Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks

dokumen-dokumen yang mirip
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

Taufik Ramuli ( ) Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok Indonesia.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

BAB III METODE PENELITIAN

31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

ANALISIS PERFORMANSI PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE TIPE BEM DENGAN MENGGUNAKAN PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA FLUIDA PANAS (Mh)

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor

Pengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA

ANALISIS PENGARUH KECEPATAN FLUIDA PANAS ALIRAN SEARAH TERHADAP KARAKTERISTIK HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE. Nicolas Titahelu * ABSTRACT

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB lll METODE PENELITIAN

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE DENGAN SISTEM SINGLE PASS

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR

EFEKTIVITAS FUEL OIL HEATER PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

JURNAL SKRIPSI PROGRAM SARJANA. Erwin Firmansyah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198

BAB IV PENGOLAHAN DATA

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN FLUIDA DINGIN

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

SIMULASI PENGARUH DAYA TERDISIPASI TERHADAP SISTEM PENDINGIN PADA BEJANA TEKAN MBE LATEKS

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ANALISIS DAN SIMULASI KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN SEJAJAR DENGAN VARIASI KAPASITAS ALIRAN.

EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE PLATE P41 73TK Di PLTP LAHENDONG UNIT 2

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

ANALISIS DAN SIMULASI KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

JURNAL SKRIPSI PROGRAM SARJANA. Endrid Gusman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENUKAR PANAS GAS-GAS (HXG)

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL JUDUL PENELITIAN

PENUKAR PANAS GAS-GAS (HXG)

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Tugas Akhir. Perancangan Hydraulic Oil Cooler. bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding

Experimental Study of Heat Transfer Characteristics in The Hair-Pin Heat Exchanger

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR. Rikhardus Ufie * Abstract

SIMULASI EFEKTIFITAS ALAT KALOR TABUNG SEPUSAT DENGAN VARIASI KAPASITAS ALIRAN FLUIDA PANAS, FLUIDA DINGIN DAN SUHU MASUKAN FLUIDA PANAS DENGAN ALIRAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

Analisa Unjuk Kerja Secondary Superheater PLTGU Dan Evaluasi Peluang Peningkatan Effectiveness Dengan Cara Variasi Jarak, Jumlah dan Diameter Tube

ANALISIS PERHITUNGAN LAJU PERPINDAHAN PANAS ALAT PENUKAR KALOR TYPE PIPA GANDA DI LABORATORIUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

OPTIMASI SHELL AND TUBE KONDENSOR DAN PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA AC UNTUK PEMANAS AIR

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

PENYUSUNAN PROGRAM KOMPUTASI PERANCANGAN HEAT EXCHANGER TIPE SHELL & TUBE DENGAN FLUIDA PANAS OLI DAN FLUIDA PENDINGIN AIR

Transkripsi:

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks Dwi Arif Santoso Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Jl. Margonda 100 Depok, 16424 E-mail : d.arif29@gmail.com Abstrak Counterow Heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang digunakan untuk memindahkan panas dari uida yang bertemperatur lebih tinggi menuju uida yang bertemperatur lebih rendah. Nilai koesien perpindahan panas dipenaruhi oleh karakteristik aliran. Tujuan penelitian ini menganalisis nilai koesien perpindahan panas konveksi dan mengetahui distribusi temperatur pada heat exchanger tipe counterow menggunakan solidworks. Dua buah pipa digunakan dengan pipa air panas diameter 28,5 cm, pipa pendingin diameter 87,5 cm dan panjang pipa 120 cm yang digunakan pada penelitian. Perubahan temperature dikontrol pada temperatur air panas 85 C, air pendingin 17 ºC, dan air normal 32 ºC. Debit aliran dijaga konstan. Hasil menunjukan penurunan temperatur air panas 5 C dan air dingin 3 C. Nilai koesien perpindahan panas dipengaruhi oleh variasi temperatur dan debit aliran. Kata Kunci : Heat Exchanger, distibusi aliran, laju aliran massa, temperatur air, koesien konveksi, bilangan nusselt, bilangan prandtl, bilangan reynold Pendahuluan Tujuan menggunakan heat exchanger untuk mengontrol sistem atau substansi temperatur dengan menambah atau menghilangkan energi termal. Heat exchanger merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari uida yang bertemperatur lebih tinggi menuju temperatur lebih rendah. Keuntungan utama dari penukar panas pipa ganda dioperasikan dalam pola berlawanan arah (counter- ow), yang merupakan pola aliran yang paling esien. akan memberikan koesien perpindahan panas tertinggi keseluruhan untuk desain penukar panas pipa ganda. Juga menukar panas pipa ganda dapat menangani tekanan tinggi dan temperatur. Analisis koesien perpindahan panas konveksi dan distribusi temperatur aliran uida pada heat exchanger counter- ow menggunakan solidworks. Penukar panas adalah perangkat di mana energi ditransfer dari satu cairan lain permukaan penampang. Hal ini berbeda untuk Penukar panas tradisional, khususnya Penukar panas shell and tube. Perpindahan panas yang dihitung dalam tabung melingkar dipelajari oleh regers dan mayhew. Mereka mengamati bahwa bahkan untuk alat uap panas, temperatur yang tinggi seragam dinding tidak diperoleh terutama disebabkan oleh distribusi kondensat uap atas permukaan coil. Pada aliran sepenuhnya dikembangkan dalam acurved pipa dengan uks panas yang seragam untuk jumlah temperatur besar. Aliran dan temperatur dipelajari dengan eksperimen. Mereka menganggap bahwa aliran dibagi menjadi dua bagian, lapisan batas kecil dekat dinding pipa dan wilayah inti besar yang membuat aliran yang tersisa. Tinjauan Pustaka Pengertian Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat didenisikan berpindahnya energi dari suatu daerah ke daerah lainnya. Dalam mempelajari perpindahan panas tidak hanya mencoba untuk menjelaskan bagaimana suatu energi dapat berpindah dari 161

satu daerah ke daerah lainnya, tetapi dapat juga mempelajari laju perpindahan yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Ilmu perpindahan panas melengkapi hukum pertama dan kedua termodinamika. Hukum pertama termodinamika, mengatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan maupun dihilangkan tetapi hanya dapat berubah dari satu bentuk menjadi bentuk lain. Hukum termodinamika telah mengatur semua perubahan bentuk energi secara kwanlitas tetapi tidak juga membatasi arah perubahan bentuk itu. Adalah perpindahan bersih panas dari suatu daerah yang suhunya lebih rendah ke suatu daerah yang suhunya lebih tinggi, dikenal sebagai hukum kedua termodinamika. Heat Exchanger Secara umum pengertian alat penukar panas atau heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar uida dapat berlangsung secara esien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara uida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung. Heat Exchanger Counterow Keuntungan utama dari penukar panas pipa ganda adalah bahwa hal itu dapat dioperasikan dalam pola berlawanan arah / counterow, yang merupakan pola aliran yang paling esien. Artinya, akan memberikan koesien perpindahan panas tertinggi keseluruhan untuk desain penukar panas pipa ganda. Penukar panas pipa ganda dapat menangani tekanan tinggi dan temperatur. Ketika beroperasi diberlawanan arah / counterow, bisa beroperasi dengan suhu berlawanan. Bilangan Reynold Dalam mekanika uida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda, misalnya laminar dan turbulen. Hal ini didasarkan pada suatu keadaan bahwa dalam satu tabung / pipa atau dalam satu tempat mengalirnya air, sering terjadi perubahan menjadi aliran yang satu menajdi aliran yang lain. Perubahan bentuk aliran ini pada umumnya tidaklah terjadi secara tiba-tiba tetapi memerlukan waktu, yakni suatu waktu yang relatif pendek dengan diketahuinya kecepatan kritis dari suatu aliran. Re D = 4ṁ/(π.D.µ) Dimana : Re D : Bilangan reynold m : Laju aliran massa (kg/s) π : 3.14 D : Diameter pipa (m) µ : Viskositas dynamic (N. s/m2) Laminar : Re < 2300 Transisi : Re = 2300 Turbulen : Re > 2300 Bilangan Prandtl Bilangan Prandtl (Pr) merupakan suatu nilai / harga yang dipakai untuk menentukan distribusi temperatur pada suatu aliran. Selain itu bilangan prandtl merupakan perbandingan dari viskositas kinematik (v) terhadap termal diusivitas (α). Bilangan prandtl merupakan ukuran efektitas relatif dari momentum dan perpindahan energi secara difusi dengan kecepatan pada lapisan batas termal. P r = v/ = µcp/k Dimana : Pr : Bilangan Prandtl V : viskositas kinematik uida (m2/s) α : thermal diusivity (m2/s) cp : kalor spesik (J/kg.ºK) μ : viskositass dinamik uida (N.s/m2) k : konduktitas kalor uida (W/m.K) Bilangan Nusselt Komponen konduktif diukur di bawah kondisi yang sama dengan konveksi dengan kondisi uida stagnan atau tidak bergerak. Aliran panas konduksi dan konveksi sifatnya sejajar satu sama lainnya dan terhadap permukaan normal terhadap bidang batas. Nu D = 0.023Re ( D4/5).P rn Dimana : ReD : Bilangan reynold Pr : Bilangan prandtl n : 0.4 (untuk pemanas) 0.3 (untuk pendingin) 162

Korelasi Dittus-Boelter Korelasi yang khusus namun sederhana dan biasa digunakan pada berbagai aplikasi adalah korelasi pindah panas Dittus-Boelter untuk uida dalam aliran turbulen. Korelasi ini dapat digunakan ketika konveksi adalah satu-satunya cara dalam memindahkan panas, tidak ada perubahan fase, dan tidak ada radiasi yang signikan. Koreksi dari perhitungan ini ±15%. Untuk aliran uida pada pipa melingkar yang lurus dengan bilangan Reynolds antara 10000 dan 120000, ketika bilangan Prandtl di antara 0.7 dan 120, untuk titik yang jaraknya lebih dari sepuluh kali diameter pipa dan ketika permukaan pipa halus secara hidraulik. Tahap Perancangan Mendesain alat uji dengan bagian-bagian alat uji yaitu berupa tabung utama, pipa aliran panas berupa pipa inlet, pipa outlet panas, pipa aliran dan pipa aliran dingin berupa pipa inlet dingin, pipa outlet dingin. Tabel 1: Dimensi Heat Exchanger Panjang pipa 997 mm Diameter luar pipa besar 87,5 mm Diameter dalam pipa besar 84 mm Diameter luar pipa kecil 28,5 mm Diameter dalam pipa kecil 27 mm h = Nu D K/D Dimana : h : Koesien konveksi (W/m2.K) Nu D : Bilangan nusselt K :Konduktitas thermal bahan (W/m.K) D : Diameter pipa (m) U = 1/(1/h i + 1/h 0 ) Dimana: U :Total koesien konveksi (W/m2.K) h i = koesien konveksi dalam (W/m2.K) h 0 = koesien konveksi luar (W/m2.K) Kapasitas Panas dan Panas Spesik Sifat-sifat air yang memberikan denisi asal dari kalori adalah banyaknya perubahan temperatur yang dialami air waktu mengambil atau melepaskan sejumlah panas. Istilah umum untuk sifat ini disebut kapasitas panas yang didenisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah temperatur suatu benda sebesar 1 ºC. q = ṁ.cp.δt Dimana : q = Energi (Watt) m m = laju aliran massa (kg/s) Δt = perubahan suhu takhir - tawal ( C) cp = kalor spesik (J/kg.K) Metode Penelitian Pengujian ini dilakukan menggunakan apalikasi perangkat lunak solidworks dengan temperatur uida panas temperatur 85 ºC. Sedangkan uida kerja dingin menggunakan 17 ºC dan 32 ºC. Bebearapa tahap yang dilakukan, diantaranya yakni Gambar 1: Heat Exchanger Tahap Penginputan Data Pada tahap penginputan data, terbagi dalam 2 tahap, yakni : input data 1. Penginputan suhu air panas 85 ºC dengan air dingin 17 ºC. 2. Penginputan suhu air panas 85 ºC dengan air normal 32 ºC Tahap Simulasi Simulasi dilakukan dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak solidworks, didapatkan output berupa parameter hasil simulasi menggunakan temperatur air panas 85 ºC dengan temperatur input air dingin 17 ºC dan 32 ºC. Simulasi dilakukan sebanyak 3 kali dalam 2 tahap, tahap pertama dalam simulasi adalah menggunakan input temperatur air panas 85 ºC dengan air dingin 17 ºC. Tahap kedua dengan temperatur air panas 85 ºC dengan temperatur air normal 32 ºC. 163

Pembahasan Dengan menggunkan hasil yang telah dilakukan dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak solidworks, didapatkan output temperatur dari masing-masing percobaan, sehingga dengan hasil yang diperoleh bisa digunakan dalam mengehitung, bilangan reynold, bilangan nusselt, nilai kesimbangan energi panas dan nilai koesien konveksi, serta untuk menghitung nilai akhir dari total koesien konveksi. Gambar 3: Diagram hubungan koesien konveksi pada air panas dengan air dingin hi ho vs Th Tabel 3: Nilai koesien konveksi air panas dengan air normal Gambar 2: Distribusi aliran temperatur 85 ºC dengan air dingin 17 ºC Gradasi warna menunjukan adanya distribusi temperatur aliran air panas dengan air dingin mengalir secara berlawanan karena heat exchanger yang digunakan tipe counterow, sehingga pada air panas terjadi penurunan temperatur dari 85 ºC di inlet menjadi 82 ºC di outlet, sedangkan kenaikan temperatur dari inlet 17 menjadi 22 ºC Tabel 2: Nilai koesien konveksi air panas dengan air dingin Gambar 4: Diagram hubungan koesien konveksi pada air panas dengan air normal hi ho vs Th Dengan didapatkannya hasil dari perhitungan nilai koesien konveksi pada air panas dengan air dingin, maupun nilai koesien konveksi dari nilai air panas dengan air normal. 164 1/(1/hi + 1/ho)

Diketahui : U : Total koesien konveksi (W/m2.K) h i : 2322,62295 (W/m2.K) h 0 : 298,731421 (W/m2.K) Tabel 4: Hasil nilai total koesien konveksi konveksi dipengaruhi oleh hasil dari nilai koesien konveksi. 2. Nilai total koesien konveksi pada temperatur air panas 85 ºC dengan air normal 32 ºC adalah 320,2506665, sedangkan nilai total koesien konveksi pada air panas 85 ºC dengan air dingin 17 ºC adalah 264,6877744. Jika membandingkan keduanya, nilai total koesien konveksi pada temperatur air panas dengan air normal lebih besar dari nilai koesien konveksi pada temperatur air panas dengan air dingin. 3. Counterow heat exchanger pada pipa lurus terjadi perbedaan temperatur, pada air panas di inlet bertemperatur 85 ºC dengan temperatur yang berada di outlet 82 ºC mempunyai perbedaan temperatur 3 ºC. Sedangkan di inlet pada air dingin bertemperatur 17 ºC dengan temperatur yang berada di outlet 22 ºC mempunyai perbedaan temperatur 5 ºC. Nilai temperatur di outlet pada air dingin akan didapatkan kenaikan temperatur yang lebih besar. Sedangkan pada pipa air panas di inlet mengalami penurunan temperatur di outlet. Gambar 5: Diagram hubungan nilai total koe- sien konveksi U vs Th Dari gambar diatas terlihat bahwa dalam kondisi temperatur air panas dengan air normal mengalami kenaikan nilai koesien konveksi yang terjadi di dalam heat exchanger. Karena terjadi penurunan temperatur air panas sedangkan temperatur air normal mengalami kenaikan yang masing-masing keluar pada outlet heat exchanger d apat mempengaruhi naiknya nilai total koesien konveksi. Kesimpulan Berdasarkan dari simulasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Perubahan temperatur yang terjadi di heat exchanger mempegaruhi naik atau turunnya nilai koesien konveksi. Kecenderungan naiknya nilai total koesien Daftar Pustaka [1] R.A. Seban, E. F. McLaughlin, Heat transfer in tube coils with laminar and turbulent ow, International Journal of heat and Mass Transfer, 6, pp: 387-395, 1963. [2] G.F.C. Rogers, Y.R. Mayhew, Heat transfer and pressure loss in helkically coiled tubes with turbulent ow, International Journal of heat and Mass Transfer, 7, pp: 1207-1216, 1964. [3] Y.Mori, W. Nakayama, Study on forced convective heat transfer in curved pipe, International Journal of heat and Mass Transfer, 8, pp: 67-82, 1965. [4] Holman, JP. Alih bahasa E. Jasi, Perpindahan Kalor, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1995 [5] Kreith, Frank Arko Prijono, "Prinsipprinsip perpindahan panas", Penerbit Erlangga, Jakarta, 1997. 165

[6] Cengel, Yunus A, "Thermodynamics and Heat Transfer, Second Edition". McGraw- Hill, Inc. New York, 1997. [7] Aswinsyah Hassan, Teuku, "Kajian Eksperimental Koesien Konveksi pada Heat Exchanger Tipe Aliran Counter Flow", Skripsi, Universitas Gunadarma. Jakarta, 2012. 166