I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

I. PENDAHULUAN.. Kulit pisangmerupakan limbah dari industri pengolahan pisang yang belum

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat atau dalam bahasa latin disebut Lycopersicum esculentum

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang gemar

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pakan ternak sehingga diperlukan penggunaan pakan alternatif. Sumber

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, mengakibatkan permintaan terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan komoditi yang sangat penting bagi ternak. Zat- zat

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Burung puyuh mempunyai potensi besar karena memiliki sifat-sifat dan

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. seluas seluas hektar dan perairan kolam seluas hektar (Cahyono,

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut adalah melalui usaha peternakan ayam pedaging. Ayam

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

I. PENDAHULUAN. limbah-limbah pasar dan agroindustri. Salah satu cara untuk mengatasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta zat lainnya yang dibutuhkan tubuh (Risnajati, 2010). Populasi ayam broiler memberikan kontribusi dalam penyediaan daging, yaitu sebanyak 1.041.968 ekor dengan produksi daging pada tahun 2009 sebesar 1.101,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, 2012). Daging ayam broiler banyak diminati oleh masyarakat karena daging yang dihasilkan ayam broiler bertekstur halus, lembut dan empuk, namun di antara serat dagingnya mudah terakumulasi lemak (Sutarpa, 2005). Penimbunan lemak pada ayam broiler mulai terjadi pada umur 4-6 minggu (Djojosoebagio, 2002). Selanjutnya Sutarpa (2005) menjelaskan, lemak yang tinggi di dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya kenaikan kadar LDL di dalam darah, LDL merupakan lipoprotein yang kaya akan kolesterol. Bila kadar kolesterol di dalam darah terlalu tinggi, maka akan terjadi pengendapan kolesterol pada dinding pembuluh darah (Vella et al.,, 2001). Freeman & Junge (2008) menjelaskan, kolesterol adalah suatu komponen lemak atau lipid yang menjadi bahan baku pembentukan hormon steroid, zat berupa serpihan lilin kecil berwarna putih kekuningan yang mengalir dalam darah dan diproduksi oleh hati. Kolesterol terdapat dalam bahan pangan hewani seperti pada telur, otak, daging dan hati (Sulistiyowati, 2006).

Daging paha broiler mengandung kolesterol yang cukup tinggi dibandingkan bagian tubuh broiler yang lainnya yaitu sekitar 200mg/100g, lebih tinggi dibandingkan kandungan kolesterol yang terdapat pada ayam kampung yang berkisar 100mg/100g hingga 120mg/100g (Setiawan, 2009). Sementara itu, kadar kolesterol normal daging ayam broiler sebesar 100mg/100g (Rusmana et al., 2008). Kolesterol dapat menyebabkan penyakit bagi penderita hiperkolesterolemia (Yusniar dan Nilasari, 2009). Hiperkolesterolemia merupakan kelainan gejala kolesterol tinggi yang dapat menyebabkan penyakit jantung dan stroke (Parawitasari, 2011). Kolesterol yang tinggi, menggambarkan kandungan lemak yang tinggi, karena kandungan lemak berkolerasi positif dengan kolesterol, karena kolesterol merupakan bagian dari lemak (Botham dan Mayes, 2012), sehingga semakin tinggi kandungan lemak dalam daging unggas, semakin tinggi pula kandungan kolesterol daging dan sebaliknya (Ismoyanti dan Widyastustu, 2003). Kucukyilmaz et al. (2012) melaporkan, kandungan lemak pada daging paha ayam broiler yang dipelihara selama 42 memiliki rata-rata 6,54% dari berat basah daging. Sementara itu, hati merupakan organ untuk sintesis kolesterol, kolesterol di hati berasal dari makanan yang dikonsumsi dan kolesterol yang disintesis oleh hati itu sendiri yang berasal dari asam lemak (Adam, 2009). Wahju (1997) melaporkan, kandungan lemak hati broiler berkisar 3-5% dari berat basah hati, atau 10-15% dari berat kering hati. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan kadar total kolesterol darah, kadar lemak dan kadar kolesterol dalam telur dan daging ayam broiler, di

antara nya melalui penggunaan ramuan herbal penurun kolesterol serta manipulasi pakan (Manoppo et al., 2007). Penelitian terdahulu melaporkan, pada kulit nenas terdapat enzim bromelin (Ketnawa, 2009). Enzim bromelin dapat menurunkan kolesterol serum darah, LDL dan VLDL hati pada ayam petelur Lenghorn umur 75 minggu (Lien et al., 2012). Selanjutnya Lien et al. (2012) menjelaskan, struktur enzim bromelin tahan terhadap asam lambung sehingga dapat diserap di saluran pencernaan ternak sampai 40%. Tikus yang diberi jus nenas, konsentrasi kolesterol, trigliserida dan kilomikron plasma darahnya menurun (Daher et al., 2005). Mekanisme penurunan kolesterol oleh enzim bromelin belum banyak terungkap, namun laporan menunjukkan bromelin memecah plak yang disebabkan oleh kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga akan melancarkan peredaran darah (Kelly, 1996). Enzim bromelin dapat ditemukan pada tanaman nenas baik dari tangkai, kulit, daun, buah, maupun batang nenas (Supartono, 2004). Aktivitas enzim bromelin stabil pada ph 2-9 dan suhu 50-80 o C (Tochi et al., 2008). Priya et al, (2012) melaporkan, kondisi optimum aktivitas enzim bromelin terdapat pada ph 6,5 dan suhu 50 0 C. Limbah kulit nenas berpotensi sebagai pakan ternak unggas, limbah kulit nenas yang dihasilkan dari industri pengolahan buah nenas mencapai 27% (Nurhayati, 2013). Produksi buah nenas secara Nasional pada tahun 2013 adalah sebesar 1.558.196 ton (Badan Pusat Statistik, 2014). Di Sumatera Barat produksi nenas pada tahun 2013 tercatat sebanyak 321 ton, produksi ini mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya 2012 dengan jumlah produksi sebanyak 278 ton per tahun ( BPS, 2013). Produksi nenas Indonesia terus meningkat, tahun 2000

produksi nenas Indonesia mencapai 399.299 ton, dan tahun 2011, 1.540.626 ton (PDDSIP, 2013). Potensi produksi buah nenas di Pulau Sumatera sangat terjamin karena terdapatnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar untuk industri pengolahannya. Di Provinsi Aceh perkebunan nenas rakyat banyak terdapat di kecamatan Pegasing. Pertanian nenas rakyat di provinsi Riau tersebar di beberapa wilayah dengan luas tanam mencapai 1.550 hektar, dan total produksi nenas mencapai 2.150 ton per tahun (Industri Bisnis, 2015). Di Provinsi Jambi, sentra produksi nenas rakyat terdapat di desa Tangkit Baru, kecamatan Kurnpeh Ulu, kabupaten Batang Hari dengan luas tanam sekitar 660 hektar (Harmawan, 2014). Sedangkan di Provinsi Sumatera Selatan perkebunan nenas rakyat mencapai 4.670 ha dan total produksinya 513.858 ton, (Sumselprov, 2015). Mahata et al. (2016) melaporkan, kandungan nutrisi limbah kulit nenas yaitu bahan kering 93,79%, protein kasar 5,76%, lemak 0,93%, serat kasar 24%, abu 6,08%, Ca 0,528%, P 0,47%, dan gross energi 3699,8 kkal/kg. Aktivitas enzim bromelin pada limbah kulit nenas segar 0,0029 U/ml (Hasil Analisis Laboratorium Teknologi Industri Pakan Fakultas Peternakan Universitas Andalas, 2017). Kendala dalam pemanfaatan limbah kulit nenas sebagai bahan pakan ternak unggas adalah tingginya kandungan serat kasar dan air, serta rendahnya kandungan protein dan energi. Oleh sebab itu, limbah kulit nenas perlu diolah terlebih dahulu melalui fermentasi untuk menurunkan serat kasarnya. Pengolahan untuk menurunkan serat kasar limbah nenas dapat dilakukan dengan metode fermentasi sederhana menggunakan mikroorganisme lokal (MOL). MOL adalah populasi mikroba yang dominan disuatu daerah/lokasi tertentu, dan spesiesnya

berbeda dengan daerah/lokasi lainnya yang disebabkan oleh pengaruh iklim (perubahan suhu, derajat kelembaban), karakter mikroba, dan media perkembangbiakannya di lokasi tersebut. MOL dapat diperoleh dari bahan melalui fermentasi, seperti campuran sayuran, buah-buahan, rebung, nasi, dan bonggol pisang yang ditambahkan karbohidrat mudah dicerna, kemudian diperam selama waktu tertentu. Proses fermentasi ini akan menghasilkan cairan yang mengandung campuran mikroorganisme alami yang bersifat menguntungkan. Lindung (2015) melaporkan, di dalam MOL Rebung terdapat beberapa jenis mikroorganisme yaitu Rhizobium sp, Azospirillum sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp dan bakteri pelarut fosfat. Bakteri Azospirillum sp, Azotobacter sp dan Rhizobium sp merupakan bakteri penghasil selulase yang dapat menguraikan selulosa (Higa dan Widana, 1996). Pada penelitian lain, Khasani dan Pamungkas (2010) menyatakan bakteri Bacillus sp mampu menurunkan kadar serat kasar bungkil kelapa sawit dari 17,74% menjadi 5,8%. Selanjutnya Ningsih et al. (2014) melaporkan, bahwa bakteri Pseudomonas sp dan bakteri pelarut fosfat merupakan Genus bakteri yang bersifat selulolitik yang dapat menguraikan selulosa. Adrizal et al. (2017) melaporkan, di antara beberapa MOL yaitu MOL Nasi, MOL Bonggol Pisang, MOL Rebung, MOL Sayur dan MOL Buah, didapatkan bahwa MOL Rebung merupakan MOL yang terbaik dalam menurunkan serat kasar. MOL Rebung adalah MOL yang terbuat dari rebung dengan menambahkan air cucian beras dan gula merah sebagai sumber karbohidrat untuk pertumbuhan mikroba lokal yang ada di rebung, kemudian di fermentasi selama 15 hari (Adrizal et al., 2017). Selanjutnya, Adrizal et al. (2017) juga melaporkan limbah

nenas yang difermentasi dengan MOL Rebung selama 1 minggu dengan dosis 325 ml/500g nenas segar dapat menurun kandungan serat kasar limbah kulit nenas dari 24,00% menjadi 16,75%. Selanjutnya dilaporkannya kandungan zat gizi limbah kulit nenas produk fermentasi MOL Rebung adalah : Air 12,85%, Bahan Kering 87,15%, Protein Kasar 8,95%, Serat Kasar 16,75%, Ca 0,155%, P 0,378% dan Energi Termetabolis 1190,47Kkal/Kg. Aktivitas enzim Bromelin pada limbah kulit nenas produk fermentasi MOL Rebung adalah 0,32 U/ml (Hasil Analisis Laboratorium Teknologi Industri Pakan Fakultas Peternakan Universitas Andalas, 2017). Pemberian limbah nenas produk fermentasi MOL Rebung sebagai campuran ransum ayam broiler belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu telah dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh Limbah Nenas Fermentasi MOL Rebung terhadap kandungan kolesterol, lemak daging paha dan lemak hati ayam broiler. 1. 2 Rumusan Masalah Bagaimanakah pengaruh penggunaan limbah kulit nenas produk fermentasi mikroorganisme lokal (MOL) Rebung di dalam ransum terhadap kandungan kolesterol, lemak daging paha dan lemak hati ayam broiler. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan limbah kulit nenas produk fermentasi mikroorganisme lokal (MOL) Rebung di dalam ransum terhadap kandungan kolesterol, lemak daging paha dan lemak hati ayam broiler.

1.4 Manfaat Penelitian Mendapatkan informasi tentang pengaruh penggunaan limbah kulit nenas produk fermentasi mikroorganisme lokal (MOL) Rebung di dalam ransum terhadap kandungan kolesterol, lemak daging paha dan lemak hati ayam broiler. 1.5 Hipotesis Penelitian Pemberian limbah kulit nenas produk fermentasi ( LKNPF) dengan mikroorganisme lokal (MOL) Rebung di dalam ransum dapat menurunkan kandungan kolesterol, lemak daging paha dan lemak hati ayam broiler.