BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat yang sedang berkembang pada segala bidang kehidupannya seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya, biasanya akan diikuti pula oleh perkembangan bahasanya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga mengakibatkan perkembangan bahasa (Putrayana, 2008: 1). Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis, orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud, tiada lain karena ia memahami makna yang dituangkan melalui bahasa tersebut. Jadi, fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun tertulis (Sutedi, 2003: 2). Sudjianto dan Dahidi (2004: 97) menguraikan bahwa goi merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi dengan bahasa Jepang baik dalam ragam lisan maupun ragam tulisan. Menurut Masuoka dan Takubo dalam bukunya Kiso Nihongo Bunpou (Kaiteihan), kelas kata dalam bahasa Jepang ada 11 jenis, yaitu doushi verba, keiyoushi adjektiva, hanteishi kopula, jodoushi verba bantu, meishi nomina, fukushi adverbia, joshi partikel, rentaishi prenomina, setsuzokushi konjungsi, kandoushi interjeksi, dan shijishi kata tunjuk. 1
2 Bunkachou (1981: 22) dalam buku Sudjianto (1996: 72) menjelaskan bahwa fukushi ialah kata yang dipakai untuk menerangkan yougen (verba, adjektiva-i, dan adjektiva-na), tidak dapat menjadi subjek dan tidak mengenal konjugasi/deklinasi. Uehara dan Takeshi (1980: 29) via Sudjianto (1996: 72) juga mengatakan bahwa fukushi ialah kata yang menerangkan yougen, termasuk jiritsugo kata yang berdiri sendiri dan dengan sendirinya dapat menjadi sebuah bunsetsu yang menerangkan kata lain. Dalam penelitian ini dibahas tentang adverbia zenzen. Adverbia zenzen dapat menerangkan kata bentuk negatif dan positif. Adverbia zenzen yang menerangkan bentuk negatif misalnya seperti contoh berikut. (1) Tabun, zenzen tsuyokunakatta nda to omou. Menurutku mungkin sama sekali tidak kuat. (Tenshi wa Umaku Odorenai) Zenzen dalam kalimat (1) menerangkan bentuk negatif lampau dari bentuk kamus tsuyoi kuat. Makna zenzen dalam kalimat di atas adalah menyatakan tingkat kekuatan dari obyek yang dimaksud pembicara. Kemudian, kalimat (2) di bawah ini merupakan contoh kalimat dengan adverbia zenzen yang menerangkan kata bentuk positif. (2) Ima, motteiru hontai to sofuto wa zenzen tsukaemasu. Buku dan softfile yang aku miliki sekarang pun bisa digunakan. (INT, Yahoo! Chiebukuro, 2005) Kalimat (2) merupakan contoh kalimat dengan adverbia zenzen yang menerangkan verba berbentuk kanou doushi positif. Makna zenzen dalam kalimat di atas adalah menekankan sebuah pernyataan. Selain itu, tergantung dengan kelas
3 kata yang diterangkan, maka makna zenzen + positif berubah. Misalnya pada contoh berikut adverbia zenzen menerangkan adjektiva. (3) Boku ga yakyuu o yameta koto yori, Shinjou ga debucchi tte adana ni katou to shita kimochi no hou ga, zenzen tsuyokatta nda. Daripada aku yang menyerah dalam hal bisbol, perasaan Shinjo untuk menang dengan nama panggilan debucchi itu sangat kuat. (Kijutsu no Puzzle) Dalam kalimat di atas adverbia zenzen menjelaskan kata sifat tsuyoi, hanya saja berbentuk positif dan berada dalam kalimat perbandingan. Sedangkan, dalam kalimat ini adverbia zenzen mengandung makna menekankan perasaan yang dimiliki Shinjou. (4) Shuukyou ni wa zenzen kyoumi nai. Kazoku mo zenzen mushuukyou. Saya sama sekali tidak tertarik dengan agama. Seluruh keluarga saya pun sama sekali tidak beragama. (Wakamono no Subete) Makna adverbia zenzen yang menerangkan kata bentuk positif juga ada yang menyatakan tingkat, derajat, atau standar seperti pada kalimat (4) di atas. Nomina dalam kalimat di atas merupakan nomina yang mendapatkan imbuhan mu-, yaitu imbuhan yang memiliki makna tidak atau tanpa, sehingga maknanya sama dengan adverbia zenzen + negatif. (5) Shiji shita to iu no wa, zenzen detarame na houdou da. Hal yang ditunjukkan itu benar-benar laporan omong kosong. (Kawakita Shinpou) Selain menyatakan penekanan dan penyangkalan, adverbia zenzen + positif juga memiliki makna menyatakan tingkat, derajat, atau standar dari suatu hal atau suatu keadaan seperti pada kalimat (5) di atas, yaitu menyatakan tingkat keburukan laporan yang ditunjukkan kepada pembicara.
4 Berdasarkan rumusan masalah yang dijabarkan di atas, penelitian lebih dalam mengenai adverbia zenzen menjadi menarik untuk dilakukan. 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibicarakan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah susunan morfologis adverbia zenzen + negatif dan adverbia zenzen + positif? 2. Makna apa yang terkandung dalam adverbia zenzen + negatif dan adverbia zenzen + positif? 3. Faktor apa sajakah yang dapat memengaruhi makna adverbia zenzen? 1.3. Ruang Lingkup Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah adverbia zenzen. Adverbia ini dapat menerangkan 2 bentuk kata, yaitu zenzen + negatif dan zenzen + positif. Tidak diberikan batasan waktu kapan munculnya data kalimat yang mengandung adverbia zenzen + negatif. Sedangkan, data kalimat yang mengandung adverbia zenzen + positif merupakan kalimat yang digunakan pada tahun 1990-an, yaitu masa digunakannya kembali adverbia zenzen + positif, hingga saat penelitian ini ditulis. Selain itu, data yang digunakan adalah data bersumber buku yang diambil dari korpus Kotonoha dan Tsukuba Web Korpus, buku pelajaran, dan data digital.
5 1.4. Tujuan Penelitian Dari penelitian yang dilakukan, terdapat 2 macam tujuan, yaitu teoritis dan praktis. Tujuan teoritis dari penelitian ini adalah menjabarkan susunan morfologis adverbia zenzen + negatif dan adverbia zenzen + positif, makna apa saja yang terkandung dalam adverbia zenzen + negatif dan adverbia zenzen + positif, dan faktor-faktor yang dapat memengaruhi makna adverbia zenzen. Sedangkan tujuan praktis penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini dapat memperkaya keahlian dalam berkomunikasi dan wawasan variasi bahasa pembelajar bahasa Jepang mengenai pengetahuan kejepangan yang tidak diajarkan secara langsung dalam perkuliahan. Pembelajar bahasa Jepang diharapkan mengetahui fungsi adverbia zenzen yang lain dan juga diharapkan mampu mengaplikasikan penggunaan adverbia zenzen secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi tuturan. 1.5. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah English Looks at Japanese and Vice Versa: A Contrastive Approach to Intensifiers in English and Japanese karya Nobuyuki Yamauchi yang dimuat dalam Journal of Culture and Information Science pada bulan Maret 2005. Dalam jurnal tersebut Yamauchi meneliti tentang perbedaan adverbia dalam bahasa Inggris bersuffiks ly dan kata pengganti adverbia zenzen + positif menggunakan pendekatan semantik. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan Yamauchi adalah zenzen + positif dapat digantikan dengan mattaku atau kanzen ni dan totemo atau hijou ni. Selain itu, Yamauchi juga mengklasifikasikan bagaimana perubahan penggunaan
6 adverbia zenzen sejak zaman Showa hingga saat ini. Namun, tidak terdapat uraian mengenai zenzen + negatif, bagaimana pembagian makna adverbia zenzen + positif, serta faktor-faktor yang memengaruhi perubahan makna adverbia zenzen yang menerangkan kata bentuk negatif maupun positif. Tinjauan pustaka selanjutnya adalah Fukushi karya Naoko Chino, Miharu Akimoto, dan Kazumori Sanada. Buku ini ditujukan untuk pembelajar bahasa Jepang dan berisi tentang pembagian jenis adverbia ke dalam beberapa kelompok. Oleh karena buku ini merupakan buku terbitan tahun 1987, yaitu masa zenzen + positif belum digunakan kembali oleh orang Jepang, belum ada penjelasan yang jelas mengenai adverbia zenzen + positif serta makna apa saja yang dimilikinya. Selain itu, Koutei Hyougen To Kyouki Suru Zenzen Ni Tsuite oleh Ya Ting Hsiao (2015), skripsi mahasiswa jurusan Sastra Jepang, National Chengchi University juga menjadi salah satu tinjauan pustaka dari penelitian ini. Hsiao mengumpulkan 5872 kalimat yang mengandung adverbia zenzen dan di antaranya ia menemukan ada 1591 kalimat yang memiliki susunan zenzen + positif. Kemudian Hsiao mengelompokkannya menjadi 3 grup besar berdasarkan frekuensi kemunculannya, yaitu mainasu hyouka o motsu go kosakata yang mengandung penilaian negatif, kotonaru rui jenis yang berbeda, dan sono ta lain-lain. Pada bab selanjutnya Hsiao meneliti mengenai makna yang terkandung dalam adverbia zenzen + positif, yaitu menyangkal hipotesis yang diramalkan sendiri oleh pembicara. Selain itu, pada bab ini Hsiao juga menyimpulkan bahwa zenzen + positif dapat disubstitusikan dengan totemo dan hijou ni. Kemudian, pada kesimpulan, Hsiao membuat daftar kata yang muncul bersama dengan adverbia
7 zenzen + positif berserta jumlah kalimat yang ditemukan. Dalam penelitiannya, Hsiao tidak menjabarkan bagaimana bentuk morfologis adverbia zenzen. Karya ilmiah yang berupa skripsi berjudul Analisis Makna Adverbia Hotondo dan Daitai karya Tri Suci Rahmawati (2010), mahasiswa Sastra Jepang Universitas Gadjah Mada menjadi tinjauan pustaka dari penelitian ini. Skripsi yang ditulis oleh Rahmawati membahas tentang adverbia hotondo dan daitai. Kedua adverbia ini memiliki kemiripan makna yaitu menyatakan kuantitas atau keadaan sebagian besar yang mendekati keseluruhan. Dalam skripsi ini, Rahmawati menguraikan bagaimana persamaan dan perbedaan adverbia hotondo dan daitai, serta hubungan makna kedua adverbia ini. Kemudian Rahmawati juga menguraikan faktor-faktor yang memengaruhi keduanya dapat bersubstitusi dan tidak dapat bersubstitusi. Namun, dalam penelitian ini Rahmawati hanya meneliti makna dari 2 buah adverbia saja, yaitu hotondo dan daitai menggunakan teori semantik leksikal. Hingga penelitian ini disusun, penelitian mengenai adverbia zenzen + negatif maupun zenzen + positif sudah banyak dilakukan, tapi belum ada karya yang spesifik membahas tentang adverbia zenzen ditinjau dengan analisis morfosemantik khususnya di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. 1.6. Landasan Teori Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah morfologi dan semantik gramatikal. Verhaar menjelaskan dalam bukunya, Asas-asas Linguistik Umum, bahwa ilmu morfologi menyangkut struktur internal kata (Verhaar, 1996: 11). Pateda
8 menguraikan semantik gramantikal merupakan studi semantik yang khusus mengkaji makna yang terdapat dalam satuan kalimat (Pateda, 2001: 71). Selain itu, dijelaskan pula mengenai pengertian makna karena hal ini merupakan masalah pokok yang dibahas dalam semantik. Seperti yang ditulis Yule dalam bukunya (2005: 164), semantik adalah kajian makna kata, frasa, dan kalimat. Penjelasan mengenai kata, makna, medan makna, kelas kata dalam bahasa Jepang, dan adverbia zenzen akan dibahas lebih lanjut pada bab II, yaitu pada bab deskripsi teori. 1.7. Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil data. Tahap pengumpulan data dilakukan dengan mengambil contoh memanfaatkan metode simak dengan menggunakan teknik catat. Metode simak dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1988: 2). Data diambil dari contoh pemakaian adverbia zenzen dalam dialog-dialog yang terdapat dalam data tulis dan data digital. Data tulis diambil dari Korpus Kotonoha (http://kotonoha.gr.jp/shonagon/) dan Tsukuba Web Corpus (nlt.tsukuba.lagoins.info/search/). Data yang diambil dari korpus tersebut meliputi kalimat dalam novel, buku pelajaran, dan sumber lainnya. Sedangkan, data digital yang digunakan dalam penelitian ini adalah video animasi, drama, maupun film Jepang.
9 Sedangkan, metode yang digunakan dalam tahap analisis data adalah metode agih dengan menggunakan teknik ganti. Sudaryanto (1993: 48) menjelaskan bahwa kegunaan teknik ganti itu adalah untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti atau unsur ginanti dengan unsur pengganti, khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti atau tataran ginanti. Bila dapat digantikan (atau saling menggantikan) berarti kedua unsur itu dalam kelas atau kategori yang sama. 1.8. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini disajikan dalam 4 bagian. Bagian pertama berupa pendahuluan yang dimuat dalam bab I. Bab pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penyajian. Bagian kedua berisi deskripsi teori yang dimuat dalam bab II. Bagian ketiga berisi rincian analisis morfologi dan semantik yang dimuat dalam bab III. Bagian keempat berupa penutup dan dipaparkan kesimpulan dari analisis pada bab sebelumnya yang dimuat dalam bab IV. Selain itu, pada bagian terakhir terdapat lampiran data kalimat yang digunakan dalam penelitian ini.