BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI JAMBI (ATAP 2014 DAN ARAM I 2015)

1. BAB I PENDAHULUAN

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN ANGKA RAMALAN II 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA 2010 DAN ANGKA RAMALAN I 2011)

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA RAMALAN II 2014)

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) PROVINSI KALIMANTAN TENGAH *)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2015)

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2005 DAN ANGKA RAMALAN I 2006)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN ANGKA SEMENTARA 2015

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2013)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI JAMBI (ANGKA SEMENTARA 2015)

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADAPTASI DAN MITIGASI FENOMENA EL NIÑO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

Benarkah Tahun 2002 akan Terjadi El-Niño dengan Intensitas Lemah?

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BERITA RESMI STATISTIK

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI JAMBI (ANGKA SEMENTARA 2014)

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA TETAP 2010 DAN ANGKA RAMALAN II 2011)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA 2015)

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.


PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2014)

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA TETAP 2015)

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI GORONTALO (ANGKA RAMALAN II 2015)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

UPAYA DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN. Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air

PRODUKSI PADI dan PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011)

I. PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA KABUPATEN ASAHAN (ANGKA TETAP TAHUN 2013)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI GORONTALO (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

STRATEGY DAN INOVASI IPTEK MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM DAN LINGKUNGAN SEKTOR PERTANIAN BADAN LITBANG PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim tropis basah tersebut dipengaruhi oleh angin muson barat dan angin muson timur. Iklim inilah yang menyebabkan Indonesia hanya memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pertanian merupakan sektor andalan pembangunan nasional, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pangan nasional, peningkatan produksi pertanian harus terus diupayakan. Upaya peningkatan produksi pertanian sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di suatu wilayah. Anasir iklim yang paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah hujan. Pola distribusi hujan serta besarnya curah hujan sangat menentukan tipikal aktivitas pertanian. Keteraturan pola dan distribusi hujan di suatu wilayah merupakan jaminan berlangsungnya aktivitas pertanian. Selain itu, hujan juga memegang peranan penting dalam siklus hidrologi. Di Indonesia, kejadian anomali iklim berdampak langsung terhadap sistem pertanian termasuk padi, jagung, dan kedelai. Salah satu sasaran strategis yang ingin dicapai Kementerian Pertanian dalam Rencana Strategis Tahun 2015-2019 adalah swasembada padi, jagung, dan kedelai (Anonim, 2015). Produksi padi tahun 2014 sebesar 70,61 juta ton GKG, atau menurun 0,94% dibanding tahun 2013. Penurunan 1

ini terjadi karena adanya penurunan luas panen 66,93 ribu ha dan penurunan produktivitas 0,24 ku/ha. Dengan produksi sebesar ini sebenarnya Indonesia sudah mampu mencapai swasembada beras. Persoalannya adalah distribusi, kemampuan stok/penyangga oleh Bulog, dan pihak-pihak yang berburu rente dengan impor beras, maka tingkat aman surplus beras sebaiknya adalah 10 juta ton. Untuk mewujudkan angka tersebut dalam tiga tahun ke depan tidaklah sulit (Tapari, 2015). Produksi jagung tahun 2014 sebesar 19,13 juta ton pipilan kering, atau meningkat 3,33% dibanding tahun 2013. Peningkatan terjadi karena peningkatan luas panen 58,72 ribu ha dan peningkatan produktivas 0,85 ku/ha. Untuk komoditas jagung, kita masih impor sebesar 2,5 3 juta ton pertahun, terutama untuk kebutuhan pabrik pakan ternak. Adapun produksi kedelai sebesar 921,34 ribu ton biji kering, atau meningkat 15,34% dibanding tahun 2013. Peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan luas panen 61,01 ribu ha dan peningkatan produktivitas 0,90 ku/ha. Yang cukup berat untuk berswasembada adalah kedelai. Produksi kedelai tahun 2014 sebesar 921,34 ribu ton, sedangkan kebutuhan dalam negeri 2,4 juta ton/tahun, sehingga kita masih mengimpor kedelai 1,5 juta ton/tahun, atau sekitar 60% dari kebutuhan dalam negeri (Tapari, 2015). Selain itu, Presiden RI Joko Widodo dalam berbagai kesempatan menyatakan bahwa Indonesia harus mampu mewujudkan swasembada padi, jagung dan kedelai pada tahun 2017. Dalam rangka mendukung tekad Presiden tersebut, Provinsi Jawa Tengah melalui Pola Upaya Khusus (Upsus) telah 2

menetapkan sasaran produksi tahun 2015, yaitu untuk padi sebesar 11.136.967 ton GKG (Gabah Kering Giling), jagung 3.166.504 ton pipilan kering, dan kedelai 139.900 ton biji kering. Secara khusus, Kabupaten Banjarnegara ditargetkan untuk mencapai sasaran produksi padi sebear 174.463 ton, jagung sebesar 331.787 ton, dan kedelai sebesar 484 ton (Tapari, 2015). Secara umum, sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar bagi PDRB Kabupaten Banjarnegara karena mencapai 35,85%; disusul sektor jasa sebesar 20,03%; industri pengolahan sebesar 13,15%; serta perdagangan/hotel/restoran sebesar 12,68% (Jatengprov, 2014). Potensi pertanian tersebut didominasi oleh tanaman jagung, salak, durian, ubi kayu, dan jamur tiram. Namun terdapat juga tanaman padi dan jagung yang belum ditingkatkan potensinya. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan agar pemerintah di Kabupaten Banjarnegara dapat menerapkan strategi yang tepat guna mengembangkan potensi padi, jagung, dan kedelai. Ancaman dan krisis pangan dunia beberapa tahun terakhir memiliki kaitan yang sangat erat dengan perubahan iklim global. Dampak perubahan iklim global adalah perubahan pola dan intensitas curah hujan, yang ditandai dengan makin sering terjadinya fenomena iklim ekstrim El Nino dan La Nina yang dapat mengakibatkan kekeringan dan banjir, kenaikan suhu udara dan permukaan laut, serta peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam. Bagi sektor pertanian, dampak lanjutan dari perubahan iklim adalah bergesernya pola dan kalender tanam, perubahan keanekaragaman hayati, eksplosi hama 3

dan penyakit tanaman dan hewan, serta pada akhirnya adalah penurunan produksi pertanian (Anonim, 2015). Anomali iklim dapat menyebabkan kekeringan yang merupakan akibat gejala El Nino yang berkepanjangan tanpa hujan dan dapat pula menyebabkan musim hujan berkepanjangan tanpa kemarau yang merupakan akibat gejala La Nina. Kedua anomali ini tidak menguntungkan bagi produksi pertanian. El Nino dapat menimbulkan kegagalan panen akibat kekeringan sedangkan La Nina dapat menimbulkan banjir dan menyebabkan organisme pengganggu tanaman berkembang pesat (IPCC, 2001). Sejak tahun 1898 telah terjadi kenaikan suhu yang mencapai 1 o C sehingga diprediksi akan terjadi lebih banyak curah hujan dengan perubahan 2-3 % per tahun. Dalam 5 tahun terakhir rata-rata luas lahan sawah yang terkena banjir dan kekeringan masing-masing sebesar 29.743 Ha (11.043 Ha diantaranya puso karena banjir) dan 82.472 Ha terkena kekeringan (8.497 Ha diantaranya puso karena kekeringan). Kondisi ini cenderung akan terus meningkat pada tahun-tahun ke depan. Tantangan ke depan dalam menyikapi dampak perubahan iklim global adalah bagaimana meningkatkan kemampuan petani dan petugas lapangan dalam melakukan prakiraan iklim serta melakukan upaya adaptasi dan mitigasi yang diperlukan (Anonim, 2015). Sebagai negara kepulauan yang berada di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, curah hujan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu permukaan laut di sekelilingnya. Perubahan di perairan Indonesia yang dapat mempengaruhi curah hujan di Indonesia antara lain 4

meningkatnya nilai DMI dan meningkatnya Anomaly of Sea Surface Temperature (ASST). Perubahan-perubahan ini tidak sama setiap tahunnya. Akibatnya, terjadi pergeseran pola curah hujan menyebabkan terjadinya pergeseran pola musim yang berdampak pada perubahan pola dan kalender tanam. Cuaca yang tidak menentu sering mengakibatkan petani sulit memperkirakan waktu untuk mengolah lahan dan memanen. Akibat perubahan iklim, tidak kurang dari 50 % wilayah pertanian di Indonesia menghadapi musim hujan yang cenderung mundur dan musim kemarau yang cenderung maju, sehingga musim tanam menjadi pendek. Kondisi ini akan sangat berdampak buruk terhadap intensitas tanam jika tidak ada terobosan inovasi dan teknologi yang mampu memecahkan masalah tersebut (Anonim, 2015). Berdasarkan hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian subsektor tanaman pangan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 3.288.292 rumah tangga dan di Kabupaten Banjarnegara sendiri terdapat 156.652 rumah tangga. Dibandingkan tahun 2003, total jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 189.481 rumah tangga atau sebesar 5,76%. Berdasarkan data tersebut maka penelitian ini penting dilakukan agar dapat dijadikan bahan evaluasi untuk membantu masyarakat maupun Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah khususnya Kabupaten Banjarnegara dalam merencanakan usaha-usaha peningkatan produktivitas pertanian khususnya tanaman pangan seperti perbaikan pola tanam, jaringan irigasi, dll. 5

1.2. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh iklim global terhadap curah hujan wilayah. 2. Mengetahui pengaruh curah hujan terhadap produktivitas pertanian. 1.3. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini ialah dapat menjadi dasar penentuan usaha-usaha yang akan dilakukan untuk beberapa tahun ke depan dalam rangka meningkatkan produktivitas padi, jagung, dan kedelai. 1.4. Batasan Masalah Agar data dan hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian maka diperlukan beberapa batasan masalah. Adapun batasan-batasan masalah yang tercakup di antaranya adalah : 1. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. 2. Data yang digunakan meliputi data curah hujan dan data produksi padi, jagung, dan kedelai di beberapa kecamatan; data Anomaly of Sea Surface Temperature (ASST) serta data Dipole Mode Index (DMI). 6