30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring Kertas sigaret Lab Mill Neraca analitik Oven ph meter pembakar listrik Pisau cutter Rapid Plastisimeter Spatula Stopwatch Thermo Gravimetry Analyzer Wadah tempat penggumpal lateks Wallace Punch 3.1.2. Bahan Adapun bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Asam formiat Aquades Sari buah cermai cermai Lateks segar
31 3.2. Tahapan Penelitian 3.2.1. Pembuatan Sari Cermai Dimasukkan cermai kedalam blender kemudian diblender sampai halus kemudian disaring dan diambil sarinyalalu diukur phnya. 3.2.2. Penggunaan Asam Formiat Sebagai Penggumpal Lateks Disediakan lateks kebun sebanyak 600 ml, untuk wadah pertama tidak ditambahkan asam formiat. Sisanya masing masing 100 ml lateks dimasukkan kedalam 5 wadah penggumpal. Masing masing wadah ditambahkan asam formiat dengan volume penambahan 5, 10, 15, 20, dan 25 ml. Setelah ditambahkan koagulan diukur phnya dan dicatat waktu proses penggumpalannya. 3.2.3. Penggunaan Sari Cermai Sebagai Penggumpal Lateks Disediakan lateks kebun sebanyak 500 ml, masing masing 100 ml lateks dimasukkan kedalam 5 wadah penggumpal. Masing masing wadah ditambahkan saricermai dengan volume penambahan 5, 10, 15, 20,dan 25 ml. Setelah ditambahkan koagulan diukur phnyadan dicatat waktu proses penggumpalannya. 3.2.4. Penetapan Plastisitas Awal (Po) dan Plastisitas Retensi Indeks (PRI) Koagulum sekitar 25 gram digiling dengan gilingan laboratorium sebanyak 3 kali dengan ketebalan 1,6-1,8 mm. lembaran karet tersebut dilipat dua dan ditekan perlahan dengan telapak tangan, sehingga mempunyai ketebalan 3,3-3,6 mm kemudian lembaran karet tersebut dipotong dengan alat wallace punch sebanyak 6 buah potongan uji dengan diameter 13 mm seperti dibawah ini 1 2 1 2 1 2
32 Untuk pengukuran plastisitas awal diambil potongan uji (1), sedangkan potongan uji (2) untuk pengukuran setelah pengusangan. Potongan uji (2) ini diletakkan diatas baki dan dimasukkan kedalam oven pada suhu 140 0 C selama 30 menit, sementara potongan uji 1 sebanyak 3 buah diletakkan satu persatu diantara 2 lembar kertas sigaret TST berukuran 35x 40 mm, kemudian diletakkan diatas piringan plastimeter, kemudian piringan plastimeter tersebut ditutup. Setelah ketukan pertama piringan bawah plastimeter akan bergerak keatas selama 15 detik dan menekan piringan atas kemudian setelah ketukan kedua angka dimana jarum micrometer berhenti pada nilai plastisitas karet. Potongan uji 2 setelah pengusangan tadi diukur dengan cara yang sama tiga potongan uji dari setiap contoh diambil angka rata-ratanya dan dibulatkan. PRI dinyatakan dalam % dengan rumus sebagai berikut : PRI = Pa X 100 %... (1) Po Dimana: Pa = plastisitas setelah pengusangan Po = plastisitas sebelum pengusangan 3.2.5. Penetapan Kadar Karet Kering Ditimbang 10 gr lateks dalam beaker glass 250 ml, sebelumnya berat beaker glass sudah ditimbang. Kemudian ditambahkan 10 ml aquadest dan asam formiat 5 ml sedikit demi sedikit diaduk hingga terbentuk gumpalan. Gumpalan tersebut dipanaskan diatas weater batch yang mendidih selama 10 menit tujuannya agar lateks menggumpal sempurna. Gumpalan digiling dengan gilingan laboratorium hingga terbentuk crepe dengan ketebalan 0,6-1,0 mm. Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 100 o C selama 30 menit. Setelah itu karet dimasukkan kedalam desikator selama 15 menit hingga suhu kamar, lalu ditimbang untuk mengetahui berat karet keringnya. Kadar karet kering dinyatakan dalam % dengan rumus sebagai berikut % KKK = massa sesudah pengeringan massa sebelum pengeringan x 100%... (2)
33 3.2.6. Penetapan Kadar Abu Ditimbang 10 gr karet yang telah digiling kemudian dimasukkan kedalam cawan yang telah dihitung beratnya. Kemudian dimasukkan kedalam ruang bakar sampai karet terbakar sempurna, lalu dimasukkan kedalam oven dan di oven selama 2 jam. Setelah itu dinginkan hingga cawan bersuhu ruangan kemudian timbang kadar abunya dengan menggunakan neraca analitik. 3.3. Diagram Alir Penelitian 3.3.1. Pembuatan Sari Cermai Cermai Diblender hingga halus Disaring Diambil sarinya Sari Cermai diukur ph nya residu
34 3.3.2. Penggunaan Asam Formiat Sebagai Koagulan Lateks Asam Formiat 5 ml Ditambahkan Kedalam Lateks Diukur phnya Dicatat waktu proses Penggumpalannya Koagulum (karet padat) disimpan 10 hari digiling dikeringkan dikarakterisasi PRI/Po KKK/DRC Kadar Abu Perlakuan yang sama juga dilakukan dengan volume asam formiat 10, 15, 20, 25 ml, dan tanpa menggunakan asam formiat
35 3.3.3. Penggunaan Sari Cermai Sebagai Koagulan Lateks Sari cermai 5 ml Ditambahkan Kedalam Lateks Diukur phnya Dicatat waktu proses Penggumpalannya Koagulum (karet padat) disimpan 10 hari digiling dikeringkan dikarakterisasi PRI/Po KKK/DRC Kadar Abu Perlakuan yang sama juga dilakukan dengan volume sari cermai 10, 15, 20, 25 ml dan tanpa penambahan koagulan.
36 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar waktu koagulasi lateks dengan menggunakan penambahan sari buah cermai dengan ph 3,4 dan pembandingnya asam formiat dengan ph 3,7 sebagai koagulasi lateks karet. Diperoleh hasil pengukuran ph dan waktu penggumpalan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 sebagai berikut: Table 4.1 Data Hasil Koagulasi Lateks Menggunakan Sari Buah Cermai No Volume Volume sari ph ph setelah Waktu Lateks buah cermai Lateks dicampur Gumpal (menit) Keadaan 1 100 5 6,6 5,9 62,15 Menggumpal 2 100 10 6,6 5,2 30,12 Menggumpal 3 100 15 6,6 4,6 22,03 Menggumpal 4 100 20 6,6 4,6 18,28 Menggumpal 5 100 25 6,6 4,5 13,11 Menggumpal
37 waktu penggumpalan (menit) 1:12:00 0:57:36 0:43:12 0:28:48 0:14:24 0:00:00 5 10 15 20 25 sari cermai volume sari buah cermai Gambar 4.1. Diagram penggumpalan dengan sari buah cermai Dari hasil penggumpalan menggunakan sari buah cermai diatas menunjukkan peningkatan waktu penggumpalan berdasarkan variasi penambahan volume sampel 5, 10, 15, 20, dan 25 ml kedalam 100 ml lateks dengan waktu gumpal paling lama yaitu 62,15 menit dengan penambahan volume sampel 5 ml dan waktu koagulasi lateks paling cepat terjadi yaitu 13,11 menit dengan penambahan volume sampel 25 ml. Semakin besar volume sampel yang ditambahkan pada lateks maka nilai ph setelah pencampuran semakin meningkat dan waktu koagulasi semakin cepat. Table 4.2. Data Hasil Koagulasi Lateks Menggunakan Asam Formiat No Volume lateks Volume asam formiat ph lateks ph setelah dicampur Waktu gumpal (menit) Keadaan 1 100 5 6,6 4,0 1,7 Menggumpal 2 100 10 6,6 3,0 0,57 Menggumpal 3 100 15 6,6 2,8 0,55 Menggumpal 4 100 20 6,6 3,0 0,53 Menggumpal 5 100 25 6,6 5,5 0,52 Menggumpal
38 waktu penggumpalan (menit) 0:01:18 0:01:09 0:01:00 0:00:52 0:00:43 0:00:35 0:00:26 0:00:17 0:00:09 0:00:00 5 10 15 20 25 volume asam formiat Gambar 4.2. Diagram penggumpalan dengan asam formiat Dari hasil penggumpalan menggunakan asam formiat diatas menunjukkan peningkatan waktu penggumpalan berdasarkan variasi penambahan volume sampel 5, 10, 15, 20, dan 25 ml kedalam 100 ml lateks dengan waktu gumpal paling lama yaitu 1,7 menit dengan penambahan volume sampel 5 ml dan waktu koagulasi lateks paling cepat terjadi yaitu 0,52 menit dengan penambahan volume sampel 25 ml. Semakin besar volume sampel yang ditambahkan pada lateks makanilai ph setelah pencampuran serta waktu koagulasi semakin meningkat. 4.2. Hasil Pengujian Mutu Karet Pengujian mutu karet yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan sari buah cermai dan asam formiat terhadap mutu kareta lam SIR 20 yang ditunjukkan sebagai berikut: 4.2.1. Uji PRI Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai dari sifat plastisitas (kekenyalan) karet. Nilai PRI karet adalah persentase plastisitas karet setelah dipanaskan dibandingkan plastisitas sebelum dipanaskan ditentukan dengan alat plastimeter Wallace, dengan persamaan : PRI = Pa X 100 %... (1) Po dimana : Pa = Plastisitas karet sesudah dipanaskan selama 30 menit (setelah pengusangan).
39 Po = Plastisitas karet sebelum dipanaskan (sebelum pengusangan). (Kartowardoyo. 1980) Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan sari buah cermai (Phyllanthus acidus) dan dengan penambahan asam formiat terhadap lateks diperoleh nilai Plastisitas Awal (Po) dan Plastisitas Retensi Index (PRI) yang dipaparkan pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. Tabel 4.3. Nilai Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Indeks Karet Dengan Koagulan Sari Buah Cermai (Phyllanthus Acidus) Sari Po Nilai P.30 Nilai PRI (%) Cermai I II III Tengah I II III Tengah 0 30 30 29 30 13 12 13 13 43,33 5 45 44 45 45 20 21 20 20 44,44 10 49 51 51 50 23 23 23 23 46 15 50 50 51 50 22 21 22 22 44 20 47 47 45 46 22 23 22 22 47,82 25 47 46 46 46 19 20 19 19 41,30 Tabel 4.4. Nilai Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Indeks Karet Dengan Koagulan Asam Formiat Asam Po Nilai P.30 Nilai PRI (%) Formiat Tengah Tengah I II III I II III 0 30 30 29 30 13 12 13 13 43,33 5 24 24 24 24 13 13 13 13 54,16 10 24 24 24 24 14 14 13 14 58,33 15 23 23 23 23 13 12 13 14 56,52 20 23 23 23 23 14 14 14 14 60,86 25 24 24 24 24 12 13 12 12 50
40 nilai PRI (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 5 10 15 20 25 volume penambahan koagulan As. Formiat Sari Cermai Gambar 4.3. Diagram perbandingan penggumpal asam formiat dengan sari cermai terhadap nilai PRI (%) Dari hasil perhitungan nilai PRI diatas menunjukkan peningkatan berdasarkan variasi volume koagulasi sari buah cermai yang ditambahkan dimana peningkatan maksimum terjadi yaitu dengan nilai PRI 47,82% dengan penambahan 20 ml sampel dan nilai PRI minimum 41,30% dengan penambahan 25 ml sampel. Sedangkan pada variasi volume koagulasi asam formiat yang ditambahkan dimana peningkatan maksimum terjadi dengan nilai PRI 60,86% dengan penambahan 20 ml sampel dan nilai PRI minimum 50% dengan penambahan 25 ml sampel. Dan tanpa penambahan koagulan nilai PRInya adalah 43,33%. 4.2.2. Uji Kadar Abu Penentuan maksimal dari kadar abu dimaksudkan agar karet yang dijual tidak kemasukan bahan bahan kimia dalam jumlah banyak. Dalam pengolahan karet memang beberapa bahan kimia dipakai misalnya natrium bisulfit atau natrium carbonat. Banyaknya abu lebih dari 1,5% menunjukkan bahwa pengujian kurang bersih (Kartowiryo, S,1970). Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan sari buah cermai (Phyllanthus acidus) dan dengan penambahan asam formiat terhadap lateks diperoleh nilai kadar abu yang dipaparkan pada Tabel 4.5 dan
41 Tabel 4.6. Tabel 4.5. Nilai Kadar Abu Karet Dengan Koagulan Sari Buah Cermai (Phyllanthus Acidus) Sari Cermai Berat Karet (gr) Berat Cawan (gr) Berat Cawan + Abu (gr) Berat Abu Nilai AC (%) 0 5,0079 31,27 31,39 0,12 2,4 5 5,0018 31,32 31,38 0,06 1,2 10 5,0015 31,08 31,16 0,08 1,6 15 5,0008 31,71 31,79 0,08 1,6 20 5,0016 31,05 31,14 0,09 1,8 25 5,0042 31,61 31,72 0,11 2,2 Tabel 4.6. Nilai Kadar Abu Karet Dengan Koagulan Asam Formiat Asam Formiat Berat Karet (gr) Berat Cawan (gr) Berat Cawan + Abu (gr) Berat Abu (gr) Nilai AC (%) 0 5,0079 31,27 31,39 0,12 2,4 5 5,0068 30,1 30,13 0,03 0.6 10 5,0027 31,43 31,48 0,05 1,0 15 5,0017 31,5 31,55 0,05 1,0 20 5,0038 31,71 31,75 0,04 0,8 25 5,0079 31,27 31,39 0,05 1,0
42 3 2,5 kadar abu (%) 2 1,5 1 As. Formiat Sari Cermai 0,5 0 0 5 10 15 20 25 volume penambahan koagulan Gambar 4.4. Diagram perbandingan penggumpal asam formiat dengan sari cermai terhadap kadar abu (%) Dari hasil perhitungan kadar abu diatas menunjukkan peningkatan berdasarkan variasi volume koagulasi sari buah cermai yang ditambahkan dimana peningkatan maksimum terjadi yaitu dengan nilai kadar abu 2,2% dengan penambahan 25 ml sampel dan nilai kadar abu minimum 1,2% dengan penambahan 5 ml sampel. Sedangkan pada variasi volume koagulasi asam formiat yang ditambahkan dimana peningkatan maksimum terjadi dengan nilai kadar abu 1,0% dengan penambahan 10, 15, dan 25 ml sampel dan nilai kadar abu minimum 0,6% dengan penambahan 5 ml sampel. Dan tanpa penambahan koagulan nilai kadar abunya adalah 2,4%. 4.2.3. Uji Kadar Karet Kering Menurut Purbaya, (2011) Kadar karet kering (K3) adalah kandungan padatan karet per satuan berat (%). Berdasarkan Maspanger (2005) kualitas karet dinilai dari K3, yakni mutu 1 dengan K3 minimal 28% dan mutu II dengan K3 di bawah 28%. Menurut Rivai (1994) metode yang paling sederhana untuk menentukan K3 yakni metode gravimetri. Hubungan K3 diperoleh berdasarkan: KKK = massa sesudah pengeringan x 100%... (2) massa sebelum pengeringan
43 Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan sari buah cermai (Phyllanthus acidus) dan dengan penambahan asam formiat terhadap lateks diperoleh nilai kadar karet kering yang dipaparkan pada Tabel 4.7 dan Tabel 4,8. Tabel 4.7. Nilai Kadar Karet Kering Dari Koagulan Sari buah Cermai (Phyllanthus Acidus) Sari Cermai Berat Mangkok (gr) Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) Kadar Karet Kering (%) 0 25,70 109,75 36,6 33,34 5 25,77 117,37 38,27 32,6 10 25,73 123,63 32,22 26,86 15 25,83 129,15 34,53 26,73 20 25,79 133,17 35,84 26,51 25 25,74 137,8 34,84 25,28 Tabel 4.8. Nilai Kadar Karet Kering Dari Koagulan Asam Formiat Asam Formiat Berat Mangkok (gr) Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) Kadar Karet Kering (%) 0 25,70 109,75 36,6 33,34 5 25,78 115,02 39,93 34,71 10 25,70 120,34 36,9 30,66 15 25,83 125,78 37,12 29,51 20 25,71 130,87 37,71 28,51 25 25,67 134,91 37,84 28,04
44 kadar karet kerng (%) 40 35 30 25 20 15 10 5 As. Formiat Sari Cermai 0 0 5 10 15 20 25 volume penambahan koagulan Gambar 4.5. Diagram perbandingan penggumpal asam formiat dengan sari cermai terhadap kadar karet kering (%) Dari hasil perhitungan nilai KKK diatas menunjukkan penurunan berdasarkan variasi volume koagulasi sari buah cermai yang ditambahkan dimana peningkatan maksimum terjadi yaitu dengan nilai KKK 32,6% dengan penambahan 5 ml sampel dan nilai KKK minimum 25,28% dengan penambahan 25 ml sampel. Sedangkan pada variasi volume koagulasi asam formiat yang ditambahkan dimana peningkatan maksimum terjadi dengan nilai KKK 34,71% dengan penambahan 5 ml sampel dan nilai KKK minimum 28,04% dengan penambahan 25 ml sampel. Dan tanpa penambahan koagulan nilai KKKnya adalah 33,34%.
45 4.3 Pembahasan 4.3.1. Proses Waktu Koagulasi Pada koagulasi lateks menggunakan sari buah cermai dan dengan asam formiat diperoleh waktu koagulasi yang jauh berbeda, yaitu pada sari buah cermai dengan waktu paling lama sebesar 62,15 menit pada 5 ml koagulan dan pada waktu paling cepat sebesar 13,11 menit pada 25 ml koagulan. Dibandingkan dengan koagulasi asam formiat lebih cepat terkoagulasi yaitu waktu paling lama sebesar 1,7 menit pada 5 ml koagulan dan waktu paling cepat sebesar 52 detik pada 25 ml koagulan. Ini dikarenakan perbedaan komposisi pada sari buah cermai dan asam formiat sehingga terjadi perbedaan lama waktu koagulasi lateks. 4.3.2. Uji PRI/Po Plastisitas Retensi Index (PRI) adalah suatu ukuran ketahanan karet terhadap pengusangan atau oksidasi pada suhu tinggi. Faktor utama yang berpengaruh terhadap nilai plastisitas retensi index adalah zat peroksidan (logam-logam) dan zat-zat anti oksidan (protein dan senyawa lain yang teradsorbsi pada karet). Pada pengujian nilai PRI/Po karet menggunakan penggumpal sari cermai dan asam formiat dengan variasi volume sesuai dengan standar SIR 20 yaitu min 40% sama sama lulus uji SIR 20 dengan nilai maksimum PRI 47,82% pada penambahan 20 ml sari buah cermai dan 60,86% pada penambahan 20 ml asam formiat dan nilai minimum PRI 41,30 % pada penambahan sari buah cermai 25 ml dan 50% pada penambahan 25 ml asam formiat sedangkan tanpa penambahan koagulan nilai PRInya 43,33%. Hal ini disebabkan karena penambahan larutan asam yang banyak. Proses penggumpalan lateks terjadi karena lateks merupakan suatu sistem koloid dimana partikel karet dilapisi oleh suatu protein dan fosfolipid yang terdispersi dalam serum, protein ini tersusun atas bermacam-macam asam amino. Asam amino yang mengandung muatan positif dan muatan negatif disebut ion zwitter ( Poedjadi, 1994). Setiap asam amino yang bermuatan positif dan negatifnya berimbang atau muatan bersihnya nol dikatakan
46 berada pada titik isoelektrik. PH pada saat penimbangan ini terjadi disebut PH isoeletrik (Wilbraham, 1992). 4.3.3. Uji Kadar Karet Kering (KKK) Pemanasan yang terjadi pada karet akan menyebabkan terjadinya pemutusan rantai molekul karet. Rantai rantai molekul karet ini akan menjadi radikal radikal bebas, karena pengaruh dari udara yaitu oksigen maka radikal bebas tersebut akan berikatan dengan oksigen. Terikatnya rantai molekul karet dengan oksigen menyebabkan rantai molekul karet menjadi pendek sehingga berat molekul menjadi lebih kecil (Kartowardoyo, 1980). Pada pengujian kadar karet kering (KKK) yang memenuhi standar SIR 20 dan memiliki kadar karet kering paling bagus yaitu pada penambahan sari cermai 5 ml dengan nilai 32,6% kadar karet kering dan pada penambahan asam formiat 5 ml dengan 34,71% kadar karet kering. Sedangkan tanpa penambahan koagulan nilai kadar karet keringnya adalah 33,34%. 4.3.4. Uji Kadar Abu Kadar abu dipengaruhi oleh faktor faktor kontaminasi bahan asing dan jenis bahan pembeku yang digunakan. Kadar abu yang tinggi terjadi apabila ke dalam lateks dengan sengaja ditambahkan bahan asing seperti lumpur, pasir halus, untuk memanipulasi penentuan kadar karet kering, atau jika koagulum kebun telah dikotori oleh lumpur, endapan lateks, tanah liat, pasir, dan talk. Kotoran yang halus ini biasanya lolos dari saringan 325 mesh sehingga tidak bisa diamati sebagai kadar kotoran tetapi muncul sebagai kadar abu yang tinggi, kotoran halus berupa pasir atau tanah liat merusak sifat vulkanisasi karetnya. Semua yang menjadi dasar spesifikasi teknis dilakukan dengan pengujian laboratorium quality control (Loo, T, G, 1973). Kadar abu (ash content) ditentukan dengan hasil pengabuan suatu sampel karet setelah dipijarkan selama 2 jam pada suhu 550 0 C. Syarat uji kadar abu dimaksudkan untuk menjamin agar karet mentah yang dijual tidak terlalu banyak
47 mengandung bahan bahan kimia seperti : natrium bisulfit, natrium karbonat, dan tawas yang biasa digunakan dalam proses pengolahan (Walujono, 1970). Pada pengujian kadar abu karet yang dikoagulasikan dengan menggunakan sari buah cermai 10 ml lebih sedikit persen kadar abunya yaitu 1,2% namun belum lulus klasifikasi SIR 20 yang memiliki % kadar abu sebanyak 1,0%. Pada tanpa penambahan koagulan juga tidak lulus klasifikasi SIR 20 karena nilai kadar abunya adalah 2,4%. Sedangkan dengan penambahan asam formiat lulus klasifikasi SIR 20 dengan nilai kadar abu paling rendah 0,6% pada penambahan 5 ml asam formiat. Tabel 4.9. Hasil Uji Dengan Menggunakan Koagulan Sari Buah Cermai (Phyllanthus Acidus) Volume Lateks Volume Sari Buah Cermai Waktu koagulasi (menit) PRI (%) KKK Kadar Abu 100 0-43,33 33,34 2,4 100 5 62,15 44,44 32,6 1,2 100 10 30,12 46 26,86 1,6 100 15 22,03 44 26,73 1,6 100 20 18,28 47,82 26,51 1,8 100 25 13,11 41,30 25,28 2,2
48 Tabel 4.10. Hasil Uji Dengan Menggunakan Koagulan Asam Formiat Volume Lateks Volume Asam Formiat Waktu koagulasi (menit) PRI (%) KKK Kadar Abu 100 0-43,33 33,34 100 5 1,7 54,16 34,71 100 10 0,57 58,33 30,66 100 15 0,55 56,52 29,51 100 20 0,53 60,86 28,51 100 25 0,52 50 28,04 2,4 0.6 1,0 1,0 0,8 1,0
49 5.1. Kesimpulan BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penilitian yang dilakukan diperoleh : 1. Sari buah cermai dapat digunakan sebagai penggumpal lateks, dan karet yang dihasilkan memenuhi Standar Indonesia Rubber (SIR) yaitu SIR 20. 2. Mutu karet yang digumpalkan dengan sari buah cermai yang memenuhi standar pada uji PRI dengan penambahan 5 ml dengan nilai PRI 44,44%, KKK 32,6% dan kadar abu 1,2% 5.2. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh maka disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap bahan penggumpal alami yang digunakan dan menambahkan bahan pengawet pada lateks yang digunakan. Serta menggunakan uji uji terhadap sifat fisik lain seperti kadar zat menguap dan kadar nitrogen.