BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 1.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan objek dan subjek penelitian. Penelitian terdahulu yang kajiannya berkaitan dengan teks Tutur Candrabherawa yang akan diteliti, yaitu : Yunita (2011) dalam tulisannya yang berjudul "Geguritan Mituturin Pianak, Analisis Struktur dan Fungsi", berisikan pesan-pesan pendidikan dari seorang Ayah kepada anaknya mengenai kewajiban seorang anak kepada masyarakat/ lingkungan, kepada orang tua dan kepada guru, serta nasihat-nasihat yang ditunjukkan kepada seorang anak agar dapat bertingkah laku sesuai dengan ajaran sastra, dan pada nantinya dapat menjadi orang yag dibanggakan oleh orang tua. Secara lebih mendalam Yunita juga menegaskan struktur dan fungsi geguritan Mituturin Pianak. Struktur yang digunakan dalam geguritan ini adalah struktur forma dan struktur naratif. Sedangkan fungsi yang terdapat dalam geguritan ini yaitu fungsi pendidikan yang banyak mengandung pelajaran-pelajaran berharga untuk dapat difungsikan di kehidupan bermasyarakat. Tulisan Yunita dalam penelitian ini memiliki objek kajian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan, dengan demikian penelitian Yunita dapat dijadikan bahan acuan untuk membahas struktur serta fungsi dari teks Tutur Candrabherawa. 7
Wiriawan (2011), skripsinya yang berjudul Tutur Smarareka Analisis Struktur dan Fungsi", menguraikan tentang struktur yang membangun tutur Smarareka meliputi wariga, usada, mantra, upacara, upakara, dan gaya bahasa. Sedangkan fungsi tutur tersebut dibagi dua yaitu fungsi pendidikan dan fungsi pengatur pranata masyarakat Bali. Tulisan Ngurah Wirawan dalam penelitian ini memiliki kajian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan, dengan demikian penelitian Ngurah Wirawan ini dapat dijadikan bahan acuan untuk membahas struktur dan fungsi dari teks Tutur Candrabherawa. Andary (2012) dalam penelitiannya yang berjudul "Geguritan Tirta Amerta Analisis Struktur dan Makna", menyatakan bahwa Gegurita Tirta Amerta memiliki unsure pembangun yang disebut dengan struktur. struktur yang terdapat dalam Geguritan Tirta Amerta adalah struktur forma dan struktur naratif. Dalam penelitian itu, Andary juga membahas tentang makna-makna yang terkandung di dalam teks Geguritan Tirta Amerta. Lebih dari itu, penelitian Andary memfokuskan kepada Geguritan Tirta Amerta sebagai objek kajian, sehingga objek kajian yang dimiliki oleh Andary berbeda dengan penelitian teks Tutur Candrabherawa, dan akan menjadi acuan untuk membahas struktur dalam penelitian teks Tutur Candrabherawa. Wahyuningsih (1995) dalam penelitiannya yang berjudul ''Transformasi Teks Tutur Candra Bherawa Ke Kekawin Candrabherawa'', menekankan mengenai transformasi struktur naratif seperti insiden, alur, penokohan, latar, serta tema dan amanat dari Tutur Candra Bherawa ke Kekawin Candra Bherawa. Dalam penelitian ini juga membahas mengenai beberapa catatan naskah Tutur Candra Bherawa dan Kekawin Candra Bherawa. Penelitian Wahyuningsih lebih memfokuskan kepada 8
Transformasi Teks Tutur Candra Bherawa Ke Kekawin Candrabherawa sebagai objek kajian, sehingga objek kajian yang dimiliki oleh Wahyuningsih berbeda dengan penelitian Teks Tutur Candrabherawa. Karena pada penelitian teks Tutur Candrabherawa lebih menekankakan kepada struktur dan fungsi dari Tutur Candrabherawa itu sendiri. Itulah yang akan menjadi perbedaan antara penelitian Wahyuningsih dengan penelitian teks Tutur Candrabherawa ini. Akan tetapi penelitian Wahyuningsih tetap memiliki kontribusi terhadap penelitian mengenai teks Tutur Candrabherawa, dan dapat dijadikan bahan acuan untuk membahas struktur teks Tutur Candrabherawa. Penelitian yang telah dikemukakan di atas memang memiliki kaitan dengan yang lainnya. Hubungan penelitian dan tulisan-tulisan tersebut dengan teks Tutur Candrabherawa terjalin secara tidak langsung sehingga penelitian yang telah dikemukakan di atas dapat dijadikan sumber acuan serta bermanfaat dalam penelitian teks Tutur Candrabherawa yang akan peneliti lakukan. Di samping itu, berdasarkan penelitian dan tulisan ilmiah yang telah dikemukakan di atas, belum ada yang mengkaji teks Tutur Candrabherawa dilihat dari struktur dan fungsinya. 1.2 Konsep Konsep merupakan unsur-unsur pokok dari suatu penelitian, definisi dari apa yang perlu diamati dalam proses penelitian. Dalam penelitian mengenai teks Tutur Candrabherawa ini akan memakai empat konsep, yaitu Teks, Tutur, Struktur dan Fungsi. 9
1.2.1 Teks Luxemburg (1984: 86) mendefinisikan teks sebagai ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, pragmatik merupakan satu kesatuan. Isi sangat berkaitan dengan konten dari sebuah teks. Teks yang baik harus mengungkapkan gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang ada dalam kehidupan. Gagasan-gagasan atau gambarangambaran tersebut dituangkan dalam bentuk bahasa yang merupakan penceritaan, lazimnya dalam bentuk drama dan prosa maupun untaian kata-kata, lazimnya dalam bentuk puisi. Pengarang dalam menuangkan gagasan-gagasannya dapat secara esplisit maupun implicit dalam menunjukkan isi sebagai pesan yang disampaikan dalam teks. 1.2.2 Tutur Tutur merupakan salah satu jenis karya sastra Bali yang mengandung nilai filsafat, agama dan nilai kehidupan. (Bagus, 1979: 15) memberi pengertian bahwa tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan tutur-tuturan kadang-kadang disebut juga tuturan dalam istilah teknis dongeng mempunyai arti 'cerita lisan'. Sedangkan dalam Kamus Jawa Kuna-Indonesia dijelaskan bahwa kata tutur berarti daya, ingat, kenang-kenangan, kesadaran (Zoetmulder dan Robson, 2006: 1307) Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2005: 1231) tutur diartikan sebagai ucapan, kata, perkata. Dalam Kamus Jawa Kuna-Indonesia, dijelaskan pengertian tutur dalam pengertian pertama adalah berfikir, peringatan dan pelajaran, sedangkan dalam arti kedua berarti ikut, menurut, patuh. Dari beberapa pengertian tersebut tentuna tutur merupakan suatu ajaran, dorongan ataupun nasehat ang hendak disampaikan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan sesuatu tersebut dapat diikuti, dituruti, dan dilaksanakan meskipun 10
sifatna tidak terlalu mengikat. Dalam masyarakat Bali, tutur memiliki peran penting dalam pembangunan dan pembinaan watak anak. Bahkan tutur digunakan sebagai sarana pengendalian diri dalam pergaulan masyarakat dewasa (Kardji,2006: 3). 1.2.3 Struktur Secara definitif strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antar hubungannya, disatu pihak antar hubungan unsure yang satu dengan unsure yang lainnya, dipihak lain hubungan antara unsur-unsur dengan totalitasnya. Istilah struktur sering dikacaukan dengan sistem. Definisi dan cirri-ciri struktur sering disamakan dengan definisi dan cirri-ciri sistem. Secara etimologis struktur berasal dari kata structural (latin), berarti bentuk, bangunan, sedangkan sistem berasal dari kata sistema (latin), berarti cara (Ratna,2009: 88-91). 2.2.4 Fungsi Fungsi sastra dalam masyarakat sering masih wajar dan langsung terbuka untuk penelitian ilmiah, khususnya masalah hubungan antara fungsi estetika dan fungsi lain ( agama, sosial) dalam variasi dan keragaman dapat kita amati dari dekat dengan dominan tidaknya fungsi estetik: demikian pula kemungkinan perbedaan fungsi untuk golongan kemasyarakatan tertentu (Teeuw, 1984 : 304) Konsep fungsi karya sastra juga dikemukakan oleh Robson (1978: 25) yang menyebutkan bahwa fungsi atau kegunaan karya sastra tradisional erat kaitannya dengan bidang: (a) agama, filsafat, mitologi, (b) ajaran yang bertalian dengan sejarah, etika, (c) keindahan alam atau hiburan. 11
1.3 Landasan Teori Teori berdasar dari kata theoria (bahasa latin). Secara etimologis teori berarti kontemplasi terhadap kosmos dan realita. Dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan adalah, teori struktural dan teori fungsi. Teori berfungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah penelitian. Dalam hal ini penelitian yang dilakukan harus sesuai dengan judul penelitian yang menekankan pada Struktur dan Fungsi. 1.3.1 Teori Struktural Teeuw (1984: 154) berpendapat bahwa analisis struktur merupakan suatu langkah atau alat dalam proses pemberian makna dalam kajian ilmiah. Langkah tersebut tidak boleh dihilangkan dan tidak boleh ditiadakan atau dilampaui. Teori struktur dimaksudkan untuk meninjau karya sastra sebagai kesatuan yang bulat, secara utuh, setiap karya sastra terdiri dari bagian-bagian yang memainkan peranan penting dan sebaliknya bagian-bagian itu mendapat makna sepenuhnya dan keseluruhan. Analisis struktur adalah tahap penelitian sastra yang sulit dihindari, analisis struktur karya sastra akan diteliti dari manapun juga merupakan tugas prioritas pekerjaan pendahuluan. Apabila dilihat dari tujuannya, analisis struktur bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135). Luxemburg(1984: 38) dalam pandangannya mengenai struktur menyatakan bahwa struktur pada pokoknya berarti sebuah karya atau peristiwa yang didalam masyarakat menjadi suatu keseluruhan karena ada relasi timbal balik antara bagianbagiannya dan antara bagian dengan keseluruhannya. Meskipun analisis struktur 12
dipandang memiliki kelemahan namun untuk mengetahui suaru bentuk karya sastra penting hal ini dilakukan sebelum melakukan langkah selanjutnya. Kajian terhadap teks Tutur Candrabherawa menggunakan teori struktural karena teks Tutur Candrabherawa sebagai karya sastra mempunyai unsur yang saling berkaitan. Teori strktural yang dipakai yaitu menurut Teeuw dan Luxemburg. 2.3.2 Teori Fungsi Fungsi berkaitan dengan manfaat atau guna. Suatu hal dapat bermanfaat bagi manusia dalam kebudayaan tertentu. Dan manfaat berkaitan dengan keberadaan yang dapat menyenangkan (utile) dan berguna (dulce) bagi kehidupan manusia. Adanya manfaat secara pribadi dan manfaat sosial serta dalam bidang kebudayaan bagi etnik tertentu, yang disebut adanya kebenaran universal (universal truth) bagi kemanusiaan (Suastika, 2011 : 4). Damono (1979: 4) menyatakan bahwa karya sastra berfungsi sebagai pembaharu dan perompak, selain itu karya sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur. Fungsi utama karya sastra adalah untuk melukiskan, mencerminkan kehidupan manusia, sedangkan kehidupan manusia itu sendiri selalu mengalami perkembangan (Ratna, 2010: 73). Karya sastra sebagai sebuah teks tentunya juga dapat dikaji lebih jauh mengenai fungsinya. Fungsi sebuah teks ialah adanya keterkaitan keseluruhan sifat-sifat yang bersama-sama menuju tujuan yang sama serta dampaknya (Luxemburg, 1984: 94). Hubungan karya sastra dengan masyarakat merupakan kompleksitas hubungan yang bermakna, antara hubungan bertujuan untuk saling menjelaskan fungsi-fungsi prilaku social yang terjadi pada saat-saat tertentu (Ratna, 2009: 137). 13
Karya sastra mencerminkan kehidupan manusia berarti hubungan karya sastra sangat erat dengan manusia atau si penciptanya, dengan itu teks Tutur Candrabherawa sebagai salah satu karya sastra mempunyai fungsi dalam masyarakat. Maka dari itu, teori fungsi digunakan untuk menjelaskan fungsi-fungsi teks Tutur Candrabherawa di dalam kehidupan masyarakat. Teori fungsi yang digunakan menurut Darmono, Luxemburg, dan Ratna, keduanya dikombinasikan untuk menemukan fungsi karya sastra dalam masyarakat. 14