PEMBERIAN VERMIKOMPOS PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI KOMPOS KULIT BUAH KAKAO PADA BIBIT TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

PEMBERIAN PUPUK VERMIKOMPOS PADA BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre)

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH INTERVAL PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Heveea brasiliensis) STUM MATA TIDUR

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) DENGAN APLIKASI TRICHODERMA sp DAN PUPUK MAJEMUK

PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK LIMBAH CAIR BIOGAS DENGAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BIBIT KELAPA SAWIT

PENGARUH KOMPOS LIMBAH SAYUR-SAYURAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre)

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

UJI BEBERAPA KONSENTRASI PUPUK CAIR Azolla pinnata PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN AWAL

PERTUMBUHAN BEBERAPA KLON BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA TANAH GAMBUT DAN PODSOLIK MERAH KUNING

APLIKASI TRICHOKOMPOS DAN PUPUK NPK PADA BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) DI MEDIUM GAMBUT

PENGARUH PUPUK NPK DAN KASCING TERHADAP PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) FASE MAIN NURSERY

UJI BERBAGAI DOSIS KOMPOS LIMBAH TATAL KARET TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET(Hevea brasiliensis) ASAL OKULASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak

UJI BEBERAPA JENIS KOMPOS PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) STUM MINI

PENGARUH PUPUK VERMIKOMPOS PADA TANAH INCEPTISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SAWI HIJAU (Brassica juncea L)

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

APLIKASI PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.) YANG DITANAM DIANTARA KELAPA SAWIT

Pemanfaatan Kompos Kulit Buah Kakao Pada Pertumbuhan Bibit Kakao Hibrida (Theobroma cacao L)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK NPK PADA MEDIUM GAMBUT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

WAKTU PERENDAMAN BENIH DENGAN AIR KELAPA MUDA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MATA TIDUR DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN AMPAS TEH

APLIKASI PUPUK PELENGKAP CAIR ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (brassica juncea L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

Givo Alzeri 1, Sampurno 2, Murniati 2 Departement of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Riau

PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TEH DAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PEMBERIAN AIR KELAPA MUDA DAN AIR CUCIAN BERAS PADA BIBIT KARET

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

PEMBERIAN KOMPOS TKKS DAN PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SELADA (Lactuca sativa) PADA TANAH INCEPTISOL DENGAN APLIKASI ABU CANGKANG KELAPA SAWIT

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

PENGARUH PEMBERIAN SLUDGE PABRIK KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (ElaeisguineensisJacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI SOLID PADA MEDIUM BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI MAIN NURSERY

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L) PADA INCEPTISOL DENGAN APLIKASI KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

APLIKASI DOSIS PUPUK VERMIKOMPOS PADA BIBIT TANAMAN GAHARU (Aquilaria malaccensis Lamk)

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS BERBAHAN DASAR DAUN PAITAN (Thitonia diversifolia)

APLIKASI HIJAUAN DAN KOMPOS Mucuna bracteata PADA TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)

Arizal Muhammad Bagus 1, Armaini 2, Fetmi Silvina 2 Departement of Agroteknologi, Faculty of Agriculture, University of Riau

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Lam.

APLIKASI KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DI PEMBIBITAN UTAMA

Effect Of Giving Composted Contains Cow Rumen and NPK Fertilizer On The Palm Oil Seed Growth (Elaeis guineensis Jacq.

PEMBERIAN LIMBAH CAIR BIOGAS PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) GIVING BIOSLURRY ON THE OF MUSTARD PLANT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU Hp

UJI PEMBERIAN KOMPOS Azolla microphylla PADA PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MINI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

Penggunaan Kompos Blotong dan Pupuk Nitrogen pada Pembibitan Kakao (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) DAN PUPUK UREA, TSP, KCL PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.

CP :

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS ABU BOILER PADA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PEMBIBITAN UTAMA (Main Nursery)

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT DI MAIN NURSERY

Shella A.J.W., Kajian Pemberian Pupuk Hijau Eceng Gondok Pada Tanah Gambut Terhadap Pertumbuhan

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA KONSENTRASI URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

APLIKASI PUPUK N,P,K DAN MINERAL ZEOLIT PADA MEDIUM TUMBUH TANAMAN ROSELLA (Hibisccus sabdariffa, L) By Oki Riandi, Armaini and Edison Anom

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

OPTIMALISASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PAKCOY (Brassicca rapa L) MELALUI APLIKASI BEBERAPA DOSIS PUPUK BOKASHI

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KOL BUNGA (Brassica oleraceae var botrytis L)

PEMBERIAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT (LCPKS) DAN NPK TABLET TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus

APPLICATION OF MANURE AND Crotalaria juncea L. TO REDUCE ANORGANIC FERTILIZER ON MAIZE (Zea mays L.)

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

(g/ kg gambut) D0(0) DI (10) D2 (20) D3 (30)

BAHAN METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN NIGHSOIL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PAK CHOY (Brassica chinensis L)

PENGARUH VOLUME MEDIA DALAM POLYBAG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

PENGUJIAN TRICHO-KOMPOS LIMBAH JAGUNG DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TANGGAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT KAKAO

UJI BEBERAPA DOSIS PUPUK VERMIKOMPOS PADA TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

Transkripsi:

PEMBERIAN VERMIKOMPOS PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) APPLICATION OF VERMICOMPOST ON THE GROWTH OF COCOA SEEDLING (Theobroma cacao L.) Rahmi Yulianda Fitri 1, Ardian 2, Isnaini 2 Program Studi Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Pekanbaru yuliandarahmi@gmail.com/081310189512 ABSTRACT This study aims to determine the effect and the best dose application of vermicompost on the growth of the cocoa plant seeds. The research was conducted at the experimental field of the Faculty of Agriculture, University of Riau, Tampan District, Pekanbaru. From May until August 2016. This study was conducted using a completely randomized design (RAL) non factorial with 6 treatments and three replications, in order to obtain 18 units of trial. Each experimental unit consisted of 3 seeds, so there are 54 seedlings. Parameters measured were seedling height, number of leaves, stem diameter, leaf area, the ratio of the canopy and root dry weight. Data were analyzed statistically using analysis of variance followed by fishers LSD test at level of 5%. The results showed that the dosing vermicompost fertilizer can improve seedling height, number of leaves, stem diameter, leaf area, dry weight and ratio of cacao seedling roots header. Vermicompost fertilizer dose of 10 ton / ha produced the highest growth in cocoa breeding. Keywords: cocoa, vermicompost 1 Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau1 2 Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017

PENDAHULUAN Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditi ekspor yang cukup potensial sebagai penghasil devisa negara, sehingga kakao mempunyai arti penting dalam perekonomian Indonesia sebagai penyedia bahan baku untuk industri kosmetik dan farmasi serta dapat membuka lapangan kerja bagi penduduk di daerah sentra produksi. Permintaan yang terus meningkat akibat dari pengembangan industri pengolahan biji kakao, harus diimbangi dengan peningkatan produksi kakao nasional. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kakao adalah dengan memperhatikan aspek budidaya dari tanaman kakao yang berawal dari pembibitan. Faktor medium tanam dalam pembibitan sangat perlu diperhatikan karena turut mempengaruhi pertumbuhan bibit. Pertumbuhan bibit yang baik akan menunjang pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman kakao. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian (2008) standar pertumbuhan bibit kakao yang baik yaitu telah mencapai tinggi minimal 20 cm, memiliki diameter batang minimal 0,5 cm dan memiliki jumlah daun minimal 10 helai pada saat bibit berumur 3-6 bulan. Foth (1984) menyatakan bahwa bibit tanaman menghendaki tanah gembur, subur dan kaya akan bahan organik. Penyediaan unsur hara secara optimal pada tahap pembibitan diperlukan untuk pertumbuhan bibit, sedangkan kapasitas tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman terbatas khususnya pada tanah inceptisol. Inceptisol merupakan tanah yang mempunyai ketersediaan hara yang rendah serta merupakan tanah yang kurang subur dan sedikit mengandung unsur hara makro dan mikro. Pemupukan merupakan salah satu upaya pemeliharaan tanaman kakao di pembibitan dengan tujuan memperbaiki kesuburan tanah melalui cara penambahan unsur hara, baik makro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao. Pemupukan dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik dan anorganik. Pupuk anorganik dapat meningkatkan pertumbuhan bibit, namun harganya masih tergolong mahal dan pemberian yang tidak tepat dapat mencemari lingkungan. Salah satu upaya mengurangi penggunaan pupuk anorganik adalah dengan penggunaan pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses dekomposisi oleh organisme. Penggunaan pupuk organik merupakan alternatif yang baik untuk menambah unsur hara tanah karena pupuk organik mudah didapat dan ramah lingkungan. Menurut Sutedjo (2010), pupuk organik berperan penting untuk menggemburkan tanah, meningkatkan populasi jasad renik, meningkatkan daya serap dan daya simpan air yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan adalah pupuk vermikompos. Vermikompos merupakan campuran kotoran cacing tanah (kascing) dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah, oleh karena itu vermikompos merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 2

keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos lain. Vermikompos ini memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan pupuk organik lainnya, kerena vermikompos kaya akan unsur hara makro dan mikro esensial serta mengandung hormon tumbuh tanaman seperti auksin, giberilin dan sitokinin yang mutlak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang maksimal (Marsono dan Sigit, 2001). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vermikompos dan menentukan dosis terbaik pada pertumbuhan bibit tanaman kakao. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan, Fakultas Pertanian Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM 12,5 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru dengan ketinggian 10 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan Mei sampai Agustus 2016. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah naungan, cangkul, meteran, ayakan, timbangan analitik, polybag 25 cm x 30 cm, gembor, label perlakuan, oven, amplop kertas, handsprayer, jangka sorong, parang, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao TSH 858 yang diperoleh dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit Sumatera Utara, vermikompos, top soil inseptisol, air, Urea, TSP, KCl, Insektisida Decis 25 EC dan Fungisida Dithane M-45. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) nonfaktorial yaitu Vermikompos (V). Dari faktor tersebut terdiri dari 6 perlakuan, masing-masing diulang sebanyak 3 kali, sehingga menghasilkan 18 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 3 bibit, maka dibutuhkan 54 bibit yang diamati. Adapun perlakuan vermikompos yang diuji yaitu : V 1 : 0 ton/ha (0 g/5 kg media) V 2 : 6 ton/ha (15 g/5 kg media) V 3 : 8 ton/ha (20 g/5 kg media) V 4 : 10 ton/ha (25 g/5 kg media) V 5 : 12 ton/ha (30 g/5 kg media) V 6 : 14 ton/ha (35 g/5 kg media) Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam atau analysis of variance (ANOVA).Hasil analisis ragam kemudian dianalisis lebih lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Analisis pertumbuhan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk grafik menggunakan MS-Excel 2007. Pelaksanaan penelitian yaitu persiapan tempat penelitian, persiapan media yaitu persiapan media persemaian, persiapan media pembibitan, penyemaian, pembibitan. Pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian gulma, penyulaman, pemberian air, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit (cm), jumlah daun (helai), diameter batang (cm), luas daun (cm 2 ), rasio tajuk dan akar dan berat kering bibit (g). JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 3

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Bibit Tabel 1. Tinggi bibit kakao umur 4 bulan dengan perlakuan vermikompos Dosis Vermikompos (ton/ha) Rerata Tinggi Bibit (cm) 0 26.90 dh 6 35.33 ch 8 38.33 bc 10 50.67 ad 12 41.23 bc 14 45.57 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%. Berdasarkan Tabel 1 pemberian vermikompos 10 ton/ha memberikan hasil tertinggi yaitu 50,67 cm, berbeda tidak nyata dengan pemberian vermikompos 14 ton/ha dan berbeda nyata dengan dosis 12 ton/ha. Hal ini disebabkan pemberian vermikompos 10 ton/ha dan 14 ton/ha cenderung lebih meningkatkan tinggi bibit tanaman kakao dibandingkan dengan dosis lainnya. Peningkatan tinggi bibit sangat dipengaruhi tersediaannya unsur hara yang dibutuhkan bibit, lingkungan yang menguntungkan dan baiknya serapan hara oleh bibit menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan bibit menjadi optimal melalui pemberian perlakuan. Pemberian pupuk dalam jumlah yang berlebih tidak mendorong perumbuhan untuk lebih aktif, tetapi menekan laju pertumbuhan tamanan. Menurut Salisburry dan Ross (1995), pertumbuhan tanaman akan optimal apabila unsur hara yang dibutukan tersedia dalam jumlah dan bentuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Simamora dan Salundik (2006) menyatakan bahwa vermikompos memiliki komposisi unsur hara yang lengkap serta dapat memberikan keuntungan ganda. Selain terhadap tersediannya hara makro dan mikro, juga secara fisik akan berperan terhadap perbaikan kondisi struktur tanah, daya simpan air, pertukaran udara (aerasi) dan kation hara serta meningkatkan peran mikroorganisme tanah. Pupuk vermikompos juga mengandung hormon auksin, giberelin dan sitokinin yang berperan terhadap tinggi tanaman. Menurut Lakitan (2010), auksin dapat memicu pembentukkan protein pada tanaman. Sitokinin berperan dalam merangsang pembelahan sel melalui peningkatan laju sintesa protein. Giberelin berperan dalam pembelahan sel pucuk batang terutama pada sel-sel meristematik dan meningkatkan laju fotesintesis yang memacu pertambahan tinggi pada tanaman. JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 4

Jumlah Daun Tabel 2. Jumlah daun bibit kakao pertanaman umur 4 bulan dengan perlakuan vermikompos Dosis Vermikompos (ton/ha) Rerata Jumlah Daun (helai) 0 12.63 dc 6 15.23 cd 8 18.33 bc 10 25.13 aa 12 19.10 bc 14 21.80 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%. Berdasarkan Tabel 2, pemberian vermikompos 10 ton/ha memberikan rata-rata jumlah daun tertinggi bibit kakao yaitu 25,13 helai/tanaman. Pemberian vermikompos 14 ton/ha yaitu 21,80 helai/tanaman berbeda tidak nyata dengan dosis 12 ton/ha. Hal ini diduga vermikompos telah terurai dengan baik pada dosis 10 ton/ha, dan diduga juga vermikompos telah dapat memberikan unsur hara bagi pertumbuhan bibit kakao. Musnawar (2003) mengemukakan bahwa dekomposisi pupuk organik mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kesuburan tanah. Pengaruh langsung disebabkan karena pelepasan unsur hara melalui mineralisasi, sedangkan pengaruh tidak langsung menyebabkan akumulasi pupuk organik tanah yang pada gilirannya akan meningkatkan penyediaan unsur hara bagi tanaman. Kandungan nitrogen yang terdapat di dalam vermikompos dimanfaatkan oleh tanaman kakao untuk pembelahan sel. Lingga dan Marsono (2001) menyatakan bahwa nitrogen dalam jumlah yang cukup berperan dalam mempercepat pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang dan daun. Pembelahan dan pembesaran sel akan memicu terbentuknya daun tanaman. Pupuk vermikompos mengandung hormon yang dibutuhkan tanaman. sitokinin dan auksin mempunyai peranan penting dalam kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas dan pertumbuhan akar. Peranan sitokinin dalam pembelahan sel tergantung pada adanya fitohormon lain terutama auksin (Werner et al, 2001). Hormon auksin yang terkandung didalam vermikompos berpengaruh sebagai penghambat peluruhan/perontokan daun. Sehingga jumlah daun bibit kakao akan selalu terjaga. Wattimena (1987) mengemukakan salah satu peran fisiologis auksin adalah menghambat peluruhan atau perontokan daun, bunga dan buah. Auksin dapat bereaksi pada tanaman untuk menghasilkan inhibitor bagi senyawa-senyawa tertentu. Pembentukan etilen dalam jumlah besar pada tanaman yang sedang tumbuh akan merangsang terjadinya abisi (peluruhan atau perontokan) dari berbagai macam organ tanaman. JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 5

Diameter Batang Tabel 3. Diameter batang bibit kakao umur 4 bulan dengan perlakuan vermikompos Dosis Vermikompos (ton/ha) Rerata Diameter Batang (cm) 0 0.71 c 6 0.80 bc 8 0.87 ab 10 1.02 a 12 0.92 ab 14 0.97 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%. Berdasarkan Tabel 3 pemberian vermikompos 10 ton/ha menunjukkan diameter batang tertinggi yaitu 1,02 cm dan berbeda tidak nyata dengan 3 perlakuan lainnya (8 ton/ha, 12 ton/ha, 14 ton/ha). Hal ini diduga pemberian vermikompos sudah dapat mencukupi pertumbuhan diameter batang bibit kakao. Pembesaran diameter batang dipengaruhi oleh kandungan unsur hara yang terkandung dalam vermikompos. Unsur hara yang terkandung dalam vermikompos seperti N, P, K dan Mg. Menurut Lingga dan Marsono (2001) unsur N, P dan K pada umumnya sangat diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan seperti batang, akar dan daun. Peningkatan diameter batang bibit tanaman kakao tidak terlepas dari peranan unsur hara yang diserap oleh tanaman. Menurut Lingga dan Marsono (2001), unsur N sangat penting untuk pertumbuhan vegetatif tanaman karena dapat merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Unsur K berfungsi menguatkan vigor tanaman yang dapat mempengaruhi besar diameter batang. Vermikompos juga mengandung hormon auksin dan giberelin yang dapat meningkatkan diameter batang bibit kakao. Menurut Wattimena (1987), hormon auksin dan giberelin dapat memacu pertumbuhan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang. Hakim et al. (1986) menyatakan bahwa perkembangan batang berhubungan dengan proses fisiologi tanaman seperti proses pembelahan sel, perpanjangan sel dan diferensiasi sel. Luas Daun Berdasarkan Tabel 4 pemberian vermikompos dengan dosis 10 ton/ha memberikan hasil tertinggi terhadap luas daun tanaman yaitu sebesar 232,66 cm 2 dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya, kecuali perlakuan tanpa pemberian vermikompos.. Lukikariati et al. (1996) menyatakan bahwa luas daun yang besar meningkatkan laju fotosintesis tanaman sehingga akumulasi fotosintat yang dihasilkan menjadi tinggi JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 6

Tabel 4. Luas daun bibit kakao umur 4 bulan dengan perlakuan vermikompos Dosis Vermikompos (ton/ha) Rerata Luas Daun (cm 2 ) 0 114.40 b 6 208.83 a 8 210.70 a 10 232.66 a 12 217.71 a 14 227.05 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%. Fotosintat yang dihasilkan mendukung kerja sel-sel jaringan tanaman dalam berdiferensiasi sehingga akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan bagian pembentukan tanaman seperti daun, batang dan akar. Pemberian pupuk vermikompos berpengaruh pada besarnya luas daun karena pupuk vermikompos mengandung mikroorganisme yang dapat memperbaiki sifat tanah sehingga membantu medium dalam menyediakan unsur hara yang siap untuk diserap oleh tanaman. Menurut Mashur (2001), vermikompos mengandung asam humat yang terlibat dalam reaksi kompleks secara tidak langsung meningkatkan kesuburan tanah yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Peningkatan luas daun dikarenakan oleh hormon tumbuh didalam vermikompos seperti Auksin, Sitokinin dan Giberelin yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Menurut Campbell (2003) hormon tumbuh tidak hanya memacu pemanjangan batang tetapi juga memacu pertumbuhan seluruh bagian tumbuhan termasuk akar dan daun. Peningkatan luas daun ini, dipengaruhi oleh Giberelin yang ada pada vermikompos. Menurut Salisbury dan Ross (1995) giberelin dapat mempengaruhi besarnya organ tanaman melalui proses pembelahan dan pembesaran sel. Oleh karena itu, pemberian vermikompos dosis 10 ton/ha diduga sudah mampu mengoptimalkan pertumbuhan luas daun bibit kakao. Pemberian vermikompos mampu menyumbangkan unsur hara bagi tanaman khususnya N dan K, sehingga unsur hara tersedia bagi tanaman dan menyebabkan laju fotosintesis meningkat serta fotosintat yang dihasilkan juga meningkat. Sutedjo (2010) menyatakan bahwa unsur hara N sangat berperan dalam perpanjangan dan pelebaran daun. Unsur N yang cukup dapat merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman diantaranya pertumbuhan lebar daun dan warna menjadi hijau. Menurut Lakitan (2010), tanaman yang tidak mendapat unsur hara N sesuai dengan kebutuhan haranya akan tumbuh kerdil dan daun yang terbentuk kecil, sebaliknya tanaman yang mendapatkan unsur hara N yang sesuai dengan kebutuhan akan tumbuh tinggi dan daun yang terbentuk lebar. JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 7

Rasio Tajuk Akar Tabel 5. Rasio tajuk akar bibit kakao umur 4 bulan dengan perlakuan vermikompos Dosis Vermikompos (ton/ha) Rerata Rasio Tajuk Akar 0 3.04 a 6 3.50 a 8 4.14 a 10 4.51 a 12 4.17 a 14 4.22 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%. Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian dosis vermikompos 10 ton/ha cenderung memberikan rasio tajuk akar tertinggi yaitu sebesar 4,51 sedangkan rasio tajuk akar terendah ditunjukkan dengan tanpa pemberian vermikompos yaitu sebesar 3,04. Hal ini diduga karena pada pembentukan tajuk (batang dan daun) serta pembentukan akar, unsur hara yang berperan dalam proses fotosintesis yang menghasilkan fotosintat yang digunakan pada pembentukan tajuk dan akar sudah tersedia dapat dikatakan mencukupi bagi tanaman untuk tumbuh lebih besar. Rasio tajuk akar merupakan faktor penting dalam pertumbuhan yang mencerminkan kemampuan dalam penyerapan unsur hara serta proses metabolisme yang terjadi pada tanaman. Terpenuhinya kebutuhan hara bagi tanaman sangat menentukan peningkatan rasio tajuk akar. Dwijosapoetro (1985) menyatakan bahwa suatu tanaman akan tumbuh dengan baik bila hara yang dibutuhkan cukup tersedia dalam bentuk yang mudah diserap oleh perakaran tanaman. Semakin membaiknya pertumbuhan tanaman maka akan dapat meningkatkan berat tanaman. Menurut Syarief (1985), ketersedian unsur hara yang diserap oleh tanaman merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga rasio tajuk akar dan akar sama-sama meningkat. Gardner dan Michell (1991) menyatakan bahwa jika unsur N yang diperlukan tanaman telah mencukupi maka metabolisme tanaman meningkat, salah satunya dalam proses fotosintesis dengan demikian translokasi fotosintat ke akar akan besar sehingga sistem perakaran tanaman mengikuti pertumbuhan tajuk. Tanaman mengalami peningkatan pada bagian tajuk karena pertumbuhan akar hanya sebatas untuk menyerap unsur hara, jika sudah terpenuhi maka akar akan berhenti berkembang. Nyakpa et al. (1988) menyatakan pada akar tanaman yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara sehingga pertumbuhan bagian atas tanaman lebih besar dari pada pertumbuhan akar dan hasil berat kering tajuk akar menunjukkan bagaimana penyerapan air dan unsur hara oleh akar yang ditranslokasikan ke tajuk tanaman. JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 8

Berat Kering Tabel 6. Berat kering bibit kakao umur 4 bulan dengan perlakuan vermikompos Dosis Vermikompos (ton/ha) Rerata Berat Kering (g) 0 3.42 c 6 12.00 bb 8 12.68 bb 10 18.55 ab 12 14.77 ab 14 16.10 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%. Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian pupuk vermikompos 10 ton/ha berbeda tidak nyata dengan dosis 14 ton/ha dan 12 ton/ha namun berbeda nyata dengan dosis lainnya. Pemberian pupuk vermikompos 10 ton/ha merupakan perlakuan terbaik yang menghasilkan berat kering terberat yakni 18,55 g. Peningkatan berat kering tanaman tercermin dari parameter tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, rasio tajuk akar yang memberikan hasil rata-rata tertinggi pada perlakuan yang sama yaitu pupuk vermikompos 10 ton/ha. Pemberian pupuk vermikompos dosis 10-14 ton/ha yang diaplikasikan pada tanaman kakao telah mampu memberikan peningkatan yang optimal terhadap berat kering tanaman kakao. Hal ini disebabkan tanaman dapat tumbuh dengan baik apabila hara yang diperlukan dalam proses metabolisme tersedia dalam jumlah yang cukup dan diserap dengan baik oleh tanaman sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman seperti tinggi bibit, jumlah daun dan perakaran menjadi lebih baik dan akan menunjang meningkatnya berat kering tanaman. Menurut Jumin (2002) ketersediaan unsur hara akan menentukan produksi berat kering tanaman yang merupakan hasil dari tiga proses yaitu proses penumpukan asimilat melalui proses fotosintesis, respirasi dan akumulasi senyawa organik. Hasil fotosintesis yang berupa karbohidrat digunakan oleh tanaman untuk perkembangan jaringan meristem (Harjadi, 2002). Perkembangan jaringan tersebut menyebabkan batang, daun dan akar semakin bertambah besar sehingga berat kering tanaman mengalami peningkatan juga. Berat kering yang terbentuk memperlihatkan banyaknya fotosintat sebagai hasil fotosintesis, karena bahan kering sangat tergantung pada laju fotosintesi dimana asimilat yang lebih besar memungkinkan pembentukan biomassa tanaman yang lebih besar. Menurut pendapat Dwijosepoetro (1996) berat kering tanaman mencerminkan status nutrisi tanaman karena berat kering tanaman tergantung pada jumlah, ukuran dan senyawa sel penyusun baik senyawa organik maupun senyawa anorganik. Berat kering merupakan ukuran pertumbuhan tanaman karena berat kering mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman. JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 9

Jumlah Daun Tinggi Bibit Pertumbuhan Pengamatan pertumbuhan dilihat melalui kurva pertumbuhan. Pertumbuhan bibit kakao pada karakter tinggi bibit, jumlah daun dan diameter batang bibit kakao TSH 858 disajikan pada gambar 1, 2 dan 3. cm 60 50 40 30 20 10 0 6 ton/ha 8 ton/ha 10 ton/ha 12 ton/ha 14 ton/ha 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Minggu Setelah Tanam MSS Gambar 1. Grafik tinggi bibit kakao yang diamati setiap 4 minggu mulai dari minggu ke-2 hingga minggu ke-18 pada berbagai dosis vermikompos helai 30 25 20 15 10 5 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Minggu Setelah Tanam 0 6 ton/ha 8 ton/ha 10 ton/ha 12 ton/ha 14 ton/ha MSS Gambar 2. Grafik jumlah daun bibit kakao yang diamati setiap 4 minggu mulai dari minggu ke-2 hingga minggu ke-18 pada berbagai dosis vermikompos JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 10

Diameter Batang cm 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0 6 ton/ha 8 ton/ha 10 ton/ha 12 ton/ha 14 ton/ha 0,2 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Minggu Setelah Tanam MSS Gambar 3. Grafik diameter batang bibit kakao yang diamati setiap 4 minggu mulai dari minggu ke-2 hingga minggu ke-18 pada berbagai dosis vermikompos Pertumbuhan tanaman adalah bertambahnya volume yang bersifat irrevesible atau tidak dapat balik. Besarnya pertumbuhan persatuan waktu disebut laju pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan proses kuantitatif yang dapat diukur. Perkembangan tumbuhan merupakan proses perubahan yang menyertai pertumbuhan, menuju tingkat pematangan atau kedewasaan makhluk hidup. Perkembangan merupakan proses kualitatif yang tidak dapat diukur (Srigandono, 1991). Berdasarkan gambar diatas kakao hingga berumur 18 minggu merupakan fase vegetatif. Laju pertumbuhan tanaman bibit kakao pada setiap minggunya mengalami peningkatan, dimana pada fase vegetatif pertumbuhan sel terus membelah pada bibit tanaman. Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva atau diagram pertumbuhan. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk sigmoid (Bentuk S). Salisbury dan Ross (1995) menyatakan terdapat tiga fase utama yang biasanya mudah dikenali yaitu fase logaritmik, fase linear dan fase penuaan. Srigandono (1991) menyatakan bahwa kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Fase logaritmik berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme. Secara umum pertumbuhan tanaman akan berlangsung cepat akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen. Gambar 1 memperlihatkan bahwa tinggi bibit 6 minggu pertama JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 11

meningkat cepat, pada minggu ke-6 sampai minggu ke-14 meningkat tetapi relatif lambat, kemudian meningkat terus sampai minggu ke- 18 hal ini karena pada fase vegetatif terdapat tiga aspek penting yaitu pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel yang berlangsung meningkat. Umur tanaman yang semakin besar menjadikan semakin cepat tumbuh karena adanya meristem yang menghasilkan sel sel baru yang kemudian membesar dan berdiferensiasi. Pemberian vermikompos dosis 10 ton/ha menunjukkan peningkatan tinggi tanaman yang baik. Dari gambar 1 menunjukkan bahwa bibit kakao mengalami pertambahan tinggi yang diduga karena tersediannya hara yang cukup untuk pertumbuhan. Pupuk vermikompos mengandung unsur hara essensial seperti N, P dan K yang dibutuhkan tanaman untuk proses fisiologi dan metabolisme hingga dapat meningkatkan laju pertambahan tinggi tanaman. Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa unsur N sangat dibutuhkan tanaman untuk sintesa asam-asam amino dan protein, terutama pada titik-titik tumbuh dan ujung-ujung tanaman sehingga meningkatkan tinggi tanaman. Menurut Hardjowigeno (2007) unsur P berperan dalam proses pembelahan dalam pembentukkan organ tanaman. Lakitan (2010) menyatakan unsur hara berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim essensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi serta enzim yang berperan dalam sintesis pati dan protein. Fotosintat yang dihasilkan tersebut digunakan tanaman untuk proses pembelahan sel tanaman, sehingga tanaman bertambah tinggi. Berdasarkan gambar 2, dari hasil pengamatan pada jumlah daun mengalami fase logaritmik. Bibit kakao pada 6 minggu pertama relatif lambat kemudian pertumbuhan meningkat pada minggu ke-6 sampai minggu 10 kemudian lambat lalu berangsur-angsur lebih cepat. Umur daun juga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman terkait pada tinggi rendahnya laju fotosintesis. Gambar 2 menunjukkan bibit kakao pada 14 ton/ha menunjukkan peningkatan jumlah daun yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan V4 10 ton/ha. Hal ini diduga penambahan unsur hara yang berlebih pada tanah menyebabkan terganggunya metabolisme pada bibit. Menurut Lakitan (2010) jika jaringan tanaman mengandungan unsur hara tertentu dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, maka dapat menyebabkan ketidakseimbangan penyerapan unsur hara lain pada proses metabolisme tanaman. Lakitan (2010) menambahkan umur tanaman berpengaruh terhadap pertambahan daun dan stadia perkembangan daun yang akan mempengaruhi laju fotosintesis. Menutur Harjadi (2002) jumlah daun berkaitan dengan tinggi tanaman karena pertambahan tinggi tanaman akan diikuti pertambahan nodus-nodus batang, dimana nodusnodus batang adalah tempat kedudukan daun. Berdasarkan gambar 3 diameter batang tanaman kakao memasuki fase logaritmik. Peningkatan terlihat begitu lambat mulai minggu ke-6 sampai minggu ke-14 kemudian ukuran bertambah sejalan dengan waktu mengalami peningkatan yang tajam pada minggu JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 12

ke-14 sampai 18. Menurut Salisbury dan Ross (1995), pertumbuhan diameter batang akibat pertumbuhan sel yang dihasilkan oleh kambium pembuluh. Leiwakabessy (1988) yang menyatakan bahwa unsur P dan K sangat berperan dalam meningkatkan diameter batang tanaman, khususnya dalam peranannya sebagai jaringan yang menghubungkan antara akar dan daun. Tersedianya unsur hara P dan K mengakibatkan pembentukan karbohidrat akan berjalan dengan baik dan translokasi pati ke batang akan semakin lancar, sehingga akan terbentuk batang yang baik. Fosfor dan Kalium berperan dalam membantu pembentukan organ tanaman. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemberian dosis pupuk vermikompos dapat meningkatkan tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, luas daun, rasio tajuk akar dan berat kering bibit tanaman kakao. 2. Pemberian pupuk vermikompos dosis 10 ton/ha (25 g/polybag) menghasilkan peningkatan pertumbuhan tertinggi pada pembibitan kakao. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk mendapatkan pertumbuhan tertinggi bibit kakao umur 1-4 bulan disarankan menggunakan pupuk vermikompos 10 ton/ha (25 g/5 kg media). DAFTAR PUSTAKA Campbell, Reece dan Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. 2008. Pedoman Umum Penyediaan Bibit Kakao. Dwijosaoetro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tanaman. PT. Gramedia Pustaka Utama, Foth, H. D. 1984. Dasar-dasar Ilmu Tanah (Terjemahan). John Wiley and Sons, Inc. Erlangga. Gardner, F. P. R. B Pear dan F. L. Mitaheel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Universitas Indonesia Press. 428 hal. Hakim, N., Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, G. B. Hong & H. H. Bailey. 1986. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Penerbit UNILA. Lampung. Harjadi, S. S. 2002. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademia Perssindo. Jumin, H. B. 2002. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali. JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 13

Lakitan, B. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Leiwakabessy, F.M. 1988. Kesuburan Tanah Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Lukikariati., S., L. P. Indriyani., A. Susilo dan M. J. Anwaruddinsyah. 1996. Pengaruh Naungan Kosentrasi Indo Butirat terhadap Pertumbuhan Batang Awash Manggis. Jurnal Hortikultura. Volume 6 (3) : 220-226. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Mashur, 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah) dan Pupuk Organik yang Ramah Lingkungan. Instalansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Mataram. Mataram. Marsono dan P. Sigit, 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Mulat, T. 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing: Pupuk Organik Berkualitas. Agromedia Pustaka. Musnawar, E. I. 2003. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Narta, I. K., 2002. Pengaruh penggunaan pupuk hayati biofer 2000-n dan pupuk organik kascing terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma Cacao. L). Program Studi Magister Pertanian Lahan Kering. Program Pasca Sarjana, Universitas Udayana. Denpasar. Nyakpa, Y. M., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong, N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Prawoto, A. 2006. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.). Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2010. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka. Rekhina, O., 2012. Pengaruh Pemberian Vermikompos Dan Kompos Daun Serta Kombinasinya Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi (Barssica juncea Toksakan ). Departemen Biologi. Fakultas MatematikaDan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta. Salisbury, F.B, Cleon. W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Diah. R. Lukmana. ITB. Bandung. JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 14

Sarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah. Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Simamora, Suhut dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agomedia Pustaka. Sinha, R. K., S. Agarwal, K. Chauhan, V. Chandran, B.K. Soni, 2010.Vermiculture technology reviving the dreams of sir charles darwin forscientific use of earthworms in sustainable development programs.technology and Investment 155-172. Siregar, T. H. S., S. Riyadi dan L. Nuraeni. 2002. Budidaya Coklat. Penebar Swadaya. Spillane, J. 1995. Komoditi Kakao, Peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. Srigandono, B. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Susanto, F. X. 2003. Tanaman Kakao (budidaya dan pengolahan hasil). Kanisius. Yogyakarta Sutedjo, M.M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Syarief, E. S. 1985. Pupuk dan Cara Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Triastuti, F. 2016. Pengaruh pupuk kascing dan pupuk npk terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L.) Skripsi Fakultas pertanian. Pekanbaru, Riau (Tidak dipublikasikan) Tumpal, S. Riyadi, L. Nuraeni. 2003. Cokelat (Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran). Penebar Swadaya. Jakarta Utami R. K. 2013. Pengaruh Dosis Pupuk Vermikompos dan Pupuk N terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisim (Brassica parachinensis L.) Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. (Tidak dipublikasikan) Wattimena, G. A., 1998. Zat Pengatur Tumbuh. Lembaga Sumber Daya Informasi. IPB. Bogor. Werner, T., Motyka, V., Strnhad, M. And T. Schmulling. 2001. Regulation Of Plant Grown By Cytokinin. USA. JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 15