5.1 Perkembangan Investasi Swasta di Kabupaten Indramayu. terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui kegiatan investasi akan terjadi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

8.1. Keuangan Daerah APBD

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. haruslah ditekankan pada pembangunan produksi dan infrastruktur untuk memacu

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

Analisis Isu-Isu Strategis

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

BERITA RESMI STATISTIK

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

Transkripsi:

V. PERKEMBANGAN INVESTASI KABUPATEN INDRAMAYU 5.1 Perkembangan Investasi Swasta di Kabupaten Indramayu Kegiatan investasi di Kabupaten Indramayu diharapkan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui kegiatan investasi akan terjadi penyerapan tenaga kerja, alih teknologi dan terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan berimplikasi pula pada dinamika perekonomian daerah. Menurut Husodo (2004), pertumbuhan ekonomi suatu negara yang baik biasanya ditunjang dengan masuknya investasi secara reguler di negara tersebut. Pertumbuhan ini akan lebih baik lagi jika negara tersebut dapat bersaing dengan negara lain dalam memasarkan hasil produksinya dari investasi yang masuk tersebut. Kabupaten Indramayu secara geografis merupakan daerah pantai namun letaknya sangat strategis dan merupakan jalur yang menghubungkan daerah Jawa-Bali dengan Ibu Kota Jakarta serta potensi sumber daya alam yang cukup potensial khususnya sektor migas, sektor pertanian, industri, perdagangan dan jasa-jasa serta kondisi stabilitas keamanan yang membaik dan kondusif juga didukung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang mudah sehingga hal tersebut menyebabkan Kabupaten Indramayu diminati oleh para investor baik asing maupun dalam negeri sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 19.

Tabel 19. Perkembangan Realisasi Investasi Swasta Di Indramayu Tahun 2000 2005 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 PMA Non PMA/ Jumlah Investasi Jumlah Investasi Jumlah Investasi Proyek (USD ) Proyek (Rp juta) Proyek (Rp Ribu) 6 13.758.79 - - - - - 0 1 - - 1-1 2.409.072 - - - 5.500.005-101.225.119 - - - - 1 - - - 2-1 10.667.000 1 50.000.00 1.232.205 11.156.405 0. Total 9 20.491.00 0 4 125.457.596 1 50.000.00 0 Sumber: Dinas Perizinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu 2007 dan Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat 2006 Data perkembangan investasi sampai dengan periode September 2007 menurut Kantor Perizinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu meliputi (1) sebanyak 4 perusahaan dengan investasi Rp 125.457.596.901, (2) PMA sebanyak 9 perusahaan dengan nilai investasi sebesar USD 20.491.000, dan (3) Non PMA/ 1 perusahaan dengan nilai investasi Rp. 50.000.000.000. Bidang usaha yang banyak diminati adalah industri yang mengolah minyak dan gas serta pertanian secara luas dan pengolahannya. Bidang usaha yang diminati investor tersebut sangat signifikan dengan perkembangan perekonomian Kabupaten Indramayu yang PDRB-nya didominasi oleh sektor industri pengolahan minyak dan gas dan sektor pertanian. Sektor industri pengolahan kontribusinya sebesar 56 persen dan sektor pertanian sebesar 16 persen. (BPS Indramayu, 2005). Peranan sektor industri pengolahan minyak dan gas dan pertanian menjadi sangat penting bahkan sektor-sektor ini sebagai lokomotif dan

penggerak roda perekonomian Kabupaten Indramayu yang ditunjukkan pada Tabel 20. Nama Perusahaan Tabel 20. Perkembangan Sektor Investasi di Kabupaten Indramayu Tahun 2005 PT Politama Propindo PT Chang Jui Fang PT Katalis Indopratama PT Batavindo Kridanusa PT Tirta Benini Mulia PT Tirta Perdana PT Sumber Daya Kelola PT Indohanzul Perkasa PT Bakti Mingas Utama PT Elpindo Reksa PT Ratu Serda PT Usaha Ridha Semesta PT LBL Network Ltd Lokasi Status Unit Usaha Desa. Majakerta Desa Pangkalan Desa Majakerta Desa Majakerta Desa Pangkalan Kec.Lohbener Desa Pilangsari Kec.Jatibarang Desa Amis Kec.Cikedung Desa Amis Kec.Cikedung Desa Sukahaji Kec. Patrol Desa Santing Kec.Losarang Desa Amis Kec.Cikedung Kecamatan Haurgeulis Kecamatan Haurgeulis PMA PMA PMA Propyline keramik Zeolit Efok Resin Water Glass Nilai Investasi (RP Juta/ USD Ribu) Jumlah Tenaga Kerja $ 44.500 324 $ 8.000 600 $ 40.000 315 206.920 155 750.000 54 Es 400 35 Gas 14.124 39 Gas 38.110 82 Gas LPG $500.000 394 Gas 10.667 203 Gas 12.000 250 Perkebunan dan Gula 1.830.00 351 PMA Bioetanol $ 50.000 1505 PT PLN Non Energi Desa Sumur Adem $ 9.222+ PMA/PM Listrik Kec. Sukra 1.272.900 DN PLTU 175 Non PT Cibadak Peternakan Desa/Kec. Gantar PMA/PM Sari Farm Ayam DN 8.250 150 Non Pengeboran PT Pertamina Desa /Kec Sukra PMA/PM Kilang EP DN Minyak $ 4.000 325 Sumber : Dinas Perizinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu 2006 Jumlah industri besar dan sedang di Indramayu hingga Tahun 2005 mencapai 35 unit usaha dengan 10 jenis industri. Jumlah tenaga kerja paling banyak pada jenis industri kimia organik dengan jumlah sebanyak 785 tenaga kerja, kemudian industri kerupuk ikan dan udang sebanyak 300 tenaga kerja, dan

diikuti berturut-turut oleh industri waterglass, rajungan, es batu, keramik lantai, teri nasi, logam, kimia CO 2, dan kayu putih yang ditunjukkan pada Tabel 21. Tabel 21. Banyaknya Besar Sedang Menurut Jenis dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Indramayu tahun 2005 Jenis Jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja Waterglass 1 271 Keramik Lantai 1 191 Kimia Organik 8 785 Es Batu 6 214 Kimia CO 2 2 59 Kerupuk Ikan dan Udang 6 300 Logam 3 90 Rajungan 1 247 Teri Nasi 5 187 Kayu Putih 2 40 JUMLAH 35 2.384 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu, 2006 Sedangkan minat investor berdasarkan negara asal, terdapat 3 negara kelompok besar yang melakukan investasi di Indramayu yaitu : 1. Jepang 2 proyek bidang Minyak dan gas 2. Cina 2 proyek bidang industri keramik dan Listrik 3. Gabungan negara 2 proyek bidang ekplorasi migas dan pertanian 5.2. Perkembangan Investasi Pemerintah di Kabupaten Indramayu Berdasarkan visi dan misinya, pembangunan di Kabupaten Indramayu diprioritaskan pada tiga bidang pembangunan, yaitu pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur. Dengan demikian alokasi pengeluaran pembangunan pada APBD Kabupaten Indramayu yang terbesar adalah pada bidang infrastruktur seperti pembangunan jalan, jembatan, pembangunan gedung sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

Untuk mengukur dampak dari alokasi pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi, dapat dikaji dengan menghubungkan antara pendapatan regional (PDRB) dan investasi pemerintah dimana dalam teori pembangunan diketahui bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi mempunyai hubungan timbal balik yang positif. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, berarti semakin besar bagian dari pendapatan yang bisa di tabung sehingga investasi yang tercipta akan semakin besar pula. Hal ini berarti investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Di lain pihak semakin besar investasi suatu negara akan semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Dengan demikian pertumbuhan merupakan fungsi investasi Dalam Sukirno (1994) dikatakan bahwa dalam perhitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran membedakan pengeluaran dari barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian kepada 4 (empat) komponen, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal sektor swasta dan ekspor netto (ekspor dikurangi impor). Komponen pengeluaran pemerintah atas pembelian barang dan jasa dibedakan menjadi 2 (golongan ) yaitu pengeluran penggunaan pemerintah atau konsumsi pemerintah dan investasi pemerintah. Termasuk dalam konsumsi pemerintah adalah pembelian dari barang dan jasa yang akan dikonsumsikan, seperti membayar gaji guru, pembelian alat kantor. Sementara investasi pemerintah meliputi pengeluaran untuk membangun prasarana seperti jalan, sekolah, rumah sakit dan irigasi. Dengan demikian perkembangan investasi pemerintah Kabupaten Indramayu dapat terlihat sebagaimana dalam Tabel 20.

Tabel 22. Persentase Pembentukan Modal Tetap Bruto Terhadap PDRB Kabupaten Indramayu Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2000-2006 Pembentukan Modal Tetap Bruto Terhadap PDRB Kab. Indramayu Tahun Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) PDRB Persentase Terhadap PDRB PMTB 2000 3.631.453 12.943.577 28.06 2001 3.507.560 12.913.620 27.16 2002 3.589.599 13.812.367 25.99 2003 3.592.639 12.775.269 28.12 2004 3.637.627 13.369.131 27.21 2005 3.696.418 12.323.269 30.00 2006 3.702.184 12.621.074 29.33 Sumber: BPS Kabupaten Indramayu, 2007 Jika dilihat dari tabel diatas nampak struktur investasi pemerintah dalam bentuk Pembentukan Modal Tetap Bruto dalam 7 tahun terakhir belum menggambarkan adanya aspek efektivitas dan efisiensi dalam mengalokasikan dana. Dana untuk infrastruktur listrik, irigasi, perbaikan jalan raya, pendidikan dan kesehatan selalu turun naik antara 26 persen sampai 30 persen. Berbeda dengan belanja administrasi umum mendapatkan proporsi yang besar diatas 60 persen dan belanja langsung sekitar 20 persen. Ini berarti sebagian besar dana dialokasikan untuk belanja rutin yang tidak terkait dengan kinerja dan lebih pada

berhubungan keperluan birokrasi. Akibat dari belanja langsung yang terkait dengan kinerja penyelenggaraan pemerintah dan penyelenggaraan pelayanan publik serta pembangunan mendapatkan alokasi yang relatif kecil maka terjadinya kerusakan infrastruktur berupa prasarana infrastruktur jalan, irigasi, sekolah dan lain lain sebagaimana pada Tabel 23. Tabel 23. Alokasi Pengeluaran APBD Kabupaten Indramayu Tahun 2006-2007 No. Alokasi Bidang 2006 2007 1 Pendidikan 12.110.000.000,00 2.834.000.000,00 2 Kesehatan 6.250.000.000,00 7.112.000.000,00 3 Pengairan 5.890.000.000,00 6.771..000.000,00 4 Transportasi 5.210.000.000,00 30.950.000.000,00 5 Perikanan 3.980.000.000,00 713.000.000,00 6 Pertanian 3.430.000.000,00 1.188.000.000,00 7 Air Bersih 1.510.000.000,00 673.000.000,00 8 Lingkungan Hidup 300.000.000,00 56.000.000,00 Sumber. Sekretariat Daerah Kabupaten Indramayu, 2007 Tabel 23 diatas menggambarkan terdapat orientasi pemihakan terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan, pemihakan ini bertujuan memperbaiki kekeliruan terdahulu yang mengakibatkan Kabupaten Indramayu selalu menjadi daerah tertinggal dalam pemerataan pendidikan. meskipun demikian kecilnya alokasi anggaran terhadap pengairan, transportasi, pertanian, air bersih dan lingkungan hidup berdampak terhadap kurangnya perbaikan infrastruktur yang berdampak terhadap pengurangan pendapatan masyarakat.