.. tukan antisipasi kejahatan pada masa-masa yang akan datang.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat modern dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah sering

BAB IV BERBAGAI JENIS PERILAKU KRIMINAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada

PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG. Oleh : Yenti Garnasih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

TOLAK PEMBATASAN SAKSI, PERLUAS BANTUAN BAGI KORBAN & LINDUNGI SAKSI AHLI Dalam RUU PERLINDUNGAN SAKSI

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

Pelanggaran Hak-Hak Tersangka 2013 Wednesday, 01 January :00 - Last Updated Wednesday, 22 January :36

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan

Tinjauan tentang disparitas putusan hakim pada tindak pidana perkosaan (studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. gelombang kejahatan yang cukup terasa dan menarik perhatian, terutama bagi


I. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan. Berbagai sarjana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYELIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA PENCURIAN

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

KEJAHATAN TRANSAKSI PERBANKAN SEBAGAI SALAH SATU BENTUK KEJAHATAN BISNIS. Oleh : Yuyun Yulianah

BAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011.

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

SURAT PERNYATAAN. Nama :... No. Kartu Identitas :... Tempat/ Tanggal Lahir :... Alamat :...

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terjadi membawa perubahan yang signifikan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai ranah kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Arus dunia komunikasi saat ini mengalir sangat cepat. Hal ini

RINGKASAN EKSEKUTIF. Katalog BPS: BADAN PUSAT STATISTIK

RINGKASAN PUTUSAN. LP/272/Iv/2010/Bareskrim tanggal 21 April 2010 atas

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pencucian uang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang. Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan

Bab I. Pendahuluan. tinggi khususnya DKI Jakarta., terdapat 47 lokasi rawan kriminalitas di Jakarta dan

Seminar Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat- Dies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting dalam

TINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Mencermati Peradilan di Indonesia

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK Disusun Oleh Riono Budisantoso (PPATK) dan Yunus Husein (Mantan Ka PPATK)

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KONTIJENSI TSUNAMI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Cyber Crime : Sebuah Evolusi Kejahatan Jenis kejahatan konvensional : Kejahatan kerah biru (blue collar crime) Pencurian, penipuan, pembunuhan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

Data Kinerja, Evaluasi Kinerja, Polres Lombok Barat TA. 2016

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

Data Kinerja, Evaluasi Kinerja, Polres Lombok Barat TA. 2016

LAPORAN PENGUKURAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan mengorganisasi informasi

I. PENDAHULUAN. Kecanggihan teknologi seluler dewasa ini cukup memudahkan setiap orang

I. PENDAHULUAN. budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/19/2015 nts/epk/ti-uajm 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

OPTIMALISASI PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Tahun Met 10 Java % % % Baiiten % % % daeiah lam 26043" 75.

JURNAL OPINIO JURIS Vol. 13 Mei Agustus 2013

DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES LOMBOK TENGAH DARI BULAN JANUARI - DESEMBER TAHUN 2016

DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES LOMBOK TIMUR BULAN JANUARI S.D AGUSTUS 2016

BABI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kurun waktu, setiap zaman memiliki penjahatnya sendiri atau

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari

BAB IV. A. Proses Pembuktian Pada Kasus Cybercrime Berdasarkan Pasal 184 KUHAP Juncto

I. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif menyebabkan kebutuhan akan informasi semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (iptek), perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

PERJANJIAN KINERJA POLDA NTB TAHUN

KKN: KEJAHATAN KEMANUSIAAN

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG-

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan

Transkripsi:

333 " PETA KEJAHATAN DI INDONESIA Oleh: Mulyana W h Memperbatikan kecenderungan kecenderungan kejabatan adalab tindak dini dan penting dilakukan dalam mempersempit laju kriminalitas Di Indonesia angka laju kriminalitas tidak tetap seperti tabun 1983 1987 menunjukkan penurunan angka kriminalitas Penulis artikel ini mengbimbau agar dipabami secara lebih mendalam atas tipologi kejabatan dalam rangka mengantisipasi kejahatan di masa mendatang selain barus mengaitkannya dengan aspekaspek perubahan :sosi31~konomi yang mengkondisikan tllmbuhnya faktorfaktor kriminogenik " Sifat dan luas kejahatan yang tengah berkembang senantiasa hams dipantau mengingat dampak ekonomi sosial dan psikologi yang ditimbulkan terhadap masyarakat Salah satu langkah penting kearah ito adalah dengan mencoba mengamati kecenderungankecenderungan kriminalitas dalam kurun waktu tertentu sebagai dasar bagi penentuan strategi penanggulangan kejahatan serta upaya untuk menen " tukan antisipasi kejahatan pada masamasa yang akan datang " Perkembangan kuantitatif kejahatan di Indonesia dalam peri ode tahun 1983 1988 memperlihatkan kenyataan menurunnya angka kriminalitas sepanjang lima tahun (19831987) akan tetapi kembali naik pada tahun 1988 S ungguhpun begitu apabila dihitung berdasarkan angka laju kejahatan (crime rate) per 100000 penduduk justru terjadi penurunan " Sementara itu prosentase penyelesaian kejahatan (crime clrearance rate) mencapai ratarata 531% dalam kurun wakto tersebut sebagaimana digambarkan dalam tabel di bawah ini :

10000 Hukum dan Pembangunan Tabel: Jumlah Kejahatan yang Dilaporkan serta Jumlah dan Prosentase Penyelesaian Kej~hatan di Indonesia Tahun 19831984 Jumlah Jumlah % Penyelesaian AngkaLaju Penyelesaian K</oahatan Per Tahun Kejahatan Kejahatan Kejahatan 1 00 Pddk 1983 226843 113100 50 143 1984 200945 100578 50 124 1985 118805 90870 50 113 1986 190620 91520 52 118 1987 186506 102368 55 114 1988 198392 122736 6186 113 Sumber : Mabes POLRI Dalam versi lain statistik kriniinal yang disusun oleh BPS menunjukkan kesimpulan yang kurang lebih sarna yakni penurunan dalam angka laju kejahatan padaperiode tabun 19811986 Tabel : Jumlah Penduduk Jumlah Peristiwa Kejahatan dan Aogka Laju Kejahatan di Indonesia Tahun 1981 1986 T a h u n Perincian 1981 1982 1983 1984 1985 1986 Penduduk 151314]/"154661:71"1500927 1161579~ 16462961680856 (X 1(0) Jumlah 230155 223768 216884 189793 179970 148708 Peristiwa Kejahatan Angka 152 45 137 117 109 88 Laju Kejahatan Per Sumber: Statistik Kriminal BPS Data BPS juga menampilkan gambaran bahwa prosentase penye1e1iaiaan kejahatan terns menerns meningkat dalam periode 19811986

Peta Kejahatan 335 Tabel: Prosentase Penyelesaian Kejahatan Di Indonesia Tahun 19811986 Prosentase Tahun Penyelesian Ke ahatan 1981 1982 1983 1984 1985 1986 494 444 497 509 538 575 Sumber: Statistik Kriminal BPS Dengan demikian angka ratarata penyelesaian kejahatan yang berhasil dicapai dalam periode itu menurut catatan BPS adalah 5095 Diantara kejahatan yang telah diuraikan diatas pada umumnya kejahatan yang menduduki temrat teratas adalah kejahatan terhadap harta 'benda dalam hal ini pencurian dengan ~ekerasan serta penganiayaan berat Sepanjang 5 (lima) tabun terakhir yakni tabun 19841988 Polda Metro Jaya terus menempati peringkat tertinggi dalarn jumlah kejahatan Hal ini jelas berbeda dengan 10 (sepuluh) tahun sebelumnya (tabun 19741978) ketika peringkat per tamaditempatiolehjawatimur(tabun 1974 1975 1976) dan Jawa Tengah (tabun 1977 dan 1978) Akan haloya aspek kualitatifkejahatan kejahatankejahatan dengan derajat keseeriusan yang tinggi dalam artimenimbuikan "ketakutan atas kejahatan" (fear of crime) yaitu reaksi emonisional yang ditandai oleh kecemasan dan perasaan terancam bahaya serta kejahatan yang dinilai mengakibatkan kerugian fisik sosial dan ekonomi yan berat memperlihatkan gejala pellingkatan maupun penurunan secara relatif konstan seperti tergambar di bawah ini Jumlah kejahatan dengan Tingkat Keseriusaanyang Tinggi serta Prosentase Penyelesaiannya di Indonesia Tahun 19851988 Jenis Kejahatan Tahun 1985 Tahun 18% Tahun 1987 Tabun 1988 Jumlah % Penye Jumlah %Penye Jumlah % Penye Jumlah % Penyelesaian lesaian leseaian lesaian Pembunuhan 1485 6984 1711 5585 1616 6293 1393 7128 Penganiayaan Berat 11312 6816 11930 5835 12801 ' 6028 12069 5584 Pencurian dgn Kekerasan 7743 4341 8245 3395 8552 3931 7506 3860 Pencurian ilengin Pemberatan 47724 4116 48403 3785 47317 4109 59643 3833 Perkosaan 1495 6060 1660 3240 1523 5948 1326 6478

336 H ukum dan Pembangunan Dari tabel diatas nampak bahwa untuk kejahatankejahatan terhadap badan dan jiwa tingkat penyelesaian kejahatan ratarata cukup tinggi (diatas 60%) dalam tahun 19851988 yaitu 65% (pembunuhan) 746% (penganiayaan berat) dan 543 %(perkosaan) sedangkan untuk kejahatan terhadap harta benda relatif rendah yakni pencurian dengan kekerasan (388%) dan pencurian dengan pemberatan 396% Kejahatankejahatan lain yang mengedepankan di bidang ekonomi dan perlu memperoleh perhatian oleh karena sifat dan luasnya yang membawa kerugian keuangan bagi negara adalah: ~l: Jumlah dan Prosentase Penyelesaian Kejahatan Penyelundupan Pajak & Cukai serta Korupsi di Indonesia Tahun 19851988 Jenis Tahun 1985 Tahun 1986 Tahun 1987 Tahun 1 lesaian jahatan lesaian Penyelun dupan 115 7565 125 2 106 23 Pajak & Cukai 35 6285 03 4 7777 Korupsi 35 20 00 16 3 1212 Sumber: Statistik Kriminal BPS Kasuskasus penyelundupan temyata menunjukkan penurunan sejak tahun 1985 demikian pula halnya kejahatan pajak dan cukai yang menrnun sejaktahun 1986 sementara tindak pidana korupsi baik sejak tahun 1986 "Property crimes" dalam bentuk yang jauh lebih canggih adalah kejahatan di bidang perbankan yang akhirakhir ini memperoleh sorotan luas dengan jumlah kerugian yang sangat mengejutkan

Peta Kejahatan 337 Tempo (31 Desember 1988) menurunkan tabel sebagai berikut: Jumlah Perkara dan Kerugian Bank 1982 1989 JuniI8h Periode Kerugian Bahan Sasaran Perkara (Rp) Pemerintah Swasta Asing 19821983 15 5357006001 4 7 4 19831984 8 7162440566 4 1 3 19841985 4 1799444463 2 2 19851986 7 2190987528 2 4 1 19861987 12 15175000000 1 10 1 19871988 19 3983789000 1 2 1 19881989 41 12150451566 2 2 Jumlah 106 45774188134 16 28 10 Kejahatan dibidang perbankan jelas amat terkait dengan perkembangan teknologi dibidang ini khususnya penggunaan komputer disarnping itu juga dalam modus operasinya memperlihatkan ciriciri kejahatan terorganisasi oleh para "white collar criminals" Jenis kejahatan lain yang dinilai semakin luas jangkanannya dan kian menunjukkan dikelola oleh "organized crime" yakni narkotik menampilkan gambaran sebagai berikut : Jumlah Kejahatan Narkotika dan Penyelesaiannya Di Indonesia Tahun 19851988 Tahun Jumlah % Penyelesaian 1985 692 8367 1986 656 8826 1987 479 716Q 1988 504 8670 Sumber: Statistik Kriminal PBS

338 H ukum dan Penibangunan Apabila angka tersebut memang mencellninkan kenyataan kejahatan narkotika yang sesungguhnya maka jelas dapat dikatakan masih pada tingkat yang sangat terkendali sementara angka rata~rata penyelesaian juga cukup tinggi yakni 8255 dalam periode tahun 19851988 Gambaran umum mengenaikecenderungan kejahatan di Indonesia sebagaimana dipaparkan menunjuk pada sejumlah kenyataan adanya peningkatan kejahatankejahatan terhadap harta benda berdimensi konvensional serta modem (dalam hal ini pencurian dengan pembenltan dan kejahatan di bidang perbankan) "white collor crime" (secara khusus kejahatan korupsi) serta penyalahgunaan narkotika sebagai bentuk kejahatan terorganisasi dalam tah~n 1988 dibandingkan dengan tahun sebelumnyaa Antisipasi kejahatan pada tahuntahun mendatang selain parus dikaitkan dengan aspekaspek perubahan ekonomisosial yang mengkondisikan tumbuhnya faktorfaktor kriminogenik juga perlu dilandasai oleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai tipologgi kejahatankejahatan tersebut di atas Di bawah pemerintah4n orangorang' besa~ pena lebih berkuasa daripada pedang (Baron Lytton 18031873) If a man will' begin with certanties he whall end in doubts; but if he will b~ content to begin with doubts will end in certainties (Francis Bacon)