BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKARAN BURUNG PARKIT (Melopsittacus undulatus)

MATERI DAN METODE. Materi

Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

Penyiapan Mesin Tetas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

Libatkan Mahasiswa, FKH UNAIR Ternakkan Iguana Hingga Belasan Ekor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

Tugas Mata Kuliah Perencanaan Program PP (Menyusun Proposal Evaluasi Dampak Dengan Judul Sistem Perkandangan Ayam Buras) Oleh Junaidi Pangeran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama

MATERI DAN METODE. Materi

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA BEKICOT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Cara Ternak Jangkrik

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

MATERI DAN METODE PENELITIAN

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

Manajemen Perkandangan

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat

Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna

UNIVERSITI PUTRA MALAYSIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

(a) Kelinci perlu makanan untuk hidup. (b) Boneka tidak memerlukan makanan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

Panduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

USAHA TERNAK AYAM PEDAGING (BROILER)

Opsi bagi Petani Kecil: Prinsip- prinsip Rancangan Tata Kelola Air

TEKNIK PENGELOLAAN DAN PENILAIAN KESEJAHTERAAN MURAI BATU (Copsychus malabaricus Scopoli, 1788) DI MEGA BIRD AND ORCHID FARM, BOGOR, JAWA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

Si Pengerat Musuh Petani Tebu..

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

ANALISIS DAN SINTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan

Transkripsi:

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Penangkaran Merak Hijau Jawa di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah 5.1.1.1 Kandang sebagai habitat buatan Kandang merupakan tempat hidup habitat buatan satwa di penangkaran (exsitu). Kandang harus disesuaikan dengan jenis satwa serta menyerupai kondisi habitat asli di alam. Sistem perkandangan yang digunakan di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah adalah sistem kandang semi tertutup yaitu bagian depannya dipagari jeruji besi dan disekat dengan tembok atau kawat dan beratap. Atap kandang berupa kawat jeruji sama seperti dinding kandangnya (Gambar 1). Bentuk kandang terdiri dari dua macam yaitu bentuk kubah setengah lingkaran dan bentuk persegi empat yang berada di dalam kubah. Kubah tempat tangkar merak hijau jawa di Taman Burung TMII ini disebut dengan Kubah Barat. Ukuran kandang bentuk kubah setengah lingkaran adalah panjang diameter 68 m dan tinggi 30 m. Kubah ini memiliki beberapa sub-kandang berbentuk persegi empat. Terdapat koridor dengan dua pintu utama yang digunakan untuk masuk atau keluar pengunjung. Pintu-pintu masuk ke dalam sub-kandang terbuat dari besi. Ukuran kandang bentuk persegi empat adalah panjang 6 m, lebar 4 m, tinggi 10 m. Kandang berbentuk persegi empat ini terletak di dalam kubah setengah lingkaran. Terdapat 3 kandang persegi empat dengan masing-masing berisi 2 ekor merak hijau jawa. Bahan kandang berbentuk persegi empat terdiri dari besi bulat sebagai rangka bangunan (diameter 5 cm), sisi-sisinya ditutup dengan kawat ram dengan salah satu sisinya berdinding beton. Diameter kawat ram tersebut adalah 0,3 cm (3 mm) dengan jarak kotak antar kawat 5 x 5 cm. Pondasi bagian bawah kawat berupa adonan pasir dengan semen yang berbentuk balok dengan tinggi 20 cm, lebar 20 cm dan panjangnya mengitari kandang (Gambar 1).

Gambar 1 Bentuk kawat ram kandang dan pondasi bawah dinding kandang. Sebagai alas atau lantai kandang adalah tanah yang ditumbuhi oleh rumput dan sebagian ada tataan batu sungai berukuran kecil (Gambar 2 : a dan b). Sisi bagian atasnya juga ditutup dengan kawat ram yang ukurannya sama dengan ukuran dinding kandang (Gambar 2 : c). (a) (b) (c) Gambar 2 (a) Bebatuan sungai berukuran kecil yang menutupi lantai kandang persegi empat, (b) lantai kandang yang ditumbuhi rumput, dan (c) atap kandang yang berupa kawat ram.

Suatu kandang satwa tidak hanya dilihat dari bahan penyususn kandang tetapi juga komponen yang ada di dalamnya. Dalam satu kandang merak hijau jawa terdapat beberapa komponen habitat buatan yang berfungsi untuk mendukung keberhasilan penangkarannya. Taman Burung TMII mendesain kandang merak hijau jawa dan burung-burung lainnya sedemikian rupa sesuai dengan habitat alaminya. Komponen habitat buatan yang ada di Kubah Barat Taman Burung TMII antara lain tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan, tempat minum, tempat berteduh, pasir, padang rumput dan semak (Tabel 1). Tabel 1 Komponen Habitat Buatan di Kubah Barat Taman Burung TMII No Jenis Kandang Komponen Habitat Keterangan Buatan 1. KB (3,7, dan 10) Tempat istirahat Ada 3 macam : batang pohon (1 buah), lantai kandang (pasir dan rerumputan) dan bambu yang digantung melintang (2 buah) Tempat tidur Tempat makan Tempat minum Tempat berteduh Pasir (untuk mandi debu) Padang rumput Semak Berupa bambu yang digantung melintang (juga digunakan sebagai tempat istirahat) berukuran panjang 3 meter, diameter 10 cm dan ketinggian dari lantai kandang 6 m. Di atasnya tedapat penutup berbahan seng dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 1 meter Berupa nampan plastik sebanyak 1 buah dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter Berupa kolam dengan panjang 2 meter, lebar 1 meter dan dalam 30 sentimeter Berupa semak-semak dan bambu yang digantung dengan penutup diatasnya yang terbuat dari seng Hampir menutupi lantai kandang (seluas kurang lebih 2x4 meter dengan campuran bebatuan kecil) Sebagian menutupi lantai kandang (ratarata berukuran seluas 4x3 meter) Terletak di sisi ujung ruang kandang, rata-rata luas 2x2 meter 2. Kubah besar Tempat istirahat Ada 3 macam : tanaman yang ada di dalam kubah, lantai kubah dan kerangkakerangka besi yang ada di dalam kubah.

Tabel 1 (Lanjutan) No. Jenis Kandang Komponen Habitat Buatan Tempat tidur Tempat makan Tempat minum Tempat berteduh Pasir Padang rumput Keterangan Pepohonan yang ada di dalam kubah dengan ketinggian > 5 meter Berupa nampan plastik sebanyak 1 buah dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter dan diletakkan di beberapa sudut halaman kubah Berupa kolam-kolam yang ada di dalam kubah dengan rata-rata ukuran panjang 3x3 meter dengan kedalaman kurang lebih 60 sentimeter Berupa pepohonan dan semak yang ada di dalam kubah. Pepohonan tersebut menyebar rata di dalam kubah dan kandang persegi. Ada 3 tempat, rata-rata berukuran 2x3 meter Hampir penutup lantai kubah berupa rerumputan Semak Ada 3 plot utama yang digunakan merak dengan rata-rata berukuran 2x3 meter Di dalam kandang merak hijau jawa di Kubah Barat TMII, baik kandang persegi maupun kubah besar, terdapat beberapa jenis vegetasi. Merak hijau jawa banyak menggunakan vegetasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Vegetasi-vegetasi yang ada di dalam kandang beraneka macam tingkatan dan berfungsi sebagai tempat istirahat, tempat tidur dan tempat berteduh bagi merak hijau jawa (Tabel 2). Tabel 2 Tingkatan Vegetasi yang ada di dalam Kubah Barat TMII beserta fungsinya bagi merak hijau jawa No Tingkat Nama Nama Fungsi Vegetasi Lokal Ilmiah 1. Pohon Sempur Dillenia exelsa Tempat istirahat dan tempat tidur Ayang-ayang Eleaocarpus glandiflorus Tempat berteduh Nyamplung Dillenia Tempat istirahat dan philippinensis tempat tidur Gondang Ficus sp Bisbul Dyospiros discolour Tempat berteduh dan Nagasari Messua ferrea tempat istirahat Kepel Stelechocarpus burahol

Tabel 2 (Lanjutan) No Tingkat Nama Nama Fungsi Vegetasi Lokal Ilmiah Salam Syzygium polyanthum Jeruk kingkit Triphesia trifolia Lengkeng Euphoria lungan Namnam Cynometra Tempat berteduh cauliflora Rukem Flacoutin rukam 2. Semak Drasenia Dracenia sp Tempat berteduh 3. Rumput Paitan Axonopus compressus Tempat istirahat dan tempat tidur Tempat istirahat, berjemur dan mencari makan 5.1.1.2 Pakan dan minum Jenis-jenis makanan pokok (utama) yang diberikan kepada merak hijau jawa di Taman Burung TMII ada 2 (dua) jenis, yaitu pakan kering dan pakan segar/basah (Gambar 3 : a dan b). (a) (b) Gambar 3 Komposisi makanan merak hijau jawa : (a) kering, (b) segar Komposisi bahan penyususn dan perbandingannya serta berat total yang diberikan per pasang burung per hari seperti disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Komposisi dan perbandingan bahan pakan kering dan basah untuk merak hijau jawa di penangkaran TB TMII Jrnis Pakan Komposisi Bahan Perbandingan Pakan Pakan kering 1. Jagung giling 1 7 2. Beras merah 1 7 3. Kacang hijau 1 7 4. Gabah 2 14 Jumlah berat total 35 Pakan basah/segar 1. Tauge 1 15 2. Kangkung 1 15 Jumlah berat total 30 Berat (gram/pasang/hari)

Selain pakan pokok, setiap satu minggu merak hijau diberi makanan tambahan berupa kalsium yang berasal dari cangkang/kulit kerang dan food-dog (Gambar 4 : a dan b). (a) (b) Gambar 4 Makanan tambahan : (a) cangkang kerang dan (b) food-dog Seluruh makanan disajikan dalam satu tempat berbentuk nampan atau baki terbuat dari plastik dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter (Gambar 5). Gambar 5 Nampan plastik yang berisi makanan merak hijau jawa Air minum disediakan dalam kolam berukuran rata-rata panjang 2 meter, lebar 1 meter dan dalam 50 sentimeter (Gambar 6).

Gambar 6 Kolam tempat minum merak hijau jawa 5.1.1.3 Penyakit Penyakit pulorum, tetelo, infeksi, dan gangguan saluran pencernaan pernah di jumpai di tempat penangkaran merak hijau jawa Taman Burung TMII. Jenis penyakit yang ditemukan menyerang merak hijau jawa selama penelitian adalah pulorum dan masuk angin (Tabel 4). Tabel 4 Jenis Penyakit yang Menyerang Merak Hijau Jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII Tahun 2010-2011 No. Nama Penyakit Merak Hijau Jawa yang Terserang Keterangan Penyakit 1. Pulorum 1 ekor Betina dewasa berumur 3 tahun yang ada di kandang dalam kubah 2. Tetelo - 3. Infeksi - 4. Gangguan saluran pencernaan - 5. Masuk angin 1 ekor Anakan berumur 1 bulan yang di lepas di dalam kubah 5.1.1.4 Populasi 5.1.1.4.5 Jumlah merak Jumlah merak hijau jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII sebanyak 6 ekor. Selain ditempatkan di Kubah Barat, beberapa merak hijau jawa juga di tempatkan di kubah lama atau yang disebut Taman Konservasi (4 ekor), di penangkaran anakan (4 ekor) dan di Unit Karantina (1 ekor).

5.1.2.2 Sex ratio Merak hijau jawa yang berada di Kubah Barat terdiri dari 4 ekor betina dan 2 ekor jantan. Penempatan merak hijau jawa berdasarkan sex ratio di Kubah Barat Taman Burung TMII dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Penempatan merak hijau jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII Nomor Kandang Ukuran kandang (p x l x t) (m) Jumlah merak hijau jawa (ekor) KB 3 6 x 4 x 10 1 ekor jantan dan 1 ekor betina KB 7 6 x 4 x 10 2 ekor betina KB 10 6 x 4 x 10 1 ekor jantan dan 1 ekor betina Keterangan : KB = Kandang Burung 5.1.2.3 Struktur umur Umur merak hijau jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII tahun 2010-2011 beraneka macam. Menurut hasil penelitian sampai dengan bulan Januari 2011, 3 ekor merak hijau jawa betina berumur 2 tahun, 1 ekor merak hijau jawa betina berumur 3 tahun, 2 merak hijau jawa jantan berumur 3 tahun dan 4 ekor anakan masih berumur 2 bulan (Tabel 6). Tabel 6 Struktur Umur Merak Hijau Jawa yang Ada di Kubah Barat Taman Burung TMII Tahun 2010-2011. No. Struktur Umur Jumlah Merak Keterangan 1. Dewasa (>3 tahun) 3 ekor 1 ekor betina dan 2 ekor jantan 2. Remaja (1-3 tahun) 3 ekor Betina semua 3. Anakan (<1 tahun) 4 ekor - 5.1.3 Perilaku 5.1.3.1 Perkawinan Perkawinan dimulai dengan terlebih dahulu terjadi penjodohan. Penjodohan atau pembentukan pasangan kawin merak hijau jawa jantan dengan merak hijau jawa betina di Kubah Barat Taman Burung TMII terjadi secara alami yakni merak dibiarkan memilih sendiri pasangannya. Merak hijau jawa betina memilih sendiri pasangannya, yaitu merak hijau jawa jantan menentukan sendiri yang ia sukai dan bersedia untuk dikawini. Proses perkawinan terjadi secara alami. Terdapat 2 ekor jantan di mana 1 ekor jantan mengawini 1 ekor betina dan 1 ekor jantan lain mengawini 2 ekor betina lain. Sebelum terjadi proses kawin, merak jantan membentangkan bulu hiasnya dan kemudian melakukan tarian untuk menarik

perhatian betina (Gambar 7). Musim kawin merak hijau jawa ini terjadi antara Agustus hingga November. Gambar 7 Merak hijau jawa jantan menari untuk menarik perhatian merak hijau jawa betina. 5.1.3.2 Bertelur Berdasarkan hasil penelitian, merak hijau jawa betina yang ada di Kubah Barat Taman Burung TMII ini bertelur antara September 2010 hingga Januari 2011. Sebelum bertelur, merak hijau tersebut menentukan lokasi sarang mereka berupa hamparan tanah berukuran kurang lebih 50 cm x 50 cm tanpa ditutupi rerumputan (gambar 8). Bila sudah saatnya untuk beretelur merak hijau jawa mengeluarkan dan mengumpulkan telur-telurnya pada satu lokasi. Ukuran ratarata telur merak hijau jawa di TB TMII panjang 8 cm dan dimeter 5 cm. Gambar 8 Telur merak hijau jawa rata-rata berjumlah 4-6 butir.

Jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh sepasang merak hijau jawa di tempat ini adalah 4-6 butir (Tabel 7). Di Kubah Barat Taman Burung Taman Burung TMII terdapat 3 pasang merak hijau jawa yang kawin dan berhasil bertelur. Piyik yang berhasil hidup hingga dewasa umumnya adalah 2-3 ekor. Tabel 7 Data merak hijau jawa yang bertelur dan banyaknya telur yang menetas di Taman Burung TMII. No. Merak Hijau Jawa Jumlah Betina Telur Menetas Keterangan 1. Betina 1 4 2 Menetas di sarang yang berada di dalam kubah 2. Betina 2 5 3 Menetas di sarang yang berada di dalam kubah 3. Betina 3 5 0 - Jumlah 14 5 Persentase rata-rata daya tetas telur merak hijau jawa di Taman Burung TMII adalah 36,6 % (Tabel 8). Penetasan telur-telur tersebut terjadi secara alami, yaitu induk atau merak hijau jawa betina mengerami telur-telur mereka sendiri di lokasi mereka bertelur selama kurang lebih 28 hari. Tabel 8 Persentase daya tetas telur di Taman Burung TMII Merak Betina Jumlah Telur Menetas % Tetas 1 4 2 50 2 5 3 60 3 5 0 0 Jumlah 14 5 36,6 5.1.4 Gangguan Selama penelitian berlangsung, gangguan yang terjadi pada merak hijau jawa di lokasi ini adalah pengunjung. Pengunjung membuat perilaku beberapa merak hijau jawa yang dilepas di dalam kubah besar menjadi tidak seperti di habitat alaminya yang peka terhadap manusian dari radius kurang lebih 5 meter. Mereka menjadi tidak begitu takut terhadap manusia yang jaraknya tidak jauh dari mereka. Bahkan, ada juga merak hijau yang biasa saja saat pengunjung melewatinya. 5.1.5 Pengelolaan 5.1.5.1 Pakan Jenis pakan yang diberikan ada 2 macam yaitu pkan segar dan pakan kering. Pakan segar meliputi kangkung dan tauge, sedangkan pakan kering meliputi

jagung giling, beras merah, kacang hijau, dan gabah. Pakan tersebut ditakar oleh pengurus satwa yang telah diletakkan di nampan-nampan berukuran panjang 45 cm dan lebar 30 cm dan diberikan langsung kepada merak hijau jawa dengan diletakkan di dalam kandang. Pemberian pakan diberikian setiap pagi pukul 06.00 WIB sebelum pintu pengunjuk dibuka. Setiap sore pukul 17.00 WIB tempat pakan diambil lalu dicuci/dibersihkan dan kemudian digunakan lagi sebagai tempat pakan pada keesokan harinya. Sumber pakan biasanya dipasok dari KopkarBiotek LIPI Bogor, selaku pemegang kontrak. Pasokan dilakukan setiap 2 hari sekali untuk papaya dan jagung, pembelian sayur-sayuran dilakukan 2 hari, untuk pakan yang tahan lama seperti biji-bijian dan pakan lainnya dibeli seminggu sekali. Pakan tambahan yang diberikan berupa kerang tumbuk dan dogfood diberikan atau disiapkan setiap dua hari sekali. Pemberian vitamin dan antibiotik ini dilakukan secara ditaburkan pada pakan biji-bijian atau diolesi pada pakan buah-buahan. 5.1.5.2 Kubah Pengelolaan kubah dilakukan untuk menjaga keindahan dan kebersihan tempat hidup merak hijau jawa. Kubah tersebut berukuran cukup luas (panjang 6 m, lebar 4 m, dan tinggi 10 m), di dalamnya dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk menunjang hidup merak hijau jawa, sehingga mereka dapat hidup sesuai dengan habitat aslinya. Fasilitas tersebut meliputi pepohonan, semak-semak, kolam, tempat istirahat dan beberapa tempat tenggeran untuk menaruh pakan berupa buah-buahan dan jagung, serta beberapa rumah-rumahan untuk menaruh pakan yang berbentuk biji. Perawatan kubah dilakukan setiap hari dimulai dari pukul 07.00 WIB. Pengelolaan yang dilakukan meliputi pembersihan sangkar-sangkar, baik yang ada di dalam maupun di luar kubah, serta membersihkan jalan dari feses, sampah organik maupun anorganik. Pembersihan jalan dilakukan dengan cara menyapu dan menyikat kemudian disiram air. 5.1.5.3 Pembiakan

Bagian ini berfungsi untuk mengawinkan atau mengembangbiakkan burung, menetaskan telur, merawat dan membesarkan anak (piyik). Perawatan anaknya (piyik) dilakukan dengan tujuan agar terhindar dari gangguan dari burung lain dan anak yang tidak dirawat induknya. Perawatan anakan ini juga dilakukan pada anak burung lain. 5.1.5.4 Kesehatan Semua kegiatan yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan burung dipusatkan pada bagian kesehatan. Bagian ini meliputi karantina dan klinik. Perawatan yang dilakukan karantina dan klinik meliputi sanitasi kandang, pemberian pakan, pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat. Karantina merupakan tempat untuk menampung burung-burung yang baru masuk agar menyesuaikan diri dengan pakan dan lingkungan Taman Burung sebelum dilepas ke kubah. Selain itu karantina juga berfungsi sebagai tempat untuk mencegah tersebarnya penyakit yang mungkin terbawa oleh burung dari tempat aslinya. Klinik merupakan tempat untuk menampung, merawat dan mengobati burung-burung yang sakit baik berasal dari kubah, penangkaran maupun karantina. Obat yang diberikan disuap langsung atau dicampurkan ke dalam pakan burung. 5.1.6 Faktor penentu keberhasilan penangkaran Dilihat dari segi habitat, populasi, perilaku, dan pengelolaan, keberhasilan penangkaran di Taman Burung TMII ini sudah mencukupi kriteria-kriteria keberhasilan penangkaran. Merak hijau jawa yang ada di lokasi ini hidup dan berkembang dengan baik. Dilihat dari segi penetasan telur, hampir semua telur merak hijau jawa menetas dan anakan tersebut hidup hingga dewasa. Pakan yang diberikan pun mencukupi gizi dan jumlah yang dibutuhkan merak hijau jawa. Hanya saja perilaku merak hijau jawa terhadap manusia (pengunjung) berbeda dengan perilaku alaminya. Mereka tidak begitu takut jika didekati oleh manusia, padahal di habitat alaminya mereka sangat peka jika ada manusia dan akan segera berlari untuk bersembunyi atau pun menghindar.

Tabel 9 Faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di Taman Burung TMII. No. Kriteria penentu Keberhasilan Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai Keterangan 1. Habitat - Kandang Luasan sangat mencukupi untuk merak bergerak (minimal berukuran 2 m x 3 m x 4 m) dan komponen kandang sesuai dengan kebutuhan merak (terdapat tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan, tempat minum, tempat berteduh, area pasir, padang rumput, dan semak) dimana ukuran dan jumlah komponen kandang juga mencukupi. - Pakan dan minum Jenis dan komposisinya sesuai dengan yang dibutuhkan merak hijau jawa. Jenis kering (pur burung, jagung giling, beras merah, kacang hijau, dan gabah) dengan komposisi 1:1 (kecuali gabah 2) total 35 gr/hari/sepasang merak. Jenis segar/basah (kangkung dan tauge) dengan komposisi 2:1. Kandungan protein dalam pakan tidak melebihi 50 %. - Penyakit Terdapat 1 ekor anakan merak hijau jawa yang mati karena kedinginan, 1 ekor anakan mati karena penyakit tetelo, dan 1 ekor merak hijau jawa betina remaja mati karena pulorum. 2. Populasi - Jumlah merak Jumlah merak hijau yang ada sesuai dengan luasan kandang merak hijau jawa yaitu satu kandang terdapat sepasang merak hijau jawa dan sisanya di lepas di dalam kubah besar. - Sex ratio Perbandingan jantan betina kurang sesuai dengan perbandingan merak hijau di alam (1 jantan : 4 betina) - Umur Perbandingan kelas umur sesuai dalam upaya pelestarian populasi merak hijau jawa (dewasa 3 ekor, remaja 3 ekor, anakan 4 ekor). 3. Perilaku - Reproduksi Musim kawin dan proses kawinnya sesuai seperti di alam (Agustus- November). Pemilihan pasangan

dilakukan oleh merak itu sendiri bukan di jodohkan. Tabel 5 (lanjutan) No. Kriteria penentu - Bertelur dan menetas Keberhasilan Kurang Sesuai sesuai Tidak sesuai Keterangan Dari 3 ekor merak hijau jawa betina yang bertelur, hanya 1 ekor merak hijau jawa betina yang tidak berhasil menetaskan telur-telurnya. Semua jumlah telur yang dihasilkan tiap indukan sesuai dengan jumlah telur merak hijau jawa di alam. - Gangguan Tidak ada gangguan yang menyerang merak hijau jawa 4. Pengelolaan - Pakan Pemberian pakan rutin (setiap hari dan satu hari satu kali pemberian pakan setiap pagi hari) tetapi kuantitas pakan kurang sesuai kebutuhan merak (berat pakan seharusnya 20% dari berat badan) meskipun merak tidak kelaparan. - Kandang/ kubah Kandang selalu dibersihkan dan dirawat setiap hari dari pagi hingga sore - Kesehatan Kesehatan merak dipantau setiap hari tanpa menunggu ada merak yang sakit terlebih dahulu 5.2 Penangkaran Merak Hijau Jawa di Taman Margasatwa Ragunan 5.2.1 Habitat 5.2.1.1 Kandang Kandang-kandang yang ada di penangkaran TMR umunya berbentuk empat persegi panjang, ada juga yang berbentuk lain yaitu kubah (Gambar 9 a dan b). Ukuran kandang persegi panjang adalah panjang 5 m, lebar 4 m, tinggi 6 m.

(a) (b) Gambar 9 Bentuk kandang merak hijau jawa : (a) kubah dan (b) persegi Bahan kandang berbentuk persegi empat terdiri dari besi bulat sebagai rangka bangunan, sisi-sisinya ditutup dengan kawat ram dengan ukuran diameter kawat 0,3 cm (3 mm) dan jarak kotakan antar kawat 5 x 5 cm. Sebagai alas atau lantai kandang adalah tanah dan sebagian ada tataan batu berukuran kecil (Gambar 10). Sisi bagian atasnya juga ditutup dengan kawat ram. Sebagian atap kandang ditutupi oleh asbes. Gambar 10. Bebatuan sungai berukuran kecil yang menutupi lantai kandang persegi empat TMR mendesain kandang merak hijau jawa dan burung-burung lainnya sedemikian rupa sesuai dengan habitat alaminya. Komponen habitat buatan yang ada di tiap kandang merak hijau di TMR antara lain tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan, tempat minum, tempat berteduh, dan pasir (Tabel 10). Tabel 10 Komponen Habitat Buatan di TMR No Jenis Kandang Komponen Habitat 1. Kandang berbentuk persegi panjang Buatan Tempat istirahat Keterangan Ada 3 macam : batang pohon (1 buah), lantai kandang (pasir dan rerumputan) dan bambu yang digantung melintang (2 buah) Tempat tidur Tempat makan Tempat minum Berupa bambu yang digantung melintang (juga digunakan sebagai tempat istirahat) berukuran panjang 3 meter, diameter 10 cm dan ketinggian dari lantai kandang 4,5 m Berupa nampan plastik sebanyak 1 buah dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter Berupa kolam dengan panjang 2 meter,

lebar 1 meter dan dalam 30 sentimeter Tabel 10 (Lanjutan) No Jenis Kandang Komponen Habitat Buatan Tempat berteduh Keterangan Berupa ruang kandang dan bambu yang digantung dengan penutup atapnya yang terbuat dari asbes Pasir (untuk mandi debu) Setengan bagian dari lantai kandang Di dalam kandang merak hijau jawa di TMR terdapat beberapa jenis vegetasi. Merak hijau jawa banyak menggunakan vegetasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Vegetasi-vegetasi yang ada di dalam kandang beraneka macam tingkatan dan fungsinya bagi merak hijau jawa (Tabel 11). Tabel 11 Tingkatan Vegetasi yang ada di dalam Kubah Barat TMII beserta peranannya No Tingkat Vegetasi Nama Lokal Nama Ilmiah 1. Pohon Salam Syzygium polyanthum Fungsi Tempat istirahat Drasenia Dracenia sp Tempat berteduh Palm wregu Tempat berteduh 5.2.1.2 Pakan dan minum Jenis-jenis makanan yang diberikan kepada merak hijau jawa di TMR ada 2 (dua) jenis, yaitu pakan kering dan pakan segar/basah (Gambar 11 a). Jumlah dan komposisi bahan penyusun pakan seperti Tabel 12. Tabel 12 Jenis dan komposisi makanan merak hijau jawa di TMR No. Bentuk Pakan Bahan Penyusun Berat (gr) 1. Kering Jagung giling 5 Gabah 5 Persentase (%) 50 50 Jumlah 10 100 2. Basah Tauge 5 15,51 Kangkung 4 10,81 Roti tawar 3 8,11 Tahu 5 15,51 Pepaya 20 54,05 Jumlah 37 100,00 Keterangan Untuk sepasang/hari Untuk sepasang/hari Setiap satu minggu sekali merak hijau diberi makanan tambahan berupa vitamin yang dicampurkan ke dalam makanan (Gambar 11 b).

Gambar 11 (a) Komposisi makanan merak hijau jawa, dan (b) vitamin yang dicampur ke makanan merak hijau jawa Seluruh makanan disajikan dalam satu tempat berbentuk baki terbuat dari plastik dengan ukuran panjang 45 cm, lebar 30 cm dan tinggi 5 cm. Makanan tersebut diberikan satu kali per hari yaitu pukul 09.00 dan dimakan sampai habis (tanpa sisa). Minum disediakan dalam kolam berukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan dalam 50 cm. Air minum diganti apabila sudah hampir habis/ pun kotor, berkisar antara 1-2 hari dengan mengosongkan kolam (menguras satu per satu tiap kandang) kemudian mengisinya dengan air yang baru dengan mengalirkan air melalui selang yang disalurkan dari sebuah kran air yang berada di belakang kandang (Gambar 12). Gambar 12 Kolam minum merak hijau jawa yang sedang diisi air 5.2.1.3 Perawatan kesehatan dan pengendalian Penyakit pulorum dan tetelo pernah dijumpai di tempat penangkaran merak hijau jawa Taman Margasatwa Ragunan. Selama penelitian dilakukan tidak ada penyakit yang menyerang merak hijau jawa (Tabel 13).

Tabel 13 Jenis Penyakit yang Menyerang Merak Hijau Jawa di TMR Tahun 2010-2011 No. Nama Penyakit Merak Hijau Jawa yang Terserang Penyakit 1. Pulorum - 2. Tetelo - 3. Infeksi - 4. Gangguan saluran pencernaan - 5. Masuk angin - Keterangan 5.2.2 Populasi 5.2.2.1 Jumlah merak Jumlah merak hijau jawa di Taman Margasatwa Ragunan sebanyak 11 ekor. Sebanyak 6 ekor (3 pasang) merak hijau jawa terbagi ke dalam 3 kandang persegi dengan jumlah 1 pasang tiap kandangnya. Merak hijau jawa yang lain (5 ekor) berada di kandang yang berbentuk kubah. 5.2.2.2 Sex ratio Merak hijau jawa yang berada di kubah TMR terdiri dari 4 ekor betina dan 1 ekor jantan (sex ratio 1 : 4). Pada kandang berbentuk persegi berisikan 1 ekor betina dan 1 ekor jantan di tiap kandang (sex ratio 1 : 1). 5.2.2.3 Umur Umur merak hijau jawa di Kubah barat Taman Margasatwa Ragunan beraneka macam. Menurut hasil penelitian sampai dengan bulan Januari 2011, rata-rata merak hijau jawa berumur 3 tahun. Pembagian umur merak hijau jawa di TMR disajikan pada tabel 14. Tabel 14 Pembagian umur merak hijau jawa di TMR bulan September 2010- Januari 2011 No. Umur Jumlah (ekor) Jantan Betina 1. 2 tahun - 3 2. 3 tahun 1 3 3. 4 tahun 2 1 4. 5 tahun 1 - Total (ekor) 4 7 Keterangan 5.2.3 Perilaku 5.2.3.1 Reproduksi Proses penjodohan merak hijau jawa dengan merak hijau jawa betina di TMR dengan cara ditetapkan pengelola. Merak hijau jawa dipilihkan pasangannya

tanpa ada proses pengenalan terlebih dahulu. Proses perkawinan terjadi secara alami. Sebelum terjadi proses kawin, merak jantan membentangkan bulu hiasnya dan kemudian melakukan tarian untuk menarik perhatian betina (Gambar 13). Musim kawin merak hijau jawa ini terjadi antara bulan Agustus hingga bulan November. Gambar 13 Merak hijau jawa jantan sedang membentangkan bulu hiasnya di depan merak hijau jawa betina 5.2.3.2 Bertelur Jumlah telur yang dihasilkan oleh sepasang merak hijau jawa di TMR adalah 3-10 butir (Gambar 14). Presentase penetasan telur secara secara alami 0% (tidak ada yang menetas). (a) (a) (b) Gambar 14 Telur-telur merak hijau jawa di beberapa kandang TMR

Jumlah merak yang bertelur dan telur yang menetas dapat dilihat pada tabel (Tabel 15). Ukuran telur merak hijau jawa di TMR ini rata-rata panjang 7 cm dan diameter 5 cm. Tabel 15 Data merak hijau jawa yang bertelur dan banyaknya telur yang menetas di Taman Margasatwa Ragunan. No. Merak Hijau Jumlah Jawa Betina Telur Menetas % Menetas Keterangan 1. Betina 1 5 0 0-2. Betina 2 9 0 0-3. Betina 3 3 0 0 - Jumlah 17 0 0 Persentase rata-rata daya tetas telur merak hijau jawa di TMR adalah 0 % (Tabel 16). Tidak ada satu butir telur yang menetas selama penelitian berlangsung. Pengeraman telur-telur tersebut dilakukan secara alami, yaitu induk atau merak hijau jawa betina mengerami telur-telur mereka sendiri di lokasi mereka bertelur (kandang). Merak hijau jawa tersebut mengerami telurnya selama 28 hari. Tabel 16 Persentase daya tetas telur di TMR Merak Betina Jumlah Telur Menetas % Tetas 1 5 0 0 2 9 0 0 3 3 0 0 Jumlah 17 0 0 5.2.4 Gangguan Selama penelitian berlangsung, gangguan yang terjadi pada merak hijau jawa di lokasi ini adalah pengelolaan mengenai ukuran dan komponen kandang yang kurang sesuai untuk ukuran habitat merak hijau jawa, khususnya kandang berbentuk persegi. Burung yang ada di kandang tersebut terlihat stress karena ruang gerak terbatas dan komponen habitatnya ada yang belum mendukung. Merak hijau yang stress biasanya terlihat berdiam diri di pojokan kandang. 5.2.5 Pengelolaan 5.2.5.1 Pakan Jenis pakan yang diberikan kepada merak hijau jawa di TMR adalah jenis pakan segar yang meliputi tauge, kangkung, tahu, pepaya, dan roti tawar, dan jenis pakan kering yaitu jagung giling dan gabah. Sebelum diberikan kepada satwa, pakan-pakan tersebut diambil dan diracik di gudang pakan. Setelah diracik, makanan siap ditimbang dan dikirim ke lokasi satwa. Di lokasi satwa makanan

tersebut masih dibagi-bagi lagi karena pasokan makanan yang dikirim dari gudang pakan adalah takaran secara kelompok wilayah kandang. Pakan merak hijau jawa diberikan setiap satu hari sekali dan pada pagi hari pukul 07.30 WIB. Pakan merak hijau jawa diletakkan pada nampan plastik kemudian diletakkan di lantai kandang merak hijau jawa. Tiap satu pasang merak diberi pakan dengan komposisi untuk pakan kering masing-masing 5 gram (1 :1) dan komposisi pakan segar tauge 5 gram, kangkung 4 gram, roti tawar 3 gram, tahu 5 gram, dan pepaya 20 gram. 5.2.5.2 Kandang/kubah Jenis kandang merak hijau jawa yang digunakan di TMR ini adalah semi terbuka, dimana dinding dan atap kandang terbuat dari jeruji besi. Bentuk kandang merak hijau jawa adalah persegi panjang dengan ukuran panjang 5 meter, lebar 4 meter dan tinggi 6 meter. Setiap satu kandang berkapasitas satu pasang merak hijau jawa. Pengelolaan kandang/kubah merak hijau jawa di TMR dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat hidup merak hijau jawa. Di dalamnya dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk menunjang hidup merak hijau jawa, sehingga mereka dapat hidup sesuai dengan habitat aslinya. Fasilitas tersebut meliputi pohon, kolam, tempat istirahat dan beberapa tempat tenggeran (sebagai tempat istirahat dan tempat tidur). Setiap hari dilakukan sanitasi kandang yaitu kegiatan pembersihan kandang dan lingkungan sekitar kandang. Kegiatan sanitasi dilakukan mulai pukul 07.00-09.00 WIB yaitu sebelum pengunjung datang. Sanitasi kandang dilakukan oleh perawat burung (keeper). 5.2.5.3 Kesehatan Semua kegiatan yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan burung dipusatkan pada bagian kesehatan. Bagian ini meliputi karantina dan klinik. Perawatan yang dilakukan di dalam karantina dan klinik meliputi sanitasi kandang, pemberian pakan, pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat.

5.2.6 Faktor penentu keberhasilan penangkaran Dilihat dari segi habitat, populasi, perilaku, dan pengelolaan, keberhasilan penangkaran di TMR ini sudah mencukupi kriteria-kriteria keberhasilan penangkaran. Merak hijau jawa yang ada di lokasi ini hidup dan dengan baik. Dari segi lain, keberhasilan penangkaran tersebut tidak tampak pada penetasan telur. Telur-telur tersebut sebagian besar tidak menetas. Menurut wawancara kepada perawat, hal tersebut mungkin terjadi karena kondisi cuaca dan atau karena kondisi merak hijau jawa betina yang belum siap untuk mengerami telur-telurnya. Tabel 17 Faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di Taman Margasatwa Ragunan. No. Kriteria penentu Sesuai Keberhasilan Kurang sesuai Tidak sesuai Keterangan 1. Habitat - Kandang Ada sebuah kandang yang kurang memenuhi komposisi habitat yang dibutuhkan merak hijau jawa yaitu tidak ada semak dan area/padang rumput. - Pakan dan minum Pemberian pakan dan minum kepada merak hijau jawa sudah sesuai baik dilihat dari segi jenis (kering: gabah dan jagun giling; segar/basah: tauge, kangkung dan papaya) dan komposisi pakannya. Kuantitas pakan tidak sesuai dengan perbandingan berat badan merak hijau jawa (berat pakan 20 % dari berat total merak hijau jawa) meskipun merak hijau jawa tidak kelaparan. - Penyakit Tidak terdapat merak hijau jawa yang terserang penyakit. 2. Populasi - Jumlah merak Jumlah merak hijau yang ada sesuai dengan luasan kandang merak hijau jawa yaitu setiap satu kandang terdapat sepasang merak hijau jawa - Sex ratio Perbandingan jantan betina sesuai dengan perbandingan merak hijau di alam (1 jantan : 4 betina) 3. Perilaku - Reproduksi Musim kawin dan perilaku kawin sesuai dengan di alam (Agustus- Desember)

Tabel 17 (Lanjutan) No. Keberhasilan Kriteria Kurang Tidak penentu Sesuai sesuai sesuai Keterangan - Gangguan Pernah ada gangguan yang menyerang merak hijau jawa 4. Pengelolaan - Pakan Pemberian pakan rutin dan banyaknya tidak sesuai kebutuhan merak untuk satu hari (total berat pakan 20 % dari berat tubuh merak hijau jawa) - Kandang/ kubah Untuk kandang yang komponen habitatnya kurang sesuai dengan habitat asli merak hijau jawa, pengelola tidak melakukan penambahan/perbaikan komponen habitat tersebut. - Kesehatan Pengecekan kesehatan rutin kepada merak hijau jawa masih kurang. Kesehatan merak hijau jawa diperhatikan jika hanya terdapat merak yang sakit. 5.3 Pembahasan 5.3.1 Pengelolaan penangkaran di TMII dan TMR Pengelolaan penangkaran di kedua lokasi penelitian tidak seluruhnya berbeda yang disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Perbedaan kondisi penangkaran di TMII dan TMR. No. Komponen TMII TMR Keterangan 1. Kandang : - Ukuran panjang 6 m, lebar 4 m, tinggi 10 m panjang 4 m, lebar 4 m, tinggi 6 m Berbeda (volumenya) - Bahan Kawat ram, diameter kawat 0,3 cm (3 mm) Kawat ram, diameter kawat 0,3 cm (3 mm) Sama - Bentuk Persegi (balok) Persegi (balok) Sama - Komponen tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan & minum, tempat berteduh, pasir, padang rumput dan semak - Letak Tepat di tepi jalan pengunjung dan terkena sinar matahari tempat istirahat, tem-pat tidur, tempat ma-kan & minum, tempat berteduh, dan tempat mandi debu. Tepat di tepi jalan pengunjung dan terkena sinar matahari Berbeda (tidak ada lahan ber-umput dan semak di TMR) Sama

Tabel 18 No. Komponen TMII TMR Keterangan 2. Makanan : - Jenis kering (pur burung, jagung giling, beras merah, kacang hijau, gabah dan kacang hijau) dan basah/segar (kangkung dan tauge) kering (gabah dan jagung giling) dan basah (tauge, kang-kung,tahu, roti tawar dan pepaya) Berbeda (di TMR ter-dapat jenis pakan segar berupa roti tawar, tahu dan pepaya) - Jumlah dan komposisi kering 1 : 1 (kecuali gabah 2), basah 1 : 2 (tauge : kangkung), total keseluruhan 35 gr. basah masingmasing 10 gr (kecuali buah 20 gr) dan kering total 0,8 gr Berbeda (komposisi pakan segar dan pakan kering) - Cara pengelolaan dan pemberian Diberikan satu hari sekali setiap pagi 3. Kesehatan : - Jenis Pulorum dan masuk angin Diberikan satu kali sehari setiap pagi Sama - Berbeda (tidak ada penyakit di TMR) - Perawatan Pemberian vitamin dan dipindahkan ke klinik burung Pemberian vitamin 4. Reproduksi : - Musim kawin Agustus-Desember Agustus- Desember - Jumlah telur Indukan pertama : 4 butir Indukan kedua : 5 butir Indukan ketiga : 5 butir - Jumlah telur yang menetas Indukan pertama : 2 butir Indukan kedua : 3 butir Indukan ketiga : tidak ada yang menetas ndukan pertama : 5 butir ndukan kedua : 9 butir ndukan ketiga : 3 butir Tidak ada telur yang menetas sama sekali sama Sama Berbeda (jumlah telur tiap in-dukan tiap lokasi)) Berbeda (di TMR tidak ada telur yang me-netas) 5. Gangguan : - Jenis gangguan - Satwa lain : tikus Berbeda (tidak ada gangguan di TMR) - pengendalian - Diatasi dengan ditutupnya pinggiran kandang dengan campuran semen dan pasir. Berbeda (karan tidak ada gang-guan di TB TMII jadi tidak ada yang dikendalikan) perlu

Pengelolaan kandang merak hijau dari segi ukuran dan komponen kandang berbeda, tetapi dari segi bahan, bentuk dan letak kandang sama. Ukuran kandang merak hijau jawa di TMII yaitu panjang 6 m, lebar 4 m, tinggi 10 m. Ukuran kandang merak hijau jawa di TMR yaitu panjang 4 m, lebar 4 m, tinggi 6 m. Perbedaan kandang merak hijau jawa dari segi komponen kandang juga berbeda. Komponen kandang merak hijau jawa di TMII yaitu tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan & minum, tempat berteduh, pasir, padang rumput dan semak. Komponen kandang merak hijau jawa di TMR hampir sama seperti di TMII, hanya saja di TMR tidak ada padang rumput dan semak. Tidak adanya padang rumput dan semak di TMR membuat salah satu perilaku merak hijau di alam berubah, yaitu dalam hal mengerami telurnya. Merak hijau jawa tersebut enggan untuk mengerami telurnya karena tempat sarangnya terlalu terbuka sehingga bisa dilihat oleh pengunjung dan merak hijau jawa tersebut jadi merasa terganggu. Secara umum dari keseluruhan kandang yang diamati, bentuk kandang empat persegi panjang paling banyak digunakan oleh penangkar merak hijau jawa. Hal ini disebabkan dalam tahap pembuatan kandang lebih mudah dan efektif. Namun demikian bentuk kandang lain dapat dijadikan kandang merak hijau jawa asalkan di dalam kandang tersebut merak hijau jawa dapat hidup nyaman terutama pada masa reproduksi. Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan adalah kandang dibuat jauh dari gangguan aktivitas manusia unuk menghindari kebisingan dan stress. Lantai kandang diusahakan tetap bersih. Atap diatur sedemikian rupa agar dapat melindungi diri merak hijau jawa. Sebagian atap dibuat agak terbuka agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam kandang. Dengan demikian kandang terhindar dari kelembaban yang mengundang berkembangbiaknya bakteri atau virus penyakit. Anyaman kawat sebaiknya berukuran kecil untuk mencegah binatang pengganggu seperti tikus masuk ke dalam sarang dan diameter kawat harus cukup tebal agar kokoh karena merak hijau adalah satwa yang cukup kuat jadi ketika merak hijau jawa tersebut menabrakkan diri ke dinding kandang, kandang tersebut, dinding kandang tersebut tidak rusak. Di dalam Taman Burung TMII, vegetasi yang sering dimanfaatkan merak hijau jawa adalah pepohonan yang tingginya minimal 4 meter. Ada satu pohon

yang keberadaannya ada di Taman Burung TMII maupun di TMR, yaitu pohon salam (Syzygium polyanthum). Pakan merupakan unsur penting yang menempati komponen biaya terbesar dalam suatu usaha penangkaran, besarnya dapat mencapai 60 % atau lebih dari keseluruhan biaya (Masy ud et al, 2001). Bagi satwa sendiri, pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan, kesehatan dan reproduksi. Pengelolaan pakan merak hijau jawa dari segi jenis dan komposisi di kedua lokasi berbeda, yang sama hanya cara pengelolaan dan pemberiannya yaitu sama-sama satu kali setiap pagi hari. Di TMII jenis pakan yang diberikan adalah kering (pur burung, jagung giling, beras merah, kacang hijau, gabah dan kacang hijau) dan basah/segar (kangkung dan tauge) dengan komposisi kering 1 : 1 (kecuali gabah 2), basah 1 : 2 (tauge : kangkung) dan berat total keseluruhan 35 gram. Di TMR jenis pakan yang diberikan adalah kering (gabah dan jagung giling) dan basah (tauge, kangkung,tahu, roti tawar dan pepaya) dengan jumlah dan komposisi basah masing-masing 10 gr (kecuali buah 20 gr) dan kering total 0,8 gr. Pemberian jumlah pakan dan jenisnya yang berbeda tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap kehidupan merak hijau jawa, karena merak hijau jawa tidak kekurangan makanan dan gizi selama dalam penangkaran. Pemberian pakan burung merak, sebaiknya diberikan untuk sekali habis (Suryawan, 2004). Artinya, untuk satu hari burung merak diberi pakan yang dapat habis dalam satu hari. Bila pemberian pakan terlalu banyak, maka pakan tersebut akan tidak habis dan akan membusuk. Burung merak yang memakan sisa-sisa pakan yang busuk akan mudah terserang penyakit sehingga menimbulkan kematian. Oleh sebab itu, pemberian pakan di Taman Burung TMII dan TMR jumlah dan kandungannya disesuaikan dengan kebutuhan dan jenisnya disamakan dengan pakan aslinya di alam. Kebersihan kandang menjadi penting, karena kandang yang kotor dan lembab dapat menjadi sumber virus atau bakteri penyakit. Kotoran tinja burung yang terserang penyakit tetelo ataupun pulorum di dalam kandang juga dapat menjadi penyebab terjadinya virus ulangan terhadap burung yang lain. Untuk itu pembersihan kandang dilakukan secara rutin setiap hari untuk mencegah penularan penyakit ini. Di TMII penyakit yang menyerang merak hijau jawa

adalah pulorum dan masuk angin. Di TMR tidak ada seekor pun merak hijau jawa yang terserang penyakit. Umur merak hijau jawa di kedua lokasi penelitian dalam proses perkawinan dapat dibilang sudah mencukupi. Di Taman Burung TMII, rata-rata umur merak hijau jawa betina yang melakukan perkawinan diatas 2 tahun dan merak hijau jawa jantan berumur diatas 3 tahun. Telur yang dihasilkan dari tiap betina jumlahnya normal atau seperti di alam (4-6 butir) dan kondisi telurnya baik. Daya tetas telur merak hijau jawa tersebut rata-rata 36,6 %. Di Taman Margasatwa Ragunan, rata-rata umur merak hijau jawa yang melakukan proses perkawinan sama seperti umur merak hijau jawa yang ada di Taman Burung TMII. Ada yang berbeda dari hasil telur yang dikeluarkan baik dari segi jumlah ataupun kondisi telur. Terdapat satu ekor merak hijau jawa betina yang mengeluarkan telur dengan jumlah cukup banyak yaitu hingga 9 butir telur dan terdapat satu ekor merak hijau jawa betina yang menghasilkan telur dengan kondisi fisik telur kurang baik (terdapat selaput darah pada cangkang telur dan warna telur kusam tidak segar). Dari semua telur yang dikeluarkan oleh tiap merak hijau jawa betina yang bertelur di TMR ini, tidak ada satupun telur yang menetas sehingga daya tetasnya 0%. Gangguan adalah salah satu masalah yang sering dihadapi dalam penangkaran. Di penangkaran Taman Burung hampir tidak ada gangguan dari kondisi kandang ataupun pakan yang diberikan, hanya saja sifat alami merak hijau tersebut ada yang hilang yaitu tidak takut lagi terhadap manusia. Di penangkaran TMR gangguan yang muncul adalah pengelolaan terhadap merak hijau tersebut. Kandang yang mereka tempati kurang sedikit memberikan kenyamanan terhadap kondisi psikologis merak hijau tersebut. Ada komponen kandang yang kurang sesuai dengan kebutuhan merak hijau tersebut, seperti ketersediaan tempat istirahat dan bertengger. 5.3.1.2 Faktor penentu keberhasilan penangkaran Berhasil tidaknya suatu usaha penangkaran merak hijau ditentukan oleh banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah kesehatan merak hijau jawa. Perawatan kesehatan dan pengobatan penyakit secara baik dan lebih dini ketika

terlihat ada gejala penyakit merupakan tindakan penting yang perlu dilakukan untuk menghindari kematian dan meluasnya penyakit. Kesehatan merak hijau di penangkaran dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kondisi lingkungan pemeliharaan, makanan, pola manajemen, bibit penyakit dan kelainan-kelainan metabolisme. Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah adanya perbedaan dalam masalah penetasan telur. Telur-telur di TMR tidak ada yang menetas satu pun. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kandungan protein dalam makanan yang diberikan kepada merak hijau jawa terlalu tinggi atau karena tidak terjadi pembuahan. Menurut hasil wawancara, tidak menetasnya telur-telur tersebut diakibatkan karena cuaca yang kurang mendukung. Terjadinya hujan yang hampir setiap hari dengan frekuensi air hujan tinggi menyebabkan suhu disekitar sarang merak hijau jawa rendah dan tingkat kelembabannya tinggi. Dalam usaha penangkaran ini masalah pengembangbiakkan memegang peranan yang penting, sebab pada dasarnya keberhasilan usaha penangkaran sangat ditentukan oleh keberhasilan reproduksinya. Dalam usaha penangkaran satwa dengan ketersediaan jumlah bibit yang terbatas, keberhasilan pengembangbiakkan merupakan kunci utama. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada produksi tanpa reproduksi ( Hardjanto, Masy ud, Hero, 1991). 5.3.1.3 Perbandingan keberhasilan penangkaran di TMII dan TMR Perbandingan keberhasilan penangkaran di TMII dan TMR berbeda dilihat dari segi kandang, pakan, kesehatan dan reproduksi (Tabel 19) Tabel 19 Perbandingan keberhasilan penangkaran di TMII dan TMR. No. Kriteria TMII TMR Keterangan 1. Reproduksi Persentase berhasil a. bertelur Jumlah total telur 14 butir Jumlah total telur 17 butir Masing-masing lokasi 3 indukan yang bertelur b. daya tetas 36,6 % 0 % Hasil persentase rata-rata 2. Morbiditas Dua ekor terserang Tidak ada yang Penyakit yang penyakit terserang penyakit menyerang di TB TMII adalah pulorum dan masuk angin 3. Mortalitas Dua ekor mati Tidak ada yang Merak hijau jawa mati di TB TMII mati

karena terserang penyakit Penilaian tingkat keberhasilan penangkaran merak hijau jawa tersebut berdasarkan sesuai tidaknya kebutuhan kehidupan merak hijau jawa seperti di habitat alaminya. Dalam hal ukuran kandang, merak hijau jawa memerlukan luasan habitat atau tempat tinggal minimal seluas ukuran tubuh mereka dan tidak terlalu sempit untuk merak hijau jawa jantan melakukan tarian (melebarkan bulu hias) menarik perhatian betina saat musim kawin. Merak hijau jawa beristirahat di dahan pohon yang tinggi, jadi ketinggian kandang tersebut juga harus sesuai dengan kebutuhan merak hijau jawa di alam, minimal 5 meter, di mana di dalam kandang tersebut tersedia pohon atau gantungan melintang bambu atau kayu yang biasa digunakan merak hijau jawa untuk bertengger. Merak hijau jawa di alam sering mencari makan, oleh sebab itu pengelola di TMII dan TMR memberikan jenis pakan dan jumlahnya tidak berbeda seperti di alam, dan yang paling utama merak hijau jawa di dalam penangkaran tidak kelaparan kan kekurangan gizi. Untuk lebih melengkapi kebutuhan pakan merak hijau jawa tersebut, pengelola juga memberikan pakan tambahan. Jenis pakan tambahan di TMII dan TMR tidak sama atau berbeda. Inti dari keberhasilan penangkaran merak hijau jawa adalah tingkat reproduksi. Di TMII merak hijau jawa berhasil bereproduksi dengan menghasilkan anakan merak hijau jawa sebanyak 5 ekor dari dua indukan ( 2 : 3). Berbeda dengan merak hijau jawa di TMR, tidak ada satu ekor merak hijau jawa pun yang berhasil menetaskan telur. Keberhasilan dan kegagalan penetasan telur tersebut akibat faktor umur yang belum mencukupi sehingga kegagalan penetasan karena tidak adanya kandungan embrio di dalam telur merak hijau jawa tersebut.