HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DENGAN DERAJAT PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMA N 5 SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTERI DENGAN SIKAP MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA STRES DAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN SINDROM PRAMENSTRUASI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWI KELAS XI JURUSAN AKUTANSI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Stikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist.

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

PENGARUH FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA ANAK SEKOLAH DI SD MUHAMMADIYAH WONOREJO KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. menghilang pada saat menstruasi (Syiamti & Herdin, 2011). wanita meliputi kram atau nyeri perut (51%), nyeri sendi, otot atau

TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN UPAYA REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME DI MAN MALANG 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Fajarina Lathu A INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU DALAM MENGATASI KETIDAKNYAMANAN KEHAMILAN TM III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAWANGSARI SUKOHARJO

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU PENANGANAN SINDROM PRA HAID PADA SISWI KELAS XI DI MADRASAH ALIYAH NEGERI YOGYAKARTA II TAHUN 2014

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KEJADIAN SPOTTING DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA

Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Sindrom Premenstruasi pada Anggota Perempuan UKM INKAI UNS

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN PERILAKU MENGATASI GEJALA PREMENSTRUASI SYNDROME (PMS) DI MAN MODEL KOTA JAMBI

SKRIPSI G Surakarta commit to user

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG

PENGARUH KETERAMPILAN DOSEN MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT II PADA MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DIII KEBIDANAN FK UNS

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SOFIA PARAMITA R

HUBUNGAN ANTARA SARAPAN PAGI DENGAN SINDROM DISPEPSIA PADA REMAJA DI SMP N 16 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA DAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI DI DESA PUCANGMILIRAN TULUNG KLATEN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE PADA IBU USIA TAHUN DI DESA DUYUNGAN SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MENOPAUSE DI DUSUN KRESEN BANTUL TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. bangsa di masa mendatang. Remaja adalah mereka yang berusia tahun dan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PADA MASA MENOPAUSE DI SERANGAN RW 02 NOTOPRAJAN NGAMPILAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMESTER 2 STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2010

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Akademi Farmasi Yamasi Makassar Terhadap Penanganan Nyeri Haid (Dysmenorrhea)

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011

Eka Puspa Janurviningsih 1, Rina Suparyanti 2, Syaifuddin 3

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU PERAWATANDIRI SAAT MENSTRUASI PADA SISWI KELAS VII DI SMPN 3 BANTUL YOGYAKARTA

SOFIA PARAMITA R

ABSTRAK HUBUNGAN RERATA ASUPAN KALSIUM PER HARI DENGAN KADAR KALSIUM DARAH PADA PEREMPUAN DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN IBU PREMENOPAUSE DI RT.004 RW.005 KELURAHAN SEPANJANG JAYA KOTA BEKASI TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sembab, sakit kepala, dan nyeri dibagian perut 1. dengan PMS (Premenstruation Syindrom). Bahkan survai tahun 1982 di

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Ini merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN 5 INDIKATOR KADARZI DAN STATUS GIZI BALITA UMUR 6-59 BULAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN STRESS TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI MAHASISWI

Pengetahuan Berhubungan dengan Konsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 2 Banguntapan Bantul

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Istri dalam Menghadapi Menopause

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN SIKAP DALAM MEMILIH JAJANAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR. Ayu Indrawati Dewi P

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN TINGKAT NYERI SINDROMA PRA MENSTRUASI PADA SISWI DI SMK NEGERI 04 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta

HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG CARA KONSUMSI TABLET Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

PERUBAHAN FISIK WANITA HUBUNGANNYA DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE. Sugiyanto STIKES Aisyiyah Yogyakarta

PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DENGAN DERAJAT PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMA N 5 SURAKARTA Husniyati Sajalia *) Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta *) email: sajalia@gmail.com Abstrak Latar Belakang: Pengetahuan tentang premenstrual syndrome erat kaitannya dengan kemampuan mengetahui derajat premenstrual syndrome untuk remaja putri guna menangani gejala premenstrual syndrome yang dialami. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang premenstrual syndrome dengan derajat premenstrual syndrome. Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan proportionate random sampling sejumlah 123 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji kendall-tau (t) dengan bantuan SPSS. Hasil: Pengetahuan remaja putri tentang premenstrual syndrome di SMA N 5 Surakarta sebagian besar dalam katagori cukup yaitu 70 responden (56,9%) dan untuk derajat premenstrual syndrome sebagian besar dalam katagori sedang yaitu 81 responden (65,9%). Hasil analisis dengan uji kendall-tau (t) diperoleh nilai nilai R= 0.470 dan nilai p= 0.000. Kesimpulan: Ada hubungan pengetahuan remaja putri tentang premenstrual syndrome dengan derajat premenstrual syndrome di SMA N 5 Surakarta. Correlation Between Female Adolescents Knowledge Of Premenstrual Syndrome And Premenstrual Syndrome Level At State Senior Secondary School 5 Of Surakarta Abstract Background: Knowledge of premenstrual syndrome is closely related to the female adolescent s ability to know the pre-menstrual syndrome level as to deal with the pre-menstrual syndrome symptoms that they experience. Objective to investigate the female adolescents knowledge of premenstrual syndrome and the premenstrual syndrome level. Method: This research used the observational analytical quantitative method with the cross-sectional design. The samples of research consisted of 123 respondents and were taken by using the proportionate random sampling. The data of research were collected through questionnaire and statistically analyzed by using the Kendall-Tau (t) formula aided with the computer program of SPSS. 1

Result: 70 respondents (56.9%) had the knowledge of pre-menstrual syndrome in the fair category, and 81 respondents (65.9%) had the pre-menstrual syndrome level in the medium category. The result of analysis with the Kendall-Tau (t) formula shows that the value of R was 0.470, and the p-value was 0.000. Conclusion: There was a correlation between the female adolescents knowledge of premenstrual syndrome and the premenstrual syndrome level at State Senior Secondary School 5 of Surakarta. PENDAHULUAN Premenstrual syndrome adalah kumpulan gejala fisik, emosional, psikologis yang dialami wanita selama fase luteal setiap siklus menstruasi (7-14 hari menjelang menstruasi). Sekitar 75% wanita mengeluhkan gejala premenstrual syndrome dan 30% wanita memerlukan pengobatan (Nurmiaty dkk, 2011). Sekitar 80% hingga 95% perempuan antara 16-45 tahun mengalami gejala-gejala premenstrual syndrome yang dapat mengganggu (Wijaya dalam Zulaikha, 2010). Menurut Hapsari dalam Irwana (2010), premenstrual syndrome sangat mengganggu karena hampir semua perempuan mengalaminya. Namun, banyak juga perempuan yang mengalami kesulitan untuk mengenali premenstrual syndrome terutama bagi mereka yang baru mengenal konsep premenstrual syndrome. Oleh karena itu, pengetahuan tentang premenstrual syndrome erat kaitannya dengan kemampuan mengetahui derajat premenstrual syndrome untuk wanita guna menangani gejala premenstrual syndrome yang dialaminya. Hasil studi pendahuluan di SMA N 5 Surakarta, dengan melakukan wawancara terhadap 10 siswi di SMA N 5 Surakarta, semua remaja putri yang sudah menstruasi mengalami gejala premestrual syndrome, serta dapat diketahui bahwa remaja putri sudah mengetahui tentang premestrual syndrome, mengetahui gejala-gejala premestrual syndrome, maupun penatalaksanaannya. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada siswi di SMA N 5 Surakarta dengan judul Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Premenstrual Syndrome dengan Derajat Premenstrual Syndrome. METODE PENELITIAN SMA N 5 Surakarta tahun ajaran Jenis penelitian kuantitatif 2014/2015 sebanyak 176 siswi dan menggunakan desain observasional metode pengambilan sampel yang analitik dengan pendekatan cross digunakan adalah proportionate sectional. Penellitian ini dilakukan di random sampling dengan jumlah SMA N 5 Surakarta pada bulan sampel 123 responden.. Instrumen Desember 2014 - Mei 2015. yang digunakan berupa kuesioner Populasi aktual dalam yang diberikan kepada responden penelitian ini adalah siswi kelas X untuk mengukur tingkat pengetahuan 2

premenstrual syndrome dan kuesioner untuk mengetahui derajat premenstrual syndrome. Kuesioner pengetahuan premenstrual syndrome dan derajat premenstrual syndrome masing-masing berjumlah 31 pernyataan yang telah melalui uji validitas dengan menggunakan rumus pearson product moment. Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan di SMA N 6 Surakarta pada tanggal 1 April 2015. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan rumus korelasi kendall-tau (t) dengan bantuan komputerisasi. HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat Tabel 4.1 Distribusi frekuensi tahapan perkembangan remaja No Tahapan Frekuensi Persentase (%) 1 Remaja awal 54 43,9 2 Remaja tengah 69 56,1 3 Remaja akhir 0 0 Jumlah 123 100 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri kelas X di SMA N 5 Surakarta berada pada tahapan remaja tengah yaitu sebanyak 69 responsen dengan persentase 56,1%. Tabel 4.2 Distribusi frekuensi aktivitas olahraga No Aktivitas Olahraga Frekuensi Persentase (%) 1 Rutin 72 58,5 2 Tidak rutin 51 41,5 Jumlah 123 100 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas olahraga putri remaja kelas X di SMA N 5 Surakarta dalam kategori rutin yaitu sebanyak 72 responden (58,5%). Tabel 4.3 Distribusi frekuensi kebiasaan makan No Kebiasaan Makan Frekuensi Persentase (%) 1 Siswi yang mengurangi konsumsi gula, garam, 75 kopi, teh, serta minuman besoda 61 2 Siswi yang tidak mengurangi konsumsi gula, 48 garam, kopi, teh, serta minuman besoda 39 Jumlah 123 100 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa gula, garam, kopi, teh, serta minuman sebagian remaja putri kelas X di SMA besoda yaitu sebanyak 75 responden N 5 Surakarta mengurangi konsumsi dengan persentase 61%. 3

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pengetahuan premenstrual syndrome No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 Baik 29 23,6 2 Cukup 70 56,9 3 Kurang 24 19,5 Jumlah 123 100 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan remaja putri kelas X di SMA N 5 Surakarta tentang premenstrual syndrome dalam kategori cukup yaitu sebanyak 70 responden dengan persentase 56,9%. Tabel 4.5 Distribusi frekuensi derajat premenstrual syndrome No Derajat premenstrual syndrome Frekuensi Persentase (%) 1 Ringan 37 30,1 2 Sedang 81 65,9 3 Berat 5 4.1 Jumlah 123 100 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar derajat premenstrual syndrome pada siswi kelas X di SMA N 5 Surakarta dalam kategori sedang sebanyak 81 responden dengan persentase 65,9%. B. Analisis Bivariat Tabel 4.6 Tabulasi silang data dan uji statistik hubungan pengetahuan remaja putri tentang premenstrual syndrome dengan derajat premenstrual syndrome Derajat premenstrual syndrome Jumlah R p Ringan Sedang Berat N % N % N % N % Pengetahuan remaja putri tentang premenstrual syndrome Baik 22 17,89 7 5,69 0 0 29 23,58 Cukup 14 11,38 54 43,90 2 1,63 70 56,91 Kurang 1 0,81 20 16,26 3 2,44 24 19,51 Jumlah 37 81 5 123 100 0.470 0.000 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa syndrome dengan derajat nilai R adalah 0.470 dan nilai p adalah premenstrual syndrome di SMA N 5 0.000. Nilai p < 0.05 maka Ha Surakarta. Nilai R 0.470 diterima dan Ho ditolak yang berarti menunjukkan bahwa kekuatan bahwa Ada hubungan pengetahuan hubungan pengetahuan remaja putri remaja putri tentang premenstrual tentang premenstrual syndrome 4

dengan derajat premenstrual syndrome di SMA N 5 Surakarta dalam kategori sedang. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Karakteristik responden berdasarkan tahapan perkembangan remaja Kisaran umur remaja awal di SMA N 5 Surakarta adalah 14-15 tahun, sedangkan remaja tengah umurnya berkisar antara 16-17 tahun. Data penelitian ini sesuai menurut Sarwono (2006), yang menyatakan bahwa ada 3 tahap perkembangan remaja, yaitu : Remaja awal (remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun), remaja tengah (13-15 tahun), dan remaja akhir (16-19 tahun). Menurut Anggrajani (2011), bertambahnya umur, pengalaman hidup semakin banyak, yang mana hal ini akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap gejala premenstrual yang dialaminya. Remaja awal memiliki gejala gangguan emosi dan gangguan perilaku yang lebih banyak responden memiliki pengetahuan cukup dan derajat premenstrual syndrome termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 54 responden (43,90%). daripada remaja tengah maupun akhir. Hal ini dikarenakan remaja awal belum memiliki kematangan dalam berpikir dan mengambil keputusan seperti remaja tengah maupun akhir (Agbaria dkk, 2012). Menurut Notoatmodjo (2010) pada masa remaja, labilnya emosi menyebabkan seorang mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Premenstrual syndrome dialami oleh semua wanita dari awal masa remaja hingga dewasa, dan berakhir pada masa menopause (Elvira, 2010). Riset menunjukan bahwa premenstrual syndrome menjadi lebih bermasalah di awal dan akhir fase siklus reproduksi yaitu pada pubertas dan menopause (Freeman dalam Tanjung, 2009). Sesuai dengan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa premenstrual syndrome dapat terjadi pada wanita dengan usia produktif. 2. Karakteristik responden menyatakan bahwa membiasakan berdasarkan aktivitas olahraga olahraga dan aktivitas fisik secara Sebagian besar responden teratur dapat meringankan gejala memiliki aktivitas olahraga rutin premenstrual syndrome. Menurut namun masih ada responden yang Persatuan Dokter Spesialis memiliki kebiasaan olahraga yang Kedokteran Olahraga (2012), tidak rutin yaitu sebanyak 51 olahraga dan kesehatan sering responden (41,5%). dikaitkan, terutama untuk Lubis (2013), menyatakan mencapai derajat kesehatan yang bahwa kurang olahraga dapat standar idealnya dibutuhkan waktu memperberat gejala premenstrual sebanyak 20-30 menit dengan syndrome. Hal ini juga sesuai frekuensi 3-5 kali seminggu dengan Saryono (2009), yang 5

3. Karakteristik responden berdasarkan kebiasaan makan Sebagian besar remaja putri kelas X di SMA N 5 Surakarta mengurangi konsumsi gula, garam, kopi, teh, serta minuman besoda namun masih ada remaja putri kelas X di SMA N 5 Surakarta yang tidak mengurangi konsumsi gula, garam, kopi, teh, serta minuman besoda yaitu sebanyak 48 responden (39%). Hal ini sejalan dengan teori menurut Lubis (2013) yang menyatakan bahwa faktor kebiasaan makan seperti kadar gula tinggi, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, dan susu memperberat gejala premenstrual syndrome. Menurut Saryono (2009), jenis makanan yang direkomendasikan bagi penderita premenstrual syndrome bervariasi pada setiap wanita. Penurunan asupan gula, garam dan karbohidrat dapat mencegah edema, penurunan konsumsi kafein, teh, alkohol, dan soda juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan, dan insomnia. B. Pengetahuan Premenstrual responden mengatakan sudah pernah Syndrome mendapatkan penyuluhan terkait Remaja putri di SMA N 5 dengan kesehatan reproduksi remaja Surakarta menunjukkan sebagian khususnya tentang premenstrual besar mempunyai pengetahuan yang syndrome, mendapat informasi dari cukup yaitu sebanyak 70 responden teman yang pernah mengalaminya, (56,9%). Responden yang serta dari hasil membaca buku pengetahuannya termasuk dalam maupun majalah. Selain itu pada mata kategori baik maupun cukup sudah pelajaran Bimbingan dan Konseling, mampu menjawab pernyataan yang bapak dan ibu guru memberikan diberikan dengan baik. Hal ini penjelasan tentang kesehatan disebabkan oleh faktor tahapan reproduksi, memberikan nasehatnasehat, perkembangan remaja dimana remaja alternatif jawaban tentang putri di SMA N 5 Surakarta sebagian masalah yang dihadapi oleh siswi termasuk dalam kategori remaja baik didalam kelas maupun diluar tengah. Remaja tengah memiliki pola kelas atau di luar jam mata pelajaran pikir yang lebih matang dibandingkan tersebut. dengan remaja awal dimana kisaran Hasil penelitian menunjukkan umur remaja awal adalah 12-15 tahun masih ada responden yang memiliki dan remaja tengah 15-18 tahun. Hal pengetahuan dalam kategori kurang ini sesuai menurut Budiman dan yaitu sebanyak 24 responden (19,5%). Riyanto (2013), yang menyatakan Berdasarkan data penelitian hal ini bahwa semakin bertambah usia akan karna terdapat remaja putri kelas X di semakin berkembang pula daya SMA N 5 Surakarta yang termasuk tangkap dan pola pikirnya sehingga dalam tahapan remaja awal, sesuai pengetahuan yang diperolehnya menurut Kartono yang menyatakan semakin membaik. pada masa remaja awal (12-15 tahun), Hasil wawancara yang remaja sering merasa sunyi, raguragu, dilakukan pada responden yaitu dan tidak stabil. Selain itu, 6

Agbaria dkk (2011), menyatakan bahwa remaja awal belum memiliki kematangan dalam berpikir dan mengambil keputusan seperti halnya pada remaja tengah maupun akhir. Pengetahuan yang baik tentang premenstrual syndrome diharapkan remaja putri siap dalam menghadapi premenstrual syndrome serta dapat melakukan penanganan premenstrual syndrome setiap bulannya dengan C. Derajat Premenstrual syndrome Sebagian besar siswi kelas X SMA N 5 Surakarta termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 81 responden (65,9%), hal ini dikarenakan pengetahuan responden terkait dengan premenstrual syndrome termasuk dalam kategori cukup. Data penelitian menunjukkan responden dengan kategori derajat premenstrual syndrome berat dapat disebabkan oleh masih adanya responden yang memiliki pengetahuan kurang terkait dengan benar, sehingga dapat meringankan gejala-gejala premenstrual syndrome. Hal ini sesuai dengan Widyastuti dalam Zulaikha (2010), yang menyatakan bahwa pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya. premenstrual syndrome, memiliki aktivitas olahraga yang tidak rutin, serta memiliki kebiasaan makan yang sering mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kadar gula tinggi, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, dan susu. Hal ini didukung dengan teori menurut Lubis (2013), yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi berat ringannya gejala premenstrual syndrome antara lain usia, stresor, kebiasaan makan, kekurangan gizi, kebiasaan merokok dan kegiatan fisik yang berat dan kurang olahraga. D. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri tentang Premenstrual Syndrome dengan Derajat Premenstrual Syndrome Tabel 4.6 menunjukkan hasil sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup dengan derajat premenstrual syndrome sedang sebanyak 54 responden (43,9%), responden yang memiliki pengetahuan baik dengan derajat premenstrual syndrome ringan sebanyak 22 responden (17,89%), dan responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan derajat premenstrual syndrome berat sebanyak 3 responden (2,44%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih ada responden yang memiliki pengetahuan baik namun termasuk dalam kategori derajat premenstrual syndrome sedang yaitu sebanyak 7 responden (5,69%) dan masih ada responden yang pengetahuannya cukup yang termasuk dalam kategori derajat premenstrual syndrome berat sebanyak 2 responden (1,63%). Berdasarkan data penelitian hal ini dapat disebabkan oleh kebiasaan makan yang sering mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kadar gula tinggi, garam, kopi, teh, coklat, minuman commit to bersoda, user dan susu. Selain itu terdapat 7

responden dengan pegetahuan kurang namun termasuk dalam kategori derajat premenstrual syndrome ringan yaitu sebanyak 1 responden (0,81%), berdasarkan data penelitian hal ini dikarenakan responden tersebut termasuk dalam tahapan remaja tengah yang mana pola pikir remaja tengah lebih matang dari pada remaja awal (Agbaria dkk, 2012). Selain itu, hal tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor kebiasaan makan, responden memiliki kebiasaan mengurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengandung kadar gula tinggi, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, dan susu sehingga dengan kebiasaan tersebut dan dibarengi dengan olahraga yang teratur dapat meringankan gejala premenstrual syndrome yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan Saryono (2009), yang menyatakan bahwa penurunan asupan gula, garam dan karbohidrat dapat mencegah edema, penurunan konsumsi kafein, teh, alkohol, dan soda juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan, dan insomnia. Membiasakan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur, olahraga seperti berenang dan berjalan kaki, tarik nafas dalam dan releksasi juga meringankan rasa tidak nyaman. Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan premenstrual syndrome. Berolahraga dapat menurunkan stres dengan cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolahraga ketika mereka mengalami premenstrual syndrome dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari (Saryono, 2009). Hasil analisis data yang dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan premenstrual syndrome dengan derajat premenstrual syndrome menggunakan uji korelasi statistik kendall-tau (t) didapakan nilai R adalah 0,470 dan p= 0.000. Nilai p < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan pengetahuan remaja putri tentang premenstrual syndrome dengan derajat premenstrual syndrome di SMA N 5 Surakarta. Nilai R = 0,470 menunjukkan bahwa kekuatan hubungan pengetahuan remaja putri tentang premenstrual syndrome dengan derajat premenstrual syndrome di SMA N 5 Surakarta dalam kategori sedang. KESIMPULAN DAN SARAN kategori sedang yaitu 81 responden Kesimpulan (65,9%). Dari hasil analisis statistik Berdasarkan hasil penelitian menggunakan rumus korelasi kendalltau (t) diperoleh nilai R= 0.470 dan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan p= 0.000. Nilai p < 0,05 sehingga remaja putri tentang premenstrual dapat disimpulkan ada hubungan syndrome di SMA N 5 sebagian besar pengetahuan remaja putri tentang dalam kategori cukup yaitu 70 premenstrual syndrome dengan responden (56,9%). Derajat derajat premenstrual syndrome di premenstrual syndrome di SMA commit N 5 SMA N 5 Surakarta. Nilai R= 0.470 to user Surakarta sebagian besar dalam 8

menunjukkan kekuatan hubungan dalam kategori sedang. Saran 1. Bagi institusi Bagi institusi khususnya guru BK SMA N 5 Surakarta agar dapat memberikan informasi seperti konseling maupun penyuluhan secara rutin terkait dengan kesehatan reproduksi kepada siswi khususnya tentang premenstrual syndrome dengan bekerja sama dengan petugas kesehatan. 2. Bagi remaja Bagi para remaja putri yang masih mengalami gejala premenstrual syndrome diharapkan dapat melakukan olahraga secara rutin, mengurangi konsumsi gula, garam, kopi, teh, dan minuman besoda menjelang menstruasi sehingga dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome. 3. Bagi peneliti Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menambahkan beberapa faktor lain yang berhubungan dengan premenstrual syndrome seperti faktor stressor, status gizi, kurang olahraga dan jenis olahraga yang dapat mempengaruhi premenstrual syndrome, serta kegiatan fisik yang berat. DAFTAR PUSTAKA Anggrajini F., 2011. Korelasi faktor risiko dengan derajat keparahan Premenstrual Syindrome pada Dokter Perempuan. http://journal.unair.ac.id/filerpd F/Risk%20Factor%20and%20S everity%20on%20pms_fenny.p df (8 Juli 2015). Anna LK., 2013. Berapa Frekuensi Ideal Olahraga dalam Seminggu. http://health.kompas.com/read/2 013/07/08/1154569/Berapa.Fre kuensi.ideal.olahraga.dalam.se minggu (28 Januari 2015).. Budiman dan Riyanto., 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. pp 3-6. Elfira SD., 2010. Sindrom Pramenstruasi, Normalkah?. http://obgynrscmfkui.com/berita.php?id=35 (28 Januari 2015). Kasdu D., 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara. pp 17-8. Lubis N., 2013. Psikologi Kespro Wanita dan Perkembangan Reproduksinya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. pp 22-3. Notoatmodjo S., 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. pp 27. Numiaty dkk., 2011. Perilaku Makan dengan Kejadian Sindrom Premenstruasi pada Remaja. Berita Kedokteran Masyarakat Vol 27 No 2. pp 75-82. Riwidikdo H., 2010. Statistik Kesehatan.Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. pp 139-55. Saryono & Sejati W., 2009. Sindrom Pramenstruasi: Mengungkap Tabir Sensitifitas Perasaan Menjelang Menstruasi. 9

Yogyakarta: Nuha Medika. pp 49-71. Sugiyono., 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. pp 102. Tanjung AS., 2009. Hubungan antara Asupan Zat Gizi dengan Derajat premenstrual syndrome (PMS) Wanita Usia Subur pada Mahasiswi UNS. Universitas Sebelas Maret. Wijayanti F., 2014. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Dalam Menghadapi Premenstrual Syndrome Pada Siswi SMA Negeri 1 Kedunggalar. http://digilib.stikesaisyiyah.ac.id/gdl.php?mod=bro wse&op=read&id=stkaisyiyahs ka--fitriawija-181 (22 Januari 2015). Wiknjosastro., 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp 103-4 Zulaikha., 2010. Hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri terhadap sikap menghadapi premenstrual syndrome di SMA N 5 surakarta. Universitas Sebelas Maret. 10