BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sabagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar mampu beradaptasi. Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan baik, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi.mereka bahkan gagal melakukan koping yang sesuai tekanan yang dialami, atau mereka menggunakan koping yang negatif, koping yang tidak menyelesaikan persoalan dan tekanan tapi lebih pada menghindari atau mengingkari persoalan yang ada ( Sulistiawati, 2005). Kegagalan dalam memeberikan koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antara individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007). Setiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada berbagai tingkat hubungan, yaitu dari hubungan intim sampai dengan hubungan saling ketergantungan. Keintiman dan saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan setiap
hari. Individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu individu perlu membina hubungan interpersonal yang memuaskan (Stuart, Gail W, 2007). Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan serta respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerja sama, hubungan timbal balik yang sinkron (Stuart & Sundeen, 1995). Peran serta dalam proses hubungan dapat berfluktasi sepanjang rentang tergantung dan mandiri, artinya suara saat individu tergantung pada orang lain (dependent) dan suatu saat orang lain tergantung pada individu (independent) (Stuart & Sundeen,1995). Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap proses hubungan yang disebabkan kurangnya peran serta dan respon lingkungan yang negatif. Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk menghindar dari orang lain (rasa tidak percaya pada orang lain). Percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain ini dalam keperawatan jiwa biasa disebut perilaku menarik diri (Rawlins,1993). Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi diri
sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya. Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik diri sehingga melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif penulis berusaha memberikan asuhan keperawatan yang semaksimal mungkin kepada pasien dengan masalah keperawatan utama isolasi sosial : menarik diri. Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakan hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya isolasi sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya (Carpenito, 1997).
Pentingnya peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa dapat dipandang dari berbagai segi.pertama, keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan institusi pendidikan utama bagi individu yang belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku (Clement dan Buchanan, 1982, hlm. 171). Individu menguji coba perilakunya di dalam keluarga, dan umpan balik keluarga mempengaruhi individu dalam mengadopsi perilaku tertentu. Semua itu merupakan persiapan individu untuk berperan di masyarakat. Kedua, jika keluarga di pandang sebagai satu sistem, maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem. Sebaliknya disfungsi keluarga dapat pula merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan pada anggota. Ketiga, berbagai pelayanan kesehatan jiwa bukan tempat klien seumur hidup tetapi hanya fasilitas yang membantu klien dan keluarga mengembangkan kemampuan dalam mencegah terjadi masalah, menanggulangi berbagai masalah dan mempertahankan keadaan adaptif. Keempat, dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab kambuh gangguan jiwa adalah keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku klien di rumah (Sullinger, 1988). Dari keempat pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga berperan penting dalam peristiwa terjadinya gangguan jiwa dan proses penyesuaian kembali setiap klien. Oleh karena itu peran serta keluarga dalam
proses pemulihan dan pencegahan kambuh kembali klien gangguan jiwa sangat diperlukan. Masalah menarik diri dalam kasus keperawatan jiwa mempunyai tingkatan rentang yang berbeda pula. Untuk itu seorang perawat psikiatri diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang adaptif dari klien dengan menggunakan asuhan keperawatan langsung secara komprehensif dan komunikasi terapeutik ( Stuart & Sundeen, 1998). Menurut study pendahuluan di ruang XI (Larasati) RSJD Dr. Amino Gondohutomo dari 15 pasien, yang mengalami gangguan isolasi sosial : menarik diri sebanyak 5 orang. Rata rata menarik diri dialami oleh pasien usia 30-60 tahun dengan permasalahan umumnya adalah masalah perekonomian keluarga dan masalah rumah tangga dengan prosentase 80%. Tanda-tanda pasien menarik diri biasanya apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan), afek tumpul, ekspresi wajah tampak sedih, sering menyendiri serta jarang bercakap-cakap dengan orang lain / perawat (Townsend, Mary. C, 1998). Dalam hal ini peran fungsi dan tanggung jawab perawat psikiatri dalam meningkatkan kesehatan jiwa, dalam kaitannya dengan menarik diri adalah meningkatkan percaya diri pasien dan mengajarkan untuk berinteraksi dengan orang lain misalnya berkenalan dan bercakap-cakap dengan pasien lain, memberikan penjelasan tentang kerugian menyendiri dan keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain sehingga diharapkan mampu terjadi
peningkatan interaksi sosial pasien, dan perawat juga bertanggung jawab untuk memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien yang meliputi : menjelaskan kepada keluarga tentang pengertian menarik diri, penyebab menarik diri, tanda dan gejala menarik diri dan cara perawatan pasien menarik diri karena peran serta keluarga dalam pemulihan dan pencegahan kambuh kembali pasien sangat diperlukan (Keliat, 1996). B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah: 1. Tujuan Umum Untuk memberikan gambaran nyata tentang asuhan keperawata pada pasien dengan masalah utama menarik diri. 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada Ny. S dengan isolasi sosial : menarik diri. b. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan isolasi sosial : menarik diri. c. Dapat menyusun perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah isolasi sosial : menarik diri pada Ny. S. d. Mendiskripsikan implementasi pada pada pasien dengan isolasi sosial : menarik diri. e. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan.
f. Untuk mengetahui factor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan isolasi sosial : menarik diri. C. Proses Pembuatan Karya Tulis Ilmiah Penulis Karya Tulis Ilmiah ini dengan menggambarkan masalah yang terjadi pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Wawancara Yaitu melakukan tanya jawab langsung dengan pasien, perawat dan dokter serta tim kesehatan lainnya. 2. Observasi partisipasi pasif Yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan secara langsung sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dengan timbulnya perubahan klinis. 3. Studi kepustakaan Mempelajari dan memahami literature yang berhubungan dengan perilaku menarik diri. 4. Studi dokumentasi Pengumpulan data dengan mempelajari catatan medis pasien dan hasil pemeriksaan pasien.
D. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II Berisi tentang konsep dasar yang berisi tentang pengertia, rentang respon sosial, pengkajian, faktor predisposisi, faktor presipitasi, tanda dan gejala, mekanisme koping, masalah keperawata, pohon masalah keperawata dan data yang perlu dikaji, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan dan setrategi tindakan keperawatan. Bab III Berisi tentang tinjauan kasus yang membahas kasus pasien meliputi pengkajian, analisa data, masalah keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implimentasi dan evaluasi. Bab IV Berisi tentang pembahasan kasus yang bertujuan untuk menemukan kesenjangan antara teori dan fakta yang ada mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab V Berisi tentang kesimpulan dan saran saran tentang kasus yang dibahas dan dapat menjadi pemikiran selanjutnya.