BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

I. PENDAHULUAN. yang ada. Sebagai contoh laporan World Wild Fund (WWF) pada tahun 2005

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013

I. PENDAHULUAN. mereposisikan ekonominya dari brand-based economy, yaitu perekonomian

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Naisbitt dalam bukunya Global Paradox yakni bahwa where once. usaha lainnya (http;//pariwisata.jogja.go.id).

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Potensi Visual sebagai Dayatarik Wisata di Universitas Pendidikan Indonesia

LESTARI BRIEF EKOWISATA INDONESIA: PERJALANAN DAN TANTANGAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah. yang lain yang dapat dikembangkan, yaitu potensi ekowisata.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

PARIWISATA PERDESAAN. Geopolitik dan Geostrategi Pembangunan Pariwisata Indonesia Ke Depan. Roby Ardiwidjaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anies Taufik Anggakusumah, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

BAB I LATAR BELAKANG

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries). Pembangunan pariwisata memiliki peran signifikan dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor pariwisata mengkontribusikan devisa dari kunjungan wisatawan mancanegara dan Produk Domestik Bruto (PDB) beserta komponennya (RPJMN 2009-2014 dalam Nugroho 2011: 1). Tidak sedikit wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara datang untuk menikmati daya tarik wisata yang ada di Indonesia. Berikut dapat dilihat data statistik perkembangan kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia dari tahun 2004-2010. Tahun Jumlah Wisatawan Tabel 1.1 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Di Indonesia Tahun 2004-2010 Pertumbuhan (%) Ratarata Lama Tinggal Rata-rata Pengeluaran Per Orang (USD) Per Per Penerimaan Devisa Juta Pertum- Hari Kunjungan USD buhan (%) 2004 5.321.165 19,12 9,47 95,17 901,66 4.797,90 18,85 2005 5.002.101-6,00 9,05 99,86 904,00 4.251,90-5,75 2006 4.871.351-2,61 9,09 100,48 913,09 4.447,98-1,63 2007 5.505.759 13,02 9,02 107,70 970,98 5.345,98 20,19 2008 6.234.497 13,24 8,58 137,38 1.178,54 7.347,60 37,44 2009 6.323.730 1,43 7,69 1,29,57 995,93 6.297,99-14,29 2010 7.002.944 10,74 8,04 135,01 1.085,75 7.603,45 20,73 Sumber : Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia (2011)

2 Dari data statistik di atas jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2004-2010 yakni sebanyak 40.260.555 jiwa. Sedangkan untuk jumlah rata-rata lama tinggal wisatawan yakni sebanyak 8,70 dan total pendapatan devisa dari tahun 2004-2010 sebesar 40.092,80 juta USD. Dapat disimpulkan bahwa jumlah kedatangan wisatawan mancanegara pada tahun 2004-2010 mengalami peningkatan, hanya pada tahun 2005-2006 saja yang mengalami penurunan. Selain data statistik kunjungan wisatawan mancanegara, adapun data statistik kunjungan wisatawan nusantara yang memberikan sumbangsih besar dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Berikut data statistiknya. Tahun Tabel 1.2 Statistik Kunjungan Wisatawan Nusantara Di Indonesia Tahun 2004-2010 Jumlah Wisatawan Domestik Perjalanan (Ribuan) Rata-rata Lama Tinggal (Hari) Total Pengeluaran (Triliunan Rp) 2004 111.352.000 202.763 1,82 71,70 2005 112.701.000 198.359 1,76 74,72 2006 114.270.000 204.553 1,93 88,21 2007 115.335.000 222.389 1,92 108,96 2008 117.213.000 225.041 1,92 123,17 2009 119.944.000 229.731 1.92 137,91 2010 122.312.000 234.377 1,92 150,49 Sumber : Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia (2011) Dari data di atas disimpulkan bahwa jumlah kedatangan wisatawan nusantara setiap tahunnya terus meningkat dari tahun ke tahunnya. Dari total keseluruhan jumlah kedatangan wisatawan domestik yakni sebanyak 813.327.000 jiwa. Sedangkan untuk jumlah rata-rata lama tinggal per harinya wisatawan nusantara yakni sebanyak 1,88 dan total pendapatan devisa secara keseluruhan dari tahun 2004-2010 yakni sebesar Rp. 813.327.000 triliun.

3 Dari data kunjungan wisatawan di atas cukup membuktikan bahwa sektor pariwisata di Indonesia sudah berkembang dan telah menjadi salah satu alternatif dalam sektor ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan di Indonesia. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Clement, (1959: 35) dalam Yoeti, (2008: 34) bahwa: When top government and officials do not understand and support the development of tourism, the entire economy suffers because useful economic importance of tourism and support its development jobs can be created, national income can be increased, foreign exchange position can be srenghthened, tax revenues can be increased Pada dasarnyna Clement mengatakan Bila pejabat-pejabat pemerintahan tidak mengerti dan tidak mendukung pengembangan pariwisata, maka keseluruhan perekonomian menderita, karena sarana perekonomian akan terbengkalai atau menganggur. Tetapi bila pejabat-pejabat pemerintahan mengerti dan mendukung pengembangan pariwisata, maka akan dapat meningkatkan devisa negara, menciptakan kesempatan berusaha, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional, peningkatan dalam penerimaan pajak bagi pihak pemerintah dan memperkuat neraca pembayaran. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun (1993) mengamantkan bahwa pembangunan pariwisata adalah untuk meningkatkan status dan kedudukan pariwisata dari sub-sektor pembangunan menjadi sektor pembangunan yang andal yang mampu menggiatkan perekonomian dan sector-sektor lainnya yang terkait.

4 Sementara itu dalam aspek sosial, pariwisata berperan dalam penyerapan tenaga kerja, apresiasi seni, tradisi, budaya bangsa dan peningkatan jati diri bangsa. Dalam aspek lingkungan, pariwisata khususnya ekowisata dapat mengangkat produk dan jasa wisata seperti kekayaan dan keunikan alam dan laut, selain itu sebagai alat yang sangat efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya tradisional (RPJMN 2009-2014 dalam Nugroho 2011: 1). Di tengah dinamika sosial ekonomi dunia, ditandai krisis ekonomi dunia, globalisasi dunia yang belum tuntas, kenaikan harga minyak dunia, telah berkembang suatu jenis jasa wisata yang memberi jaminan bagi terciptanya kesejahteraan. Sektor usaha tersebut dikenal dengan ecotourism atau ekowisata. Menurut The International Ecotourism Society atau TIES (1991), ekowisata adalah perjalanan ke wilayah-wilayah alami dalam rangka mengkonservasi atau menyelamatkan lingkungan dan memberi penghidupan penduduk lokal Indonesia memiliki potensi dan kekayaan alam yang bernilai tinggi dalam pasar industri wisata alam, khususnya ekowisata. Sebagai bentuk wisata yang trend, ekowisata memiliki kekhususan tersendiri yaitu mengedepankan konservasi lingkungan, pendidikan lingkungan, kesejahteraan penduduk lokal dan menghargai budaya lokal. Taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang melimpah menjadi salah satu bagian pengembangan ekowisata. Taman nasional yang menawarkan wisata ekologis banyak diminati wisatawan, hal ini karena adanya pergeseran paradigma kepariwisataan internasional dari bentuk pariwisata massal (mass tourism) ke wisata minat khusus yaitu ekowisata (Nugroho, 2011: 3)

5 Kelembagaan ekowisata diluar wilayah taman nasional juga dapat dikembangkan. Wilayah tujuan ekowisata tersebut biasanya memiliki karakteristik konservasi yang kuat baik dari aspek sosial maupun lingkungannya. Kearifan, pengalaman, dan nilai-nilai budaya sedemikian menyatu dengan lingkungan untuk mendukung kehidupan ekonomi. Wilayah tujuan ekowisata itu dapat menjadi bagian dari ekosistem pesisir, lautan, hutan atau daratan di sekitar kawasan konservasi, desa atau wilayah yang memiliki nilai-nilai khas yang harus diwariskan untuk generasi mendatang. Pengembangan ekowisata diluar wilayah taman nasional banyak dikembangkan oleh organisasi masyarakat atau perorangan yang memiliki kompetensi dalam ekowisata. Mereka ini biasanya memiliki pengetahuan ekowisata, informasi pasar, modal dan potensi wilayah tujuan wisata. Baik secara individual maupun membentukan jaringan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM), atau perguruan tinggi, mereka mampu membangun saluran informasi kepada pengunjung melalui berbagai media. Mereka kemudian mendapat sambutan positif penduduk lokal melalui manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan segingga seluruh stakeholder ekowisata bersama-sama bertanggung jawab memastikan sustainability sumber daya ekowisata. Konsep dan implementasi ekowisata tidak dapat dilepaskan dari pengembangan kawasan konservasi (protected area). Jasa ekowisata dianggap sebagai salah satu pintu masuk, sebagai suatu pendekatan ekonomi, yang menelaah dan mengkaji manfaat sumber daya alam dan lingkungan dalam kaidahkaidah konservasi. Jasa ekowisata adalah sektor riil terdepan yang mengemas jasa

6 lingkungan dan budaya sehingga menghasilkan manfaat banyak kepentingan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Pengembangan desa wisata telah banyak dikembangkan oleh organisasi masyarakat atau perorangan yang memiliki kompetensi dalam ekowisata, salah satunya adalah kelompok swadaya masyarakat di Desa Langensari tepatnya Kampung yaitu Spinach Management. Spinach Management merupakan unit jasa yang bergerak dalam bidang pariwisata yang menawarkan beberapa konsep untuk group baik perusahaan, sekolah ataupun komunitas yang berencana mengadakan kegiatan outing gathering dengan fokus kegiatan di sekitar Bandung Jawa Barat dan Tanjung Lesung Banten. Berdiri melalui kelompok swadaya masyarakat membuat Spinach Management memiliki kekuatan lebih baik karenakan masyarakat sekitar diajak untuk ikut mengelola Kampung Wisata. Kampung Wisata merupakan salah satu desa yang memiliki potensi besar dalam melaksanakan kegiatan kepariwisataan. Kampung Wisata terletak di Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Akses menuju pemukiman ini mudah dijangkau, karena berada di jalur Jalan Raya Maribaya, Lembang Bandung. Dalam perencanaan dan pengembangannya Kampung Wisata menggunakan konsep Community- Based Tourism (CBT). Ada tiga kegiatan pariwisata yang dapat mendukung konsep CBT yakni penjelajahan (adventure travel), wisata budaya (cultural tourism), ekowisata (ecotourism).

7 Menurut Bank Dunia konsep CBT akan melibatkan pula masyarakat dalam proses pembuatan keputusan khususnya terkait dengan perolehan pendapatan, kesempatan kerja, serta pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya menumbuhkan jati diri dan rasa bangga dari penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan pariwisata. Namun pada kenyataannya, masyarakat setempat yang berada di wilayah Kampung Wisata belum diberdayakan secara secara optimal, hal ini disebabkan karena kurangnya tingkat pendidikan masyarakat di Kampung Wisata itu sediri. Maka dari itu, pihak pengembang melakukan rekruitmen SDM dari luar karena dianggap lebih kompeten dalam perencanaan dan pengembangan di Kampung Wisata. Dalam perkembangan ekowisata maupun desa wisata aspek sosial dan aspek lingkungan tidak dapat dihindarkan. Dalam aspek sosial bukan hanya mengidentifikasi stakeholder tetapi juga mengorganisirnya sehingga menghasilkan manfaat dan insentif ekonomi yang optimal bagi masing-masing stakeholder. Stakeholder dalam sektor ekowisata meliputi siapapun yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sektor ekowisata. Mereka adalah penduduk lokal, pemerintah, kelompok swadaya masyarakat ataupun LSM, sektor swasta, wisatawan, dan pihak lain yang tidak secara langsung terkait dengan ekowisata Sedangkan dalam aspek lingkungan meliputi sumber daya alam dan buatan memiliki hubungan yang komplek dengan aktifitas pariwisata, ekowisata dan desa wisata. Hubungan tersebut melibatkan beragam aktifitas yang dapat menghasilkan dampak-dampak positif atau negatif. Dampak positifnya adalah lahirnya manfaat berupa perlindungan dan konservasi lingkungan, lahirnya kesadaran tentang nilai-

8 nilai lingkungan dan implikasi upaya-upaya komprehensif tentang pembiayaan investasi dan pengelolaannya. Sedangkan dampak negatifnya adalah aktifitasaktifitas selama pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, airport dan sebagainya, hingga sarana pariwisata seperti hotel, restoran, resort, atau lapangan golf. Dampak-dampak tersebut dapat bersifat langsung, gradual atau tidak dapat terdeksi saat sekarang. Secara umum dampak ekowisata akan terjadi ketika aktifitasnya telah melebihi kemampuan daya dukung lingkungan suatu wilayah (Nugroho, 2011: 101). Adapun kondisi aktual Kampung Wisata berkenaan dengan lingkungan yakni sampah, polusi udara, polusi air, polusi suara dan vandalisme masih menjadi permasalahan utama. Hal ini desebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat setempat akan pentingnya dalam menjaga lingkungan atau konservasi. Aktifitas itu mengakibatkan suatu perubahan yang signifikan berupa ancaman potensial misalnya erosi, longsor, berkurangnya fauna, kerusakan aset-aset lingkungan, polusi, dan tersisihnya penduduk lokal. Maka dari itu, upaya konservasi lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat di lingkungan ekowisata maupun desa wisata sangat diperlukan dan dikembangkan, guna terciptanya sustainable tourism yang berdampak pada perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan kesenjangan sosial. Maka dari itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul Model Community-Based Tourism melalui Pendekatan Konservasi Lingkungan di Kampung Wisata.

9 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi fisik biotik dan abiotik di Kampung Wisata? 2. Bagaimana potensi yang dimiliki masyarakat di Kampung Wisata? 3. Bagaimana penerapan Community-Based Tourism berlandaskan pendekatan konservasi lingkungan di Kampung Wisata? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis secara umum adalah mewujudkan lingkungan wisata kampung atau ekowisata yang representatif, nyaman, seimbang, dan berwawasan lingkungan. Selain itu adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini yakni : 1. Menganalisis kondisi fisik biotik dan abiotik di Kampung Wisata. 2. Mengidentifikasi potensi masyarakat di Kampung Wisata. 3. Menganalisis penerapan Community-Based Tourism berlandaskan pendekatan konservasi lingkungan di Kampung Wisata. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat yang diperoleh penulis adalah mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan pemahaman tentang kepariwisataan.

10 2. Manfaat yang diperoleh Spinach Management selaku pengelola dan pengembang adalah melalui penelitian ini dapat teridentifikasi potensi, peluang, dan kelemahan yang ada di Kampung Wisata. Sehingga diharapkan penulisan ini dapat menjadi salah satu acuan bagi pihak Spinach Manajement dalam menciptakan pembangunan berkelanjutan ataupun pariwisata berkelanjutan melalui pengembangan Community-Based Tourism yang berlandaskan pada konservasi lingkungan. 3. Memberikan masukan kepada masyarakat sekitar mengenai aktivitas yang dapat dilakukan di kawasan Kampung sehingga ke depannya menjadikan Kampung Wisata lebih aman, nyaman, dan berkesinambungan.