Jurnal Teknologi Kimia Unimal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR (LIQUID SMOKE)

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

KINERJA DAN ANALISIS TEKNO-EKONOMI ALAT PENGHASIL ASAP CAIR DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH PERTANIAN TESIS OLEH SRI AULIA NOVITA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN KUALITAS ASAP CAIR DENGAN DISTILASI ABSTRAK. Kata kunci : Serbuk kayu gergajian, pirolisis, distilasi dan asap cair

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

KARAKTERISASI ASAP CAIR HASIL PIROLISIS AMPAS TEBU SERTA PENGUJIANNYA UNTUK PENGAWETAN DAGING AYAM

OPTlMASl PEMURNIAN ASAP CAIR DENGAN METODA REDISTILAS1

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT

OPTIMASI PROSES PIROLISIS ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. industri minyak bumi serta sebagai senyawa intermediet pada pembuatan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5. STUDI PUSTAKA/KEMAJUAN YANG TELAH DICAPAI DAN STUDI PENDAHULUAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

ISOLASI DAN PEMURNIAN ASAP CAIR BERBAHAN DASAR TEMPURUNG DAN SABUT KELAPA SECARA PIROLISIS DAN DISTILASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

PEMANFAATAN ASAP CAIR DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA PENGOLAHAN KARET MENTAH

PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN PENGAWET MAKANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUHU PIROLISIS CANGKANG SAWIT TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS ASAP CAIR

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16

IV. PEMBAHASAN A. KARAKTERISIK BAHAN BAKU

PERANCANGAN DAN APLIKASI ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK KIMIA ASAP CAIR HASIL PIROLISIS BEBERAPA JENIS KAYU

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

BAB 1 PENDAHULUAN Judul Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

Bab III Metodologi III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat yang digunakan

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

4. Hasil dan Pembahasan

REKAYASA PERALATAN BIOBRIKET

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PIROLISIS DAN BAHAN BIOMASSA TERHADAP KAPASITAS HASIL PADA ALAT PEMBUAT ASAP CAIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DENGAN PROSES PIROLISA UNTUK MENGHASILKAN INSEKTISIDA ORGANIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UNJUK KERJA PIROLISATOR UNTUK MEMPRODUKSI GAS ASAP CAIR ( LIQUID SMOKE GASES ) SEBAGAI BAHAN PENGAWET DARI BIOMASSA LAPORAN AKHIR PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(Pra <Rancangan <Pa6rik\,'Furfurat dariampas Tebu (Bagasse) Xapasitas ton pertahun BAB I PENDAHULUAN

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. DESKRIPSI PROSES

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI PEMURNIAN ASAP CAIR DENGAN METODA REDISTILASI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAHAN AJAR SISWA PERALATAN DAN PEMANFAATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. hemiselulosa dan lignin dan telah dikondensasi. Asap cair masih mengandung

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan dispersi koloid yang berasal dari uap asap kayu dalam air yang diperoleh dari

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

I. PENDAHULUAN. poliaromatik hidrokarbon / PAH (Panagan dan Nirwan, 2009). Redestilat asap cair

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

TEKNIK PENGOLAHAN BIO-OIL

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

JKK, Tahun 2016, Vol 5(4), halaman ISSN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 7. Alat pirolisis dan kondensor

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI ASAP CAIR PADA LATEKS

OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

Gambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

KARAKTERISTIK ASAP CAIR DARI PROSES PIROLISIS LIMBAH SABUT KELAPA MUDA [FUME CHARACTERISTICS LIQUID WASTE FROM THE PYROLYSIS YOUNG COCONUT FIBER]

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Jurnal Teknologi Kimia Unimal 1:1 (November 2012) 91-100 Jurnal Teknologi Kimia Unimal homepage jurnal : www.ft.unimal.ac.id/jurnal_teknik_kimia Jurnal Teknologi Kimia Unimal PEMANFAATAN ASAP CAIR BERBASIS CANGKANG SAWIT SEBABAGAI BAHAN PENGAWET ALTERNATIVE Sulhatun Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh Kampus Utama Cot Teungku Nie Reuleut, Muara Batu, Aceh Utara 24355 Korespondensi: HP: 082160921372, e-mail: sulhasiha@yahoo.com Abstrak Cangkang kelapa sawit merupakan limbah padat lignoselulosa yang dihasilkan oleh industri perkebunan kelapa sawit dan memiliki tingkat ketersediaan yang berlimpah setiap tahunnya. Upaya yang dilakukan untuk pengelolaan limbah adalah mengurangi daya cemar dan memanfaatkan limbah agar mendapatkan nilai tanbah dari limbah tersebut. Penanganan limbah cangkang sawit pada industri kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan asap cair saat ini belum optimal dan ekonomis, sehingga mendorong peneliti utuk mencari suatu metode alternative untuk memanfaatkan cangkang sawit sebagai bahan baku substitusi untuk industri asap cair di Indonesia dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet alami pengganti formalin yang sering digunakan walau sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Sehubungan hal itu, maka penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan bahan baku, tahap proses pirolisis untuk penentuan kadar kadar asap cair yang dihasilkan secara kualitas dan kuantitas juga dilakaukan tahap proses selanjutnya yaitu Distilasi untuk meningkatkan kualitas produk sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet pada industi pengolahan makanan. Pada tahap proses distilasi ini dilakukan variasi terhadap waktu dan temperatur distilasi yang berbeda terhadap kadar asap cair yang dihasilkan setelah proses distilasi. Selanjutnya dilakukan analisa kadar fenol dengan GC untuk mengetahui kemurnian asap cair yang dihasilkan..selanjutnya melakukan aplikasi produk terhadap makanan dalam hal ini ikan untuk melihat daya tahan ikan setelah dilakukan perendaman dengan pengawet alami tersebut terhadap daya tahan ikan dari pembusukan melalui aroma dan pembususkannya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Persentase Rendemen asap cair maksimum dihasilkan dari Tandan Kosong Sawit adalah 8,4812 % sedangkan Cangkang sawit sebesar 12,711 % dengan waktu pirolisi 5 jam. Produk asap cair dari Cangkang sawit memiliki persentase rendemen lebih tinggi baik secara kualita maupun kuantitas.. Asap cair dari kedua produk dapat membuat. Asap cair dari kedua produk dapat membuat ikan segar lebih tahan lama dan menghilangkan baunya lebih cepat dan efektif. Asap cair dari hasil pirolisis cangkang sawit dapat digunakan sebagai bahan pengawet alami karena mampu menghambat pembusukan terhadap ikan selama dua hari. Kata kunci: Asap Cair, Cangkang sawit, pengawet makanan

1. Pendahuluan Cangkang sawit adalah salah satu jenis limbah padat yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit memiliki tingkat ketersediaan yang berlimpah setiap tahunnya. Pengelolaan limbah terdiri dari 2(dua) aspek yaitu penanganan limbah dan pemanfaatan limbah. Penanganan limbah untuk mengurangi daya cemar dan pemanfaatan limbah untuk mendapatkan nilai tambah dari limbah yang akan dibuang. Selama ini penanganan limbah cangkang sawit dengan memanfaatkan sebagai sumber bahan baku pembuatan asap cair belum dilakukan secara optimal dan ekonomis. Oleh karena itu perlu dicari suatu metode alternatif untuk memanfaatkan jenis limbah padat dari industri. penanganan limbah dan pemanfaatan limbah. Penanganan limbah untuk mengurangi daya cemar dan pemanfaatan limbah untuk mendapatkan nilai tambah dari limbah yang akan dibuang. Selama ini penanganan limbah cangkang sawit dengan memanfaatkan sebagai sumber bahan baku pembuatan asap cair belum dilakukan secara optimal dan ekonomis. Oleh karena itu perlu dicari suatu metode alternatif untuk memanfaatkan jenis limbah padat dari industri kelapa sawit sebagai bahan baku pengganti atau substitusi untuk pembuatan asap cair sehingga dapat dipergunakan dalam beberap industri di Indonesia karena manfaatnya yang cukup besar. Pemanfaatan ini tentunya akan memberikan nilai ekonomi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan proses pemanfaatan yang selama ini dilakukan. Ditinjau dari aspek komposisi kimianya cangkang sawit mempunyai potensi untuk digunakan sebagai sumber bahan baku pembuatan asap cair karena salah satu jenis komponen kimia yang terkandung dalam cangkang sawit adalah senyawa lignin dengan kandungan 23 % dalam cangkang sawit.. Menurut Fengel dan Wegner (1984), komponen senyawa tersebut dapat dimanfaatkan sebagai dispersan, pengemulsi, penstabil, penyaring logam, perekat dan pengikat, koagulan protein dan resin penukar ion. Proses pirolisis, sedimentasi dan distilasi yang dilakukan terhadap cangkang sawit untuk mendapatkan senyawa fenol isolat dengan kadar yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi proses pirolisis dan distilasi yang optimum. Sehubungan dengan itu, maka yang menjadi tujuan dari penelitian 92

ini adalah sejauh mana kondisi prosesn pirolisis berpengaruh terhadap jenis limbah padat kelapa sawit tersebut dan mengetahui persentase fenol yang dihasilkan baik secara kualitas dan kuantitas pada kondisi terbaik terutama setelah proses distilasi dan melakukan aplikasi sebagai bahan pengawet makanan pada ikan. 2. Bahan dan Metode Dalam peneltian ini pelaksanaan penelitian dilakukan daalam beberapa beberapa tahap yaitu tahap persiapan bahan baku dan tahap proses serta tahap penentuan kadar kadar asap cair yang dihasilkan dengan melkaukan variasi terhadap waktu pirolisis dan temperatur pirolisis yang berbeda terhadap persentase asap cair yang dihasilkan. Selanjutnya dilakukan tahap analisa kadar asap cair untuk melihat kemurnian asap cair yang dihasilkan melalui analisa fenol dg GC pada kondisi maksimum. Selanjutnya melakukan proses Distilasi untuk melihat sejauhmana proses distilasi mampu meningklatkan kualitas asap cair yang dihasilkan agar dapat digunakan sebagai bahan pengawet alami. 2.1.Prosedur Pelaksanaan Cangkang Sawit diambil dari kebun PPKS di Langsa dilakukan 3 (tiga) tahap penelitian yaitu tahap persiapan bahan baku, tahap proses dan tahap analisa produk. Serta tahap distilasi. 2.1.1. Tahap Persiapan bahan baku Bahan baku Cangkang Sawit yang diperoleh dari pabrik Kelapa sawit, sebelum memasuki tahap proses pada bahan dilakukan pengeringan terlebih dahulu selanjutnya langsung dimasukkan tabung pirolisis tanpa penghancuran karena ukuran dari cangkang yang memang sudah memadai. 2.1.2. Tahap Proses Pirolisis Pada tahap ini, cangkang sawit yang telah potong dengan alat bantu crusher ditimbang dan dimasukkan kedalam tabung pembakaran, dari bagian bawah dinyalakan api sehingga sample terbakar secara pirolisis. Alat pirolisa 93

dijalankan dengan variasi waktu 1, 2, 3, 4 dan 5 jam sesuai dengan sampel yang diinginkan.asap yang dihasilkan secara liquidasi akan mengalir ke tabung kondensasi lalu hasil kondensasi berupa asap cair ditampung pada penampungan. 2.1.3. Tahap Proses Distilasi Asap cair sebanyak 250 ml dimasukkan dalam labu alas bulat ukuran 500 ml, kemudian dipanaskan dengan penangas minyak / mental. Asap cair didestilasi dengan Varriasi temperatur yaitu 100-185 0 C. Destilat yang diperoleh selanjutnya dianalisa. 2.1.4 Tahap Analisa Pada Tahap Analisa dilakukan dengan Pengukuran derajat keasaman, Pengukuran densitas, Penentuan Warna dan Aroma serta kadar fenol. Penentuan Kadar keasaman dilakukan dengan PH meter yang terlebih dahulu di kalibrasikan atau dicelupkan kedalam larutan aquades. Setelah dikalibrasi PH meter dapat digunakan pada larutan yang ingin diukur. Dicatat hasilnya. Sedangkan Pengukuran Densiti dilakukan dengan penimbangan sample dalam piknometer dan selanjutnya dihitung massa zat dengan volume zat sample. temperatur dan tekanan tertentu. Density dari suatu zat adalah massa dari sejumlah volum suatu zat pada temperatur dan tekanan tertentu. Penentuan Warna dan Aroma dilakukan dengan pengamatan secara visual sedangkan aroma sampel asap cair dengan menggunakan indra penciuman kemudian aromanya dibandingkan dengan asap cair komersil. Untuk menghitung kadar fenol yang terdapat pada asap cair digunakan alat GC - MS. Analisis komponen Asap cair dilakukan dengan menggunakan GC-MS dengan kondisi sebagai berikut : Injektor mode split 1:60, suhu 290 C. Kolom yang digunakan adalah : Rastek RXi-5MS, panjang 30 m, diameter 0,25 mm; suhu kolom : 50-290 C, dengan kenaikan suhu 10 C/5 menit. Gas pembawa helium, suhu detektor 280 C, dengan jenis pengionan Electron Impact (EI). 94

Masing-masing puncak dari hasil kromatografi dibuat spektra dibandingkan dengan spektra bank data NIST dan WILEY. assanya dan Aplikasi Asap Cair terhadap Ikan Dalam penelitian ini dilakukan percobaan dengan penggunaan asap cair hasil Distilasi pada Ikan Karang. Prosedur pengawetan ikan karang dilakukan dengan cara mengikuti tahapan-tahapan sebagi berikut : 1. Asap cair dicampurkan dengan air bersih (1:5) dimasukkan kedalam bejana berukuran 1000 ml, kemudian dituangkan kedalam tempat perendaman ikan merah segar yang telah di bersihkan (dicuci) selama 10 menit untuk di uji daya tahan pengawetan asap cair 2. Diamati efek pengawetan selama 5 hari atau setelah 5 x 24 jam. 3. Dicatat hasil pengamatannya. 3. Hasil dan Diskusi Dalam penelitian ini, dilakukan pirolisis terhadap sampel secara batch menggunakan reaktor dilengkapi dengan pendingin spiral yang dihubungkan dengan bak penampung.dalam pelaksanaan proses pirolisis dilakukan variasi waktu pirolisis untuk mengetahui pengaruh waktu pirolisis terhadap hasil produk. Pirolisis yang dilakukan dari tandan kosong sawit sebanyak 100 Kg secara batch pada suhu 250-450 o C menggunakan variasi waktu masing-masing 1. 2, 3, 4 dan 5 jam. Hasil pirolisis yang diperoleh dan pirolisis yang dilakukan pada cangkang sawit dengan kapasitas yang sama dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Hasil Pirolisis cangkang sawit % Rendemen NO Arang Tar Asap Cair 1 98,32 0,17 1,81 2 89,99 0,13 4,53 3 83,33 0,09 7,86 4 66,66 0,088 10,28 5 53,33 0,1 12,71 95

Berdasarkan data dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pirolisis dengan waktu pirolisis yang berbeda daricangkang sawit dapat menghasilkan asap cair dan Tar dalam jumlah yang berbeda secara signifikan. a. Arang, Tar dan asap cair Proses pembuatan asap cair ini menghasilkan arang sebagai bahan sisa pirolisis. Grafik 1 yang memperlihatkan hubungan waktu pirolisis dengan rendemen arang, asap cair dan Tar dapat dilihat pada gbr 1. Gambar.1. Grafik rendemen asap cair, arang dan Tar hasil pirolisis Dari gambar di atas menunjukkan penurunan rendemen arang dari waktu ke waktu dihasilkan beratnya semakin berkurang dengan naiknya waktu pirolisis, ini disebabkan semakin berkurangnya komponen-komponen organik yang terdapat dalam bahan tersebut. Rendemen arang cangkang sawit Ini disebabkan oleh karena kandungan lignin pada cangkang sawit semakin lama waktu pirolisi maka semakin tinggi lignin terpirolisis sehingga senyawa fenol yang dihasilkan semakin tinggi opula. Persentase rendemen asap cair tertinggi terjadi pada waktu pirolisi 5 jam dengan kandungan fenol sebesar 78 %. Sedangkan pada produk asap cair ini hubungan waktu pirolisis dengan rendemen asap cair yang dihasilkan dapat dilihat bahwa penurunan rendemen Tar dari waktu 1 jam. Tar 96

yang dihasilkan beratnya semakin berkurang seiring dengan penurunan persentase kadar arang yang dihasilkan dan bernading terbalik dengan persentase kadar asap cair yang dihasilkan. Persentase tertinggi dari Tar yang dihasilkan yaitu 0,167 % dengan waktu 1 jam sedangkan 0,0,1001 %.Artinya kenaikan waktu pirolisis berpengaruh secara signifikan gerhadap peningkatan persentase Arang dan Tar yang dihasilkan. Tar adalah lapisan bawah yang dihasilkan dari proses pirolisis. Tandan kosong sawit memiliki kandungan tar lebih tinggi dari cangkang sawit seiring dengan waktu pirolisis yang terjadi. Waktu pirolisis 5 jam adalah waktu yang maksimum dalam pembentukan Tar dan Arang. Hal ini disebabakan karena komponen -komponen organik semakin berkurang dan ligini yang terpilorisis menjadi asap cair semakin lama semakin menurun karena kandungannya yang semakin kecil. Persentase rendemen asap cair tertinggi terjadi pada waktu pirolisi 5 jam dengan kandungan fenol sebesar 78 %. Setelah dilakukan aanalisa fenol dengan GC. Selama proses pirolisis berlangsung, terjadi beberapa tahap pirolisis yaitu tahap awal adalah proses pelepasan air yang disertai pelepasan gas-gas ringan seperti CO dan CO2 kisaran waktunya antara 1-2 jam pirolisis. Pada kisaran waktu ini air mengalami penguapan terlebih dahulu dari sedangkan selanjutnya unsur-unsur cangkang sawit (hemiselulosa, selulosa dan lignin) mengalami proses dekomposisi dari cangkang sawit kisaran waktunya antara 2-4 jam. Kisaran suhu pada saat itu mencapai 250 o C sampai 250 o C, pada tahap ini mulai dihasilkan tar dan semua hasil dekomposisi cangkang sawit yang menguap bersamaan dengan meningkatnya temperatur pirolisis dan waktu pirolisis, residu yang tertinggal adalah arang. Menurut Girard (1992) pirolisis pada temperatur 400 o C ini menghasilkan senyawa yang mempunyai kualitas organoleptik yang tinggi dan pada temperatur lebih tinggi lagi akan terjadi reaksi kondensasi pembentukan senyawa baru dan oksidasi produk kondensasi diikuti kenaikan linear senyawa tar dan hidrokarbon polisiklis aromatis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada waktu pirolisis 5 jam dihasilkan persentase rendemen tertinggi yaitu pada cangkang sawit sebesar 12,711 % 97

3. HASIL ANALISA 3.1. Analisa Komposisi Menggunakan Alat GC-MS Hasil analisa asap cair cangkang sawit dan tandan kosong sawit dengan menggunakan GC-MS menunjukan bahwa asap cair mengandung fenol, karbonil dan asam yang signifikan. Untuk melihat hasil yang diperoleh maka dapat dilihat pada gambar. Ketiga zat penyusun dasar cangkang dan tandan kosong sawit adalah selulosa, lignin dan hemiselulosa. Menurut Fengel dan Wegener (1995), selulosa adalah makromolekul yang dihasilkan dari kondensasi linear struktur heterosiklis molekul glukosa. Selulosa terdiri dari 100-1000 unit glukosa. Selulosa terdekomposisi pada temperatur 280 o C dan berakhir pada 300-350 o C. Girard (1992), menyatakan bahwa pirolisis selulosa berlangsung dalam dua tahap, yaitu : Tahap pertama adalah reaksi hidrolisis menghasilkan glukosa. Tahap kedua merupakan reaksi yang menghasilkan asam asetat da homolognya, bersama-sama air dan sejumlah kecil furan dan fenol. Hemiselulosa merupakan polimer dari beberapa monosakarida seperti pentosan (C5H8O4) dan heksosan (C6H10O5). Pirolisis pentosan menghasilkan furfural, furan dan derivatnya beserta satu seri panjang asam-asam karboksilat. Pirolisis heksosan terutama menghasilkan asam asetat dan homolognya. Hemiselulosa akan terdekomposisi pada temperatur 200-250 o C. Menurut Girard (1992), lignin merupakan sebuah polimer kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi dan tersusun atas unit-unit fenil propana. Senyawa-senyawa yang diperoleh dari pirolisis struktur dasar lignin berperanan penting dalam memberikan aroma asap produk asapan. Senyawa ini adalah fenol, eter fenol seperti guaiakol, siringol dan homolog serta derivatnya (Prananta, 2008). Lignin mulai mengalami dekomposisi pada temperatur 300-350 o C dan berakhir pada 400-450 o C. Dari data pengamatan yang telah dilakukan,dapat dibuat sebuah grafik perbandingan dari persen kandungan fenol yang terdapat dari asap cair cangkang sawit yaitu pada grafik 2 98

Grafik 2 Kandungan fenol yang terdapat dalam asap cair berbasis cangkansawit. Dari grafik diatas menunjukkan bahwa kandungan atau persen fenol yang tinggi terdapat pada asap cair yang terbuat dari cangkang sawit daripada kandungan fenol yang terdapat pada Tandan kosong sawit,hal ini disebabkan kandungan lignin yang lebih tinggi terdapat pada cangkang sawit,karena lignin lah yang nantinya pada saat pirolisa terurai menjadi senyawa aromatis diantaranya adalah fenol. 3.2.2 Uji Produk Asap Cair Pada Ikan. Asap cair yang telah dihasilkan dan kemudian dilakukan uji pada lateks, dari hasil pengujian yang dilakukan di desa Sp. Kramat Kecamatan Muara dua Kota Lhokseumawe kedua produk yang telah di campur air dengan perbandingan 2 : 1, yaitu 50 ml : 100 ml, yang kemudian di campurkan ke getah latek yang akan diujicoba. Dari hasil ujicoba kedua bahan tersebut telah terbukti dapat menggumpalkan getah latek dan menghilangkan baunya. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian mengenai asap cair hasil pirolisis cangkang sawit dan tandan kosong sawit dapat diambil kesimpulan bahwa Persentase Rendemen asap cair maksimum dihasilkan dari Cangkang sawit sebesar 12,711 % dengan waktu pirolisi 5 jam. Serta Asap cair dari kedua produk dapat membuat ikan segar lebih tahan lama dan menghilangkan baunya lebih cepat dan efektif. 99

Untuk pengembangan proses produksi asap cair selanjutnya perlu dilakukan teknik pemisahan yang lebih baik untuk memisahkan asap cair dengan tar hasil pirolisis bahan biomassa lainnya. Dan Untuk mendapatkan asap cair yang lebih berkualitas dapat dilakukan dengan metode distilasi sehingga kualitas produk lebih meningkat sesuai dengan fungsi dari asap cair yang diinginkan. 5. Daftar Pustaka 1. Anonim, 1983, Prototype Alat Pembuatan Arang Aktif dan Asap Cair Tempurung, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Departemen Perindustrian. 2. Carmila, O.,2004, Pembuatan Pulp dari Tandan Kosong Sawit, TGA D-III Teknik Kimia Politeknik, Lhokseumawe. 3. Girrard, J.P., 1992. Technology of Meat and Meat Products, Ellis Horwood, New York. Laili, A., 2001 Pembuatan Pulp dari Tandan Kosong Kelapa Sawit(TKKS), TGA D-III Teknik Kimia Politeknik, Lhokseumawe 4. Palungkun, R., 2003, Aneka Produk Olahan Kelapa, Cetakan ke Sembilan, Penebar Swadaya, Jakarta. 5. Rahmi, Z., 2008, Peninkatan Mutu Asap Cair Limbah Serbuk Kayu Gergajian Dengan Metode Distilasi, TGA Teknik Kimia Poli Teknik, Lhokseumawe 6. Tahir, I., 1992, Pengambilan Asap Cair secara Destilasi Kering pada Proses pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa, Skripsi, FMIPA Ugm, Yogyakata. 7. Yuwanti, S., Darmadji, P. dan Tranggono, 1999, Potensi Pencoklatan Fraksifraksi Asap Cair Tempurung Kelapa, Prosiding Seminar Nasional Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta. 100