I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun 2000-an kondisi agribisnis tembakau di dunia cenderung menurun. Penurunan produksi tembakau menyebabkan terjadinya kesenjangan antara permintaan dan penawaran daun tembakau. Walaupun demikian, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka harga daun tembakau juga semakin meningkat. Hal ini menjadi peluang bagi negara Indonesia sebagai produsen tembakau terbesar keenam di dunia untuk terus meningkatkan produksi tembakau agar dapat memenuhi permintaan pasar baik di tingkat domestik maupun internasional. Indonesia merupakan salah satu diantara 10 negara penghasil tembakau terbesar di dunia saat ini dengan kemampuan produksi mencapai 2,2% dari total produksi tembakau global. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementrian Pertanian (2015) produksi tembakau nasional mengalami kenaikan dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Pada tahun 2010 produksi tembakau nasional mencapai 135.678 ton, tahun 2011 sebanyak 214.524 ton, dan tahun 2012 sebanyak 260.818 ton. Tetapi pada tahun 2013, data sementara menunjukkan bahwa produksi tembakau mengalami sedikit penurunan menjadi sebanyak 260.183 ton dan diperkirakan pada tahun 2014 produksi tembakau mencapai 261.659 ton. Rerata pertumbuhan produksi nasional tembakau pada tahun 2010-2014 mencapai 20%. Lebih dari 100 varietas tembakau tersebar di Indonesia diatas lahan lebih dari 250 hektar yang mayoritas terletak di Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok. Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa Provinsi Jawa Tengah merupakan produsen tembakau terbesar ketiga nasional setelah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat dengan produksi pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 34.320 ton. Produksi tembakau pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 5,41% dari produksi tembakau yang dihasilkan pada tahun 2014. 1
Tabel 1. 1 Produksi Tembakau Nasional Menurut Provinsi (Ton) Tahun 2011-2015*) Provinsi Produksi (Ton) 2011 2012 2013 2014 2015*) Aceh 951 814 1.983 2.340 2.599 Sumatera Barat 2.320 2.393 2.426 2.415 2,39 Sumatera Utara 1.299 1.306 1.002 1.349 1.366 Riau - - - - - Kepulauan Riau - - - - - Jambi 109 171 193 233 260 Sumatera Selatan 101 10 38 302 302 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - Bengkulu - - - - - Lampung 602 1.180 892 862 869 DKI Jakarta - - - - - Jawa Barat 8.086 9.195 8.872 8.146 8.285 Banten - - - - - Jawa Tengah 39.411 43.386 30.972 32.542 34.302 DI Yogyakarta 1.428 1.561 686 1.097 1.102 Jawa Timur 114.816 135.747 73.998 108.137 109.510 Bali 1.671 1.713 975 937 1.076 Nusa Tenggara Barat 40.992 59.988 38.529 37.076 37.360 Nusa Tenggara Timur 182 1.393 1.535 1.304 1.313 Kalimantan Barat - - - - - Kalimantan Tengah - - - - - Kalimantan Selatan - - - - - Kalimantan Timur - - - - - Sulawesi Utara - - - - - Gorontalo - - - - - Sulawesi Tengah 47 47 27 32 33 Sulawesi Selatan 2.491 1.915 2.321 1.537 1.529 Sulawesi Barat - - - - - Sulawesi Tenggara - - - - - Maluku - - - - - Maluku Utara - - - - - Papua - - - - - Papua Barat - - - - - Indonesia 214.524 260.818 164.448 198.301 202.322 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Keterangan : *) Angka Sementara Jenis tembakau yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah meliputi tembakau asepan, tembakau rajang, tembakau virginia dan tembakau vorstenland. Berdasarkan data yang 2
diperoleh dari Jawa Tengah dalam Angka (2013) diketahui bahwa pada tahun 2013 produksi tembakau asepan mencapai 2.552,81 ton, tembakau rajang sebesar 27.572,05 ton, dan tembakau vorstenland sebesar 604,47 ton. Tabel 1. 2. Produksi Tembakau Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 (Ton) Kabupaten/Kota Tembakau Tembakau Tembakau Tembakau Asepan Rajang Virginia Vorstenland Cilacap - 18,52 - - Banyumas - - - - Purbalingga - - - - Banjarnegara - - - - Kebumen - 287,58 - - Purworejo - 423,51 - - Wonosobo - 2.028,17 - - Magelang - 2.309,00 - - Boyolali 626,73 2.635,35 - - Klaten 1.427,60 913,44-604,47 Sukoharjo 158,85 - - - Wonogiri - 313,00 - - Karangayar 136,27 - - - Sragen - 31,82 - - Grobogan - 3.163,75 - - Blora 203,36 43,78 - - Rembang - 2.365,20 - - Pati - 38,00 - - Kudus - - - - Jepara - - - - Demak - 1.016,25 - - Semarang - 766,43 - - Temanggung - 7.146,00 - - Kendal - 6.239,52 - - Batang - 56,31 - - Pekalongan - 7,20 - - Pemalang - 228,69 - - Tegal - - - - Brebes - - - - Surakarta - - - - Salatiga - - - - Semarang - - - - Jumlah 2.552,81 30.031,52-604,47 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 (diolah) 3
Tabel 1.2 menunjukkan berbagai daerah penghasil tembakau di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa Kabupaten Klaten merupakan salah satu daerah penghasil tembakau jenis asepan, rajangan, dan vorstenland dengan produksi masing-masing sebanyak 1.427,60 ton; 913,44 ton; dan 604,47 ton. Salah satu jenis tembakau yang terdapat di Kabupaten Klaten adalah tembakau rajangan. Tembakau rajangan adalah tembakau yang daunnya dirajang dalam proses pasca panennya. Biasanya petani menjual daun tembakau rajangan dalam bentuk kering karena harga jualnya yang lebih mahal jika dibandingkan dengan tembakau dalam bentuk basah. Kecamatan Prambanan merupakan salah satu kecamatan penghasil tembakau rajangan terbesar di Kabupaten Klaten dengan varietas tembakau Jawa Bligon. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, pada tahun 2014 produksi tembakau rajangan yang dihasilkan mencapai 23,27 ton pada lahan seluas 190 hektar. Tingginya luas lahan yang digunakan dalam usahatani tembakau menjadi potensi yang cukup tinggi untuk digunakan secara optimal agar dapat mensuplai kebutuhan tembakau rajangan di pasaran. Agar dapat mencapai produksi yang optimal, maka perlu diketahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi tembakau sehingga dalam penggunaannya dapat dilakukan dengan efisien. Selain berpengaruh terhadap tingkat produksi, penggunaan input-input secara efisien akan mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh petani. Semakin efisien penggunaan input, maka dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan oleh petani. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tembakau agar dapat digunakan dengan efisien sehingga produksi tembakau yang dihasilkan dapat optimal. 2. Rumusan Masalah Kecamatan Prambanan merupakan salah satu daerah penghasil tembakau rajangan terbesar di Kabupaten Klaten dengan jenis varietas yang ditanam adalah tembakau Bligon. Luas lahan yang mencapai lebih dari 150 hektar menjadi potensi besar bagi Kecamatan Prambanan untuk dapat memenuhi pemintaan daun tembakau. Dalam melakukan usahatani, dibutuhkan berbagai macam faktor produksi yang dapat mendukung keberhasilan usahatani yang dilakukan sehingga dapat menghasilkan produksi daun tembakau secara optimal. 4
Penggunaan faktor-faktor produksi tersebut harus dilakukan secara efisien agar dapat menghasilkan produksi yang optimal. Selain itu, petani dapat menekan biaya pengeluaran dalam melakukan kegiatan usahatani sehingga dapat memperbesar keuntungan usahatani yang diperoleh. Berdasarkan uraian tersebut, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh faktor produksi berupa jumlah bibit, luas lahan, tenaga kerja, pupuk dan pestisida terhadap produksi tembakau di Kecamatan Prambanan? 2. Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi secara alokatif oleh petani dalam mengelola usahataninya? 3. Bagaimana tingkat pendapatan yang diperoleh petani tembakau dalam mengelola usahataninya? 3. Tujuan Penelitian 1) Mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi berupa luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk dan pestisida terhadap produksi tembakau di Kecamatan Prambanan. 2) Mengetahui efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi secara alokatif oleh petani dalam mengelola usahataninya. 3) Mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh petani tembakau. 4. Kegunaan Penelitian 1) Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Klaten dalam mengambil kebijakan terkait dengan peningkatan produksi tembakau di Kecamatan Prambanan pada khususnya. 2) Sebagai informasi bagi pelaku usahatani tembakau di Kecamatan Prambanan dalam mengelola usahatani tembakau agar dapat lebih efisien. 3) Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. 5