BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV DESKRIPSI RENCANA PROGRAM

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BAB II RENCANA KEGIATAN KKN REVOLUSI MENTAL

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena sampah merupakan awal dari penyebab berbagai penyakit

1

3.2 Masterplan air limbah kota Yogyakarta 4 4,00. 4 Aspek Komunikasi SDM. 5.1 Terbatasnya dan kurangnyasdm

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BUPATI SEMARANG TANGGAL 21 PEBRUARI 2016 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup, terutama

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem di bumi, dimana kehendak bebas dan kuasa untuk mengelola bumi

Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 2016

Fakta. Apa yang terjadi. Latar belakang. Knowledge Management Forum 2017 Surabaya, April

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III Tahapan Pendampingan KTH

BAB V P E N U T U P. Penanaman Nilai-Nilai Sosial Pada Diri Siswa kelas III Pada Pembelajaran IPS di

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belakangan ini hampir seluruh aktivis mengkampanyekan slogan Stop global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Dokumentasi kegiatan pembinaan dan sosialisasi adiwiyata tahun 2017

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT Sri Subekti Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Aspek Hukum Partisipasi Masyarakat Kota Pekanbaru Dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran 3 REALISASI ANGGARAN PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS BPMPD KABUPATEN SIAK TAHUN 2016

BAB IV PENUTUP. LSM Ruandu Foundation Dalam Program Kota Padang menuju Kota Layak Anak

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan lingkungan hidup yang sering kali menjadi

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. beberapa contoh penyumbang terbesar pemanasan global saat ini.

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB I. PENDAHULUAN. permukiman, jasa dan pelayanan masyarakat. Pertumbuhan dan. masyarakat. Perkembangan suatu daerah mempengaruhi pola konsumsi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Gambaran Umum Dinas Pertamanan dan Kebersihan. Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Makassar

BAB VI CATATAN SEBUAH REFLEKSI

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di bumi, dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) KOTA TERNATE BAB 3

PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS PEMBERDAYAN MASYARAKAT MELALUI KOMBINASI BANK SAMPAH DAN TPS 3R

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

Rencana Aksi Kota Hijau/GLOI/P2KH/OI/2015 1

BAB I. PENDAHULUAN. ditengarai dengan perilaku guru dan murid sekolah yang tidak berwawasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS)

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN DAERAH KEBERSIHAN KOTA BANDUNG UNTUK MEWUJUDKAN BANDUNG BERSIH dan HIJAU SECARA BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

BAB I. Pendahuluan. peningkatan sebesar jiwa. Pada tahun 2015, diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

PROGRAM KERJA BIDANG SOSIAL BUDAYA DHARMA WANITA PERSATUAN KAB. WONOSOBO TAHUN 2016

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Peran sanitasi dalam kesehatan masyarakat memiliki dampak yang cukup vital, sanitasi

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Strategi yang dilaksanakan oleh masing-masing pengelola dalam

1. BAB I PENDAHULUAN. diikuti kegiatan kota yang makin berkembang menimbulkan dampak adanya. Hasilnya kota menjadi tempat yang tidak nyaman.

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berakhlak mulia dan mampu menempatkan dirinya dalam situasi apapun. Karakter

PENGKAJIAN FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGELOLAAN SAMPAH PARTISIPATIF

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Orisinalitas (State of the Art)

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka praktik kampanye sosial dalam membangun kesadaran masyarakat peduli lingkungan oleh Dinas Cipkataru Kota Salatiga periode 2013-2014 ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Untuk tahap identifikasi masalah yang berfungsi untuk menemukan fakta dilapangan (fact finding) dimana permasalahan tersebut sangat teknis dan penting untuk dilakukan suatu perencanaan sebagai pencarian solusi atau menjawab permasalahan. Adapaun permasalahan tersebut adalah pertama kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan, kedua Fasilitas layanan sampah kurang, ketiga Pemilahan sampah masih belum berjalan, keempat Masyarakat dan swasta masih belum berperan aktif dalam implementasi 3R (reduce, reuse, recycling), kelima Terbatasnya pemakaian TPA Kota Salatiga, keenam Kesadaran Pembayaran Retribusi Sampah. Namun, pemerintah sendiri belum melakukan penelitian secara sistematis, sehingga tidak nampak secara terperinci bagaimana perilaku masyarakat khususnya rumah tangga sebagai penyokong terbesar sampah di Kota Salatiga. 2) Perencanaan, dimana perencanaan ini meliputi penentuan program kegiatan, pesan, tujuan, target sasaran dan strategi kampanye. Dalam masalah ini Dinas Cipkataru menetukan dua perencanaan kegiatan yakni: a) sosialisasi pengelolaan sampah, yakni aktifitas komunikasi yang dilakukan secara door to door, dari kecamatan satu ke kecamatan lain, dari kelurahan ke kelurahan yang lain dsb, dengan membawa misi mendidik masyarakat, memberi informasi dan mengajak masyarakat untuk berperilaku humanis dalam menyikapi sampah terutama sampah rumah tangga yang berupa sampah organic dan anorganik. b) resik resik kutho Salatiga. Selain dalam bentuk sosialisasi, Dinas Cipkataru juga menggerakkan masyarakat Kota Salatiga, baik itu pemerintah dan juga masyarakat umum 90

berpastisipasi untuk menghidupkan dan mengaktifkan kembali kerja bakti dan gotong royong bersama setiap hari Jum at pagi membersihkan berbagai sudut Kota Salatiga. Agar selain dalam bentuk edukasi, juga ada semangat gotong royong masyarakat untuk membangun Kota Salatiga yang bersih, indah dan nyaman. Dalam segi perencanaan khususnya media, pemerintah cenderung masih menggunakan paradigma, bahwa masyarakat masih dianggap manut dengan segala apa yang disampaikan, dan kurang mengingat bahwa kini telah memasuki era informasi, sehingga perlu adanya peninjauan lebih lanjut mengenai media yang digunakan dalam praktek kampanye sosial selanjutnya. 3) Implementasi, untuk mewujudkan peraihan penghargaan Kota Adipura serta Kota Salatiga yang bersih, Indah dan Nyaman, Cipkataru memfokuskan pada misi kegiatan komunikasi dalam bentuk sosialiasi pengelolaan sampah. Dinas Cipkataru merasa penting untuk melakukan sebuah kegiatan guna mengedukasi masyarakat. Hal ini bertujuan agar, meski sampah Kota juga disokong oleh banyaknya pendatang dari luar daerah, namun Cipkataru menekankan dan memfokuskan pada masyarakat internal Kota Salatiga agar turut berkontribusi dan berpartisipasi menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan Kota Salatiga. Melalui bimbingan teori dan bimbingan teknis dalam sosialisasi ini, masyarakat diberikan edukasi pengelolaan sampah yang tepat dengan mengurangi sampah dari sumbernya. Memberikan informasi manfaat dan bahaya sampah. Serta persuasi untuk menjadikan sampah organic dan anorganik tidak hanya dijadikan satu fungsi (pakai dan buang), namun memanfaatkan kembali barang bekas tersebut, sehingga menciptakan fungsi ganda. Seperti karya membuat dompet, map, mantel yang berasal dari sampahsampah bekas yang sudah dipilah tadi. Dalamnya implementasinya, justru pemeran aktif dalam kegiatan ini adalah Paguyuban Kota, maka dari ini pemerinrah hendaknya membagi kinerja ini agar bisa memantau langsung bagaimana perkembangan perilaku masyarakat setelah diberikan sosialiasi. 4) Dari hasil monitoring dan evaluasi proses kegiatan sosialisasi melalui pendekatan bimbingan teori dan bimbingan teknis, didapatkan hasil pengamatan 91

bahwa terdapat peningkatan pengetahuan masyarakat yang ditinjau dari adanya greget dan banyaknya permintaan untuk diberikan sosialisasi dari beberapa kelurahan yang belum menjadi target sosialisasi. Sementara di sisi jumlah sampah yang masuk ke TPA meski belum terlihat signifikan, namun sudah cukup teratasi atau terkurangi dengan adanya bank sampah. Kemudian pada sisi lain juga, terdapat peningkatan jumlah bank sampah, dimana pada tahun 2013 jumlah kelompok kelola sampah ini hanya berjumlah lima kelompok, namun setelah berjalannya waqktu kampanye sosial ini dijalankan terjadi peningkatan minat masyarakat untuk dibentuk kelompok kelompok sampah, dan pada tahun 2014 ini meningkat menjadi sekitar 25 hingga 30 kelompok sampah. Dari segi jumlah bank sampah memang sudah cukup bertambah drastis, namun hendaknya pemerintah lebih intens memberikan pendampingan secara maximal, agar produk yang dihasilkan dari olahan sampah serta kinerja bank sampah dari terpantau dengan baik, baik dari segi pembiasaan kon sep 3R yang diimplementasikan di setiap kelompok bank sampah. Di sisi lain tentunya penelitian ini tidak luput dari kekurangan. Kelemahan penelitian ini yaitu belum adanya uraian evaluasi yang dapat dijelaskan secara terperinci dari program pemerintah dalam rangka membangun kesadaran masyarakat peduli lingkungan Kota Salatiga tersebut. Hal ini disebabkan proses evaluasi dilakukan setiap akhir dan awal tahun dengan mengadakan berbagai lomba kebersihan tingkat Kota dan rapat pertemuan tim kerja dan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut, termasuk Kepala Kantor Lingkungan Hidup. Namun peneliti tidak dapat menemui Kepala Kantor Lingkungan Hidup sebagai pemantau lingkungan Kota Salatiga. Kemudian adanya keterbatasan waktu, tenaga dan perizinan dari pihak Dinas Kota Salatiga juga menjadi salah satu hambatan penelitian dalam melakukan penelitian baik observasi maupun wawancara di Kantor Dinas Cipkataru Kota Salatiga, sehingga data yang di dapat dari sudut pandang Cipkataru masih terbatas. B. Saran 92

Penelitian ini menguraikan praktik implementasi kampanye social yang dilakukan Dinas Cipkataru kota Salatiga bekerjaasama dengan Kantor Lingkungan hidup Kota Salatiga untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui sosialisasi pengelolaan sampah pada periode 2013-2014. Dimana pada tahun tersebut kegiatan kampanye social pengelolaan sampah di Kota salatiga yang benar-benar menjadi focus perhatian pemerintah Kota. Hal ini bertujuan untuk jangka pendek yakni mewujudkan Kota Adipura, dan untuk jangka panjangnya bertujuan untuk mewujudkan Kota Salatiga yang bersih, sehat, indah dan nyaman didukung dengan penataan kota yang sinergis berbasis masyarakat Dalam kegiatan ini ada beberapa poin saran yang peneliti sumbangkan kepada Dinas untuk kemajuan pelaksanaan kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah tersebut, yakni sebagai berikut: Pertama, dalam pelaksanaan sosialisasi pengelolaan sampah Dinas Cipkataru baru menggunakan beberapa media dianggap efektif seperti sosialisasi itu sendiri sebagai saluran komunikasi. Kemudian media luar papan iklan, tempat sampah dan sticker. Untuk menjangkau banyak masyarakat umum agar turut berpartisipasi dalam implementasi sadar lingkungan maka alangkah baiknya menambahkan media berupa iklan layanan masyarakat yang dikemas dan disiarkan di beberapa TV atau billboard di berbagai titik yang sering dilintasi masyarakat. Sebab dengan tampilan visual memudahkan Cipkataru untuk memberikan contoh, seperti contohnya membuang sampah secara tepat. Kedua pada sisi pesan, pesan yang dikemas Dinas dalam pelaksanaan sosialisasi ini cenderung global, sehingga nilai daya tariknya dinilai belum cukup efektif sampai pada publik, dengan ini Dinas Cipkataru hendaknya membuat sebuah slogan atau jargon yang bisa digunakan dan dipasang di setiap papan informasi atau di media-media sosialisasi seperti sticker agar pesan tersebut mengena di masyarakat umum. Seperti contohnya Jangan hancurkan Salatigaku dengan Sampahmu atau Selamatkan Salatigaku dari Gunungan Sampah.., dsb. Dengan ini masyarakat local 93

ataupun pendatang dapat saling berkontribusi dalam menjaga kelestarian dan kehiajauan Kota Salatiga. Ketiga dari sisi kerjasama, dalam kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah di Kota Salatiga terdapat berbagai organisasi seperti NGO, akademisi, dan LSM yang juga melakukan kegiatan yang serupa. Sebagai wujud kebersamaan dengan satu tujuan dan misi untuk membangun Kota Salatiga yang hijau, indah, bersih dan nyaman, hendaknya antar pemerintah, NGO, LSM dan akademisi ini bersinergi agar komponen kegiatan dalam sosialisasi pengelolaan sampah ini lebih memiliki power dan menggema di tengah masyarakat. Dengan ini masyarakat akan lebih tertarik untuk mengikuti dan berpartisipasi untuk mewujudkan Salatiga yang sehat bersih indah dan nyaman. Dalam tahapan evaluasi kampanye komunikasi tidak hanya meninjau pada sisi monitoring yang dilakukan Cipkataru pada kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah saja, namun perlu dilakukan sebuah evaluasi yang sistematis guna mengetahui hasil evaluasi yang komperhensif. Dengan ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai evaluasi untuk meninjau lebih dalam pada sisi kegiatan di salah satu Kecamatan atau Kelurahan untuk mendapatkan hasil evaluasi yang lebih fokus dan komprehensif. 94