PANDANGAN CIVITAS AKADEMIA UII MENGENAI CANDI KIMPULAN DI KAMPUS TERPADU UII YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

Pelestarian Cagar Budaya

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

Peristiwa Letusan Merapi Mengubur Candi Pustakasala

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

Cagar Budaya Candi Cangkuang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Palembang. Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai Kota Palembang.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi


BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Prambanan yang meliputi Kabupaten Sleman DIY dan. Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah merupakan suatu wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

Perkembangan Arsitektur 1

BAB I. PENDAHULUAN A.

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB III TINJAUAN KHUSUS

PENEMUAN SEBUAH CANDI BATA DI DAERAH PANTURA JAWA TENGAH THE FINDING OF BRICK CONSTRUCTED TEMPLE IN THE NORTHERN COASTAL OF CENTRAL JAVA

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANGUNAN BERSEJARAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

Dengan adanya aplikasi ini diharapkan dapat berdampak pada peningkatan jumlah wisatawan yang hadir ke Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mengunjungi sit

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB III: TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LAPORAN KEGIATAN PPM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

Allah SWT semata. Untuk itu, manusia harus mengagungkan asma Allah, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI

Jurnal Geografi. Media Informasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

BAB I PENDAHULUAN. m.dpl. dan dikelilingi oleh Pergunungan Api Dieng. Secara administratif Plato

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG

MODEL AMBANG BATAS FISIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS AREA WISATA. Abstrak

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk

MODUL III PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA

BAB III GEDUNG KONSER MUSIK KLASIK DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

ABSTRAK PERANCANGAN MEDIA PROMOSI CANDI MUARA TAKUS PROVINSI RIAU. Oleh: Elvin Winardy

STANDAR OPERASIONAL PERIZINAN DAN PEMANFAATAN CANDI BOROBUDUR, CANDI MENDUT, DAN CANDI PAWON

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

Transkripsi:

PANDANGAN CIVITAS AKADEMIA UII MENGENAI CANDI KIMPULAN DI KAMPUS TERPADU UII YOGYAKARTA Irfanuddin Wahid Marzuki (Balai Arkeologi Manado) Abstrak The slopes of Mount Merapi are found the remains of the temple of the Ancient Mataram Kingdom. The temples are lava eruption buried for hundreds of years. One fi nding of the temple is a temple complex Kimpulan its Integrated Campus Indonesian Islamic University (UII) in Yogyakarta Jalan Kaliurang Km 14. Kimpulan temple discovered during the construction of the central library UII intact no damage. In this article, try to fi nd out the views of the academic community of the existence of temples Kimpulan UII. Key words: Mataram Kingdom, Kimpulan temple,, Integrated Campus UII Pendahuluan Candi merupakan sebutan untuk tempat suci bagi umat Hindu atau Budha di Jawa, sebutan lainnya adalah biaro di Sumatra ataupun pura di Bali. Candi banyak tersebar di wilayah Jawa Tengah dan DIY, karena pada dahulu merupakan pusat kerajaan Hindu dan Budha yang berkembang pesat. Candi-candi tersebut ditemukan ada yang dalam keadaan baik, rusak ataupun hanya tinggalan berupa bagian bawahnya saja. Secara umum, bangunan candi terdiri dari 3 bagian, yaitu kaki, badan atap candi. Pembagian menjadi tiga bagian tersebut melambangkan adanya 3 alam yang dilalui oleh manusia yaitu bhur, bwah dan swah loka. Bhurloka menggambarkan alam sebelum manusia dilahirkan ke dunia, swahloka merupakan alam kehidupan manusia, dan swahloka merupakan alam sesudah manusia meninggal. Pada tahun 2009, ditemukan adanya suatu bangunan candi di kompleks Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia di Jalan Kaliurang Km 14 Yogyakarta. Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 65

Secara administratif Candi Kimpulan terletak di Dusun Kimpulan, Kelurahan Umbulmartani Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara astronomis terletak pada 04 35 524 LU dan 91 50 111 dan secara geografis berada di antara dua Sungai Kladuan di sisi timur dan Sungai Klanduan di sisi barat. Lokasi temuan merupakan lokasi bakal pembangunan bangunan gedung perpustakaan UII. Temuan pada awalnya berupa lubang pondasi ke-21 dari 24 lubang pondasi kolom bangunan. Penemuan tersebut terjadi pada hari Jum at Foto 1. Lokasi temuan Candi Kimpulan di kompleks pembangunan gedung perpustakaan pusat UII(doc. pribadi). tanggal 11 Desember 2009 pukul 10.00 WIB, dan dilaporkan ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) DIY pada besok harinya. Pada hari Sabtu tanggal 12 Desember, pihak BP3 langsung mengadakan survei ke lokasi temuan. Temuan awal berupa struktur bangunan dan temuan lepas yang berupa fragmen batu (Tim Penyusun, 2010a : 1-3). Berdasarkan lokasi administratif temuan, maka untuk sementara temuan disebut dengan Candi Kimpulan. Penamaan situs dalam arkeologi umumnya berdasarkan pada lokasi temuan, sebutan dalam prasasti dan penyebutan yang sudah ada dalam masyarakat sekitar. Temuan Candi kimpulan relatif runtuh, hanya tertimbun tanah letusan Gunung Merapi. Pada saat ditemukan, berada pada kedalaman 2,70 m. Berdasarkan dari laporan tim geologi hal ini disebabkan karena dua hal. a. Arus yang membawa sedimen tidak terlalu deras. Sehingga boulder yang terbawa tidak menghantam bangunan dengan keras. Indikasi arus ini terlihat dari layer lapisan tanah (stratigrafi) yang relatif datar. b. Arus yang membawa bahan sedimen tidak menghantam tegak lurus dengan dinding bangunan, tetapi menghantam bagian sudut bangunan sehingga arus dapat terbelah ke kanan dan kiri bangunan (Tim Penyusun, 2010a :15). 66 Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012

Berdasarkan hasil ekskavasi yang dilakukan oleh BP3 DIY, dapat diketahui bahwa Candi Kimpulan merupakan candi Hindu. Hal ini dapat diketahui dari adanya temuan lingga dan yoni, serta arca Ganesa. Bangunan terdiri dari dua jenis, yaitu candi induk dan candi perwara. Candi induk berukuran 6,21 x 6,21 m dan tinggi 2,13 m dengan arah hadap ke timur. Sedangkan candi perwara berukuran lebih kecil, yaitu 4,11 m x 6,36 m dengan tinggi 1,64 m yang menghadap ke barat. Berdasarkan hiasannya, candi perwara tidak terdapat hiasan pada pagar langkan ataupun pintu masuknya. Sedangkan candi induk terdapat ukiran pada langkan dan pintu masuknya. Bangunan bebahan batu andesit, dengan batas halaman berupa susunan batu alam. Dari uraian di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi atau pandangan civitas akademika UII mengenai Candi Kimpulan. Alasan memilih topik tersebut dikarenakan sampai saat ini belum diketahui bagaimana tanggapan ataupun persepsi akan temuan candi tersebut. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data, analisis data dan penyajian tulisan. a. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, kepustakaan dan wawancara mendalam (indept interview). Observasi, dilakukan dengan pengamatan langsung ke lokasi obyek penelitian yaitu Candi Kimpulan. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan fisik temuan, penanganan temuan dan lokasi temuan. Kepustakaan, dilakukan dengan melakukan mencari bahan bacaan yang berhubungan mengenai candi pada khususnya dan juga tentang metode wawancara yang akan digunakan untuk mendapatkan data dari responden. Wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui persepsi atau pandangan masyarakat civitas akademika UII akan keberadaan dan pemanfataan candi kedepannya. Wawancara merupakan interaksi verbal antara penulis dan responden. Wawancara bukan sekedar alat dan studi. Wawancara merupakan kemampuan sosial, peran yang kita mainkan memberi kenikmatan dan kepuasan. Hubungan yang berlangsung dan terus menerus memberikan keasyikan, sehingga kita berusaha menguasainya (Beny dan Hughes, 1956 : 138, Black, 1999:305). Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 67

b. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan mengolah data yang didapat berupa pendapat ataupun pandangan dari para responden tentang Candi Kimpulan. Data yang didapat akan dipisahkan sesuai dengan criteria yang telah ditentukan. Misalnya yang mengetahui dan yang tidak mengetahui tentang adanya temuan candi, dan juga bagaimana pengelolaan kedepannya. c. Penyajian Tulisan Metode penyajian tulisan dilakukan supaya data yang didapat selama di lapangan dapat disajikan dan dibaca oleh masyarakat luas dengan mudah dipahami. Kerangka Teori Mundardjito (2002), mengemukakan bahwa situs-situs candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta kebanyakan merupakan situs upacara. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa situs tidak hanya berfungsi tunggal sebagai tempat upacara saja. Tentunya ada masyarakat pendukungnya yang berada tidak jauh dari lokasi situs candi. Namun sampai saat ini belum ada temuan pemukiman yang ditemukan di sekitar candi. Hal ini bisa disebabkan karena bangunan candi umumnya terbuat dari bahan batuan yang lebih kuat, sehingga lebih tahan lama dibandingkan bangunan tempat tinggal biasa. Selain itu juga mengkaji pola penempatan bangunan suci candi di Kabupaten Sleman dan Bantul. Candi sebagai peninggalan sejarah perlu dilestarikan karena mempunyai nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan kebudayaan. Dalam melestarikan suatu tinggalan sejarah hendaknya berpedoman pada UU yang ada, yaitu UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Berdasarkan pasal 3 UU No. 11 tahun 2010, pelestarian Cagar Budaya bertujuan: a. melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia; b. meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya; c. memperkuat kepribadian bangsa; d. meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan e. mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional. 68 Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012

Hasil Pembahasan Berdasarkan dari data yang didapat dari lapangan dan laporan akhir BP3 DIY, diketahui bahwa Candi Kimpulan merupakan candi Siwa. Hal ini berdasarkan pada atribut-atribut yang ada dan juga temuan arca di lokasi Candi. a. Candi Induk Candi induk berukuran 6,21 m x 6,21 m dengan ketebalan dinding 40 cm. Tinggi dinding 213 cm dengan arah hadap ke timur dan lebar pintu 60cm. b. Candi Perwara Berukuran 4,11 m x 6,36 m dan tinggi 164 cm, dengan arah hadap ke barat dan lebar pintu 52 cm. Jarak antara candi perwara dengan candi induk adalah 3,02m. c. Adanya temuan lingga dan yoni yang merupakan symbol dari Dewa Syiwa dan Parwati. d. Adanya temuan arca Ganesya. Pandangan atau persepsi mengenai Candi Kimpulan dari pihak pengelola (Badan Wakaf UII), termaktub dalam perjanjian kerjasama pengelolaan Candi Kimpulan. Dalam pasal 4 disebutkan bahwa Pihak I (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata) dan pihak II (Badan Wakaf UII) mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut. (1) PIHAK PERTAMA: a. berkewajiban memberikan bantuan teknis kepada PIHAK KEDUA untuk mendukung pelestarian Situs Kimpulan; b. berkewajiban melakukan pembinaan teknis pelestarian Situs Kimpulan; c. berkewajiban mempromosikan dan mempublikasikan Situs Kimpulan sebagai bagian dari upaya pelestarian benda cagar budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta secara keseluruhan d. berkewajiban memberi ganti rugi atas biaya pra pembangunan gedung perpustakaan yang telah dikeluarkan kepada PIHAK KEDUA. e. berhak memanfaatkan lahan beserta Situs Kimpulan untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial, dan kebudayaan bagi kepentingan umum. f. berhak memberikan masukan, saran dan usul kepada PIHAK KEDUA dalam upaya pelestarian Situs Kimpulan; dan, g. berhak melakukan pengawasan terhadap pengelolaan Situs Kimpulan oleh Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 69

PIHAK KEDUA dan dampak lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan akademik maupun non akademik. (2) PIHAK KEDUA : a. berkewajiban melaksanakan penataan lingkungan sekitar Situs Kimpulan dalam rangka mendukung upaya pelestarian; b. berkewajiban melaksanakan pembinaan terhadap civitas akademika Universitas Islam Indonesia dan tenaga pengamanan tentang nilai penting Situs Kimpulan; c. berkewajiban melakukan koordinasi teknis dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta dalam setiap penyelenggaraan kegiatan yang dapat membawa dampak negatif terhadap kelestarian Situs Kimpulan; d. memberi izin kepada PIHAK PERTAMA untuk memanfaatkan lahan Situs Kimpulan untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial, dan kebudayaan bagi kepentingan umum; e. berhak menerima ganti rugi atas biaya pra pembangunan gedung perpustakaan yang telah dikeluarkan dari PIHAK PERTAMA sebesar Rp.980.000.000,- (sembilan ratus delapan puluh juta rupiah); f. berhak mendapatkan bantuan teknis dari PIHAK PERTAMA untuk melestarikan Situs Kimpulan; g. berhak melakukan pengelolaan dan/atau pemanfaatan Situs Kimpulan guna kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial, dan kebudayaan dengan tetap memperhatikan ketentuan perundang-undangan; dan h. berhak mengatur jam kunjung masyarakat ke Situs Kimpulan. (3) PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama: a. menyusun program pelestarian dan pengelolaan Situs Kimpulan; dan b. melakukan evaluasi pelaksanaan pelestarian dan pengelolaan Situs Kimpulan. Dari perjanjian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pihak pemilik lahan (Badan Wakaf UII) menyadari adanya nilai penting dari Candi Kimpulan, sehingga perlu untuk dilestarikan. Sedangkan pandangan dari dosen-dosen UII beraneka ragam, namun secara umum bahwa temuan candi tersebut harus dilestarikan dan dirawat. Selain itu dengan pengelolaan 70 Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012

yang baik, keberadaan candi dalam lingkungan kampus akan menjadikan nilai tambah bagi kampus UII. Karena tidak ada duanya di Indonesia, suatu kampus memiliki lokasi situs candi di dalamnya. Selain itu juga bisa berfungsi sebagai laboratorium alam untuk menambah wawasan akan nilai-nilai yang terkandung dalam tinggalan candi tersebut. Selain pihak Badan wakaf dan dosen, juga ada pandangan dari pihak mahasiswa UII. Hampir semua responden pernah mendengar adanya temuan candi di lingkungan kampus mereka, namun belum semuanya pernah melihat ataupun mendatangi lokasi candi. Walaupun belum pernah melihat, namun secara umum pandangan atau persepsi mahasiswa bahwa candi tersebut layak untuk dilestarikan dan dipertahankan, sehingga dapat dijadikan laboratorium lapangan. Selain itu juga berharap bahwa mereka lebih diperkenalkan sehingga rasa memiliki terhadap temuan candi tersebut semakin tinggi, yang pada akhirnya akan ikut menjaga kelestarian candi. Juga melihat adanya hubungan antara pembangunan perpustakaan dan candi yang saling berkaitan, dalam artian bahwa candi juga dapat menjadi tempat informasi secara langsung akan tinggalan cagar budaya. Secara umum, mahasiswa sudah mengetahui bahwa candi merupakan cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan. Penutup Dari uraian di atas dapat ditarik adanya kesimpulan bahwa secara umum bahwa pandangan masyarakat kampus UII akan adanya temuan candi di lokasi kampus harus dijaga dan dilestarikan karena merupakan cagar budaya hasil tinggalan nenek moyang. Secara khusus pandangan atau persepsi akan Candi Kimpulan dapat dikelompokkan menjadi: a. Yayasan Badan Wakaf, perlu dilestarikan dan dikelola dengan baik untuk pemanfaatan dalam bidang pendidikan dan non pendidikan. b. Dosen, perlu adanya pengelolaan dan pelestarian yang baik sehingga dapat dijadikan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Selain itu menjadikan nilai tambah bagi kampus UII. c. Mahasiswa, bahwa temuan candi tersebut harus dijaga dan dilestarikan serta diperkenalkan lebih mendalam sehingga ada rasa memiliki oleh mahasiswa. Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 71

DAFTAR PUSTAKA Black, James A dan Dean J Champion. 1999. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama. Mundardjito, 2002. Pertimbangan Ekologis, Penempatan Situs Masa Hindu-Budha di Daerah Yogyakarta. Jakarta: Wedhatama Widya Sastra. Piagam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Candi Kimpulan antara Badan Wakaf UII dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Tim Penyusun, 2010a. Laporan Perkembangan Pelestarian Situs Kimpulan, Yogyakarta: BP3 DIY. --------------------, 2010b. Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) Kegiatan Studi Teknis Candi Kimpulan Tahun 2010. Yogyakarta: BP3 DIY. UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. 72 Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012