BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Universitas udayana. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu genre sastra yang memiliki dua dimensi, yaitu dimensi drama

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. pikiran sastrawan tentang kehidupan yang diungkapkan lewat bahasa (Sayuti,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian,

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. penelitian (Putra, 2010: 10). Novel Sentana Cucu Marep karya I Made Sugianto yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian sastra, seorang peneliti harus memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat mempertahankan hasil suatu karya ilmiah secara objektif digunakan sumbersumber

BAB I PENDAHULUAN. Budaya Timur dan Barat adalah dua budaya yang ada di dunia. Keberadaanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK

Bab I. Pendahuluan. mengandung bidang pandang. Sastra bagi sebagian orang dinilai sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 1.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan objek dan subjek penelitian. Penelitian terdahulu yang kajiannya berkaitan dengan teks Tutur Candrabherawa yang akan diteliti, yaitu : Yunita (2011) dalam tulisannya yang berjudul "Geguritan Mituturin Pianak, Analisis Struktur dan Fungsi", berisikan pesan-pesan pendidikan dari seorang Ayah kepada anaknya mengenai kewajiban seorang anak kepada masyarakat/ lingkungan, kepada orang tua dan kepada guru, serta nasihat-nasihat yang ditunjukkan kepada seorang anak agar dapat bertingkah laku sesuai dengan ajaran sastra, dan pada nantinya dapat menjadi orang yag dibanggakan oleh orang tua. Secara lebih mendalam Yunita juga menegaskan struktur dan fungsi geguritan Mituturin Pianak. Struktur yang digunakan dalam geguritan ini adalah struktur forma dan struktur naratif. Sedangkan fungsi yang terdapat dalam geguritan ini yaitu fungsi pendidikan yang banyak mengandung pelajaran-pelajaran berharga untuk dapat difungsikan di kehidupan bermasyarakat. Tulisan Yunita dalam penelitian ini memiliki objek kajian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan, dengan demikian penelitian Yunita dapat dijadikan bahan acuan untuk membahas struktur serta fungsi dari teks Tutur Candrabherawa. 7

Wiriawan (2011), skripsinya yang berjudul Tutur Smarareka Analisis Struktur dan Fungsi", menguraikan tentang struktur yang membangun tutur Smarareka meliputi wariga, usada, mantra, upacara, upakara, dan gaya bahasa. Sedangkan fungsi tutur tersebut dibagi dua yaitu fungsi pendidikan dan fungsi pengatur pranata masyarakat Bali. Tulisan Ngurah Wirawan dalam penelitian ini memiliki kajian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan, dengan demikian penelitian Ngurah Wirawan ini dapat dijadikan bahan acuan untuk membahas struktur dan fungsi dari teks Tutur Candrabherawa. Andary (2012) dalam penelitiannya yang berjudul "Geguritan Tirta Amerta Analisis Struktur dan Makna", menyatakan bahwa Gegurita Tirta Amerta memiliki unsure pembangun yang disebut dengan struktur. struktur yang terdapat dalam Geguritan Tirta Amerta adalah struktur forma dan struktur naratif. Dalam penelitian itu, Andary juga membahas tentang makna-makna yang terkandung di dalam teks Geguritan Tirta Amerta. Lebih dari itu, penelitian Andary memfokuskan kepada Geguritan Tirta Amerta sebagai objek kajian, sehingga objek kajian yang dimiliki oleh Andary berbeda dengan penelitian teks Tutur Candrabherawa, dan akan menjadi acuan untuk membahas struktur dalam penelitian teks Tutur Candrabherawa. Wahyuningsih (1995) dalam penelitiannya yang berjudul ''Transformasi Teks Tutur Candra Bherawa Ke Kekawin Candrabherawa'', menekankan mengenai transformasi struktur naratif seperti insiden, alur, penokohan, latar, serta tema dan amanat dari Tutur Candra Bherawa ke Kekawin Candra Bherawa. Dalam penelitian ini juga membahas mengenai beberapa catatan naskah Tutur Candra Bherawa dan Kekawin Candra Bherawa. Penelitian Wahyuningsih lebih memfokuskan kepada 8

Transformasi Teks Tutur Candra Bherawa Ke Kekawin Candrabherawa sebagai objek kajian, sehingga objek kajian yang dimiliki oleh Wahyuningsih berbeda dengan penelitian Teks Tutur Candrabherawa. Karena pada penelitian teks Tutur Candrabherawa lebih menekankakan kepada struktur dan fungsi dari Tutur Candrabherawa itu sendiri. Itulah yang akan menjadi perbedaan antara penelitian Wahyuningsih dengan penelitian teks Tutur Candrabherawa ini. Akan tetapi penelitian Wahyuningsih tetap memiliki kontribusi terhadap penelitian mengenai teks Tutur Candrabherawa, dan dapat dijadikan bahan acuan untuk membahas struktur teks Tutur Candrabherawa. Penelitian yang telah dikemukakan di atas memang memiliki kaitan dengan yang lainnya. Hubungan penelitian dan tulisan-tulisan tersebut dengan teks Tutur Candrabherawa terjalin secara tidak langsung sehingga penelitian yang telah dikemukakan di atas dapat dijadikan sumber acuan serta bermanfaat dalam penelitian teks Tutur Candrabherawa yang akan peneliti lakukan. Di samping itu, berdasarkan penelitian dan tulisan ilmiah yang telah dikemukakan di atas, belum ada yang mengkaji teks Tutur Candrabherawa dilihat dari struktur dan fungsinya. 1.2 Konsep Konsep merupakan unsur-unsur pokok dari suatu penelitian, definisi dari apa yang perlu diamati dalam proses penelitian. Dalam penelitian mengenai teks Tutur Candrabherawa ini akan memakai empat konsep, yaitu Teks, Tutur, Struktur dan Fungsi. 9

1.2.1 Teks Luxemburg (1984: 86) mendefinisikan teks sebagai ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, pragmatik merupakan satu kesatuan. Isi sangat berkaitan dengan konten dari sebuah teks. Teks yang baik harus mengungkapkan gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang ada dalam kehidupan. Gagasan-gagasan atau gambarangambaran tersebut dituangkan dalam bentuk bahasa yang merupakan penceritaan, lazimnya dalam bentuk drama dan prosa maupun untaian kata-kata, lazimnya dalam bentuk puisi. Pengarang dalam menuangkan gagasan-gagasannya dapat secara esplisit maupun implicit dalam menunjukkan isi sebagai pesan yang disampaikan dalam teks. 1.2.2 Tutur Tutur merupakan salah satu jenis karya sastra Bali yang mengandung nilai filsafat, agama dan nilai kehidupan. (Bagus, 1979: 15) memberi pengertian bahwa tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan tutur-tuturan kadang-kadang disebut juga tuturan dalam istilah teknis dongeng mempunyai arti 'cerita lisan'. Sedangkan dalam Kamus Jawa Kuna-Indonesia dijelaskan bahwa kata tutur berarti daya, ingat, kenang-kenangan, kesadaran (Zoetmulder dan Robson, 2006: 1307) Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2005: 1231) tutur diartikan sebagai ucapan, kata, perkata. Dalam Kamus Jawa Kuna-Indonesia, dijelaskan pengertian tutur dalam pengertian pertama adalah berfikir, peringatan dan pelajaran, sedangkan dalam arti kedua berarti ikut, menurut, patuh. Dari beberapa pengertian tersebut tentuna tutur merupakan suatu ajaran, dorongan ataupun nasehat ang hendak disampaikan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan sesuatu tersebut dapat diikuti, dituruti, dan dilaksanakan meskipun 10

sifatna tidak terlalu mengikat. Dalam masyarakat Bali, tutur memiliki peran penting dalam pembangunan dan pembinaan watak anak. Bahkan tutur digunakan sebagai sarana pengendalian diri dalam pergaulan masyarakat dewasa (Kardji,2006: 3). 1.2.3 Struktur Secara definitif strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antar hubungannya, disatu pihak antar hubungan unsure yang satu dengan unsure yang lainnya, dipihak lain hubungan antara unsur-unsur dengan totalitasnya. Istilah struktur sering dikacaukan dengan sistem. Definisi dan cirri-ciri struktur sering disamakan dengan definisi dan cirri-ciri sistem. Secara etimologis struktur berasal dari kata structural (latin), berarti bentuk, bangunan, sedangkan sistem berasal dari kata sistema (latin), berarti cara (Ratna,2009: 88-91). 2.2.4 Fungsi Fungsi sastra dalam masyarakat sering masih wajar dan langsung terbuka untuk penelitian ilmiah, khususnya masalah hubungan antara fungsi estetika dan fungsi lain ( agama, sosial) dalam variasi dan keragaman dapat kita amati dari dekat dengan dominan tidaknya fungsi estetik: demikian pula kemungkinan perbedaan fungsi untuk golongan kemasyarakatan tertentu (Teeuw, 1984 : 304) Konsep fungsi karya sastra juga dikemukakan oleh Robson (1978: 25) yang menyebutkan bahwa fungsi atau kegunaan karya sastra tradisional erat kaitannya dengan bidang: (a) agama, filsafat, mitologi, (b) ajaran yang bertalian dengan sejarah, etika, (c) keindahan alam atau hiburan. 11

1.3 Landasan Teori Teori berdasar dari kata theoria (bahasa latin). Secara etimologis teori berarti kontemplasi terhadap kosmos dan realita. Dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan adalah, teori struktural dan teori fungsi. Teori berfungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah penelitian. Dalam hal ini penelitian yang dilakukan harus sesuai dengan judul penelitian yang menekankan pada Struktur dan Fungsi. 1.3.1 Teori Struktural Teeuw (1984: 154) berpendapat bahwa analisis struktur merupakan suatu langkah atau alat dalam proses pemberian makna dalam kajian ilmiah. Langkah tersebut tidak boleh dihilangkan dan tidak boleh ditiadakan atau dilampaui. Teori struktur dimaksudkan untuk meninjau karya sastra sebagai kesatuan yang bulat, secara utuh, setiap karya sastra terdiri dari bagian-bagian yang memainkan peranan penting dan sebaliknya bagian-bagian itu mendapat makna sepenuhnya dan keseluruhan. Analisis struktur adalah tahap penelitian sastra yang sulit dihindari, analisis struktur karya sastra akan diteliti dari manapun juga merupakan tugas prioritas pekerjaan pendahuluan. Apabila dilihat dari tujuannya, analisis struktur bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135). Luxemburg(1984: 38) dalam pandangannya mengenai struktur menyatakan bahwa struktur pada pokoknya berarti sebuah karya atau peristiwa yang didalam masyarakat menjadi suatu keseluruhan karena ada relasi timbal balik antara bagianbagiannya dan antara bagian dengan keseluruhannya. Meskipun analisis struktur 12

dipandang memiliki kelemahan namun untuk mengetahui suaru bentuk karya sastra penting hal ini dilakukan sebelum melakukan langkah selanjutnya. Kajian terhadap teks Tutur Candrabherawa menggunakan teori struktural karena teks Tutur Candrabherawa sebagai karya sastra mempunyai unsur yang saling berkaitan. Teori strktural yang dipakai yaitu menurut Teeuw dan Luxemburg. 2.3.2 Teori Fungsi Fungsi berkaitan dengan manfaat atau guna. Suatu hal dapat bermanfaat bagi manusia dalam kebudayaan tertentu. Dan manfaat berkaitan dengan keberadaan yang dapat menyenangkan (utile) dan berguna (dulce) bagi kehidupan manusia. Adanya manfaat secara pribadi dan manfaat sosial serta dalam bidang kebudayaan bagi etnik tertentu, yang disebut adanya kebenaran universal (universal truth) bagi kemanusiaan (Suastika, 2011 : 4). Damono (1979: 4) menyatakan bahwa karya sastra berfungsi sebagai pembaharu dan perompak, selain itu karya sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur. Fungsi utama karya sastra adalah untuk melukiskan, mencerminkan kehidupan manusia, sedangkan kehidupan manusia itu sendiri selalu mengalami perkembangan (Ratna, 2010: 73). Karya sastra sebagai sebuah teks tentunya juga dapat dikaji lebih jauh mengenai fungsinya. Fungsi sebuah teks ialah adanya keterkaitan keseluruhan sifat-sifat yang bersama-sama menuju tujuan yang sama serta dampaknya (Luxemburg, 1984: 94). Hubungan karya sastra dengan masyarakat merupakan kompleksitas hubungan yang bermakna, antara hubungan bertujuan untuk saling menjelaskan fungsi-fungsi prilaku social yang terjadi pada saat-saat tertentu (Ratna, 2009: 137). 13

Karya sastra mencerminkan kehidupan manusia berarti hubungan karya sastra sangat erat dengan manusia atau si penciptanya, dengan itu teks Tutur Candrabherawa sebagai salah satu karya sastra mempunyai fungsi dalam masyarakat. Maka dari itu, teori fungsi digunakan untuk menjelaskan fungsi-fungsi teks Tutur Candrabherawa di dalam kehidupan masyarakat. Teori fungsi yang digunakan menurut Darmono, Luxemburg, dan Ratna, keduanya dikombinasikan untuk menemukan fungsi karya sastra dalam masyarakat. 14