SIMULASI PENGARUH DAYA TERDISIPASI TERHADAP SISTEM PENDINGIN PADA BEJANA TEKAN MBE LATEKS
|
|
- Ari Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SISTEM PENDINGIN PADA BEJANA TEKAN MBE LATEKS Emy Mulyani, Suprapto, Sutadi Pusat Teknologi Akselerator Proses Bahan, BATAN ABSTRAK SISTEM PENDINGIN PADA BEJANA TEKAN MBE LATEKS. Simulasi pengaruh daya terdisipasi terhadap sistem pendingin pada bejana tekan MBE Lateks telah dilakukan. Simulasi dilakukan untuk mengetahui pendinginan serta temperatur gas isian bejana tekan ketika MBE seg dioperasikan. Sebagai pendingin dirancang koil pendingin dari bahan SS 304 dengan diameter luar 7 mm, panjang 0 meter media pendingin berupa air. Hasil perhitungan menunjukkan nilai koefisien konveksi fluida pendingin sebesar 4622,3 W/m 2 K, koefisien konveksi pada daerah fluida yang didinginkan sebesar 85,63 W/m 2 K koefisien perpindahan panas menyeluruh 83,5 W/m 2 K. Daya terdisipasi menyebabkan kenaikan temperatur gas di bejana tekan karena merupakan daya dari berkas elektron tabung pemercepat yang diubah menjadi panas tersimpan dalam bejana tekan saat MBE seg beroperasi. Temperatur gas isian (CO 2 +N 2 ) dalam kondisi normal yaitu 3,69 walaupun daya terdisipasi mencapai 50 watt. Kenaikan temperatur output fluida pendingin (To) memberi dampak kenaikan pada temperatur gas isian. Kata Kunci : Bejana Tekan, Pendinginan, Mesin Berkas Elektron ABSTRACT SIMULATION OF ENERGY DISSIPATION EFFECT ON COOLING SYSTEM AT ELECTRON BEAM MACHINE PRESSURE VESSEL. Simulation of energy dissipation effect on cooling system at electron beam machine pressure vessel for latex has been done. Simulation have been done to know the cooling and also the temperature of pressure vessel Electron Beam Machine when it s operated. Cooling coil of SS 304 with 7 mm outer diameter and 0 m length with water cooler has been designed. The calculation shows that coefficient convection of water cooler is 4622,3 W/m 2 K, at refrigerant is 85,63 W/m 2 K and the overall heat transfer coefficient is 83,5 W/m 2 K. The increasing temperature at pressure vessel caused by the energy dissipation. It s occurred when energy from electron beam and accelerator tube dissipated to be heat and kept on pressure vessel when MBE operated. In a normaly condition, temperature of filling gas at pressure vessel is 3,69 o C although the energy dissipation reached at 50 watt. The increasing of cooler output temperature (To) have an effect on increasing of filling gas temperature. Keyword : Pressure Vessel, Cooling, Electron Beam Machine PENDAHULUAN D alam rangka menunjang program rancang bangun MBE 300 kev/20 ma untuk industri lateks, dibutuhkan sistem isolasi pada lokasi me listrik tegangan tinggi di sekitar sumber elektron tabung akselerator. Sumber elektron tabung akselerator ini dirancang di dalam bejana tekan dengan gas isian N 2 +CO 2. Pada tahun 2005 telah dibuat rancangan detil bejana tekan sebagai media isolasi telah dilakukan konstruksi pengujian pada tahun 2007 []. Berdasarkan pertimbangan aspek keselamatan ekonomi telah dipilih gas isian bejana tekan berupa campuran N 2 (50%)+CO 2 (50%), dimana pada tekanan sekitar 7 atm (00 psi) mempunyai gradien tegangan dadal 640 kv/inchi. [] Ketika MBE seg beroperasi, memerlukan catu daya yaitu catu daya anoda katoda. Catu daya Prosiding Pertemuan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator Aplikasinya Vol. 0, Oktober 2008 : katoda (filamen) digunakan untuk mensuplai arus untuk memanaskan katoda sehingga dapat mengemisikan elektron. Segkan anoda digunakan untuk mengekstraksi berkas elektron. Dari catu daya ini dapat menghasilkan panas panas tersebut diradiasikan ke lingkungan yaitu di serap oleh gas N 2 CO 2. Di samping itu pada tabung pemercepat juga terjadi disipasi panas. Seluruh panas ini diserap oleh gas dalam bejana tekan sehingga dapat menaikkan temperatur gas. Untuk keperluan ini maka ditambahkan sistem pendingin untuk mencegah kenaikan temperatur gas terjadinya pelucutan (discharge) maupun tegangan dadal (breakdown voltage) yang dapat mengganggu keamanan selama mesin berkas elektron dioperasikan. [2] Untuk merencanakan sistem pendingin lebih lanjut perlu dilakukan perhitungan analisis 04
2 terhadap sumber-sumber panas yang ada dalam bejana tekan. Penyumbang panas terbesar pada bejana tekan dimungkinkan sumber elektron tabung pemercepat. Sebagai langkah awal telah disiapkan chiller sebagai komponen pendingin bejana tekan. Dalam bejana tekan terdapat koil pendingin sebagai media perpindahan panas, sebagai simulasi awal telah dikontruksi koil pendingin dari bahan SS 304 berdiameter luar 7 mm panjang 0 meter. Dipilihnya bahan SS adalah karena bahan ini kuat ulet, tahan terhadap korosi, mudah diperoleh di pasaran, serta secara teknis dapat dilakukan pembuatannya. Koil pendingin ini belum dilakukan analisis kapasitas pendinginnya sehingga diperlukan analisis kemampuan pendinginan agar dapat diketahui temperatur gas campuran N 2 +CO 2 di dalam bejana tekan saat MBE beroperasi. DASAR TEORI Pada bejana tekan perlu dibuat sistem pendingin yang akan mencegah kenaikan temperatur gas isian, karena kenaikan temperatur ini mempengaruhi terjadinya pelucutan (discharge) maupun tegangan dadal (breakdown voltage) yang dapat mengganggu keamanan selama mesin berkas elektron dioperasikan. [2] Perhitungan pembentukan termal bejana tekan didasarkan pada jumlah panas yang dibangkitkan oleh sumber elektron, tabung pemercepat disipasi panas pada elektroda. Dengan asumsi besar catu daya katoda (filamen) terdisipasi menjadi panas semua elektron terekstraksi tidak menumbuk anoda maka besar daya terdisipasi P = I E () f f dengan P adalah daya yang terdisipasi (watt), E f tegangan filamen (Volt) I f arus filamen (Ampere). Jika fluida pendingin menggunakan air yang didinginkan dengan chiller, maka laju pendinginan adalah [3] q = UA (2) m T m ( Ts Ti ) ( Ts To ) ( Ts Ti ) ln ( T T ) T = (3) s o dengan q adalah laju pendinginan (W), U koefisien perpindahan panas menyeluruh (W/m 2 K), A luas perpindahan panas (m 2 ), T m beda suhu rata rata fluida pendingin dengan bahan yang didinginkan, Ts temperatur gas isian ( o C), T o temperatur fluida yang keluar dari pipa pendingin ( o C), T i adalah temperatur fluida yang masuk pada pipa pendingin ( o C). Pada koil pipa pendingin yang diisi dengan fluida pendingin, untuk mengetahui beda temperatur fluida pendingin yang masuk keluar pipa pendingin, digunakan persamaan : Q = mc T (4) T = To Ti dengan Q adalah panas yang harus dipindahkan (Watt), m laju massa fluida pendingin (kg/s), c kalor jenis fluida (kj/kg.c). Pada sistem yang komplek, besar koefisien perpindahan panas sangat tergantung dari material penyusun serta bentuk geometrinya. Pada kasus ini air pendingin masuk ke dalam kumparan pipa pendingin yang terbuat dari SS 304. Dengan demikian koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) adalah [4] : U = t + + h k h 2 (5) dengan h adalah koefisien konveksi fluida pendingin (W/m 2 K), h 2 koefisien konveksi fluida yang didinginkan (W/m 2 K), k konduktivitas termal kumparan pipa pendingin yaitu dari bahan SS 304 (W/mK), t tebal pipa (m). Aliran paksa memotong pipa Untuk aliran fluida yang melewati silinder, besar koefisien perpindahan panas konveksi ditentukan berdasarkan besar bilangan Nusselt yang terjadi. Besar bilangan Nusselt ini ditentukan dengan persamaan [4] : N ud 2 ed ,62 Re Pr = 0, ,4 Pr 5 R 8 ed (6) ν = VD Re D (7) dengan Nu adalah bilangan Nusselt, R ed bilangan Reynold, v kecepatan aliran fluida (m/s), D diameter pipa (m), v viskositas dinamik (m 2 /s). SISTEM PENDINGIN PADA BEJANA TEKAN MBE LATEKS. Emy Mulyani, dkk 05
3 Berdasarkan bilangan Nusselt ini maka koefisien perpindahan panas konveksi (h) dapat ditentukan dengan persamaan [4] : Nu Dk h = (8) D dengan k adalah konduktivitas termal fluida (W/mK) Aliran dalam pipa Pada fluida yang mengalir dalam pipa, ada 2 jenis aliran yang dapat terjadi yaitu aliran laminar turbulen. Aliran laminar terjadi jika Re < 2300, segkan aliran turbulen terjadi jika Re > [4] Untuk aliran turbulen dalam pipa, besar bilangan Nusselt ditentukan dengan persamaan [4] : 0,8 n Nu d = 0,023 Re d Pr (9). Spesifikasi koil pendingin, sifat-sifat fisik gas isian (CO 2 +N 2 50%) air pendingin. Untuk perhitungan pendinginan didasarkan pada spesifikasi dari kumparan pendingin seperti ditunjukkan pada Tabel. Data data sifat fisik gas isian dengan komposisi campuran 50% CO 2 50% N 2 serta air pendingin pada bejana tekan ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 3. dengan nilai eksponensial n ialah 0,4 untuk pemanasan 0,3 untuk pendinginan. Segkan untuk aliran laminar dapat ditentukan dengan persamaan [4] : D µ Nu ( ) 3 d =,86 Red Pr L (0) µ ω 4m Re = () D µ D π dengan L adalah panjang pipa (m), D diameter pipa (m), µ w viskositas dinamik yang ditentukan oleh suhu dinding (Ns/m 2 ), µ viskositas absolut (Ns/m 2 ). TATA KERJA Di dalam sistem bejana tekan MBE, bagian bagian yang merupakan sumber pembangkitan panas adalah sumber elektron tabung pemercepat, dengan konstruksi ditunjukkan pada Gambar Sebagai sarana pendingin tangki pada saat MBE dioperasikan akibat aya disipasi panas dari sumber elektron komponen listrik lainnya, pada tutup bagian atas tangki dipasang kipas pendingin yang digerakkan oleh motor listrik koil pipa pendingin dari bahan SS-304 ukuran 3/8 inchi yang dialiri air pendingin yang berasal dari perangkat chiller. Berdasarkan konstruksi pada Gambar. selanjutnya dilakukan analisis pendinginan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 3 0,4 Gambar. Konstruksi sumber elektron tabung pemercepat di dalam bejana tekan Tabel. Spesifikasi kumparan pipa pendingin Bejana Tekan MBE Spesifikasi Keterangan Bahan SS 304 Diameter dalam Φ dalam 4,6 mm Diameter luar Φ luar 7 mm Panjang L 0 m Konduktivitas k 4,9 W/mK Debit air Q 0,25 L/s Laju massa 0,25 kg/s Kecepatan v,49 m/s 2. Menghitung koefisien konveksi air pendingin Perhitungan koefisien konveksi dengan menggunakan persamaan (8), (9) (). Perhitungan nilai bilangan Reynold (Re) dengan menggunakan persamaan (), yang didasarkan Prosiding Pertemuan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator Aplikasinya Vol. 0, Oktober 2008 :
4 pada spesifikasi kumparan pendingin (Tabel.). Perhitungan nilai bilangan Nusselt dengan menggunakan persamaan (9) perhitungan nilai koefisien konveksi air pendingin dengan menggunakan persamaan (8). Tabel 2. Sifat- sifat fisik gas isian (CO 2 +N 2 50%) air pendingin [4] Konstanta CO 2 + N 2 Air Satua n Rapat jenis ρ, kg/m 3 Viskositas 63,6. 0-7, Ns/m 2 absolut µ Viskositas 2, m 2 /s dinamik ν Konduktivitas 2, ,64 W/mK termal k Bilangan 6,62-0,74 prandl Pr Kecepatan v 7 - m/s 3. Menghitung koefisien konveksi CO 2 +N 2 Perhitungan koefisien konveksi CO 2 +N 2 dengan menggunakan persamaan (6), (7) (8). Perhitungan nilai bilangan Reynold (Re) dengan menggunakan persamaan (7). Perhitungan nilai bilangan Nusselt dengan menggunakan persamaan (6) perhitungan nilai koefisien konveksi CO 2 +N 2 dengan menggunakan persamaan (8). Perhitungan didasarkan pada sifat-sifat fisik gas CO 2 +N 2 (Tabel 2.) 4. Menentukan besar perpindahan panas dalam bejana tekan Perhitungan nilai koefisien perpindahan panas secara keseluruhan dengan menggunakan persamaan (5). Konstanta-konstanta yang digunakan didapatkan dari perhitungan tahap sebelumnya serta spesifikasi kumparan pendingin (Tabel.) 5. Simulasi pendinginan bejana tekan Perhitungan dengan menggunakan persamaan (2) didapatkan Tm (Log Mean Temperature Differential) yang merupakan beda temperatur rata-rata antara fluida pendingin fluida yang didinginkan secara logaritmis. Dengan beda temperatur ini dilanjutkan perhitungan menggunakan persamaan (4) didapatkan nilai temperatur fluida yang didinginkan (Ts). Secara umum tata kerja dari proses analisis pendinginan bejana tekan dinyatakan dalam diagram alir sesuai Gambar 2. Gambar 2. Diagram alir proses simulasi pendinginan HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk aliran di daerah air pendingin, didapatkan bilangan Reynold sebesar 7734,23. Hal ini berarti aliran yang terjadi dalam pipa adalah aliran turbulen, karena nilai Re > 2300 [4]. Nilai bilangan Nusselt sebesar 22,78 didapatkan nilai sebesar 4622,30 W/m 2 K. Pada daerah gas CO 2 +N 2 didapatkan bilangan Reynold sebesar 980, Nusselt 68,598 nilai koefisien konveksi sebesar 85,63 W/m 2 K. Koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) adalah sebesar 83,5 W/m 2 K. Hasil perhitungan dapat ditabelkan seperti ditunjukkan pada Tabel 4. Hasil perhitungan temperatur gas untuk variasi daya terdisipasi (pembangkitan panas) dengan menggu-nakan persamaan () sampai dengan (4), ditunjukkan pada Tabel 5. Gambar 3. SISTEM PENDINGIN PADA BEJANA TEKAN MBE LATEKS. Emy Mulyani, dkk 07
5 Tabel 4. Hasil perhitungan konstanta perpindahan panas No Konstanta perpindahan panas Di daerah air pendingin Hasil perhitungan. Bilangan Reynold (Re) 7734,23 2. Bilangan Nusselt (Nu) 22,78 3. Koefisien konveksi (h) Di daerah gas CO 2 +N 2 50% 4622,30 W/m 2 K 4. Bilangan Reynold (Re) Bilangan Nusselt (Nu) 68, Koefisien konveksi (h) 85,63 W/m 2 K 7. Gabungan koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) 83,5 W/m 2 K Tabel.5 Hubungan variasi nilai daya terdisipasi Q terhadap temperatur gas isian Q aks (%) Q (watt ) T i ( C) To ( C) T m ( C) T s ( C) ,49,44 3, ,43 0,09 30, ,37 8,74 28, ,32 7,40 27, ,26 6,06 26,9 Daya terdisipasi menyebabkan kenaikan suhu gas di dalam bejana tekan karena merupakan energi yang terdisipasi diserap oleh gas isian di dalam bejana tekan. Energi ini terutama dari catu daya sumber elektron, tahanan divider berkas elektron yang menumbuk dinding/elektroda pemercepat saat MBE dioperasikan. Besar daya terdisipasi (Q) merupakan panas yang berasal dari sumber elektron, tahanan divider, disipasi daya di tabung akselerator (Q aks ). Untuk menghitung besar daya yang terdisipasi menjadi panas digunakan persamaan (). Daya terdisipasi pada sumber elektron dengan tegangan 2 volt arus filamen 5 A, menghasilkan daya sebesar 80 watt. Tahanan divider 5 MΩ menghasilkan daya sebesar 30 watt. Daya di tabung akselerator (Q aks ) Gambar 3. Hubungan temperatur gas sebagai fungsi daya terdisipasi diasumsikan %-5% dari spesifikasi MBE (300keV/20mA) sehingga menghasilkan daya bervariasi antara 60 watt sampai dengan 50 watt. Dari grafik dapat ditunjukkan bahwa pada saat daya terdisipasi mencapai 50 watt, temperatur gas isian (CO 2 +N 2 ) dalam kondisi normal yaitu 3,69 Laju pendinginan bejana tekan ini secara garis besar ditentukan oleh 3 faktor yaitu koefisien perpindahan panas menyeluruh (U), luasan perpindahan panas (A) beda temperatur rata-rata ( T m ). Faktor perpindahan panas menyeluruh (U) merupakan konstanta yang nilainya tergantung dari spesifikasi kumparan pipa pendingin, fluida pendingin serta fluida yang harus didinginkan. Dengan mengacu pada persamaan (5), koefisien perpindahan panas dipengaruhi oleh besar koefisien konveksi air pendingin, koefisien konveksi gas isian serta konduktivitas termal dari bahan kumparan pendingin (SS 304). Berdasarkan pada konstuksi bejana tekan yang telah dilakukan, pada bagian atas bejana tekan dipasang kipas pendingin yang digerakkan oleh motor listrik kumparan pipa pendingin dari bahan SS-304 ukuran 3/8 inchi yang dialiri air pendingin yang berasal dari perangkat chiller. Mengacu pada persamaan (7), maka tujuan dipasangnya kipas ini adalah untuk memperbesar bilangan Reynold gas yang didinginkan, yang pada akhirnya nanti akan memperbesar koefisien konveksi gas. Luasan perpindahan panas (A) berbanding lurus dengan laju pendinginan, berdasarkan pada persamaan (2) semakin besar luasan perpindahan panas maka semakin besar laju perpindahan panas, dalam hal ini A adalah perkalian antara keliling penampang pipa pendingin panjang pipa. Prosiding Pertemuan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator Aplikasinya Vol. 0, Oktober 2008 :
6 Segkan faktor yaitu T m yang tergantung pada temperatur gas isian (N 2 +CO 2 ) air pendingin. Tm (Log Mean Temperature Differential) adalah merupakan beda temperatur rata-rata antara fluida pendingin gas yang didinginkan secara logaritmis seperti yang tunjukkan pada persamaan (3). Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa kenaikan beda temperatur rata-rata yang merupakan variabel potensial pada proses pendinginan memberikan dampak kenaikan temperatur gas isian. Temperatur gas isian (N 2 +CO 2 ) juga dipengaruhi oleh temperatur fluida pendingin yang keluar dari pipa (To). Hubungan antara temperatur gas (Ts) dengan temperatur output fluida pendingin (To) ditunjukkan pada Gambar 4. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof.Drs. Darsono,M.Sc atas saran masukkannya sehingga terselesaikannya makalah ini. DAFTAR PUSTAKA [] SUTADI dkk, Konstruksi Pengujian Tangki Bertekanan untuk Sistem Pemercepat pada MBE Industri Lateks, Laporan Teknis Bejana Tekan, 2007 [2] J.D. CRAGGS, High Voltage Laboratory Technique, Butter worths Scientific, 954 [3] SUPRAPTO dkk Rancangan Bejana Iradiasi Lateks Karet Alam untuk Vulkanisasi dengan iradiasi berkas electron, Yogyakarta : Seminar Pertemuan Presentasi Ilmiah Penelitian Ilmiah Penelitian Dasar IPTEK Nuklir, 2007 [4] FRANK. P.INCROPERA, Fundamental of Heat Transfer, John Wiley & Sons, 98 [5] HOLMAN, J.P, Heat Transfer Seventh Edition in SI Units, McGraw-Hill Companies, Inc., 99 Gambar 4. Hubungan temperatur gas isian sebagai fungsi temperatur output fluida pendingin Dari hasil perhitungan menujukkan kenaikan temperatur output fluida pendingin memberi dampak kenaikan pada temperatur gas isian. KESIMPULAN Dari hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa :. Koefisien konveksi fluida pendingin sebesar 4622,30 W/m 2 K, koefisien konveksi pada daerah fluida yang didinginkan sebesar 85,63 W/m 2 K. Sehingga diperoleh koefisien perpindahan panas menyeluruh 83,5 W/m 2 K. 2. Daya terdisipasi menyebabkan kenaikan suhu gas di bejana tekan karena merupakan daya berkas elektron tabung pemercepat yang diubah menjadi panas tersimpan dalam bejana tekan saat MBE seg beroperasi. 3. Temperatur gas isian (CO 2 +N 2 ) dalam kondisi normal yaitu 3,69 o C walaupun daya terdisipasi mencapai 50 watt. 4. Kenaikan temperatur output fluida pendingin (To) memberi dampak kenaikan pada temperatur gas isian (Ts) TANYA JAWAB Agus Dwiatmaja Apakah motor listrik penggerak kipas bisa dianggap sumber panas? Emy Mulayani Motor listrik penggerak blower juga merupakan beban karena membangkitkan panas akibat aya efisiensi dari motor tersebut besarnya tergantung pada cos φ. Budi Santoso Mengapa yang diamati daya terdisipasi vs temperatur ruang, bukan dinamika temperatur ruang vs waktu? Emy Mulyani Karena beban pendinginan tergantung pada daya terdisipasi mempengaruhi temperatur ruang (gas) di dalam bejana tekan. SISTEM PENDINGIN PADA BEJANA TEKAN MBE LATEKS. Emy Mulyani, dkk 09
DESAIN SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR FREKUENSI TINGGI PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev/20 ma
DESAIN SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR FREKUENSI TINGGI PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev/20 ma Mukhammad Cholil, Suprapto, Suyamto Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan
Lebih terperinciAnalisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks
Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks Dwi Arif Santoso Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tujuan Dalam proses ini untuk menetukan hasil design oil cooler minyak mentah (Crude Oil) untuk jenis shell and tube. Untuk mendapatkan hasil design yang paling optimal untuk
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses
Lebih terperinciRANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS
Volume 13, Januari 2012 ISSN 1411-1349 RANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS Sutadi, Saefurrochman, Suprapto Pusat Teknologi
Lebih terperinciKarakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah
Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin
Lebih terperinciANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR
ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR Alexander Clifford, Abrar Riza dan Steven Darmawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara e-mail: Alexander.clifford@hotmail.co.id Abstract:
Lebih terperinci31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tujuan Dalam proses ini untuk menetukan hasil design oil cooler minyak mentah (Crude Oil) untuk jenis shell and tube. Untuk mendapatkan hasil design yang paling optimal untuk
Lebih terperinciWATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian
1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan
Lebih terperinciANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR
ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat
Lebih terperinciANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA
ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA Oleh Audri Deacy Cappenberg Program Studi Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta ABSTRAK Pengujian Alat Penukar Panas Jenis Pipa Ganda Dan
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA
50 BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA 4.1 Menentukan Titik Suhu Pada Instalasi Water Chiller. Menentukan titik suhu pada instalasi water chiller bertujuan untuk mendapatkan kapasitas suhu air dingin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi,
Lebih terperinciDitulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS SISTEM PENURUNAN TEMPERATUR JUS BUAH DENGAN COIL HEAT EXCHANGER Nama Disusun Oleh : : Alrasyid Muhammad Harun Npm : 20411527 Jurusan : Teknik
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran
Lebih terperinciPENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR
PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR Sugiyanto 1, Cokorda Prapti Mahandari 2, Dita Satyadarma 3. Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Jln Margonda Raya 100 Depok.
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-659 Rancang Bangun dan Studi Eksperimen Alat Penukar Panas untuk Memanfaatkan Energi Refrigerant Keluar Kompresor AC sebagai Pemanas
Lebih terperinciPengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 2, Oktober 2: 86 9 Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin Universitas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 HE Shell and tube Penukar panas atau dalam industri populer dengan istilah bahasa inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan dan bisa berfungsi
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari
Lebih terperinciRadiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam
Pendekatan Perhitungan untuk intensitas radiasi langsung (beam) Sudut deklinasi Pada 4 januari, n = 4 δ = 22.74 Solar time Solar time = Standard time + 4 ( L st L loc ) + E Sudut jam Radiasi ekstraterestrial
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang
Lebih terperinciTaufik Ramuli ( ) Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok Indonesia.
Desain Rancang Heat Exchanger Stage III pada Pressure Reduction System pada Daughter Station CNG Granary Global Energy dengan Tekanan Kerja 20 ke 5 Bar Taufik Ramuli (0639866) Departemen Teknik Mesin,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat
BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan
Lebih terperinciProdi Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
ANALISIS PENGARUH TEGANGAN EKSTRAKSI PADA SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev / 20 ma DI PSTA-BATAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMION 8.1 Andy Saktia Warseno 1, Fuad Anwar 1,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan
Lebih terperinciANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE
ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE Ir.Bambang Setiawan,MT 1. Chandra Abdi 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering,
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN
ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB lll METODE PENELITIAN
BAB lll METODE PENELITIAN 3.1 Tujuan Proses ini bertujuan untuk menentukan hasil design oil cooler pada mesin diesel penggerak kapal laut untuk jenis Heat Exchager Sheel and Tube. Design ini bertujuan
Lebih terperinciPENGUJIAN TANGKI BERTEKANAN UNTUK SISTEM PEMERCEP AT PADA MBE LATEKS
PROSIDING SEMINAR Pusat Teknologi Akselerator don Proses Bahan PENGUJIAN TANGKI BERTEKANAN UNTUK SISTEM PEMERCEP AT PADA MBE LATEKS Sutadi, Suhartono, Toni Rahardjo, Sukidi ABSTRAKS PENGUJIAN TANGKI BERTEKANAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA
37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)
Lebih terperinciBAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI
II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor
4 BAB II TEORI DASAR.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas.1.1 Kualitas Air Panas Air akan memiliki sifat anomali, yaitu volumenya akan mencapai minimum pada temperatur 4 C dan akan bertambah pada
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN AKIBAT PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA PADA ALAT PENUKAR KALOR JENIS RADIATOR FLAT TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi
Lebih terperinciANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)
ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL) David Oktavianus 1,Hady Gunawan 2,Hendrico 3,Farel H Napitupulu
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger
Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi
Lebih terperinciINVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)
INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;
Lebih terperinciANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK
ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada program Studi Teknik Mesin Oleh N a m a : CHOLID
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pendingin Mesin pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas ke suatu tempat yang temperaturnya
Lebih terperinciAnalisa Teoritis Berat Jenis dan Panas Spesifik Gas Pembakaran Pada Ketel Uap Mini Model Horizontal Di Tinjau Dari Susunan Pipa (Tubes)
TURBO Vol. 5 No.. 016 p-issn: 301-6663, e-issn: 477-50X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo Analisa Teoritis Berat Jenis dan Panas Spesifik Gas Pembakaran
Lebih terperinciPENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA
PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA Tekad Sitepu Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Pengembangan mesin-mesin pengering tenaga surya dapat membantu untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar
BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer
Lebih terperinciPERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C
NASKAH PUBLIKASI PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C Makalah Seminar Tugas Akhir ini disusun sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH
II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH Sampah adalah sisa-sisa atau residu yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas. kegiatan yang menghasilkan sampah adalah bisnis, rumah tangga pertanian dan pertambangan
Lebih terperinciPanas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving
PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady
Lebih terperinciPENYUSUNAN PROGRAM KOMPUTASI PERANCANGAN HEAT EXCHANGER TIPE SHELL & TUBE DENGAN FLUIDA PANAS OLI DAN FLUIDA PENDINGIN AIR
PENYUSUNAN PROGRAM KOMPUTASI PERANCANGAN HEAT EXCHANGER TIPE SHELL & TUBE DENGAN FLUIDA PANAS OLI DAN FLUIDA PENDINGIN AIR Afdhal Kurniawan Mainil, Rahmat Syahyadi Putra, Yovan Witanto Program Studi Teknik
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE PLATE P41 73TK Di PLTP LAHENDONG UNIT 2
EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE PLATE P41 73TK Di PLTP LAHENDONG UNIT 2 Harlan S. F. Egeten 1), Frans P. Sappu 2), Benny Maluegha 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi 2014 ABSTRACT One way
Lebih terperinciPENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK
PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Bayu Anggoro 1, Nova R. Ismail 2, Agus Suyatno 3 ABSTRAK Bagian
Lebih terperinciStudi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
Lebih terperinciPENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER
PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA
A.10. Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Pitch Coiled Tube... (Rianto Wibowo) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER
Lebih terperinciANALISA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE DENGAN SISTEM SINGLE PASS
ANALISA HEAT EXHANGER JENIS SHEEL AND TUBE DENGAN SISTEM SINGLE PASS ahya Sutowo Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Proses perpindahan kalor pada dunia industri pada saat ini, merupakan
Lebih terperinciJurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN :
PERBEDAAN LAJU ALIRAN PANAS YANG DISERAP AIR DALAM PEMANAS AIR BERTENAGA SURYA DITINJAU DARI PERBEDAAN LAJU ALIRAN AIR DALAM PIPA KOLEKTOR PANAS Sumanto Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Lebih terperinciDEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
PENGARUH PENGGUNAANMEDIABAHANPENGISI( FILLER) PVC DENGANTINGGI45CM DAN DIAMETER 70CM TERHADAPKINERJAMENARAPENDINGINJENIS INDUCED- DRAFT COUNTERFLOW SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar
Lebih terperinciPengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger
Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.
Lebih terperinciKAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW
KAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW Disusun Oleh : Nama : David Erikson N P M : 20408919 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing
Lebih terperinciAnalisa Unjuk Kerja Secondary Superheater PLTGU Dan Evaluasi Peluang Peningkatan Effectiveness Dengan Cara Variasi Jarak, Jumlah dan Diameter Tube
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-388 Analisa Unjuk Kerja Secondary Superheater PLTGU Dan Evaluasi Peluang Peningkatan Effectiveness Dengan Cara Variasi Jarak,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...
JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR. Rikhardus Ufie * Abstract
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR Rikhardus Ufie * Abstract Effect of air velocity on heat transfer characteristics of
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
PENGARUHCOOLANT BERBAHAN DASAR AIR DENGAN ETILEN GLIKOL TERHADAP UNJUK KERJA PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN RADIATOR OTOMOTIF SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Lebih terperinciDAFTAR ISI. i ii iii iv v vi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi viii x xii
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan mengenai penukar panas (heat exchanger), mekanisme perpindahan panas pada heat exchanger, konfigurasi aliran fluida, shell and tube heat exchanger,
Lebih terperinci/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8
Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13
B13 Studi Numerik Karakteristik Perpindahan Panas pada Membrane Wall Tube Boiler Dengan Variasi Jenis Material dan Ketebalan Insulasi di PLTU Unit 4 PT.PJB UP Gresik I Nyoman Ari Susastrawan D dan Prabowo.
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem Refrigerasi Kompresi Uap merupakan system yang digunakan untuk mengambil sejumlah panas dari suatu barang atau benda lainnya dengan memanfaatkan
Lebih terperinciANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK *Eflita Yohana, Ari
Lebih terperinciBAB IV KONVEKSI PAKSA ALIRAN UDARA PIPA HORIZONTAL
BAB IV KONVEKSI PAKSA ALIRAN UDARA PIPA HORIZONTAL 4.1 PENDAHULUAN Cara perpindahan panas konveksi erat kaitannya dengan gerakan atau aliran fluida. Salah satu segi analisa yang paling penting adalah mengetahui
Lebih terperinciTugas Akhir. Perancangan Hydraulic Oil Cooler. bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding
Tugas Akhir Perancangan Hydraulic Oil Cooler bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh:
Lebih terperinciPengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator
Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator Nur Robbi Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Malang Jl. MT Haryono 193 Malang 65145 E-mail: nurrobbift@gmail.com
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA
PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Salah satu proses dalam sistem pembangkit tenaga adalah proses pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan ini memerlukan beberapa kebutuhan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN.
BAB III PERANCANGAN 3.1 Beban Pendinginan (Cooling Load) Beban pendinginan pada peralatan mesin pendingin jarang diperoleh hanya dari salah satu sumber panas. Biasanya perhitungan sumber panas berkembang
Lebih terperinciVERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN
VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN Harto Tanujaya, Suroso dan Edwin Slamet Gunadarma Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciKARAKTERISTIKA PERPINDAHAN PANAS TABUNG COOLER PADA FASILITAS SIMULASI SISTEM PASIF MENGGUNAKAN ANSYS
KARAKTERISTIKA PERPINDAHAN PANAS TABUNG COOLER PADA FASILITAS SIMULASI SISTEM PASIF MENGGUNAKAN ANSYS Erlanda Kurnia 1, Giarno 2, G.B. Heru K 2, Joko Prasetio 2, Mulya Juarsa 2 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Lebih terperinci/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8
Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing
Lebih terperinciPENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER
PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER Senoadi 1,a, A. C. Arya 2,b, Zainulsjah 3,c, Erens 4,d 1, 3, 4) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI
PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI Oleh ILHAM AL FIKRI M 04 04 02 037 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS FUEL OIL HEATER PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
EFEKTIVITAS FUEL OIL HEATER PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP Rustan Hatib Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako Jl. Sukarno Hatta Km. 9 Tondo, Palu 94117 Email: rustanhatib98@gmail.com
Lebih terperinciOPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma
OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma A. PENDAHULUAN Pada umumnya suatu instrumen atau alat (instalasi nuklir) yang dibuat dengan didesain atau direncanakan untuk dapat
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA
TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA Disusun: SLAMET SURYADI NIM : D 200050181 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH TERHADAP PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN LOUVERED STRIP INSERT SUSUNAN BACKWARD SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciIII. METODE PENDEKATAN
III. METODE PENDEKATAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini akan dilaksanakan di PT. Triteguh Manunggal Sejati, Tangerang. Penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan, yaitu mulai dari bulan Oktober
Lebih terperinciDEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016
RANCANG BANGUN GENERATOR PADA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN SIKLUS ABSORPSI MEMANFAATKAN PANAS BUANG MOTOR BAKAR DENGAN PASANGAN REFRIJERAN - ABSORBEN AMONIA-AIR Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat
Lebih terperinciPEMANFAATAN PANAS BUANG PENGKONDISI UDARA SEBAGAI PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN PENUKAR PANAS HELIKAL
PEMANFAATAN PANAS BUANG PENGKONDISI UDARA SEBAGAI PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN PENUKAR PANAS HELIKAL Daniel Santoso, F. Dalu Setiaji PEMANFAATAN PANAS BUANG PENGKONDISI UDARA SEBAGAI PEMANAS AIR DENGAN
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE
TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1)
Lebih terperinciPerancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-132 Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin Anson Elian dan
Lebih terperinciPERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA
PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA Rasyid Atmodigdo 1, Muhammad Nadjib 2, TitoHadji Agung Santoso 3 Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL DISTRIBUSI TEMPERATUR TRANSIEN PADA SEMI SPHERE SAAT PENDINGINAN. Amirruddin 1, Mulya Juarsa 2
STUDI EKSPERIMENTAL DISTRIBUSI TEMPERATUR TRANSIEN PADA SEMI SPHERE SAAT PENDINGINAN Amirruddin 1, Mulya Juarsa 2 1 Mahasiswa FMIPA Fisika UNPAD Jatinangor 2 Laboratorium Eksperimental Termohidrolika Pusat
Lebih terperinci