 270.962 286.277 306.488 Jasa jasa 531.888 571.606 609.484 Jumlah 4.248.049 4.472.217 4.725.558 Sumber: Boyolali Dalam Angka Tahun 2013, BPS Tabel 2. Tenaga Kerja Setiap Sektor Di Kabupaten Boyolali Tahun 2013 No Lapangan Pekerjaan Jumlah 1 Pertanian 269.946 2 Perkebunan 17.851 3 Perikanan 1415 4 Peternakan 63.034 5 Industri Pengolahan 53.242 6 Perdagangan 52.353 7 Jasa 51.617 8 Angkutan 12.643 9 Lainnya 316.967 Total 839.068 Sumber: Boyolali Dalam Angka Tahun 2013, BPS Dengan Modifikasi Dalam penelitian ini tenaga kerja sektor pertanian yang akan diteliti adalah lebih fokus pada kombinasi antara pertanian tanaman pangan dan pertanian lainnya. Jumlah tenaga kerja di sektor pertanian sebesar 269.946 jiwa. Tenaga kerja sektor di Kabupaten Boyolali terdiri atas dua macam yaitu pertanian tanaman pangan dan pertanian lainnya. Produktivitas dan kontribusi tenaga kerja dalam sektor pertanian sangat mendukung untuk peningkatan hasil komoditas pertanian. Komoditas pertanian terbesar di Kabupaten Boyolali meliputi padi, jagung dan ubi kayu. Pada tahun 2013 produksi panen tanaman padi sawah sebesar 244.736 ton, padi ladang hasil panennya sebesar 22.486 ton, produksi jagung sebesar 123.315 ton, dan produksi ubi kayu adalah 81.880 ton. Sektor pertanian berperan dalam mendorong pembangunan pertanian yang berfungsi sebagai penggerak moda perekonomian khususnya di daerah pedesaan. Dalam pembangunan pertanian memerlukan perencanaan untuk meningkatkan komoditas di sektor pertanian. Pembangunan pertanian berpengaruh terhadap transformasi struktur sosial ekonomi masyarakat. 718

Transformasi struktur sosial ekonomi ditunjukkan oleh besaran sumbangan tenaga kerja dan nilai PDRB. Permasalahan yang terjadi di Kabupaten Boyolali sekarang ini adalah adanya pergeseran tenaga kerja sektor pertanian ke non pertanian. Hal ini terjadi karena banyaknya industri garmen yang tumbuh menjamur di Kabupaten Boyolali, sehingga untuk mempertahankan sektor pertanian sebagai sektor unggulan dan menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Boyolali dengan cara meningkatkan sumberdaya manusia serta mengetahui produktivitas dan kontribusi tenaga kerja sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis produktivitas tenaga kerja sektor pertanian, 2) Mengetahui lokasi wilayah yang memiliki nilai produktivitas tenaga kerja sektor pertanian tinggi, 3) Menganalisis kontribusi tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Boyolali. METODE Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif lebih menekankan pada produk. Terdapat dua macam metode kuantitatif yaitu (1) metode kuantitatif yang mengaplikasikan metode metode statistik; dan (2) metode kuantitatif untuk menyusun model matematis murni (Yunus, 2016). Penelitian ini lebih mengarah menggunakan model matematis murni. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder yang berasal dari instansi pemerintahan. Data skunder tersebut antaralain (1) Data tenaga kerja sektor pertanian Kabupaten Boyolali, sumber BPS tahun 2013; (2) Data PDRB perkecamatan Kabupaten Boyolali tahun 2010, sumber BPS. Teknis analisis yang digunakan adalah perhitungan menggunakan formula produktivitas tenaga kerja, kontribusi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), proporsi tenaga kerja sektoral, dan kontribusi tenaga kerja. Untuk mengetahui sebaran lokasi baik hasil produktivitas tenaga kerja maupun distribusi tenaga kerja melalui analisis spasial dengan menggunakan software ArcGIS. Formula perhitungan sebagai berikut: a. Produktivitas Tenaga Kerja (PTA) PTA = Nilai Tambah Output Sektoral (PDRB) Jumlah Tenaga Kerja Sektoral b. Kontribusi Sektor Terhadap PDB (x) x = PDRB perkapita Σ PDRB c. Proporsi Tenaga Kerja Sektoral (y) y = Tenaga Kerja Pertanian Σ Tenaga Kerja d. Kontribusi Tenaga Kerja (KTP) KTP = Kontribusi Sektor Terhadap PDB Proporsi Tenaga Kerja Sektoral Sumber: Muta ali, 2015 719

HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Tenaga Kerja Pertanian Produktivitas tenaga kerja pertanian yang paling tinggi adalah kecamatan Musuk dengan nilai 17353, sedangkan yang nilai paling rendah adalah kecamatan Kemusu sebesar 2387. Rata rata nilai produktivitas tenaga kerja pertanian di Kabupaten Boyolali adalah 6574. Kecamatan yang berada dibawah rata rata produktivitas tenaga kerja pertanian antaralain Selo, Ampel, Cepogo, Teras, Sambi, Nogosari, Simo, Karanggede, Klego, Andong, Kemusu, Wonosegoro, dan Juwangi. Untuk mengetahui sebaran lokasi produktivitas tenaga kerja pertanian disajikan pada gambar 5 (lampiran). Produktivitas tenaga kerja mengindikasikan tingkat pendapatan tenaga kerja, sehingga semakin tinggi produktivitas semakin baik kondisi ekonomi tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja menunjukkan nilai Rp yang diterima setiap pekerja yang bekerja di sektor tersebut. Semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, semakin baik pendapatan dan kondisi ekonomi (Muta ali, 2015). Berdasarkan gambar 1. dapat diasumsikan bahwa kondisi ekonomi tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Boyolali buruk dan pendapatannya rendah. Kondisi ekonomi yang baik dan pendapatan tenaga kerja pertanian tinggi berada di kecamatan Musuk dan Ngemplak. Produktivitas tenaga kerja tentukan oleh jumlah tenaga sektor pertanian dan PDRB sektor pertanian yang dihasilkan. Semakin tinggi PDRB sektor pertaniannya dan jumlah tenaga kerja sektor pertanian rendah, maka produktivitas tenaga kerja sektor pertanian tinggi. Sebaliknya, apabila jumlah tenaga kerja sektor pertanian tinggi, sedangkan PDRB sektor pertanian yang dihasilkan kecil maka produktivitas tenaga kerjanya rendah. Produktivitas tenaga kerja yang tinggi mendorong pekerja untuk menghabiskan waktunya untuk bekerja. Namun, perilaku pekerja dalam mengalokasikan waktu kerja tidak hanya dipengaruhi produktivitas tenaga kerja, tetapi dipengaruhi juga oleh peubah-peubah sosial ekonomi antara lain : struktur pasar tenaga kerja, ketersediaan kesempatan kerja, karakteristik demografi rumahtangga, tingkat ketrampilan, pengalaman kerja dan penguasaaan/pemilikan atas faktor-faktor produksi (Supriyati dkk, 2005). Besarnya alokasi waktu untuk bekerja di sektor pertanian dipengaruhi oleh faktor luas lahan pertanian yang digarap, besarnya upah pekerja, dan status garapan. Produktivitas tenaga kerja yang rendah salah satu penyebabnya adalah areal lahan pertanian tidak dapat diperluas lagi, sedangkan jumlah tenaga kerja yang tersedia banyak, sehingga secara tidak langsung penyerapan tenaga kerjanya rendah. Peningkatan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian memerlukan strategis yaitu optimalisasi penggunaan lahan melalui peningkatan intensitas tanaman, pengembangan usahatani komoditas komersial yang bersifat padat tenaga kerja, usaha-usaha konsolidasi lahan dan managemen usahatani, serta pengembangan agroindustri berbasis bahan baku setempat harus menjadi prioritas pemerintah daerah dalam kerangka otonomi daerah. Terdapat beberapa kebijakan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja antaralain 720

(1) Pembangunan prasarana jalan dan sarana transportasi yang akan meningkatkan keterkaitan desa (pertanian) - kota (tujuan pasar), sehingga mobilitas tenaga kerja meningkat; (2) Penyediaan fasilitas pasca panen, industri pengolahan dan infrastruktur pemasaran di tingkat desa, sehingga kesempatan kerja dan nilai tambah dari kegiatan tersebut dapat dinikmatu oleh masyarakat pertanian di pedesaan; dan (3) Penyediaan pusat pelayanan informasi khususnya informasi pasar (harga, tujuan-tujuan pasar, daya serap pasar dan lain-lain) (Supriyati dkk, 2005). Produktivitas Tenaga Kerja Pertanian 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 Gambar 1. Grafik Produktivitas Tenaga Kerja Pertanian Kabupaten Boyolali Tahun 2013 Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDB Penggunaan PDB ditingkat regional sebagai indikator perekonomian disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai-nilai dalam PDRB menggambarkan kinerja perekonomian makro di tingkat regional pada periode tertentu. Dalam struktur PDB Indonesia, pertanian masih menjadi lapangan usaha utama karena peran sektor tersebut yang strategis. Tidak hanya menjadi sumber produksi pangan dan penyumbang nilai PDB, sektor pertanian juga sebagai penampung tenaga kerja yang besar (Hermanto dkk, 2016). Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB di Kabupaten Boyolali rata rata nilainya adalah 0,35 atau 35%. Nilai kontribusi tersebut tergolong kategori sedang. Kontribusi terbesar sektor pertanian terhadap PDB adalah kecamatan Selo, karena didukung oleh ketersediaan tenaga kerja sektor pertanian yang jumlahnya besar dan lahan pertanian masih luas. Nilai paling rendah adalah kecamatan Boyolali disebabkan oleh serapan tenaga kerja sektor pertanian kecamatan Boyolali rendah dan terjadi konversi lahan. Untuk mencegah terjadinya penurunan jumlah kontribusi 721

sektor pertanian terhadap PDB sebaiknya pemerintah Kabupaten Boyolali menjamin ketersedian pangan dengan memberikan harga bahan pangan pertanian yang terjangkau bagi masyarakat. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDB 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 Gambar 2. Grafik Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDB Kabupaten Boyolali Tahun 2013 Proporsi Tenaga Kerja Sektor Pertanian Proporsi tenaga kerja sektor pertanian merupakan perbandingan antara jumlah tenaga kerja sektor pertanian dengan jumlah tenaga kerja di seluruh sektor. Hasil proporsi tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Boyolali rata rata nilainya adalah 0,346. Nilai proporsi tersebut tergolong rendah, karena jika dipersentasekan nilainya masih berada dibawah 50%, sehingga jumlah tenaga kerja sektor pertanian tidak mendominasi jumlah tenaga kerja di seluruh sektor. Proporsi tenaga kerja sektor pertanian yang tertinggi adalah kecamatan Selo sebesar 0,66. Kecamatan Selo mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani, karena di dukung oleh penggunaan lahan pertanian yang masih mendominasi di wilayah tersebut. Nilai proporsi tenaga kerja sektor pertanian paling rendah adalah kecamatan Ngemplak. Kecamatan Ngemplak merupakan salah satu wilayah yang sangat berkembang di Kabupaten Boyolali. Letak kecamatan Ngemplak yang strategis yaitu sebelah timur berbatasan dengan Kota Surakarta dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, mengakibatkan sektor perdagangan dan jasa lebih maju dibandingkan sektor pertanian, sehingga jumlah tenaga kerja sektor pertanian di kecamatan Ngemplak proporsinya kecil. 722

Proporsi Tenaga Kerja Sektor Pertanian 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Gambar 3. Grafik Proporsi Tenaga Kerja Sektor Pertanian Kabupaten Boyolali Tahun 2013 Kontribusi Tenaga Kerja Sektor Pertanian Kontribusi tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Boyolali dilhat dari gambar 4, terjadi ketidak seimbangan distribusinya. Jumlah kontribusi tenaga kerja sektor pertanian paling tinggi berada di kecamatan Ngemplak dengan nilai 4,44, sedangkan kontribusi yang paling rendah berada di kecamatan Simo sebesar 0,56. Kontribusi tenaga kerja di Kecamatan Ngemplak memiliki nilai tertinggi dari seluruh kecamatan. Nilai kontribusi di Kecamatan Ngemplak tinggi karena proporsi tenaga kerjanya kecil, namun PDB yang dihasilkan besar. Proporsi tenaga kerja berjumlah sedikit dengan didukung oleh tingginya produktivitas tenaga kerja akan menyebabkan tingginya nilai PDB yang diperoleh daerah. Nilai kontribusi tenaga kerja yang paling rendah berada di Kecamatan Simo. Proporsi tenaga kerja sektor pertanian di wilayah kecamatan tersebut tergolong tinggi, dan PDRB yang diperoleh juga besar, namun kontribusi tenaga kerjanya rendah karena produktivitas tenaga kerja kecamatan tersebut kecil. Gambar 4 menggambarkan bahwa masih banyak wilayah kecamatan di Kabupaten Boyolali yang kontribusi tenaga kerjanya rendah. Nilai rata rata kontribusi tenaga kerja pertanian adalah 1,37. Kecamatan yang memiliki nilai dibawah rata rata meliputi Selo, Cepogo, Teras, Banyudono, Simo, Karanggede, Klego, Andong, Kemusu, dan Wonosegoro. Salah satu penyebab kontribusi tenaga kerja sektor pertanian yang rendah, biasanya penyerapan tenaga kerjanya kurang maksimal di bidang pertanian. Untuk mengetahui sebaran lokasi kontribusi tenaga kerja sektor pertanian disajikan pada gambar 6 (lampiran). Penyerapan tenaga kerja diakibatkan oleh kurangnya sumberdaya pembangunan manusia di wilayah Kabupaten Boyolali. Wilayah Kabupaten Boyolali sebagian besar masih terdapat lahan pertanian sehingga Pemerintah Kabupaten Boyolali sebaiknya memberikan penyuluhan pertanian dan sumbangan pupuk serta alat pertanian lainnya untuk mendukung peningkatan dalam kontribusi tenaga kerja di sektor pertanian. 723

Kontribusi Tenaga Kerja Sektor Pertanian 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Gambar 4. Grafik Kontribusi Tenaga Kerja Sektor Pertanian Kabupaten Boyolali Tahun 2013 KESIMPULAN 1. Produktivitas tenaga kerja sektor pertanian mayoritas bernilai sangat rendah. Nilai produktivitas tenaga kerja ini mencerminkan bahwa kondisi ekonomi tenaga kerja petani sangat rendah; 2. Kecamatan yang mempunyai nilai produktivitas tenaga kerja sektor pertanian tinggi adalah Kecamatan Musuk dengan nilai 17353, karena kecamatan tersebut memiliki nilai PDRB kecamatan yang tinggi. Nilai PDRB yang tinggi didukung oleh penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang maksimal; 3. Kontribusi tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Boyolali belum merata, hal tersebut disebabkan oleh masih rendahnya sumberdaya manusia di wilayah tersebut. REFERENSI Badan Pusat Statistik. 2013. Boyolali Dalam Angka Tahun 2013. Boyolali Hermanto, dan Hardono, Gatoet S. 2016. Dinamika PDB Sektor Pertanian Dan Pendapatan Petani. Hasil Penelitian Panel Petani Nasional. Pusat.Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, PSE-KP, Badan Litbang Pertanian. Bogor. Lokollo, Erna. M., dan Friyatno, S. 2007. Peran Sektor Pertanian Dalam Pendapatan Rumah Tangga. Hasil Penelitian Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. PSE-KP, Badan Litbang Pertanian. Bogor. 724

Muta ali, Lutfi. 2015. Teknik Analisis Regional. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali. 2010. Tabel Domestik Regional Bruto Beserta Prosentase Di Kabupaten Boyolali Tahun 2010. Boyolali Sulaksono, Agus. 2015. Analisis Produk Domestik Regional Bruto, Investasi, Tenaga Kerja Sektor Pertambangan Terhadap Tingkat Kemiskinan Indonesia. Jakarta: Universitas Gunadarma. Supriyati,. Saptana., dan Sumedi. 2005. Dinamika Ketenagakerjaan Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Pedesaan Jawa (Kasus di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur). Hasil Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor. Soeroto. 1983. Strategi Pembangunan Dan Perencanaan Tenagakerja. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Yunus,Hadi Sabari. 2016. Metodologi Penelitian Wilayah Kotemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 725

LAMPIRAN Gambar 5. Peta Produktivitas Tenaga KerjaSektor Pertanian Kabupaten Boyolali Tahun 2013 726

Gambar 6. Peta Kontribusi Tenaga Kerja Sektor Pertanian Kabupaten Boyolali Tahun 2013 727