BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menilai usia skeletal karena setiap individu berbeda-beda (Bhanat & Patel,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal. 5-7 Pada manusia

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

I. PENDAHULUAN. terapeutik pilihan yang dilakukan pada gigi desidui dengan pulpa terinfeksi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK MENGENAI GAMBARAN ANOMALI GIGI MENGGUNAKAN RADIOGRAFI KEDOKTERAN GIGI DI FKG USU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan

BUKU PANDUAN SKILL S LAB PENYAKIT PULPA DAN PERIAPIKAL 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

untuk melihat area yang luas pada rahang atas dan rahang bawah pada satu film c. Foto ekstraoral

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia selama proses kehidupan mengalami perubahan dimensi.

PERBANDINGAN PANJANG GIGI INSISIF SENTRAL SEBENARNYA DENGAN PANJANG GIGI INSISIF SENTRAL PADA PERHITUNGAN DIAGNOSTIC WIRE FOTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL

DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN Prosedur penegakan diagnosis merupakan tahap paling penting dalam suatu perawatan Diagnosis tidak boleh ditegakkan tan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

Oleh NURADILLAH.BURHAN. Politehnik kesehatan kemenkes makassar jurusan keperawatan gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

Analisa Ruang Metode Moyers

FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN INTERPRETAS RADIOGRAFI KELAINAN DALAM RONGGA MUL

Proses erupsi gigi adalah suatu proses isiologis berupa proses pergerakan gigi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

Tepi tulang berada lebih apikal pada akar, yang membentuk sudut lancip terhadap tulang

Transkripsi:

16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Radiografi Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang profesor fisika dari Universitas Wurzburg, di Jerman. Hasil radiografi terbentuk karena perbedaan intensitas radiasi sinar-x yang sampai ke permukaan film. Hal ini disebabkan oleh perbedaan ketebalan dan penyerapan radiasi yang berbeda pada objek. Bagian tubuh akan menyerap banyak radiasi sehingga kuantitas sinar-x yang sampai ke film akan berkurang. Gambaran tulang (jaringan keras) akan menghasilkan bayangan putih (radiopak) pada film. Sedangkan gambaran hitam (radiolusen) dihasilkan dari sinar-x yang langsung terpapar pada film atau objek yang sedikit menahan radiasi. 10,11 E F A B C D Gambar 1. Anatomi normal gigi bercampur usia 8 tahun dilihat dari radiografi periapikal (A) Enamel (B) Dentin (C) Pulpa (D) Lamina dura (E) Crest Alveolar (F) Tulang

17 alveolar 12 Secara radiografi gambaran anatomi normal pada gigi sampai yang terlihat pada gambar satu: A. Enamel merupakan bagian gigi yang terpadat, mahkota gigi terlihat radiopak yang berakhir pada batas cemento-enamel junction B. Dentin merupakan struktur gigi setelah enamel tetapi tidak mengalami kalsifikasi sehingga tidak begitu radiopak. Jika hasil radiografi tidak begitu baik maka sulit membedakan atas dari enamel, dentin, dan dentino-enamel junction C. Pulpa berada di tengah mahkota dan akar gigi yaitu terlihat radiolusen. Seiring pertambahan umur maka kamar pulpa akan semakin mengecil bahkan dalam beberapa kasus hilang tertutup dentin sekunder D. Lamina dura terlihat radiopak dan berjalan tanpa putus (lamina dura terlihat jelas ketika setelah dilakukan pencabutan) E. Crest alveolar adalah anatomi gigi antara margin gingiva dengan puncak tulang alveolar yang terletak diantara gigi dan terlihat radiopak pada radiografi F. Tulang alveolar adalah anatomi gigi yang berguna sebagai pendukung dan penahan gigi yang terlihat radiopak. 11 2.1.1 Radiografi Kedokteran Gigi Dalam bidang kedokteran gigi, jenis radiografi yang digunakan adalah radiografi intraoral dan ekstraoral. Radiografi ekstraoral adalah gambaran yang dihasilkan dari gigi geligi, rahang, dan tengkorak. Radiografi ekstraoral digunakan untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan rahang dan hubungannya dengan gigi, serta mengidentifikasi masalah antara gigi, rahang, dan sendi temporomandibular atau tulang wajah yang lain. Radiografi ekstraoral yang paling sering digunakan adalah radiografi panoramik yang digunakan untuk melihat seluruh area rongga mulut yang mencakup gigi geligi di rahang atas dan rahang bawah juga dapat melihat temporomandibular joint dalam satu foto dan umumnya digunakan sebagai foto

18 diagnosa untuk melihat gigi impaksi, dan melihat analisa periode gigi bercampur. Dosis radiografi panoramik adalah 0,004-0,03 msv. 1,10 2.2 Radiografi Intraoral Radiografi intraoral dapat membantu dokter gigi dalam menegakkan diagnosa dari kelainan dalam rongga mulut yang tidak terlihat secara klinis seperti perluasan dari penyakit periodontal, karies, serta kelainan patologis lain yang ada dalam rongga mulut. Tipe-tipe radiografi intraoral secara umum yaitu radiografi periapikal, radiografi interproksimal (bitewing), dan radiografi oklusal. 10,11 2.2.1 Radiografi Periapikal Radiografi periapikal adalah jenis radiografi intra oral yang bertujuan untuk melihat gigi dan jaringan pendukung di sekitar gigi. Setiap film biasanya menunjukkan dua sampai empat gigi dan memberikan informasi secara rinci tentang gigi mulai dari mahkota, dentin, pulpa, akar gigi, dantulang alveolar sekitar gigi sampai ke apikal. Teknik yang digunakan adalah teknik paralleling dan teknik bisekting. 1,13-14 Pada teknik ini, sudut penyinaran radiografi periapikal pada molar satu rahang bawah pengaturan sudut long cone adalah -10 untuk angulasi vertikal dan 70 dan 80 pada angulasi horisontal. Dosis efektif pemeriksaan rutin gigi pada radiografi periapikal adalah 0,001-0,008 msv yaitu dosis yang relatif kecil dan tidak berbahaya untuk tubuh. Ukuran film pada radiografi periapikal ada dua tipe, yaitu untuk anak-anak dan dewasa. Ukuran film untuk anak-anak ada dua jenis yaitu size 0 (22 mmx35 mm) dan size 1 (24 mmx40 mm), dan untuk orang dewasa digunakan size 2 (30,5 mmx40,5 mm). 13 Indikasi untuk radiografi periapikal yaitu untuk perawatan endodonti melihat adanya infeksi atau inflamasi pada daerah apikal gigi,untuk melihat ada atau tidaknya kelainan posisi pada gigi yang belum tumbuh, dan untuk evaluasi secara menyeluruh pada kista apikal dan lesi lainnya pada tulang alveolar. 1 2.2.1.1 Teknik Paralel Teknik paralel juga dikenal sebagai extension cone paralleling, right angle technique, long cone technique, dan true radiograph. Kelebihan teknik paralel

19 merupakan teknik yang ideal karena menggunakan film holder sehingga lebih stabil di dalam mulut. 10 Prinsip yang dilakukan pada teknik paralel dilakukan dengan menempatkan film sejajar dengan aksis panjang gigi untuk menjaga agar film tetap sejajar dengan aksis panjang gigi dengan menggunakan film holder. Setelah film dan aksis panjang gigi sejajar, pusat sinar-x diarahkan tegak lurus dengan gigi dan film. Teknik yang dilakukan dengan benar akan memiliki kelebihan seperti menghasilkan gambar yang jelas sesuai dengan ukuran gigi sesungguhnya, distorsi kecil, mudah untuk dipelajari. Tetapi, teknik paralel ini memiliki kekurangan seperti sulit meletakkan film holder, terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut kecil, dan dipengaruhi keterampilan operator dalam pemakaian film holder karena kurang nyaman bagi pasien yang sensitif jika menekan jaringan mukosa pada dasar mulut. 1 A B C D Gambar 2.A. Posisi pasien (Molar mandibula) B. Sketsa posisi C. Gambaran pengaturan posisi teknik pararel D.Posisi film dan sudut penyinaran teknik paralel dengan menggunakan film holder 1

20 Pada pengambilan gambar molar mandibula, film ditempatkan pada film holder dengan orientasi horisontal. Molar kedua terletak pada tengah film dengan sinar tegak lurus pada pusat film. Arah titik datang sinar terletak pada bagian bawah sudut mata bagian luar ke daerah tengah mandibula. Kontak antar molar harus terbuka dan daerah distal molar ketiga harus terlihat meskipun gigi tidak ada. Hati-hati dalam penempatan film karena tepi yang tajam dapat menyeabkan ketidaknyamanan pada dasar mulut yang sensitif. 11 Teknik paralleling memiliki kelebihan yaitu menghasilkan gambar yang akurat secara geometris dengan sedikit pembesaran, menggambarkan jaringan periapikal secara akurat dengan sedikit pemendekan atau elongasi, melihat keseluruhan mahkota gigi dapat teramati dengan baik, sehingga karies proksimal dapat terdeteksi, posisi relatif dari film, gigi, dan arah sinar tidak dipengaruhi oleh posisi kepala pasien. 1 Teknik paralleling memiliki kekurangan, yaitu posisi film untuk pengambilan ronsen foto untuk gigi posterior, dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien, sering memicu refleks muntah (gagging), tidak dapat diterapkan pada pasien dengan palatum yang datar atau dangkal, gambaran pada bagian apikal dari akar gigi terkadang muncul sangat dekat dengan tepi film, dan film holder harus terbuat dari bahan yang dapat disterilisasi dan hanya dapat digunakan sekali pakai. 1 2.2.1.2 Teknik Bisekting Teknik bisekting dikenal juga dengan bisecting angle technique, bisection of the angle technique, dan short cone technique. Prinsip pada bisecting technique menggunakan prinsip geometri, film harus diletakkan sepanjang permukaan lingual/palatal dari gigi, bidang film dan aksis panjang gigi membentuk sudut, adanya garis bisekting, central x-ray tegak lurus terhadap garis bisektris. Keuntungan dari teknik bisekting adalah pemegang film tidak diperlukan karena pasien dapat memegang film dengan menggunakan jari. 10 Teknik bisekting memiliki kelebihan, yaitu: posisi film tidak mengganggu kenyamanan pasien, dimanapun regio yang diamati, mudah dan cepat dalam posisi,

21 panjang gigi pada gambar sama dengan panjang gigi sebenarnya bila sudut yang dibentuk benar, sehingga teknik ini cukup adekuat untuk tujuan diagnostik, meskipun tidak ideal. 1 Teknik bisekting memiliki kekurangan, yaitu: gambar yang dihasilkan dapat mengalami distorsi karena angulasi vertikal yang kurang tepat dapat menghasilkan gambar yang elongasi maupun memendek, level tulang periodontal hampir tidak terlihat, angulasi horisontal yang kurang tepat dapat menghasilkan gambar yang overlapping antara mahkota dan akar gigi, akar bukal gigi premolar dan molar maksila terlihat lebih pendek pada gambar. 1 2.2.2 Radiografi Bitewing Teknik bitewing digunakan untuk memeriksa interproksimal gigi dan permukaan gigi yang meliputi crown, daerah interproksimal dan crest alveolar maksila dan mandibula dalam film yang sama. Selain itu, radiografi oklusal berguna untuk mendeteksi karies interproksimal (terutama karies dini) dan crest alveolar antara 2 gigi. Dosis radiografi bitewing adalah 0,001-0,008 msv. 10 2.2.3 Radiografi Oklusal Teknik oklusal digunakan untuk pemeriksaan di daerah maksila atau mandibula. Radiografi oklusal memiliki tujuan yang berguna untuk melihat lokasi akar gigi, lokasi supernumerary, gigi yang tidak erupsi, gigi yang impaksi, untuk melihat keadaan salivary stone di kelenjar submandibular, untuk mengevaluasi perluasan lesi seperti kista, tumor atau keganasan dimandibula atau di maksilla, untuk mengevaluasi basis sinus maksilaris untuk evaluasi fraktur di maksila dan madibula, pemeriksan daerah cleft palate, dan untuk mengukur perubahan dalam bentuk dan ukuran dari maksila dan mandibula. Prinsip radiografi oklusal yaitu film diletakkan di dalam mulut antara permukaan oklusal maksila dan mandibula. Film tersebut distabilkan dengan menggigit permukaan film tersebut. Dosis pada radiografi oklusal adalah 0,008 msv. 10

22 2.3 Perkembangan Gigi Desidui dan Permanen Perkembangan setiap gigi manusia dimulai dengan pembentukan suatu benih gigi. Benih gigi berasal dari dua jaringan embrio yaitu bagian yang berkembang dari lamina gigi berasal dari ektodermal dan bagian lain dari mesenkim yang terletak di mandibula ektodermal. Benih gigi dibentuk dari tiga organ pembentuk, yaitu: 14,15 1. Organ Enamel, berasal dari epitel dimana lapisan dalamnya akan membentuk enamel. 2. Dental papilla (organ dentin), berasal dari mesenkim dan membentuk dentin dan tinggal di sekitar ruang tengah dentin sebagai ruang pulpa. 3. Poket gigi (organ periodontal), berasal dari mesenkim dan akan membentuk struktur penyangga gigi, sementum, tulang alveolar, dan membran periodontal. 14 Tanda-tanda utama dari perkembangan gigi pada embrio ditemukan di daerah anterior mandibula pada usia 5-6 minggu dalam kandungan/kehamilan. Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan lamina gigi. Lamina gigi adalah suatu pita pipih yang terjadi karena penebalan jaringan epitel mulut (ektodermal) yang meluas sepanjang oklusal dari mandibula dan maksila pada tempat dimana gigigigi akan muncul. Setiap pertumbuhan dari lamina gigi ini menunjukkan awal perkembangan organ enamel yang menghasilkan enamel. Seiring berlanjutnya perkembangan sel, ukuran organ enamel meningkat dan membentuk suatu topi (cap). Jaringan dalam bentuk topi ini mengalami perubahan dan menjadi dental papila yang kemudian berdiferensiasi menjadi dentin dan ruang pulpa. Sebagaimana sel organ enamel yang tumbuh dan berdiferensiasi ke dalam jaringan, perubahan juga kelihatan pada dental papilla, peningkatan dental papilla terlihat jelas setelah kelahiran. 14

23 Setiap gigi mengalami tahap yang berturut-turut dari perkembangan selama siklus kehidupan yaitu: 14,15 Gambar 3.Tahap perkembangan gigi 16 1. Tahap inisiasi, pembentukan awal benih gigi yang dihasilkan dari jaringan mulut, sering dikenal sebagai (bud stage). 2. Tahap proliferasi, pembiakan dari sel-sel dan perluasan organ enamel akan membentuk enamel gigi, sering disebut (cap stage). 3. Tahap histodifferensiasi, spesialisasi sel-sel yang mengalami perubahan histologis dimana jumlah sel meningkat, lapisan membentuk sebuah bel dan berdifferensiasi ke dalam jaringan khusus ameloblast yang akan membentuk enamel dan odontoblast yang akan membentuk dentin. 4. Tahap morfodifferensiasi, sel-sel pembentuk sepanjang penghubung dentin enamel akan memberi bentuk dan ukuran crown dan radiks. (bell stage) Sepanjang bulan ke-5 perkembangan janin, jaringan keras gigi mulai dibentuk. 5. Tahap aposisi, pengendapan dari matriks enamel dan dentin dalam lapisan tambahan. 6. Tahap kalsifikasi, yaitu pergeseran dari matriks oleh pengendapan garamgaram kalsium.

24 7. Tahap erupsi, yaitu pergerakan gigi ke dalam rongga mulut 8. Tahap atrisi, yaitu ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian gigi sewaktu berfungsi. 14 2.3.1 Perkembangan Gigi Desidui Proses gigi yang erupsi pada saat pertumbuhan disebut gigi desidui. Pada maksila, gigi desidui insisivus sentralis erupsi pada usia 7 1 /2 bulan, gigi desidui insisivus lateralis erupsi umur 9 bulan, gigi desidui kaninus erupsi umur 18 bulan, gigi desidui molar pertama erupsi umur 14 bulan, gigi desidui molar kedua erupsi umur 24 bulan. Pada mandibula, gigi desidui insisivus sentralis erupsi pada usia 6 bulan, gigi desidui insisivus lateralis erupsi umur 7 bulan, gigi desidui kaninus erupsi umur 16 bulan, gigi desidui molar pertama erupsi umur 12 bulan, gigi desidui molar kedua erupsi umur 20 bulan. Setelah waktu tertentu gigi desidui akan tanggal dan digantikan dengan gigi geligi permanen. 14 Gambar 4. Resorbsi akar gigi molar desidui 12

25 Pada perempuan, resorbsi 1 /4 akar gigi terjadi di usia 4 bulan 9 hari pada bagian akar distal terjadi di usia 5 bulan 1 hari, resorpsi 1 /2 akar gigi pada bagian mesial terjadi di usia 7 bulan 2 hari dan pada bagian akar distal terjadi di usia 7 bulan 7 hari, resorbsi 3 /4 akar gigi pada bagian mesial terjadi di usia 8 bulan 7 hari dan pada bagian akar distal terjadi di usia 9 bulan 3 hari, dan selesai nya resorbsi akar gigi mesial gigi desidui terjadi di usia 9 bulan 5 hari dan selesai nya resorbsi akar distal gigi terjadi di usia 10 bulan 1 hari. Pada laki-laki resorbsi 1 /4 akar gigi pada bagian mesial terjadi di usia 5 bulan 4 hari sedangkan pada bagian akar distal terjadi di usia 6 bulan 4 hari, resorbsi 1 /2 akar gigi pada bagian mesial terjadi di usia 7 bulan 6 hari sedangkan pada bagian akar distal terjadi di usia 8 bulan 3 hari, resorbsi 3 /4 akar gigi pada bagian mesial terjadi di usia 9 bulan 4 hari sedangkan pada akar distal terjadi di usia 10 bulan, dan selesai nya resorbsi akar gigi mesial gigi desidui terjadi di usia 10 bulan 7 hari dan pada bagian distal terjadi di usia 10 bulan 7 hari. 12 2.3.2 Perkembangan Erupsi Gigi Permanen Waktu erupsi dari tiap gigi didapat dalam empat periode waktu, yaitu saat tidak terdapat gigi, saat erupsi gigi sulung dan hanya terdapat gigi sulung dalam rongga mulut, saat rongga mulut dalam periode gigi bercampur dimana gigi geligi terdiri atas gigi sulung dan gigi permanen dan terjadi proses gigi permanen. 12 Dari lahir sampai 6 bulan tidak terlihat adanya gigi dalam rongga mulut, pada usia 6 bulan hingga 2 tahun seluruh gigi desidui mulai erupsi dalam rongga mulut anak, ketika memasuki usia 2 tahun 6 bulan muncul ke-20 gigi desidui dan belum terlihat adanya gigi permanen dalam rongga mulut, ketika memasuki usia 2 tahun gigi permanen mulai muncul berawal dari gigi molar pertama disebelah distal gigi molar kedua sulung kemudian hilangnya gigi insisivus sentralis rahang bawah yang akan digantikan dengan gigi insisivus sentralis permanen. Ketika memasuki usia 6 tahun sampai 9 tahun ke delapan gigi insisivus permanen menggantikan gigi insisivus desidui yang telah terlepas, sedangkan gigi molar satu permanen erupsi di usia 6-7 tahun sehingga pada usia 9 sampai 12 tahun keempat gigi kaninus permanen dan kedelapan premolar menggantikan gigi kaninus dan molar sulung, ketika memasuki

26 usia 12 tahun molar kedua muncul pada bagian distal dari gigi molar pertama permanen. Dan setelah usia 12 tahun erupsi gigi molar kedua terlihat ke-28 gigi permanen dalam rongga mulut dan seluruh gigi desidui telah hilang dan tergantikan oleh gigi permanen, ketika memasuki usia 17 sampai 21 tahun erupsi molar ketiga. 12 Tabel 1. Pertumbuhan dan perkembangan gigi permanen 17,18 Gigi Klasifikasi awal Mahkota lengkap Erupsi Akar lengkap I1 atas 3-4 bulan 4-5 tahun 7-8 tahun 10 tahun I1 bawah 3-4 bulan 4-5 tahun 6-7 tahun 9 tahun 12 atas 10-12 bulan 4-5 tahun 8-9 tahun 11 tahun I2 bawah 3-4 bulan 4-5 tahun 7-8 tahun 10 tahun C atas 4-5 bulan 6-7 tahun 11-12 tahun 13-15 tahun C bawah 4-5 bulan 6-7 tahun 9-10 tahun 12-14 tahun P1 atas 1,5-18 tahun 5-6 tahun 10-11 tahun 12-13 tahun P1 bawah 1 ¾- 2 tahun 5-6 tahun 10-12 tahun 12-13 tahun P2 atas 2-2 ½ tahun 6-7 tahun 10-12 tahun 12-14 tahun P2 bawah 2 ¼- 2 ½ tahun 6-7 tahun 11-12 tahun 13-14 tahun M1 atas M1 bawah Saat lahir/sesaat sebelumnya Saat lahir/sesaat sebelumnya 2,5-3 tahun 6-7 tahun 9-10 tahun 2,5-3 tahun 6-7 tahun 9-10 tahun M2 atas 2 ½ -3 tahun 7-8 tahun 12-13 tahun 14-16 tahun M2 bawah 2 ½ -3 tahun 7-8 tahun 12-13 tahun 14-15 tahun M3 atas 7-9 tahun 12-16 tahun 17-21 tahun 18-25 tahun M3 bawah 8-10 tahun 12-16 tahun 17-21 tahun 18-25 Tahun

27 2.4 Perkembangan Mahkota dan Akar Gigi Sebelum erupsi, mahkota gigi dibentuk dari lobus-lobus dan mengalami kalsifikasi di dalam tulang rahang. Setelah kalsifikasi mahkota selesai, akar gigi mulai terbentuk dan gigi bergerak melewati tulang ke arah permukaan (terjadi proses erupsi) yang kemudian menembus mukosa oral ke dalam rongga mulut. Setelah erupsi, akar terus mengalami pembentukan hingga terbentuk sempurna. Pada waktu yang bersamaan, gigi sulung mengalami pembentukan dan mulai erupsi, sedangkan gigi permanen sudah mulai terbentuk di dalam tulang rahang. Gigi permanen akan bergerak ke arah oklusal seiring dengan perkembangan dan proses kalsifikasi yang akhirnya akan menggantikan gigi desidui. Tahap perkembangan mahkota dan akar dibagi atas 8 tahap, yaitu: 12 1. Kalsifikasi mahkota gigi desidui Mahkota dari ke-20 gigi desidui mengalami kalsifikasi antara usia 4 tahun 6 bulan intrauterin. Pembentukan mahkota gigi desidui selesai dalam kurun waktu satu tahun setelah kelahiran, dengan rata-rata 10 bulan dari awal proses kalsifikasi gigi. 2. Pembentukan Akar dan kemunculan gigi desidui Pembentukan akar untuk gigi desidui dan permanen dimulai saat enamel mahkota telah terbentuk, dan gigi memulai pergerakan oklusal melalui tulang ke arah rongga mulut. Setelah erupsi mahkota gigi desidui ke dalam rongga mulut sekitar 6 bulan sampai 2 tahun gigi terus mengalami erupsi hingga beroklusi dengan gigi dari lengkung yang berlawanan. 3. Kemunculan gigi desidui (dari usia 6 bulan hingga sekitar 2 tahun) Gigi desidui pertama yang erupsi adalah gigi insisivus sentralis bawah sekitar usia 6 bulan setelah itu gigi insisivus lateralis bawah diikuti gigi insisvus sentralis erupsi sebelum insisivus lateralis. Selanjutnya gigi molar pertama desidui, kemudian kaninus, diikuti molar kedua. Gigi desidui yang muncul terakhir dan menyempurnakan gigi desidui adalah gigi molar kedua desidui pada usia 2 tahun. 4. Penyempurnaan akar gigi desidui Akar gigi desidui sempurna antara usia 18 bulan sampai 3 tahun. Gigi geligi desidui sempurna tumbuh sebanyak 20 gigi berada pada rongga mulut dari usia sekitar 2

28 tahun hingga 6 tahun, dan belum terlihat gigi permanen dalam mulut, tetapi gigi permanen mengalami pembentukan di dalam rahang. 5. Pelepasan gigi desidui yang hampir bersamaan dengan erupsi gigi permanen Akar gigi desidui berada dalam keadaan sempurna hanya untuk waktu yang singkat hanya 3 tahun setelah selesai, akar gigi desidui mulai mengalami resopsi pada apeks atau satu sisi dekat dengan apeks. Resorbsi gigi desidui adalah hilangnya akar gigi secara bertahap akibat erupsi gigi permanen. Resorbsi berlanjut dengan gigi permanen yang bergerak mendekati permukaan hingga akhirnya gigi desidui menjadi goyang/jatuh yang disebut eksfoliasi. Saat gigi desidui terlepas, mahkota gigi penggantinya sudah dekat dengan permukaan dan siap untuk muncul ke dalam rongga mulut. 6. Periode gigi bercampur Periode gigi bercampur terjadi sekitar usia 6 tahun ketika molar pertama erupsi. Periode gigi bercampur berakhir sekitar usia 12 tahun ketika gigi desidui telah tergantikan. Pada periode gigi bercampur terdapat 20 gigi desidui dan ke-empat gigi molar permanen. 7. Pembentukan mahkota gigi permanen Mahkota gigi molar pertama terbentuk saat lahir. Pada gigi permanen, pembentukan mahkota dan kalsifikasi sempurna rata-rata di usia 3 sampai 4 tahun sebelum erupsi ke rongga mulut. 8. Urutan kemunculan gigi permanen Waktu erupsi gigi molar satu permanen usia 6 tahun, kaninus antara usia 6 sampai 9 tahun, gigi premolar antara usia 9 sampai 12 tahun. 12 2.4.1 Perkembangan Akar Molar Satu Permanen Mandibula Gigi molar mandibula pada umumnya memiliki dua akar yaitu di mesial terlihat lebih lebar dan panjang daripada bagian distal. Kedua akar lebar ke arah bukolingual. Molar pertama memiliki tiga saluran akar, dua pada akar mesial, dan satu pada akar distal. Akar mesial gigi molar memiliki lekukan akar yang dalam pada permukaan

29 mesial dan distal, serta memiliki dua saluran akar hampir sebanyak 100%. Akar dapat terbagi menjadi bagian bukal dan lingual. Kontur permukaan akar distal lebih bervariasi tetapi lebih konveks, sedangkan akar distal memiliki satu saluran. Akses ke bifurkasi akar di dalam mulut terletak dekat dengan permukaan akar midbukal dan midlingual. Batang akar lebih pendek dibanding molar kedua, furkasi mendekati garis servikal pada sisi bukal molar pertama. Garis servikal lebih ke oklusal pada sisi lingual molar pertama. Lekukan bukal dan lingual terlihat pada batang akar yang pendek, meluas dari garis servikal hingga furkasi bukal dan lingual, dan akar gigi molar pertama lebih lebar dan lebih terbuka dibanding akar molar kedua, yang dapat memperlihatkan inklinasi distal. 12 Gambar 5. Molar satu permanen mandibula 12 Gambaran anatomi normal gigi molar satu permanen mandibula secara radiografi terlihat mahkota, dentin, dan sementum akar radiopak, kamar pulpa sampai saluran pulpa terlihat radiolusen, membran periodontal terlihat radiolusen, dan lamina dura serta tulang alveolar terlihat radiopak (seperti terlihat pada gambar 1). 8 Ada 2 teori tahap penelitian kalsifikasi gigi menurut metode Moorrees, dan metode Demirjian ditinjau dari gambaran radiografi, yaitu: 2.4.1.1 Metode Moorrees Klasifikasi Moorrees menilai perkembangan molar satu permanen rahang bawah pada anak laki-laki ¼ akar gigi terjadi pada usia 5 tahun 3 bulan, ½ akar gigi terjadi pada usia 6 tahun 2 bulan, ¾ akar gigi terjadi pada usia 7 tahun 4 bulan,

30 pembentukan akar sempurna terjadi pada usia 8 tahun, foramen apikal terbuka di usia 8 tahun 5 bulan, dan foramen apikal tertutup usia 9 tahun 3 bulan, sedangkan pada anak perempuan ¼ akar gigi terjadi di usia 4 tahun 7 bulan, ½ akar gigi terjadi di usia 5 tahun 9 bulan, ¾ akar gigi terjadi di usia 6 tahun 7 bulan, pembentukan akar sempurna terjadi di usia 7 tahun 6 bulan, foramen apikal terbuka usia 8 tahun 1 bulan, sedangkan foramen apikal tertutup usia 8 tahun 5 bulan. 8 Gambar 6. Metode Moorrees 8 Tabel 2. Tahap perkembangan gigi molar mandibula 8 Tahap Keterangan 1 Pembentukan awal mahkota, proses pembentukan enamel telah dimulai 2 Terjadi kalsifikasi tetapi seluruh perbatasan tidak terlihat radiopak 3 Pembentukan mahkota telah sempurna: batas koronal dari gigi mengalami mineralisasi 4 Pembentukan 1/2 mahkota, dan proses amelogenesis telah mencapai sebagian akar dan terlihat radiopak 5 Mahkota 3/4 telah selesai 6 Pembentukan mahkota telah selesai. Mahkota mengalami mineralisasi tetapi belum terjadi pembentukan akar 7 Awal pembentukan akar terjadi: terlihat radiopak di bawah garis mahkota gigi 8 1/4 akar mulai mengalami pembentukan yang terlihat pada radiografi 9 1/2 akar terbentuk sempurna 10 1/4 akar terbentuk sempurna 11 Pembentukan akar terbentuk sempurna 12 Bagian apeks belum tertutup

31 13 Bagian apeks telah terbentuk sempurna. 2.4.1.2 Metode Demirjian Menurut Metode Demirjian, tahap mineralisasi adalah proses kalsifikasi benih gigi sampai selesainya pembentukan akar gigi dibagi atas 8 fase (skala A sampai H), pada anak laki-laki fase D dan fase E yaitu dimulainya pembentukan akar dan terbentuknya bifurkasi panjang benih gigi lebih kecil dari mahkota terlihatdi usia 3,5 tahun sampai 4 tahun 7 bulan. Pada Fase Fterlihat panjang akar gigi sama atau lebih panjang dengan dengan tinggi mahkota gigi terjadi di usia 5 tahun 8 bulan, pada Fase G foramen apikal masih terbuka, terlihat pada usia 6 tahun 9 bulan, sedangkan pada Fase H foramen apikal sudah tertutup sempurna di usia 8 tahun 5 bulan, sedangkan pada anak perempuan dimulainya pembentukan akar gigi terjadi di usia 3 tahun 5 bulan, pada usia 5 tahun 9 bulan terlihat gigi sudah lebih tinggi dari mahkota gigi, dan usia 8 tahun foramen apikal sudah tertutup sempurna dapat dilihat pada Fase H. 6,13 A B C D E F G H Gambar 7. Tahap perkembangan akar gigi molar mandibula 6,13

32 Tabel 3. Tahap perkembangan akar gigi molar mandibula 6,13 Tahap A B C D E F G H Keterangan Baik gigi dengan akar tunggal maupun akar ganda, tahap kalsifikasi gigi dimulai dari bagian tertinggi dari crypt (benih gigi) bentuk konus (inverted) dan belum menyatu Ujung cusp yang mengalami kalsifikasi mengalami penyatuan, yang menunjukkan pola permukaan oklusal gigi. A)Pembentukan enamel gigi selesai pada permukaan oklusal tampak perluasan dan pertemuan tepi servikal gigi B) Dimulainya deposit dentinal gigi C) Pola kamar pulpa tampak berbentuk garis lengkung pada batas oklusal gigi (curved shape) A) Pembentukan mahkota gigi selesai, dan terjadi perluasan menuju cemento enamel junction B) Tepi atas kamar pulpa pada gigi yang berakar tunggal menunjukkan bentuk garis lengkung yang jelas dan berbentuk konkav pada area servikal dan proyeksi tanduk pulpa memperlihatkan gambaran seperti payung, serta kamar pulpa terbentuk trapesium pada gigi molar. C) Dimulainya pembentukan akar gigi yang berbentuk spikula Gigi berakar tunggal A) Dinding kamar pulpa tampak berupa garis lurus yang kontinyuitasnya terputus akibat adanya tanduk pulpa yang pada sebelumnya lebih besar kontinuitasnya B) Panjang akar gigi kurang dari tinggi mahkota gigi Gigi Molar A) Inisiasi pembentukan bifurkasi akar dengan ujung yang berbentuk semi-lunar (bulan sabit) B) Panjang akar gigi masih kurang dari tinggi mahkota gigi Gigi berakar tunggal A) Dinding kamar pulpa tampak menyerupai segitiga sama kaki, dan ujung akar seperti corong (funnel shape) B) Panjang akar gigi sama atau lebih panjang dari tinggi mahkota gigi Gigi Molar A) Kalsifikasi pada bifurkasi mengalami perluasan sehingga bentuk akar lebih nyata dimana ujung akar tampak seperti corong B) Panjang akar gigi sama atau lebih panjang dari tinggi mahkota gigi Dinding saluran akar gigi tampak sejajar tetapi ujung apikal gigi masih terbuka (akar distal molar) A) Ujung apikal gigi sudah tertutup. B) Membran periodontal memiliki ketebalan yang sama disekeliling akar dan apikal gigi

33 2.5 Kerangka Teori Radiografi Kedokteran Gigi Ekstra Oral Intra Oral Radiografi Periapikal Radiografi Bitewing Radiografi Oklusal Teknik Paralel Teknik Bisekting Tahap perkembangan Gigi Molar Satu Permanen Mandibula Teori Moorrees Teori Demirjian

34 2.6 Kerangka Konsep Siswa di salah satu SD Negeri yang berusia 6-10 tahun yang sudah erupsi gigi molar satu permanen mandibula Radiografi Periapikal Teknik Paralel Melihat bentuk akar dan mengukur panjang akar gigi molar satu permanen mandibula Interpretasi hasil radiografi periapikal gigi molar satu permanen mandibula