BAB II KAJIAN PUSTAKA. penggalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

istiadat serta kebutuhan pembangunan terutama di sekolah-sekolah.

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan jasd ni menurut Djamil (1995:1) ialah suatu

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Pendidikan kesehatan merupakan bagian integral dari proses pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian, (Bimo Walgito, 2004: 87-88) persepsi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. menuansakan pada pengalaman dan kebiasaan berolahraga siswa. Namun

SKRIPSI. Oleh: Anang Setiyana

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan " Belajar merupakan aktifitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

II. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga merupakan suatu tempat terjadinya interaksi sosial

Sensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi

PERSEPSI SISWA SMK PANCA BHAKTI BANJARNEGARA TERHADAP PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan sebelum memasuki pendidikan selanjutnya.

I. TINJAUAN PUSTAKA. Muhajir (2007: 8) menjelaskan bahwa Pendidikan jasmani, olahraga, dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini olahraga mendapat perhatian yang cukup besar baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh Slameto ( 2010:83). Minat pada dasarnya

HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. tubuh agar tetap sehat. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam

PERSEPSI ORANG TUA PESERTA DIDIK TERHADAP MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SDN GROGOL I KARANGMOJO GUNUNGKIDUL SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu hal sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan adalah usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 WATES TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLABASKET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dapat terwujud. Pendidikan jasmani di sekolah merupakan bagian integral aktivitas jasmani dipakai sebagai wahana atau pengalaman belajar, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani termasuk bagian integral dari sistem pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN SIKAP SISWI DENGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH GEMPARAL-HADIST

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan diajarkan kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori. 1. Prestasi Belajar Ekonomi. a. Pengertian Prestasi. Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan manusia seumur hidup, dan pendidikan jasmani

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian dan analisis

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

PERSEPSI ORANG TUA SISWA KELAS IV SD NEGERI MLATI 1 TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi kesehatan tubuh, sehingga semakin banyak masyarakat berpatisipasi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

SKRIPSI. Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya. Perkembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. individu (Mudyahardjo Redja, 2001: 6). Pendidikan nasional Indonesia adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. abad ke-21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan, knowledgebased. society dan kompetensi masa depan.

Awal mustaqim* Samidjo** ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

PERUBAHAN PERSEPSI SISWA SMP TERHADAP BIMBINGAN KONSELING MELALUI LAYANAN INFORMASI. Siti Masruroh SMP Negeri 4 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang terpola, maka seorang anak manusia membutuhkan bantuan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. antara guru dan peserta didik, tujuan dari pembelajaran tersebut meliputi tiga

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya

DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN

PERMAINAN TRADISIOANAL. A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

*Hp: /

BAB 1 PENDAHULUAN. luar jam sekolah melalui kegiatan ektsrakurikuler. keolahragaan butir C (diklusppra, 1999:2), sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Sikap Mahasiswa Tentang Kompetensi Dosen Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Minat Menjadi Guru. diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Wina Sanjaya (2005: 7),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES SMA SE- KECAMATAN BUMIAYU KABUPATEN BREBES TAHUN 2009

II. KAJIAN PUSTAKA. diterbitkan oleh Kurikulum Pendidikan Dasar tahun 1994 dalam Rahmat (1998),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

PENGARUH PEMBELAJARAN PENJAS DAN KELENGKAPAN SARANA PRASARANA TERHADAP KEBUGARAN SISWA (Studi Pada SDN Se- Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap karyawan memiliki kepribadian yang unik, artinya tidak ada dua

PEMBANGUNAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN TENIS

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Persepsi Persepsi menurut Jalaludin Rahmad (2009: 51), adalah penggalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Bimo Walgito (2002: 88), persepsi adalah pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang di inderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang integrated dari dalam individu. Menurut Bimo Walgito (1991: 53), persepsi sebagai proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Sedangkan menurut Pasaribu (1984: 18), persepsi merupakan suatu proses individu mengenai objek-objek dan fakta-fakta yang objektif dengan alat indera. Jadi persepsi seseorang akan dipengaruhi oleh kerjasama antara faktor luar (stimulus) dan faktor dalam (personal). Pesepsi merupakan pengamatan individu mengenai objek-objek dan fakta-fakta yang objektif yang terjdai dalam satu lingkungan dengan menggunakan alat indera yang dimilikinya. Proses pengamatan yang dilakukan individu akan melalui berbagai tahapan sampai akhirnya menimbulkan persepsi. Pesepsi ditentukan oleh faktor personal dan 6

situasional. Menurut David Krech dan Richard. S. Critchfield seperti dikutip Jalaludin Rahmad (2009: 51), menyebutkan persepsi dipengaruhi oleh faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional atau faktor personal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan pemahaman individu terhadap dampak dari stimuli yang dihasilkan, atau bisa disebut manfaat yang diperoleh dari stimuli yang dihasilkan. Sedangkan faktor struktural atau faktor situasional adalah faktor eksternal yang mempengaruhi pemahaman individu terhadap stimuli yang ada. Dalam hal ini penelitian yang ingin dicapai adalah struktur dari pendidikan jasmani yaitu pelaksanaan pendidikan jasmani dari kurikulum pendidikan jasmani. Menurut Arma Abdoellah seperti dikutip Untung Eko Raharjo (2008: 7), faktor yang ingin dicapai untuk mengungkap persepsi terhadap pendidikan jasmani adalah: perkembangan fisik, perkembangan emosi dan mental, perkembangan sosial dan hal-hal lain yang berkenaan dengan umum. Sedangkan menurut Witherington seperti dikutip Komarudin (2000: 25), faktor yang inggin tercapai untuk mengungkap persepsi terhadap pendidikan jasmani adalah: perkembangan kepribadian adalah merupakan keseluruhan tingkah laku seseorang yang diintegrasikan. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata dikutip Komarudin (2000: 25), perkembangan intelegensi adalah kemampuan yang ditunjukan individu dalam membuat respon dari sudut pandang kebenaran atau kenyataan. 7

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan walaupun objek permasalahan yang di hadapi sama, namun dapat menimbulkan bermacam-macam persepsi pada setiap orang. Karena pada dasarnya setiap individu mempunyai kecenderungan yang berbeda dalam melihat, memahami suatu objek, benda, maupun konsep-konsep tertentu, sehingga akan memberikan makna dan penafsiran yang berbeda pula terhadap stimulus yang diterimanya. 2. Hakikat Orang Tua Peserta Didik SD Negeri Grogol I Karangmojo Gunungkidul Orang tua menurut Kunaryo Hadikusumo (1996: 40), sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan utama karena secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya) dalam keadaan tidak berdaya. Hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua (terutama ibu) bayi (anak manusia) itu dapat hidup dan berkembang makin dewasa. Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya ke dalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu 8

yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dan orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu. Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak yang menjadi temanya dan yang pertama untuk dipercayainya (http://id/kesehatan/narkoba). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua peserta didik adalah orang tua atau pengampu yang bertanggung jawab secara penuh terhadap perkembangan anak. 3. Hakikat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan merupakan bagian integral dari sebuah sistem pendidikan secara keseluruhan yang memusatkan usahanya dengan tujuan untuk perkembangan fisik, mental, emosi, dan sosial melalui aktivitas jasmani yang telah dipilih dengan maksud untuk mendapatkan hasil yang diharapkan (Bucher, 1964: 31). 9

Menurut Debdikbud (1994: 1), pengertian pendidikan jasmani dan kesehatan adalah: Suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial, serta emosional yang serasi, selaras dan seimbang. Sedangkan pengertian pendidikan jasmani menurut Abdul Gafur yang dikutip oleh Arma Abdullah dan Agus Manadji (1994: 5) adalah sebagai berikut: Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Abdul Kadir Ateng (1992: 7), menyatakan, bahwa pendidikan jasmani adalah pergaulan pedagogik dalam dunia gerak dan penghayatan jasmani. Adapun tujuan pedagogik dari pendidikan jasmani dan kesehatan adalah sebagai berikut: a. Pembentukan gerak, meliputi: 1) Memenuhi serta mempertahankan keinginan gerak atau hasrat untuk bergerak. 2) Penghayatan ruang, waktu, dan bentuk, serta pengembangan perasaan irama. 3) Mengenal kemungkinan gerak diri sendiri dalam arti dapat bergerak seluas luasnya. 4) Memiliki keyakinan gerak dan mengembangkan perasaan sikap. 5) Memperkaya dan memperluas kemampuan gerak dengan melakukan pengalaman gerak atau sering melakukan aktivitas yang memungkinkan terjadinya gerakan. b. Membentuk prestasi, meliputi: 1) Mengembangkan kerja optimal dengan mengajarkan ketangkasan-ketangkasan. 2) Belajar mengarahkan diri pada pencapain prestasi ( kemauan, konsentrasi, keuletan, kewaspadaan, dan percaya diri). 10

3) Penguasaan emosi atau dapat menahan luapan emosi diri sendiri. 4) Belajar mengenal kemampuan dan kelemahan pribadi. 5) Meningkatkan sikap tepat terhadap nilai-nilai yang nyata dari tingkat dan bidang prestasi dalam kehidupan sehari-hari, dalam masyarakat. c. Pembentukan sosial meliputi: 1) Pengakuan dan penerimaan peraturan-peraturan, norma-norma bersama. 2) Mengikutsertakan dalam struktur fungsional, belajar bekerjasama, dan menerima pimpinan. 3) Pengembangan perasaan kemasyarakatan dan pengakuan terhadap orang lain sebagai pribadi yaang berbeda-beda. 4) Belajar bertanggungjawag terhadap yang lain, memberikan pertolongan, serta rela berkorban. 5) Belajar mengenal dan mengalami bentuk-bentuk pelepasan lelah secara aktif untuk pengisian waktu luang. d. Pertumbuhan badan, meliputi : 1) Peningkatan syaraf-syaraf yang diperlukan untuk dapat tumbuh, bersikap dan bergerak dengan baik, dan untuk dapat berprestasi secara optimal (kekuatan dan mobilitas, pelepasan ketegangan dan kesiapsiagaan) 2) Meningkatkan kesehatan jasmani dan rasa tanggungjawab terhadap terhadap kesehatan diri dengan membiasakan cara-cara hidup sehat. Di atas sangat jelas disebutkan tentang batasan dan beberapa tujuan dari pendidikan jasmani, bahwa pelaksanaan pendidikan jasmani tidak semata-mata berorientasi pada pembangunan fisik, namun juga mengarah pada pembangunan mental seta membangun kecerdasan sosial. Aktivitas fisik yang menjadi bidang garap dalam pendidikan jasmani sesungguhnya adalah merupakan media bagi terwujudnya pribadi-pribadi yang komperhensif. Tentunya hal ini senada dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, berupa terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya. Adapun fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Depdikbud, 1994: 8). 11

Sebagaimana mata pelajaran lain, pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum pelaksanaan pendidikan jasmani dan kesehatan Sekolah Dasar (Depdikbud, 1994: 2) dijelaskan sebagai berikut : Tujuan pelaksanaan pendidikan jasmani dan kesehatan adalah membantu siswa untuk memperbaiki derajat kesehatan dan kebugaran jasmani melalui pengertian, pengembangan seikap positif, keterampilan gerak dasar, dan berbagai aktivitas jasmani, agar dapat sebagai berikut : a. Memacu pertumbuhan jasmani, termasuk bertambahnya tinggi dan berat badan secara harmonis. b. Mengembangkan kesehatan dan kesegaran jasmani, keterampilan gerak dan cabang olahraga. c. Mengerti akan arti pentingnya kesehatan, kesegaran jasmani dan mental. d. Mengerti peraturan dan dapat mewasiti pertandingan cabangcabang olahraga. e. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip mengutamakan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Karakteristik SD Negeri Grogol I SD Negeri Grogol I merupakan salah satu sekolah yang terletak di Dusun Grogol I, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, yang berjarak kira-kira 3,5 km dari Kota Wonosari ke utara. Berdiri pada tanggal 1 Agustus 1963, dengan Kepala Sekolah Bapak Suharto, S.Pd. Gedung sekolah menempati area tanah seluas 2.00 m 2 dengan status hak pakai, dengan batas-batas geografis sebagai berikut : Sebelah timur : lapangan sepakbola Grogol, Sebelah utara : tanah kas Desa Bejiharjo, Sebalah barat : tanah kas Desa Bejiharjo, Sebelah selatan 12

: TK Pertiwi 25 Karangmojo. Adapun data pendidikan dan pekerjaan orang tua peserta didik SDN Grogol I sebagai berikut : Data Pendidikan dan Pekerjaan Orang tua Peserta Didik SDN Grogol I Pendidikan Pekerjaan Tidak No Kelas Lainlulus SD SMP SMA Diploma S1 Tani Dagang PNS Lain SD 1 I - 11 5 2 - - 10 8 - - 2 II - 8 5 4 - - 2 5-10 3 III - 15 3 1 - - 3 5 1 10 4 IV - 17 1 4 - - 2 7-13 5 V - 13 4 1 - - 7 - - 11 6 VI 2 10 4 2 - - 8 3-7 Jumlah 2 74 22 14 - - 32 28 1 51 B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah di antaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Komarudin (2000) tentang Persepsi Mahasiswa UNY Angkatan Tahun 1999 terhadap Pendidikan Jasmani. Hasil penelitian menunjukan adanya persepsi yang positif terhadap Pendidikan Jasmani dengan kategori 71% baik. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Untung Eko Raharjo (2008) Persepsi Guru di SMA Negeri 7 Purworejo terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Hasil penelitian menunjukan Persepsi Guru di SMA Negeri 7 Purworejo masuk dalam kategori cukup 58,333%. C. Kerangka Berpikir Persepsi merupakan pengamatan yang diawali dengan adanya stimulus yang berupa pesan melalui indera yang pada akhirnya masuk ke otak dan mengalami proses pengolahan sampai memunculkan feedback yang berupa persepsi. Persepsi pengamatan individu mengenai objek-objek dan 13

fakta-fakta yang objektif yang terjadi dalam suatu lingkungan dengan menggunakan alat indra yang dimilikinya. Proses pengamatan yang dilakukan individu akan melalui berbagai tahapan sampai akhirnya menimbulkan persepsi. Persepsi pada individu dipengaruhi berbagai faktor dan bersifat subjektif, artinya setiap individu mempunyai kecenderungan melihat sesuatu yang sama dengan cara yang berbeda. Demikian juga dengan berlangsungnya proses pendidikan jasmani di SD Negeri Grogol I, akan menimbulkan persepsi yang bervariasi dari lingkungan sekitarnya. Salah satu persepsi yang timbul selama proses berlangsungnya pendidikan jasmani berasal dari orang tua peserta didik. Untuk mengetahui besarnya persepsi orang tua peserta didik SD Negeri Grogol I, perlu diadakan penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah motode survai, dan teknik pengumpulan data menggunakan angket. Angket tersebut berisi sejumlah pernyataan yang dapat mengungkap pendapat orang tua peserta didik SDN Grogol I. Pernyataan-pernyataan tersebut terbagi dalam 2 faktor fungsional dan struktural yang terkait dengan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Dengan mengisi angket tersebut persepsi orang tua peserta didik dapat diketahui. 14