1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita 31 %). Prevalensi hipertensi primer pada wanita sebesar 22%- 39% yang dimulai dari umur 50 sampai lebih dari 80 tahun,sedangkan pada wanita berumur kurang dari 85 tahun prevlensinya sebesar 22 % dan meningkat sampai 52 % pada wanita berumur lebih dari 85 tahun. Sekitar 60 % lansia akan mengalami hipertensi setelah berusia 75 tahun. Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu (Dalimartha, 2008). Semua hipertensi adalah tekanan darah tinggi, tetapi bukan semua tekanan darah tinggi itu adalah hipertensi. Tekanan darah tinggi mencakup semua tekanan darah di atas 120/80 mmhg, sedangkan hipertensi mencakup tekanan darah 140/90 mmhg dan di atasnya (Casey dan Benson, 2012). 1
2 Penyakit hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga didunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang yang semakin bertambah banyak. Pada tahun 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29 % warga dunia menderita hipertensi. Presentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report on Noncomunicable Diseases 2010 dari WHO menyebutkan 40 % negara ekonomi berkembang memiiki penderita hipertensi, sedangkan megara maju hanya 35 %. kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 %, sementara kawasan Amerika menempati posisi buncit dengan 35 %.Di kawasan Asia Tenggara 36 % orang dewasa menderita hipertensi(http://health.kompas.com, diperoleh 23 februari 2014). Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 %. Prevalensi didapat melalui pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8 %, tertinggi di Bangka Belitung 30,9 %, di ikuti Kalimantan Selatan 30,8 %, Kalimantan Timur 29,6 %, dan Jawa Barat 29,4 %, dan yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 %. Jadi ada 0,1 % yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7 %. Jadi prevalensi hipertensi di indonesia sebesar 26,5 % (25,8 % + 0,7 %) (RISKESDAS, 2013, http://www.depkes.go.id, diperoleh 12 februari 2014).
3 Prevalensi kasus hipertensi essensial di Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 67,57 % lebih rendah di banding tahun 2011 sebesar 72,13 %. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, kasus tertinggi hipertensi esensial sebanyak 554.771 kasus (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012, http://www.depkes.go.id, diperoleh 15 februari 2014). Prevalensi kasus hipertensi esensial di Kab. Semarang pada tahun 2011 sebesar 42,4 %. Data kasus hipertensi esensial dari tahun 2007 sebesar 48,3 %, mengalami penurunan di tahun 2008 sebesar 42,9 %, kemudian mengalami kenaikan di tahun 2009 sebesar 44,9 %, dan naik kembali pada tahun 2010 sebesar 46,8 % (Profil Kesehatan Kab. Semarang, 2011, http://www.depkes.go.id, diperoleh 18 februari 2014). Data di Puskesmas Wonolopo kecamatan Mijen dalam 3 bulan terakhir tahun 2014 yaitu pada bulan Maret 81 orang, bulan April 66 orang dan bulan Mei meningkat 88 orang yang berkunjung kepuskesmas dengan keluhan hipertensi, sedangkan data dari RW 04 kelurahan Wonolopo kecamatan Mijen kota Semarang tahun 2014 terdapat 33 (27, 97 %) orang yang menderita hipertensi (Profil kesehatan RW IV kelurahan Wonolopo, 2014). Hasil penelitian Agrina, Rini, dan Hairitama (2011) tentang Kepatuhan lansia hipertensi dalam pemenuhan diet hipertensi didapatkan berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kepatuhan pada penderita hipertensi di kelurahan Sidomulyo barat Pekan baru, menurut kepatuhan diet pendertia hipertensi didapatkan responden pada kategori tidak patuh diet yaitu
4 sebanyak 34 orang (56,7%) dan responden yang patuh diet yaitu sebanyak 26 orang (43,3%). Diet hipertensi bagi lansia bertujuan untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankannya menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau serangan jantung (Pudiastuti, 2013). Pengaturan diet untuk mengatasi masalah khususnya tekanan darah tinggi menjadi sangat penting dan efektif bagi lansia. Pengaturan diet yang tepat bagi lansia yang mengalami tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan empat cara. Cara pertama adalah diet rendah garam, yang terdiri dari diet ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari), diet menengah (konsumsi garam 1,25-3,75 gram per hari), diet berat (konsumsi garam 1,25 gram per hari). Cara kedua adalah dengan diet rendah kolesterol dan lemak terbatas. Cara ketiga adalah dengan diet tinggi serat. Dan cara yang keempat adalah dengan diet rendah energi, terutama bagi lansia yang mengalami kegemukan (Rudianto, 2013). Dampak penyakit hipertensi berkembang dari tahun ke tahun dan menghasilkan banyak komplikasi. Hipertensi merupakan faktor risiko utama pada penyakit jantung, otak, ginjal, dan vaskuler (pembuluh darah) dengan
5 komplikasi berupa serangan jantung (infark miokart), stroke (serangan otak), gagal ginjal dan penyakit vaskuler perifer. Akibat tekanan darah tinggi yang berlanjut terus menerus maka jantung bekerja lebih berat, hingga otot jantung membesar. Kerja jantung yang meningkat menyebabkan pembesaran yang dapat berlanjut menjadi gagal (heart failur). Selain itu, tekanan darah tinggi juga berpengaruh terhadap pembuluh darah koroner di jantung berupa terbentuknya plak (timbunan) aterosklerosis yang dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah dan mengahasilkan serangan jantung (http://www.depkes.go.id, diperoleh 6 februari 2014). Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk dapat menurunkan tekanan darah tinggi diantaranya adalah cukup dengan berolahraga per session 30 menit dalam 2-3 kali seminggu dengan melakukan olahraga yang sesuai dengan kemampuan tubuh dan kondisi tubuh, mengkonsumsi pisang karena banyak mengandung kalium yang dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi asupan garam, berhenti merokok, menurunkan berat badan, hindari minuman beralkohol, mengelola stres dengan baik dengan melakukan relaksasi aroma terapi atau dengan mengisi hiburan yang menenangkan pikiran, serta batasi konsumsi minuman yang mengandung kafein dengan dosis dan takaran teratur untuk kopi dan teh cukup 1 cangkir = 100 ml setiap hari ketika pagi hari (http://caramenurunkanhipertensi.com, diperoleh 21 februari 2014).
6 Suatu area yang menjadi perhatian perawat yang berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan pada keluarga adalah yang berhubungan dengan diet untuk mencegah terjadinya tekanan darah tinggi dan yang berhubungan dengan pembatasan diet berlebih untuk menghindari hipertensi, justru dapat menimbulkan asupan nutrisi pada lansia tidak adekuat. Perawat perlu memainkan perannya sebagai health educator dan counselor agar lansia dapat mengendalikan terjadinya hipertensi melalui pengaturan diet, tanpa harus mengalami kekurangan gizi, karena hipertensi apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif harus diterapkan dengan didukung penerapan teknologi kesehatan secara tepat oleh petugas kesehatan dan didukung oleh peran aktif keluarga. Perawat juga berperan sebagai fasilitator bagi keluarga untuk dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan kesehatan serta membantu mengajarkan kepada keluaraga untuk mencegah agar tidak terjadi penyakit hipertensi. Peran keluarga lebih di fokuskan untuk menjalankan lima tugas keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, memutuskan tindakan keperawatan yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan yang sehat, memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Berdasarkan uraian tersebut penulis merasa perlu untuk menyusun karya tulis ilmiah ini, dengan judul PenerapanDiet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Tekanan Darah Tinggi di Keluarga Tn. T Rt 01 Rw 04 Kelurhan Wonolopo Kecamatan Mijen Kabupaten Semarang.
7 B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaranpenerapandiet hipertensi pada lansia yang mengalami tekanan darah tinggi di keluarga. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan penerapandiet hipertensi pada lansia. b. Mengetahui jenis diet hipertensi yang biasa di konsumsi oleh lansia yang mengalami tekanan darah tinggi di keluarga. C. Manfaat Penulisan 1. Bagi institusi pendidikan Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan pengajaran dalam penanganan kasus hipertensi pada lansia. 2. Bagi penulis Penulis dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan yang didapatkan di bangku kuliah, serta dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan tentang karya tulis ilmiah, khususnya yang berhubungan dengan penerapan diet hipertensi pada lansia yang mengalami tekanan darah tinggi di keluarga.
8 3. Lahan praktek Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pada umumnya dan meningkatkan mutu pelayanan pada klien hipertensi sehingga dapat mengurangi resiko komplikasi. 4. Masyarakat Dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya pada lansia yang mengalami tekanan darah tinggi, terkait dengan penerapan diet hipertensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit hipertensi.