BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu psikiatri.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2014.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. 1. Ruang lingkup tempat. Bandarharjo, Semarang.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, yaitu. deskripsi tentang keadaan secara obyektif.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, yakni penelitian yang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

III. METODE PENELITIAN. andropause dengan depresi dimana pengukuran dan pengambilan variabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Kesehatan Anak, Ilmu Psikiatri Anak dan Ilmu Psikologi. sampel terpenuhi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang bagian saraf dan rehabilitasi medik

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Bandarharjo, Kota Semarang Jawa Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. clearance disetujui sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi. Populasi target penelitian ini adalah pasien kanker paru.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan desain penelitian cross sectional, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. suatu waktu (Notoatmodjo, 2007 ) dengan tujuan untuk mencari hubungan usia,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh lama siklus menstruasi dengan kadar glukosa darah

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan rancangan penelitian case control, yaitu untuk mempelajari

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. kandungan khususnya berhubungan dengan kedokteran ginekologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Gorontalo mulai 5 Mei sampai dengan 5 juni

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Pada penelitian cross sectional, pengumpulan data dilakukan pada

METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

BAB IV METODE PENELITIAN. Semarang dalam kurun waktu Mei Juni pada tahun 2015.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Kampung Batik Semarang 16. Pengumpulan data dilakukan pada Maret 2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian studi analitik,

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran khususnya bidang ilmu biologi dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. khususnya Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Psikiatri

BAB 3 METODE PENELITIAN. digunakan pada penelitian yang terdiri dari desain penelitian, populasi, teknik

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian, 3.8) Alat Pengumpulan Data, 3.9) Metode Pengumpulan Data, 3.10)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif komparatif. Komparatif merupakan penelitian non-eksperimen

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan metode analitik korelatif dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan studi cross

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian studi analitik,

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kampus Fakultas Kedokteran Undip pada

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup Fisiologi dan Ilmu Kedokteran

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pasien penyakit ginjal kronik ini mencakup ilmu penyakit dalam.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang ilmu kesehatan masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi pada Juli 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. secara cross-sectional. Cross-sectional yaitu penelitian yang mempelajari

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian untuk

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

Transkripsi:

2 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu menopause dengan Sindroma Mulut Terbakar (SMT). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu subjek diobservasi pada satu waktu yang sama. 33 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan jumlah wanita yang berusia 45 tahun keatas yang diperkirakan sudah mengalami menopause ada sekitar 25 orang, sehingga dapat memenuhi jumlah sampel. Penelitian dimulai dari 6 Maret - 22 Maret 217. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi penelitian ini adalah wanita menopause di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. 3.3.2 Sampel Sampel penelitian ini adalah wanita menopause di Kelurahan Padang Bulan yang memenuhi kriteria penelitian. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability purposive sampling yaitu subjek dalam populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat terpilih yang didasari oleh kriteria yang ditentukan oleh peneliti. 33

21 3.3.3 Besar Sampel Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus uji hipotesis satu populasi pada data proporsi: 34 Keterangan : n [ o o ] o n = jumlah sampel minimal yang diperlukan nil i seb r n norm l b ku p d tertentu,96 nil i seb r n norm l b ku p d tertentu, 8 Po = proporsi penelitian sebelumnya yaitu 22,7% (Baharvad M, 214) 11 Pa = perkiraan proporsi penelitian 9,7% n [,96, (, ), 8, 9 (, 9 )] (, 9, ) n n [,8 9, 9],, 69, 69 n 8,9 8 or ng Jumlah sampel minimum yang didapat adalah 85 orang. Untuk menghindari bias penelitian, jumlah sampel ditambah dari jumlah sampel minimum menjadi 1 orang wanita menopause. 3.3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.3.4.1 Kriteria Inklusi 1. Wanita yang sudah menopause. 2. Tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik yang dapat menyebabkan SMT, seperti Diabetes Melitus. 3. Tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan SMT, seperti obat antihipertensi golongan ACE inhibitor (captropil, enalapril, lisinopril). 4. Bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian.

22 3.3.4.2 Kriteria Eksklusi 1. Responden yang tidak kooperatif menjalani penelitian. 3.4 Variabel dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas : Menopause - Lamanya menopause 2. Variabel Terikat : Karakteristik SMT - Gejala penyerta - Lokasi - Intensitas 3. Variabel tak terkendali : Oral hygiene 3.4.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Menopause Berhentinya siklus Wawancara menstruasi secara dengan subjek permanen yang sudah penelitian terjadi dalam 12 bulan berturut-turut. 7 Lama Lamanya seorang Wawancara a. 1-1 tahun menopause wanita telah dengan subjek b. > 1 tahun mengalami penelitian menopause yang dihitung dari awal menopause sampai saat pengambilan data untuk penelitian ini. 6 Skala Ukur Ordinal

23 Sindrom Sensasi nyeri panas/ Wawancara a. Mengalami Nominal Mulut terbakar pada mukosa dengan subjek SMT Terbakar oral yang terjadi penelitian b. Tidak (SMT) secara kronis tanpa mengalami adanya kelainan SMT mukosa. 1 Gejala Keluhan penyerta Wawancara a. Mulut kering Nominal Penyerta yang dirasakan pasien dengan subjek b. Sulit SMT pada rongga mulutnya penelitian menelan yang berkaitan dengan c. Perubahan terjadinya SMT pengecapan seperti mulut kering, sulit menelan, dan perubahan pengecapan. 1 Lokasi Tempat terjadinya Wawancara a. Lidah Nominal SMT rasa nyeri terbakar dengan subjek b. Bibir pada mukosa rongga penelitian c. Tenggorokan mulut yang biasanya terjadi pada lidah, bibir, tenggorokan atau tempat lain di rongga mulut. 31

24 Intensitas Perasaan nyeri dan Menanyakan a. =Tidak Ordinal nyeri SMT rasa terbakar pada tingkat rasa sakit mukosa rongga mulut nyeri yang b. 1-3=Sakit yang diukur dengan dirasakan pasien ringan Visual Analog Scale dengan meminta c. 4-6=Sakit (VAS) -1, untuk pasien memilih sedang = tidak ada nyeri sama pada skala yang d. 7-9=Sakit sekali, dan seterusnya sudah berat sampai 1 = sangat ditetapkan. e. 1=Sakit nyeri. 35 sangat berat Oral Status kebersihan Hygiene rongga mulut seseorang yang dinilai menggunakan Indeks Oral Hygiene atau Indeks Oral Hygiene Simplified. 36 3.5 Sarana Penelitian 3.5.1 Alat Penelitian 1. Lembar pemeriksaan subjek penelitian 2. Alat tulis 3. Alat diagnostik (Kaca mulut, sonde dan pinset) 3.5.2 Bahan Penelitian 1. Masker 2. Sarung tangan 3. Desinfektan 4. Kapas

25 3.6 Metode Pengumpulan Data Penelitian dilakukan pada wanita menopause di Kelurahan Padang Bulan Medan. Subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan. Apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka subjek diminta untuk menandatangani lembar informed consent. Selanjutnya dilakukan wawancara langsung untuk memperoleh identitas dan riwayat menopause dari subjek penelitian. Setelah itu, dilakukan anamnesis dengan mengajukan sejumlah pertanyaan untuk mendiagnosis dan mengetahui karakteristik SMT. Subjek yang mengeluhkan adanya rasa panas/terbakar maka dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan intraoral untuk melihat apakah ada lesi yang berhubungan dengan SMT pada rongga mulut subjek dan kemudian dilakukan pencatatan hasil pemeriksaan. 3.7 Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan dari lembar hasil pemeriksaan pasien kemudian dianalisis sesuai dengan sifatnya. Analisis data statistik pada penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat. 3.7.1 Data Univariat Analisis univariat (analisis deskriptif) bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. 33 Data univariat disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi: 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia. 2. Distribusi frekuensi usia mulai mengalami menopause. 3. Distribusi frekuensi lama menopause. 4. Prevalensi SMT pada wanita menopause. 5. Distribusi frekuensi SMT berdasarkan lama menopause. 6. Distribusi frekuensi gejala penyerta SMT. 7. Distribusi frekuensi lokasi SMT.

26 8. Distribusi frekuensi intensitas SMT. 3.7.2 Data Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang diduga berhubungan atau berkolerasi. 33 Data bivariat disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi tabulasi silang antara lama menopause dengan SMT, tabulasi silang antara lama menopause dengan gejala penyerta SMT, tabulasi silang antara lama menopause dengan lokasi SMT, dan tabulasi silang antara lama menopause dengan intensitas SMT. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji chi-square (X 2 ) untuk mengetahui hubungan antara lama menopause dengan terjadinya SMT dan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui hubungan antara lama menopause dengan karakteristik (gejala penyerta, lokasi, dan intensitas) SMT. 37 Berdasarkan uji statistik tersebut dapat diputuskan: 33,37 Menol k Ho, jik diperoleh nil i p,. Menerima Ho, Jika diperoleh nilai p >,. 3.8 Etika Penelitian Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut: 1. Ethical Clearance Peneliti mengajukan persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional, diperlukan untuk memenuhi aspek legal tatacara penelitian yang telah disepakati. 2. Lembar Persetujuan (Informed Consent) Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan terlebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian. Bagi responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent) agar dapat berpartisipasi dalam penelitian.

27 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Data Univariat 4.1.1 Data Demografi Subjek Penelitian Penelitian ini menggunakan subjek sebanyak 1 orang wanita menopause di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Berdasarkan usia subjek penelitian, kelompok usia 41-5 tahun sebanyak 15 orang (15%), kelompok usia 51-6 tahun 32 orang (32%), kelompok usia 61-7 tahun 21 orang (21%), kelompok usia 71-8 tahun 24 orang (24%), dan kelompok usia > 8 tahun 8 orang (8%). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia di Kelurahan Padang Bulan Medan Usia (tahun) Jumlah (n) Persentase (%) 41-5 51-6 61-7 71-8 > 8 15 32 21 24 8 15 32 21 24 8 Total 1 1 Data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa usia mulai mengalami menopause paling sering berada pada usia 46-5 yaitu 62 orang (62%), selanjutnya pada usia 51-55 yaitu 21 orang (21%), dan usia 41-45 yaitu 17 orang (17%). Hasil ini dapat dilihat pada tabel 2.

28 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Usia mulai Mengalami Menopause di Kelurahan Padang Bulan Medan Usia (tahun) Jumlah (n) Persentase (%) 41-45 46-5 51-55 17 62 21 17 62 21 Total 1 1 Tabel 3 menunjukkan karakteristik subjek penelitian berdasarkan lama menopause. Kelompok subjek yang sudah menopause 1-1 tahun ada 4 orang (4%) dan kelompok subjek yang sudah menopause > 1 tahun ada 6 orang (6%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Lama Menopause di Kelurahan Padang Bulan Medan Lama Menopause (tahun) Jumlah (n) Persentase (%) 1-1 > 1 4 6 4 6 Total 1 1 4.1.2 Prevalensi SMT Tabel 4 menunjukkan prevalensi SMT pada wanita menopause di Kelurahan Padang Bulan Medan. Hasil penelitian ini diketahui dari 1 orang wanita menopause, 14 orang mengalami SMT sedangkan 86 orang tidak mengalami SMT. Tabel 4. Prevalensi SMT pada Wanita Menopause di Kelurahan Padang Bulan Medan SMT Jumlah (n) Persentase (%) Ya Tidak 14 86 14 86 Total 1 1

29 Data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa 4 orang subjek yang sudah mengalami menopause selama 1-1 tahun, 1 orang (25%) diantaranya mengalami SMT. Subjek yang sudah menopause > 1 tahun ada 6 orang dan 4 orang (6,67%) diantaranya mengalami SMT. Tabel 5. Distribusi Frekuensi SMT berdasarkan Lama Menopause di Kelurahan Padang Bulan Medan Lama Menopause SMT Persentase Jumlah (n) (tahun) Ya Tidak (%) 1-1 1 3 4 4 > 1 4 56 6 6 Total 14 86 1 1 4.1.3 Karakteristik SMT Penelitian pada 1 orang subjek diketahui 14 orang (14%) mengalami SMT. Data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa gejala penyerta yang paling sering dikeluhkan adalah mulut kering yaitu 9 orang (64,29%), selanjutnya adalah sulit menelan 3 orang (21,42%) dan perubahan pengecapan 2 orang (14,29%). Hasil dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Gejala Penyerta SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan Gejala Penyerta SMT Jumlah (n) Persentase (%) Mulut kering Sulit menelan Perubahan pengecapan 9 3 2 64,29 21,42 14,29 Total 14 1

3 Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa subjek yang mengalami SMT melaporkan bahwa lokasi yang paling sering terjadi yaitu pada lidah ada 7 orang (5%), selanjutnya pada tenggorokan ada 4 orang (28,58%), dan pada bibir ada 3 orang (21,42%). Tabel 7. Distribusi Frekuensi Lokasi SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan Lokasi SMT Jumlah (n) Persentase (%) Lidah Bibir Tenggorokan 7 3 4 5 21,42 28,58 Total 14 1 Pada tabel 8 menunjukkan hasil mengenai intensitas nyeri yang dirasakan subjek yang mengalami SMT. Intensitas nyeri yang dilaporkan paling banyak adalah sakit sedang 6 orang (42,85%), selanjutnya sakit ringan 5 orang (35,72%), sakit berat 3 orang (21,43%), dan tidak ada yang melaporkan tidak sakit ataupun sakit sangat berat. Tabel 8. Distribusi Frekuensi Intensitas SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan Intensitas SMT Jumlah (n) Persentase (%) Tidak sakit Sakit ringan Sakit sedang Sakit berat Sakit sangat berat 5 6 3 35,72 42,85 21,43 Total 14 1

31 4.2 Analisis Data Bivariat 4.2.1 Hubungan antara Lama Menopause dengan SMT Penelitian dari 1 orang wanita menopause di Kelurahan Padang Bulan Medan, menunjukkan 14 orang (14%) mengalami SMT yang dikelompokkan berdasarkan lama menopause. Hasil uji statistik menggunakan Pearson Chi-Square memperlihatkan bahwa nilai p <,5 yaitu,13 maka Ho ditolak. Oleh karena itu, pada penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lama menopause dengan SMT. Tabel 9. Hubungan antara Lama Menopause dengan SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan Lama SMT n P Menopause Iya Tidak 1-1 1 3 4 > 1 4 56 6,13 Jumlah 14 86 1

32 4.2.2 Hubungan antara Lama Menopause dengan Karakteristik SMT Tabel 1 menunjukkan hubungan antara lama menopause dengan gejala penyerta SMT yang diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan mendapatkan nilai p >,5 yaitu,76 maka Ho diterima. Oleh karena itu pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara lama menopause dengan gejala penyerta SMT. Tabel 1. Hubungan antara Lama Menopause dengan Gejala Penyerta SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan Lama Gejala Penyerta SMT Menopause (Tahun) Mulut kering Sulit Menelan Perubahan Pengecapan n P 1-1 5 3 2 1 > 1 4 4,76 Jumlah 9 3 2 14 Tabel 11 menunjukkan hubungan antara lama menopause dengan lokasi SMT yang diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan medapatkan nilai p >,5 yaitu,92 maka Ho diterima. Oleh karena itu pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara lama menopause dengan lokasi SMT. Tabel 11. Hubungan antara Lama Menopause dengan Lokasi SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan Lama Lokasi SMT Menopause n P Lidah Bibir Tenggorokan (Tahun) 1-1 5 1 4 1 > 1 2 2 4,92 Jumlah 7 3 4 14

33 Tabel 12 menunjukkan hubungan antara lama menopause dengan lokasi SMT yang diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan medapatkan nilai p >,5 yaitu,99 maka Ho diterima. Oleh karena itu pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara lama menopause dengan intensitas SMT. Tabel 12. Hubungan antara Lama Menopause dengan Intensitas SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan Lama Intensitas Nyeri SMT Menopause (Tahun) Tidak Sakit Sakit Ringan Sakit Sedang Sakit Berat Sakit Sangat Berat n P 1-1 3 5 2 1 > 1 2 1 1 4,99 Jumlah 5 6 3 14

34 BAB 5 PEMBAHASAN Sindrom Mulut Terbakar (SMT) merupakan sensasi rasa terbakar atau panas yang dirasakan pada mukosa mulut tanpa ditemukan adanya kelainan pada mukosa mulut. 4,5 SMT banyak terjadi pada wanita yang sudah menopause karena pengaruh dari berkurangnya hormon estrogen. 27,31 Penelitian mengenai hubungan antara lama menopause dengan SMT ini dilakukan di lingkungan Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru yang terdiri dari 1 orang wanita menopause yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah kelompok usia 51-6 tahun, dimana mayoritas subjek mulai mengalami menopause pada usia 46-5 tahun. Penelitian Senolinggi dkk (215) mendapatkan hasil bahwa usia mulai menopause paling banyak pada usia 45-55 tahun. 38 Menurut Boyke di Indonesia pada tahun 26, usia mulai menopause antara 45-5 tahun. 2 Hasil ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa usia seseorang mengalami menopause sangat bervariasi yaitu sekitar 45-55 tahun karena dapat dipengaruhi banyak faktor seperti usia saat menstruasi pertama, pekerjaan, kebiasaan merokok, dan penyakit-penyakit tertentu yang dapat memicu menopause dini. 7,2,21 Prevalensi terjadinya SMT pada wanita menopause dalam penelitian ini adalah 14%. Penelitian Santosh dkk (213) terhadap wanita menopause, didapatkan prevalensi SMT sebesar 25,8%. 12 Prevalensi SMT pada populasi umum dilaporkan,7-15% dan terjadi lebih banyak pada wanita dibandingkan pria. 4,14 Prevalensi SMT pada wanita meningkat seiring bertambahnya usia, hal ini menunjukkan bahwa perubahan hormonal pada wanita menopause memiliki peran penting dalam terjadinya SMT. Usia rata-rata pasien SMT diperkirakan 4-5 tahun. Prevalensi SMT pada wanita menopause berkisar 1% sampai 4%. 1,4,14 SMT biasanya terjadi pada usia diatas 4 tahun, maka wanita pascamenopause memiliki faktor risiko lebih tinggi untuk mengalami SMT. 1-12,28

35 Berdasarkan lamanya menopause, subjek yang mengalami SMT pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa SMT paling banyak terjadi pada kelompok yang lama menopause 1-1 tahun. Hasil pada penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan terjadinya SMT. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sasireka dkk (213), 11 dan Santosh dkk (213), 12 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara menopause dengan SMT. Penelitian Santosh dkk (213) dilakukan pada 365 orang wanita menopause dan mendapatkan hasil bahwa SMT paling banyak terjadi 3-12 tahun setelah menopause. 12 Teori menyatakan bahwa keluhan pada wanita menopause akan memuncak pada awal menopause yaitu sekitar 1-3 tahun pertama sesudah menopause karena terjadi peningkatan kadar FSH dan LH. 24,39 Kadar FSH mengalami peningkatan yang tinggi sekitar 1-2 kali lipat dan kadar LH mengalami peningkatan sekitar tiga kali lipat. 24 Peningkatan ini menunjukkan telah terjadinya penurunan fungsi ovarium dalam memproduksi hormon estrogen. 39 Mukosa oral dan kelenjar saliva memiliki kemiripan dengan mukosa vagina secara histologi, begitu pula dengan responnya terhadap estrogen karena pada mukosa oral juga memiliki reseptor estrogen. 3,31 Sehingga perubahan estrogen yang dapat mempengaruhi mukosa vagina, juga dapat mempengaruhi mukosa oral secara langsung atau melalui mekanisme saraf yang salah satunya adalah SMT. 1,2,4 Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa gejala penyerta yang paling banyak dikeluhkan adalah mulut kering. Hasil yang sama pada penelitian Baharvand dkk (214) yang juga menyatakan bahwa keluhan penyerta SMT paling sering adalah mulut kering. 1 Mulut kering yang dikeluhkan penderita SMT berhubungan dengan berkurangnya produksi hormon estrogen yang mempengaruhi produksi saliva dan menurunnya aliran saliva. 31 Namun bila dikaitkan dengan lama menopause, penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan gejala penyerta SMT. Penelitian Baharvand dkk (214) mengatakan tidak ada hubungan signifikan antara gejala penyerta SMT dengan menopause. 1 Teori mengatakan gejala penyerta SMT yang sering dikeluhkan pasien dapat berupa mulut kering, perubahan persepsi rasa, sulit menelan, mati rasa, dan lain-lain. 26,31

36 Penelitian ini menunjukkan SMT terjadi pada beberapa lokasi dalam rongga mulut seperti lidah, bibir, tenggorokan. Lokasi SMT paling banyak dikeluhkan subjek adalah pada lidah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Baharvand, 1 Gao, 13 dan Colak, 14 yang mendapatkan hasil bahwa SMT paling sering terjadi pada lidah. Kepustakaan menjelaskan bahwa rasa nyeri sebagian besar lokasinya bilateral dan simetri pada lidah, biasanya pada dua per tiga anterior lidah. 4,5 Namun jika dikaitkan dengan lama menopause, dari uji statistik tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan lokasi SMT. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Baharvand, dkk (214) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara lokasi SMT dengan menopause. 11 Teori mengatakan bahwa SMT dapat terjadi pada beberapa daerah di dalam rongga mulut seperti lidah, palatum, bibir, tenggorokan, mukosa bukal, dasar mulut, dan daerah pendukung gigi tiruan. 5,26,31 Intensitas SMT pada penelitian ini diukur dengan Visual Analog Scale dengan memilih -1 sesuai intensitas nyeri yang dirasakan. Selanjutnya dari skala -1 dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu tidak sakit, sakit ringan, sakit sedang, sakit berat, dan sakit sangat berat. Penelitian ini menunjukkan subjek yang mengalami SMT paling banyak mengeluhkan rasa sakit sedang. Penelitian Colak dkk (211) mendapatkan hasil intensitas nyeri SMT paling sering adalah sakit sedang. Uji statistik menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan intensitas SMT. Penelitian Baharvand dkk (214) mendapat hasil bahwa tidak ada hubungan antara intensitas nyeri SMT dengan menopause. 1 Teori menyatakan bahwa intensitas nyeri SMT yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri sedang dan berat. 31

37 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan: 1. Ada hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan (p=,13). 2. Prevalensi SMT pada wanita menopause di Kelurahan Padang Bulan Medan adalah 14%. 3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan gejala penyerta SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan (p=,76) 4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan lokasi SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan (p=,92) 5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan intensitas SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan (p=,99) 6.2 Saran Jumlah subjek pada penelitian ini di masing-masing kelompok lama menopause tidak seimbang dan masih ada faktor risiko SMT yang belum dieksklusikan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan lama menopause dengan karakteristik SMT dengan jumlah dimasingmasing kelompok lama menopause yang diseimbangkan dan faktor risiko SMT yang lain dieksklusikan. Selain itu dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan variabel lain yang juga merupakan faktor risiko dari SMT, misalnya: defisiensi nutrisi, penggunaan obat-obatan, kondisi psikologi, dan lain-lain.