BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan salah satu rangkaian dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mengelola sumber daya daerah tersebut. menentukan kebijakan untuk masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2011). pemerataan, akan terjadi Ketimpangan wilayah (regional disparity), terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah bertujuan dalam peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah, dan kurang melibatkannya stakeholder di daerah. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

I. PENDAHULUAN. dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Aceh terletak di ujung Utara Pulau Sumatera dan merupakan Provinsi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

melalui Penambahan Kepemilikan Modal Saham Pemerintah Kota Depok pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkat yang disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. 1. perkembangan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

I. PENDAHULUAN. Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah dari perekonomian dalam suatu negara adalah masalah pertumbuhan ekonomi dengan jangka waktu yang cukup lama. Perkembangan perekonomian diukur melalui pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari periode satu dengan periode berikutnya. Pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan dengan seiring waktu dari periode satu ke periode seterusnya dengan menghasilkan suatu barang dan jasa karena faktor produksi yang akan selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa tersebut. Dalam analisis makro, menurut Sukirno (2004) dalam suatu negara atau daerah yang untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi menggunakan perkembangan pendapatan nasional riil. Didalam teori pertumbuhan ekonomi neo klasik dinyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi (bila dalam kawasan daerah maka mengukurnya dengan pertumbuhan PDRB) tergantung pada beberapa perkembangan faktor-faktor produksinya, seperti : modal, tenaga kerja, dan teknologi (Sukirno, 1994). Pembangunan daerah adalah salah satu bagian yang meliputi keseluruhan dari pembangunan nasional yang dilaksanakan menurut asas otonomi daerah dan aturan sumber daya nasional yang telah memberikan peluang untuk demokrasi dan kinerja daerah yang ditingkatkan menuju masyarakat madani yang lepas dari sifat nepotisme, persekongkolan (kolusi) dan korupsi. 1

Pelaksanaan pemerintah daerah yang bertujuan untuk menjadi sub sistem negara guna meningkatkan daya dan hasil pelaksanaan dan pelayanan masyarakat. Pembangunan ekonomi ini memiliki tujuan untuk menaikkan pendapatan nasional riil dan untuk menaikkan produktivitas. Ada tiga sifat penting yang dimiliki oleh pembangunan ekonomi, ialah (Hasibuan, 2014) : a. Suatu proses yang dimana terjadi perubahan secara terus menerus. b. Suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita. c. Agar pembangunan dapat dilakukan untuk jangka waktu yang panjang maka kenaikan pendapatan per kapita/ income per capita haruslah terus menerus. Menurut Undang-undang No. 32/ 2004 yang berisi tentang Pelimpahan sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri dalam rangka pembangunan nasional negara Republik Indonesia dan Undang-undang No. 33/ 2004 yang berisi tentang Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, diharapkan dapat memberikan motifasi untuk meningkatkan kreatifitas dan inisiatif untuk lebih menggali dan meningkatkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki masing-masing daerah serta dilaksanakan sesuai dengan aturan otonomi daerah supaya pembangunan setiap daerah lebih maksimal lagi dalam menggapai prioritas dan potensi daerah. Pertumbuhan ekonomi ialah sebagian besar dari suatu perkembangan kesejahteraan masyarakat yang dikur dengan Produk Domestic Regional 2

Bruto per capita (PDRB per kapita) (Zaris, 1987). Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang dapat dilihat dari tingginya nilai PDRB berarti daerah tersebut mengalami kenaikan perekonomian yang berkesinambungan. Kabupaten/Kota sebagai daerah yang berdiri sendiri bertindak sebagai alat, sedangkan bagian pemerintah sebagai koordinator yang memegang kewenangan dan tanggung jawab dalam melaksanakan kepentingan masyarakat menurut prinsip yang terbuka dan keikutsertaan masyarakat serta pertanggungjawaban kepada masyarakat. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator keberhasilan dalam pelaksanaan pembangunan suatu daerah. Pembangunan daerah diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah. Daerah Istimewa Yogyakarta pembangunannya berlangsung secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam menaikkan perekonomian masyarakat. PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2015 (miliar rupiah) 120.000.000 100.000.000 80.000.000 60.000.000 40.000.000 20.000.000 0 PDRB ADHB dan PDRB ADHK 2011 2012 2013 2014 2015 PDRB ADHB 71.369.95 77.247.86 84.924.54 92.829.33 101.396.1 PDRB ADHK 68.049.87 71.702.44 75.627.45 79.532.27 83.461.57 Sumber : BPS, DIY Dalam Angka 2016 Gambar 1.1 3

Pada gambar 1.1 diatas dapat dilihat bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami pertumbuhan ekonomi yang meningkat dari tahun 2011 yang PDRB atas dasar harga konstannya 68.049.874 miliar rupiah hingga 2015 yang PDRB atas dasar harga konstannya 101.396.117 miliar rupiah. Dalam teori ekonomi makro, dilihat dari sisi pengeluaran pendapatan regional bruto ialah berbagai variabel yang ditambahkan yang didalamnya salah satunya adalah investasi. Investasi juga ada jenisnya yaitu investasi asing dan investasi dalam negeri. Investasi yang ada didaerah terdiri dari investasi pemerintahan dan investasi swasta yang asalnya dari investasi pemerintah dan investasi swasta. Sedangkan investasi swastapun berasal dari investasi asing atau luar negeri. Investasi pemerintah digunakan untuk mempersiapkan barang-barang publik. Untuk menghitung besarnya investasi pemerintah dengan menghitung selisih antara total anggaran pemerintah dengan belanjaan rutin. Investasi juga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi naiknya pertumbuhan ekonomi. Karena jika dalam suatu daerah banyak perusahaan yang mendapatkan investasi, maka perusahaan tersebut akan memperbanyak produksi dan secara otomatis agar produksi tersebut berjalan dengan lancar maka harus diimbangi dengan tenaga kerja yang cukup, sehingga perusahaan akan banyak memberikan lapangan pekerjaan bagi para angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan. 4

Tabel 1.1 Realisasi PMDN dan PMA Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Kab/ Kota PMDN PMA Jumlah Proyek Realisasi (Juta Rp.) Jumlah Proyek Realisasi (Juta Rp.) Kulon Progo 8 494,698,30 4 562,480,88 Bantul 16 268,006,19 39 343,256,50 Gunung Kidul 9 35,502,55 5 136,083,21 Sleman 55 1,431,044,98 57 3,009,698,00 Yogyakarta 47 1,722,410,41 34 3,220,222,18 TOTAL 135 3,951,662,45 139 7,271,740,78 Sumber : BPS, DIY Dalam Angka 2016 Dapat dilihat dari tabel 1.1 diatas bahwa pada tahun 2015 yang lalu penanaman modal dalam negeri untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dengan total 3,951,662,45 yang jumlah proyeknya sebesar 135. Sedangkan penanaman modal asing untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dengan total 7,271,740,78 yang jumlah proyeknya sebesar 139. Selain keuangan daerah dan investasi tidaklah cukup untuk membangun model pembangunan, sehingga dibutuhkannya sumber daya manusia. Memiliki masyarakat yang ikut berpartisipasi dengan aktif tentunya akan meningkatkan tumbuhnya pembangunan daerah karena memiliki rasa kepemilikan terhadap daerahnya tersebut. Dalam pelaksanaan pembangunan maka diperlukannya sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang baik dan kuantitas permintaan tenaga kerjanya pun juga terpenuhi. 5

Tenaga kerja adalah salah satu faktor yang mempengaruhi output suatu daerah. Didalam tenaga kerja juga terdapat angkatan kerja yang terbentuk dari jumlah penduduk yang banyak. Tetapi jumlah penduduk yang banyak justru akan mengkhawatirkan untuk efek buruk pertumbuhan ekonomi. pertumbuhan penduduk yang cepat akan menambah masalah keterlambatan dan prospek pembangunan akan menjadi jauh (Todaro, 2004). Tetapi jika jumlah penduduk yang mencukupi dengan pendidikan yang tinggi dan mempunyai skill sehingga pertumbuhan ekonomi akan terdorong dan tentunya dengan jumlah penduduk yang usianya menginjak usia produktif maka jumlah angkatan kerja pun akan meningkat dan akhirnya akan meningkatkan produksi output suatu wilayah. Tabel 1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi di Pulau Jawa (%) Tahun 2013-2015 Provinsi Tingkat Pengangguran Terbuka 2013 2014 2015 Agustus Februari Agustus Februari Agustus DKI Jakarta 8,03 9,84 8,47 8,36 7,23 Jawa Barat 9,16 8,66 8,45 8,40 8,72 Jawa Tengah 6,01 5,45 5,68 5,31 4,99 DIY 3,24 2,16 3,33 4,07 4,07 Jawa Timur 4,30 4,02 4,19 4,31 4,47 Banten 9,54 9,87 9,07 8,58 9,55 Nasional 6,17 5,70 5,94 5,81 6,18 Sumber : BPS, DIY Dalam Angka 2016 Berikut pada tabel 1.2 adalah data dari jumlah angkatan kerja per provinsi di pulau jawa. Pengangguran di Daerah Istimewa Yogyakarta memang tidak begitu tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lain. Dari tahun 2013-2015 tingkat pengangguran yang paling tinggi di pulau jawa adalah provinsi 6

Banten 9,54% pada tahun 2013 dan hingga 2015 tetap yang paling tinggi dengan angka 9,55%. Sedangkan Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki angka tingkat pengangguran paling rendah di pulau jawa. Tabel 1.3 Jumlah Angkatan Kerja Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Kabupaten/ Kota Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Kulon Progo 232.190 8.966 Bantul 495.235 15.309 Gunung Kidul 386.458 11.526 Sleman 567.286 32.167 Yogyakarta 210.049 12.277 Sumber : BPS, DIY Dalam Angka 2016 Walaupun pengangguran di Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk yang rendah jika dibandingkan dengan provinsi lain yang ada dipulau jawa, akan tetapi itu tidak akan merubah begitu cepat naiknya pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Karena pertumbuhan ekonomi jika ingin mengalami kenaikan yang cepat maka membutuhkan tenaga kerja yang aktif dan dapat berpartisipasi dengan baik pula. Selain investasi dan tingkat pengangguran yang mempengaruhi naiknya pertumbuhan ekonomi yaitu pendapatan asli suatu daerah. Dibawah ini terdapat tabel 1.3 yaitu komposisi penerimaan pendapatan asli daerah dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendapatan asli daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta ini dari tahun 2011-2016 mengalami kenaikan yang berkelanjutan. Pada tahun 2011 PAD Daerah Istimewa Yogyakarta hanya Rp. 700.339.192 dan mengalami kenaikan hingga tahun 2015 Rp. 1.453.213.231. 7

Artinya bahwa pemerintah daerah yang telah melakukan penggalian daerah telah mencapai hasil yang baik. Tahun Sisa Tahun Lalu (Rp.) Tabel 1.4 Komposisi Penerimaan Daerah Istimewa Yogyakarta % Tahun 2011-2015 PAD (Rp.) % Dana Perimbangan (Rp.) 2011 184.394.542 90,6 700.339.192 49,3 714.542.343 50,3 2012 191.724.892 86,6 800.156.498 41,3 850.513.085 3,8 2013 190.048.265 88,9 1.014.089.544 44,3 961.190.992 42,0 2014 280.821.707 100 1.233.738.562 39,8 1.038.621.026 33,5 2015 281.988.867 100 1.453.213.231 42,4 1.046.869.045 30,6 Sumber : BPS, DIY Dalam Angka 2011-2016 % Dari hasil uraian diatas, terdapat investasi, pendapatan asli daerah dan tingkat pengangguran memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Apabila dari setiap variabel mengalami peningkatan atau penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi maka dalam hal ini disebut PDRB (Product Domestic Regional Bruto). Kejadian seperti diperlukannya suatu penelitian yang dapat memberikan rekomendasri terhadap kelangsungan pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam hal ini, penelitian ini diangkat melalui judul : Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Pengangguran dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007-2015 8

B. Batasan Masalah Penelitian ini memiliki batasan masalah sehingga tidak terjadi penyimpangan dari tujuan karya tulis penelitian ini, dan permasalahan yang diangkat terbatas pada : 1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2015. 2. Analisis data menggunakan variabel dependen dan variabel independen. a) Variabel dependen : PDRB b) Variabel independen : investasi, pendapatan asli daerah dan tingkat pengangguran. C. Rumusan Masalah Penelitian Penelitian yang sudah dibahas dilatar belakang sesuai dengan rumusan masalahnya, yaitu : 1. Bagaimana pengaruh tingkat investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2015. 2. Bagaimana pengaruh pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2015. 3. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi terhadap Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2015. 9

D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan, yaitu : 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi terhadap Daerah Istimewa Yogyakarta. E. Manfaat Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki manfaat untuk berbagai pihak, yaitu : 1. Kegunaan penelitian ini untuk pengembangan ilmu, terutama bagi penulis dapat menambah wawasan tentang permasalahan-permasalahan ekonomi, sebagai konsep dan penerapan yang telah didapat selama masa kuliah. 2. Penelitian ini akan bermanfaat bagi pembaca, untuk dijadikan sumber informasi terhadap masalah ekonomi. 10