Unesa Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI

Akbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar...

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 03, pp , September 2014

PENINGKATAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DIPADU TALKING STICK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM KELAS XI SMAN 18 SURABAYA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PPKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IX.1 SMP N 4 PASAMAN. Sudirman 1) 1 SMP N 4 Pasaman

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

ARTIKEL. Oleh : I MADE SEPTI ASTAWAN

PELATIHAN TANGGUNG JAWAB DAN DISIPLIN SISWA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) MATERI SISTEM KOLOID

JURNAL. Oleh. Naelal Ngiza NIM

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 3, pp September 2013

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

Unesa Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika di FKIP Universitas Mataram.

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 PEKANBARU

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI IMPLEMENTASI

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

Sherli Malinda, Nyoman Rohadi dan Rosane Medriati

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: SASMITASARI E1R

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK, TALK, WRITE

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Imam Rosyidi SDN Paciran I, Kecamatan Paciran, Kab.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA DI KELAS V SDN 002 BAGAN BESAR DUMAI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, AND SATISFACTION)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

Oleh ABSTRAK. Kata kunci : pembelajaran kooperatif, snowball throwing, hasil belajar, respon siswa

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN

Kata kunci : kemampuan berpikir kreatif, hasil belajar, Creative Problem Solving

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL INCREASE OF LEARNING ENGLISH THROUGH APPLICATION REMEDIAL TEACHING

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

PENGGUNAAN MULTIMEDIA DAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

Rohmah Mujibatur., Penerapan Metode Role Playing dengan Media Gambar...

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI BERBASIS PBL (PROJECT BASED LEARNING) DI MA

Improving Student Activity Learning Class XI IPA SMA Katolik Rajawali Through Inquiry Approach Based on PBI of Buffer Solution Topic

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI ROTATING TRIO EXCHANGE

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Arynda 28, Susanto 29, Dafik 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MERAKIT PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN STRUCTURED DYADIC METHODS (SDM)

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

Key Words: Accelerated learning, student s achievement, Linier Program

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

Prakoso et al., Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar IPA Biologi...ister

Joyful Learning Journal

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 105 PEKANBARU

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Economic Education Analysis Journal

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN ) Volume 1 No 4, Oktober 2015

POSTER KIMIA UNSUR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 PEKANBARU. Abstract

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRILL

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES SISWA KELAS II B

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dengan Penerapan Kolaborasi Pembelajaran Kooperatif Model Corners dan Talking Stick

Pendahuluan. Keywords: Scramble, time token, motivation learning, learning outcomes.


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN

PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI KELAS IV SDN 01 KINALI

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY)

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE

PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI STRATEGI QUESTION STUDENTS HAVE DI KELAS IV SDN 03 DURIAN TINGGI KABUPATEN 50 KOTA

Department of Chemistry Education Faculty of Teacher and Education University of Riau

Kurnia Restu, Lazim N, Zariul Antosa

Oleh. Ni Wayan Purni Lestari,

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

ABSTRAK. Keyword: Learning outcomes; physics; learning model; contextual; quantum teaching

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

Transkripsi:

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER MENGHARGAI BAGI SISWA KELAS XI IPA MA BAHAUDDIN SIDOARJO IMPLEMENTATION OF CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) APPROXIMATION IN THE SALT HYDROLYSIS MATTER TO INCREASE THE APPRECIATE CHARACTER OF XI GRADE STUDENT IN MA BAHAUDDIN SIDOARJO Misbachun Nisya dan Muchlis Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya email: misbachbozz@ymail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter menghargai dan hasil belajar siswa setelah penerapan pendekatan Contxtual Teaching and Learning (CTL) pada materi pokok hidrolisis garam. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MA Bahauddin Sidoarjo. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan empat siklus yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Hasil penelitian menunjukkan karakter menghargai siswa pada putaran I sebesar 62,5% dengan kategori baik, pada putaran II sebesar 70,8% dengan kategori baik, dan pada putaran III sebesar 81,2% dengan kategori sangat baik. Ketuntasan hasil belajar siswa pada putaran I sebesar 62,5%, pada putaran II sebesar 87,5%, pada putaran III sebesar 87,5%. Berdasarkan data tersebut selama penerapan pendekatan CTL karakter menghargai siswa mengalami peningkatan dan ketuntasan hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan klasikal pada putaran II dan III. Kata kunci: pendekatan CTL, karakter menghargai, hidrolisis garam. Abstract The purpose of this research is to know the student appreciate character and student learning outcomes after the application of CTL approximation in the salt hydrolysis matter. The subjects were students of class XI IPA MA Bahauddin Sidoarjo. The method used is action research with four cycle, 1) planning, 2) implementation, 3) observation, and 4) reflection. The result showed that student appreciate character at the first meeting is 62.5% in a good categories, the second meeting is 70.8% in a good categories, the third meeting is 81.2% in a very good categories. Student learning outcomes at the first meeting is 62.5%, the second meeting is 87.5%, and the third meeting is 87.5%. Based on that data during application of CTL approximation the student appreciate character increased and the student learning outcomes has reached total learning outcomes. Keywords: CTL approximation, appreciate character, salt hydrolysis. PENDAHULUAN Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang harus menjiwai semua bidang pembangunan. Pembangunan nasional yang selama ini dilaksanakan telah menunjukkan kemajuan diberbagai bidang kehidupan masyarakat, yang meliputi bidang sosial budaya dan kehidupan beragama, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, pertahanan dan keamanan, hukum, penyediaan sarana dan prasarana, serta pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Di samping banyak kemajuan yang telah dicapai ternyata masih banyak masalah dan tantangan yang belum sepenuhnya terselesaikan, termasuk kondisi karakter bangsa yang akhir-akhir ini mengalami pergeseran. Pembangunan karakter bangsa yang sudah diupayakan dalam berbagai bentuk, 114

hingga saat ini masih belum optimal. Hal itu tercermin dari persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perkelahian massal, dan kerusakan lingkungan. Semua itu menegaskan bahwa telah terjadi pergeseran karakter bangsa. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah pendidikan. Pusat Kurikulum[1] menyebutkan bahwa pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat. Dari 18 nilai karakter yang diidentifikasi oleh Pusat Kurikulum [1] pada tahun 2010 untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa salah satunya adalah menghargai. Menghargai merupakan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran di kelas, siswa kelas XI IPA sebanyak 24 siswa di MA Bahauddin Sidoarjo masih memiliki karakter menghargai yang cukup rendah yaitu 56,6%. Hal ini dapat ditunjukkan dari ketidaktercapaian semua indikator karakter menghargai yaitu sebagai berikut: 1) Mengucapkan terima kasih atas pemberian/bantuan/ saran/kritikan orang lain (31% = Kurang); 2) Menghormati pemimpin dan guru (72,4% = Baik); 3) Tidak mencela hasil karya orang lain (59% = Cukup); 4) Memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin (51,7% = Cukup); 5) Menerima orang lain apa adanya (69% = Baik). Pusat Kurikulum[2] telah mengemukakan bebarapa pembelajaran dan pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan karakter peserta didik. Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan belajar aktif seperti pendekatan belajar kontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan, pembelajaran berbasis kerja, dan ICARE (Intoduction, Connection, Application, Reflection, Extension) dapat digunakan untuk pendidikan karakter. Dari beberapa pembelajaran dan pendekatan tersebut dipilih pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning yang selanjutnya akan disingkat menjadi CTL untuk meningkatkan karakter menghargai. Berdasarkan penelitian Suprapto[3] mengenai pengaruh pendekatan CTL terintegrasi pendidikan karakter terhadap hasil belajar dan karakter siswa, hasil observasi karakter siswa yang diamati oleh observer sebanyak 4 orang diperoleh data skor rata-rata observasi kelas eksperimen adalah sebesar 82,59%, sedangkan kelas kontrol adalah sebesar 67,13%. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Marbun[4] tentang upaya mewujudkan pendidikan karakter melalui penerapan pembelajaran kontekstual, didapatkan kesimpulan bahwa karakter yang diwujudkan siswa berkembang selama dan setelah pembelajaran PKn dan Pendidikan Agama dilaksanakan melalui Pembelajaran CTL dengan melakukan 2 siklus, adalah religius, bekerjasama, mandiri, percaya diri, disiplin, saling menghargai, bertanya jawab, jujur, demokratis, semangat belajar tinggi, kreatif dan kerja keras. Karakter menghargai dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari penelitian yang dilakukan oleh Rahayuwanti dan Nurhayati[5] tentang hubungan antara kecerdasan emosional yang dipengaruhi oleh nilai karakter (salah satunya adalah menghargai karya dan prestasi orang lain dan menghargai keberagaman) terhadap hasil belajar. Kesimpulan yang diperoleh yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara 115

kecerdasan emosional siswa yang dipengaruhi oleh nilai karakter terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X Multimedia 1 SMK Negeri 01 Surabaya tahun ajaran 2011-2012. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia MA Bahauddin Sidoarjo, dapat diketahui bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami dan mengingat konsep materi kimia. Pendapat tersebut diperkuat dengan hasil dari angket yang telah disebarkan kepada siswa kelas XI IPA MA Bahauddin Sidoarjo tentang tingkat kesulitan pada materi kimia kelas XI semester genap dengan rincian sebagai berikut: Asam Basa (11%), Larutan Penyangga (15%), Hidrolisis Garam (41%), Hasil Kali Kelarutan (22%), dan Koloid (11%). Selain itu fakta ini juga didukung oleh data hasil belajar siswa pada materi pokok hidrolisis garam. Sebanyak 58% siswa masih mendapat nilai dibawah standar nilai minimal yang ditetapkan yaitu 75. METODE Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur (siklus), yang terdiri atas 4 tahap yaitu: (1) merencanakan, (2) melakukan tindakan, (3) mengamati, dan (4) melakukan refleksi. Peneliti melakukan suatu perlakuan (tindakan) pada subjek penelitian selama 3 kali putaran. Setiap akhir pertemuan diberikan postes untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MA Bahauddin Sidoarjo sebanyak 24 siswa. Metode pengumpulan data pada penelitian ini melalui metode observasi, angket dan tes. Metode observasi dan angket digunakan untuk mengukur karakter menghargai siswa selama penerapan pendekatan CTL. Sedangkan metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan pendekatan CTL. Hal ini perlu dilakukan karena tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakter menghargai dan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini sampel yang diamati 24 siswa yang dibagi dalam enam kelompok dengan anggota tiap kelompok adalah empat orang. Setiap kelompok diamati satu pengamat. Data karakter menghargai siswa diperoleh dari hasil pengamatan observer terhadap siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil angket penilaian diri siswa. Perhitungan persentase karakter menghargai setiap indikator dilakukan dengan cara berikut: Hasil persentase perilaku berkarakter yang pada setiap indikator yang diperoleh selanjutnya dirata-rata dengan menggunakan rumus: Sementara untuk hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes di setiap akhir putaran. Perhitungan persentase ketuntasan hasil belajar siswa dilakukan dengan cara berikut: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Menghargai Siswa Karakter menghargai merupakan salah satu nilai karakter yang diidentifikasi oleh pusat kurikulum untuk dikembangkan. Pada penelitian ini digunakan lima indikator untuk mengukur karakter menghargai yang dikemukakan oleh Depdiknas[6] yaitu: (1) Mengucapkan terima kasih atas pemberian/ bantuan/ saran/ kritikan orang lain; (2) Menghormati pemimpin dan guru; (3) Tidak mencela hasil karya orang lain; (4) Memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin; dan (5) Menerima orang lain apa adanya. Karakter menghargai diukur dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran dan penilaian diri siswa. Adapun hasil penilaian karakter menghargai siswa selama tiga putaran disajikan pada Tabel 1. 116

Tabel 1 Karakter Menghargai Siswa selama Tiga Persentase Nilai Rata-rata Indikator ke- I II III 1. 62,5% 70,8% 81,2% 2. 62,5% 69,2% 80,8% 3. 62% 65,5% 81,2% 4. 72,8% 71,2% 92% 5. 60,2% 73,5% 88% Rata-rata 62,5% 72,8% 81,2% Tabel 1 menunjukkan hasil pengamatan dan penilaian diri karakter menghargai pada kelima indikator yang diamati. Indikator yang pertama yaitu mengucapkan terima kasih atas pemberian/ bantuan/ saran/ kritikan orang lain mengalami peningkatan pada setiap putaran. Pada putaran I siswa mendapat persentase ratarata sebesar 62,5% (baik), pada putaran II mengalami peningkatan menjadi sebesar 70,8% (baik), dan pada putaran III persentase rata-rata siswa sudah mengalami peningkatan menjadi sebesar 81,2% (sangat baik). Hal ini dikarenakan guru selalu menghimbau siswa agar membiasakan diri mengucapkan terima kasih atas pemberian bantuan dari orang lain dan ketika menerima saran dan kritik dari kelompok lain. Indikator karakter menghargai yang kedua yaitu menghormati pemimpin dan guru juga mengalami peningkatan selama tiga putaran. Pada putaran I siswa mendapat persentase rata-rata sebesar 62,5%, pada putaran II mengalami peningkatan menjadi sebesar 69,2%, dan pada putaran III persentase rata-rata siswa sudah mengalami peningkatan menjadi sebesar 80,8%. Hal ini dikarenakan pada putaran II dan III guru membimbing ketua kelompok agar membagi tugas secara adil dan selalu menghimbau siswa untuk melakukan tugas yang diberikan oleh ketua kelompok dengan baik. Sesuai dengan keterlaksanaan pada tahap membimbing kelompok bekerja dan belajar yang telah dilakukan oleh guru dengan baik. Peningkatan juga terjadi pada indikator karakter menghargai yang ketiga yaitu tidak mencela hasil karya orang lain. Pada putaran I siswa mendapat persentase rata-rata sebesar 62%, pada putaran II mengalami peningkatan menjadi sebesar 65,5%, dan pada putaran III persentase rata-rata siswa sudah mengalami peningkatan menjadi sebesar 81,2%. Pada putaran I masih terdapat beberapa siswa yang berkata tidak sopan ketika kelompok lain mempresentasikan hasil diskusinya. Untuk mengatasi hal ini guru memberikan hukuman kepada kelompok yang berkata tidak sopan selama pembelajaran dengan pengurangan poin kelompok. Hasil dari usaha guru terbukti bahwa karakter menghargai siswa pada indikator ketiga mengalami peningkatan selama tiga putaran. Pada indikator karakter menghargai yang keempat yaitu memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin mengalami penurunan pada putaran II dan mengalami peningkatan pada putaran III. Pada putaran I siswa mendapat persentase rata-rata sebesar 72,8%, pada putaran II mengalami penurunan menjadi sebesar 71,2%, dan pada putaran III persentase rata-rata siswa sudah mengalami peningkatan menjadi sebesar 92%. Peningkatan ini dikarenakan pada putaran III siswa sudah lebih memahami materi yang akan dipelajari karena guru meminta siswa untuk membaca terlebih dahulu. Selain itu guru juga lebih mendisiplinkan siswa untuk menyelesaikan praktikum dan LKS sesuai dengan waktu yang diberikan oleh guru. Pada indikator menghargai yang kelima yaitu menerima orang lain apa adanya mengalami peningkatan pada setiap putaran. Pada putaran I siswa mendapat persentase ratarata sebesar 60,2%, pada putaran II mengalami peningkatan menjadi sebesar 73,5%, dan pada putaran III persentase rata-rata siswa sudah mengalami peningkatan menjadi sebesar 88%. Hal ini dikarenakan siswa masih belum bisa menerima anggota kelompok yang dibentuk oleh guru. Usaha guru untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan memberi penjelasan kepada siswa bahwa dalam proses pembelajaran kooperatif siswa harus saling menerima anggota kelompok demi tercapainya tujuan pembelajaran pada setiap akhir pembelajaran. Usaha ini merupakan salah satu langkah pada kegiatan penutup yang telah 117

dilakukan oleh guru dengan baik berdasarkan penilaian dari pengamat. Secara keseluruhan setelah pembelajaran kooperatif dengan pendekatan CTL persentase rata-rata karakter menghargai mengalami peningkatan pada setiap putaran. Pada putaran I persentase rata-rata karakter menghargai sebesar 64,8%, pada putaran II mengalami peningkatan menjadi sebesar 72,7%, dan pada putaran III mengalami peningkatan menjadi sebesar 82,9%. Hasil ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan pada putaran III karakter menghargai siswa sudah memenuhi ketercapaian penelitian tindakan kelas ini. Hasil ini juga membuktikan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan karakter menghargai siswa yang didukung dengan hasil angket respon siswa bahwa sebanyak 91,7% siswa menyatakan lebih menghargai orang lain setelah dilakukan pembelajaran. Hasil Belajar Siswa Ketuntasan hasil belajar siswa adalah hasil dari pembelajaran yang telah diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. MA Bahauddin Sidoarjo menetapkan ketuntasan hasil belajar individu adalah 75 sedangkan ketuntasan klasikal sebesar 85% siswa yang telah mencapai ketuntasan individu. Hasil belajar siswa kelas XI IPA MA Bahauddin Sidoarjo diambil dari hasil postes. Postes dilakukan pada akhir pembelajaran untuk meminimalkan pengaruh dari luar selain pembelajaran terhadap hasil belajar siswa. Data hasil belajar siswa selama tiga putaran ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil Belajar Siswa selama Tiga Hasil Belajar Siswa I II III 1 73 80 86 2 55 80 86 3 82 90 93 4 91 100 93 5 82 90 93 6 82 70 100 7 64 70 71 8 73 80 86 9 82 90 93 Lanjutan Tabel 2. Hasil Belajar Siswa I II III 10 82 80 93 11 82 90 93 12 55 60 71 13 73 90 93 14 73 80 86 15 82 100 93 16 82 90 93 17 82 90 100 18 82 80 93 19 82 80 86 20 64 80 71 21 82 80 86 22 82 90 86 23 73 80 86 24 82 90 86 Ketuntasan 62,5% 87,5% 87,5% Berdasarkan fakta dari latar belakang bahwa sebanyak 41% siswa menyatakan kesulitan memahami materi hidrolisis garam. Selain itu fakta ini juga didukung oleh data hasil belajar siswa pada materi pokok hidrolisis garam. Sebanyak 58% siswa masih mendapat nilai dibawah standar nilai minimal yang ditetapkan yaitu 75. Hal ini diduga karena aktivitas siswa di kelas yang didominasi dengan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat ringkasan materi sehingga siswa kurang aktif selama pembelajaran. Berdasarkan Tabel 2 terdapat 2 orang siswa yang tidak tuntas selama tiga putaran yang telah dilakukan. Hal ini dikarenakan kedua siswa tersebut diketahui tidak melakukan aktivitas bertanya dan mengemukakan pendapat selama tiga putaran. Selain itu siswa nomor 7 diketahui berperilaku yang tidak relevan selama pembelajaran yaitu rata-rata selama 7 menit. Sedangkan siswa nomor 12 diketahui berperilaku yang tidak relevan selama pembelajaran yaitu rata-rata selama 8 menit. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal pada putaran I sebesar 62,5% dengan siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 9 siswa. 118

Siswa yang belum memperoleh nilai postes 75 atau dengan kata lain hasil belajar ranah kognitifnya masih kurang. Hal ini diduga karena siswa masih kurang berkonsentrasi, belum memahami materi sepenuhnya, interaksi dengan anggota kelompok yang masih kurang seperti pada teori kognitif sosial yang diungkapkan oleh Albert Bandura dan disadur oleh Nur [7] bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perolehan pengetahuan siswa adalah saling berinteraksi. Kegiatan belajar mengajar putaran II dilakukan sesuai dengan hasil refleksi dari putaran sebelumnya agar diperoleh hasil belajar yang lebih baik. Pada putaran II diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 87,5% dengan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 21 siswa dan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 3 siswa. Jika dibandingkan dengan putaran I, ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan secara signifikan dan telah memenuhi ketercapaian penelitian tindakan kelas. Hal ini dikarenakan pada putaran II aktivitas siswa dalam bekerja secara kooperatif dengan anggota kelompok lainnya mengalami peningkatan sehingga dari interaksi tersebut tiap anggota kelompok dapat memahami materi hidrolisis garam. Pada kegiatan belajar mengajar putaran III diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 87,5% dengan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 21 siswa dan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 3 siswa. Jadi pada putaran III hasil belajar sudah mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan sekolah dan telah memenuhi ketercapaian penelitian tindakan kelas ini. Hal ini dikarenakan guru telah membimbing kelompok bekerja dan belajar dengan baik sehingga aktivitas siswa berinteraksi dengan anggota kelompok untuk memperoleh pengetahuan semakin baik. Secara keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada putaran II dan memperoleh hasil yang sama pada putaran III. Hasil ini juga didukung dengan hasil angket respon siswa yang menunjukkan bahwa 83,3% siswa menyatakan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Penerapan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa didukung oleh kelebihankelebihan dari pendekatan CTL yang diungkapkan oleh Suprapto [3] yaitu antara lain: 1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, maka materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. 2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. PENUTUP Simpulan Karakter menghargai yang diamati pada penelitian ini memiliki lima indikator. Indikator pertama pada putaran I mendapat nilai persentase rata-rata sebesar 62,5%, pada putaran II sebesar 70,8%, dan pada putaran III sebesar 81,2%. Indikator kedua pada putaran I mendapat nilai persentase rata-rata sebesar 62,5%, pada putaran II sebesar 69,2%, dan pada putaran III sebesar 80,8%. Indikator ketiga pada putaran I mendapat nilai persentase rata-rata sebesar 62%, pada putaran II sebesar 65,5%, dan pada putaran III sebesar 81,2%. Indikator keempat pada putaran I mendapat nilai persentase rata-rata sebesar 72,8%, pada putaran II sebesar 71,2%, dan pada putaran III sebesar 92%. Indikator kelima pada putaran I mendapat nilai persentase rata-rata sebesar 60,2%, pada putaran II sebesar 73,5%, dan pada putaran III sebesar 88%. Rata-rata presentase karakter menghargai pada putaran I sebesar 64,8% (baik), pada putaran II sebesar 72,7% (baik), dan pada putaran III sebesar 82,9% (sangat baik). Hal ini menunjukkan 119

bahwa penerapan pendekatan CTL dalam model pembelajaran kooperatif dapat melatihkan karakter menghargai siswa. Ketuntasan belajar klasikal pada pertemuan I yaitu sebesar 62,5%, pada putaran II sebesar 87,5%, dan pada putaran III sebesar 87,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan CTL dalam model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa. Saran Berdasarkan hasil pengamatan karakter menghargai siswa pada putaran III masih terdapat 5 siswa yang mendapat nilai 2 untuk indikator kedua yaitu menghormati pemimpin dan guru. Guru sebaiknya membimbing ketua kelompok untuk berlaku adil dalam pembagian tugas kelompok serta meminta siswa untuk melakukan tugas yang diberikan oleh ketua kelompok dengan baik. DAFTAR PUSTAKA 1. Pusat Kurikulum. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional. 2. Pusat Kurikulum. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional. 3. Suprapto, Arief. 2012. Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kimia dan Karakter Siswa. Medan: Universitas Negeri Medan. 4. Marbun, Sariana. 2012. Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter Melalui Penerapan Pembelajaran Kontektual (CTL) dalam Pembelajaran di SMP Negeri 6 Satu Atap Bahorok Kabupaten Langkat. Jakarta: Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.5 No.2 Agustus 2012. 5. Rahayuwanti, Harfriful Krisworo dan Nurhayati, Agustina. 2012. Hubungan antara Kecerdasan Emosional yang Dipengaruhi oleh Nilai Karakter terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X Multimedia I SMK Negeri 01 Surabaya Tahun Ajaran 2011-2012. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika. Program Studi Matematika Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Surabaya, 05 Mei 2012. 6. Depdiknas. 2002 Pedoman Pembangunan Karakter Bangsa di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 7. Nur, Mohamad. 1998. Teori Pembelajaran Sosial. Surabaya: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya. 120