BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

SETDIJEN PERHUBUNGAN DARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN LITBANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan satu kesatuan yang utuh baik intra maupun antar moda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI APRIL 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/06/18/Th. VI, 2 Juni 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. V, 2 Mei 2017

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2016 PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. IV, 1 MARET 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. IV, 1 APRIL 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 3 Juli 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. IV, 2 MEI 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI OKTOBER 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/12/18/Th. IV, 1 Desember 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. IV, 1 JULI 2016

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/02/18/Th. IV, 1 FEBRUARI 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. V, 3 April 2017

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/10/18/Th. IV, 3 Oktober 2016

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2015 PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/11/18/Th. III, 2 NOPEMBER 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2014 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. III, 1 April 2015

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JULI 2017 PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 1 Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN I.1

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Kesimpulan. Setelah dilakukan penelitian pada masyarakat baik pengguna moda eksisting seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/08/18/Th. IV, 1 Agustus 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB l PENDAHULUAN. Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012, untuk lalu lintas dan angkutan jalan ratarata

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2017 PROVINSI LAMPUNG

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI OKTOBER 2014 PROVINSI LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula,

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

BAB I. Indonesia adalah Negara yang terdiri atas ± pulau, sehingga dapat

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN TRANSPORTASI PENERBANGAN KOMERSIAL

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Propinsi Kalimantan Barat baik dalam jumlah

I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (Lanjutan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi akan terus bertambah seiring dengan semakin tingginya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

PENTINGNYA MASTER PLAN DALAM PROSES PEMBANGUNAN TERMINAL ANGKUTAN JALAN (STUDI KASUS: MASTER PLAN TERMINAL ULU DI KABUPATEN KEPULAUAN SITARO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Universitas Gadjah Mada merupakan salah perguruan tinggi negeri tertua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

Pesawat Polonia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merujuk pada Undang Undang No 20 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara yang menyatakan bahwa Provinsi Kalimantan Utara berasal dari sebagian wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang terdiri dari: Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, sehingga secara geografis tidak semua wilayah Provinsi Kalimantan Utara berada dalam satu wilayah daratan yang sama, namun beberapa diantaranya terpisah oleh selat maupun laut, kondisi tersebut dapat terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Peta wilayah Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Lampiran Undang Undang No 20 Tahun 2012

Berdasarkan hasil observasi lapangan, penumpang yang tiba di Bandar Udara Juwata Tarakan tidak hanya penumpang yang bertujuan ke Kota Tarakan saja, namun juga penumpang yang nantinya akan melanjutkan perjalanan menuju wilayah lain di luar Pulau Tarakan, seperti juga terlihat pada Gambar 1, garis berwarna oranye menunjukkan pergerakan penumpang yang tiba di Bandar Udara Juwata Tarakan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Tengkayu I, dan selanjutnya melanjutkan perjalanan menggunakan speedboat menuju wilayah atau daerah di sekitar Pulau Tarakan, yaitu: Tanjung Selor, Malinau, Nunukan, Tideng Pala, Sei nyamuk, dan Bunyu, demikian juga sebaliknya. Garis berwarna merah menunjukkan pergerakan penumpang yang tiba di Bandar Udara Juwata yang melanjutkan perjalanan menuju wilayah di sekitar Pulau Tarakan dengan menggunakan moda pesawat udara, yaitu: Malinau, Tanjung Selor, dan Nunukan. Berdasarkan data sebaran penduduk menurut sensus penduduk tahun 2010 bisa dilihat bahwa sebagian besar penduduk Provinsi Kaltara tinggal di berbagai kabupaten di luar wilayah Kota Tarakan, yang ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Sebaran penduduk Provinsi Kaltara berdasar SP 2010 Sumber: Publikasi BPS Kaltim 2012, diolah

Mengingat bahwa wilayah yang memungkinkan untuk dijadikan kawasan pemukiman adalah wilayah yang merupakan daratan, maka untuk melihat perkembangan dan pertumbuhan populasi penduduk, juga harus mempertimbangkan luasan wilayah daratan yang ada. Oleh karena itu dalam melihat pertumbuhan potensi serta calon demand di wilayah Provinsi Kalimantan Utara semestinya juga mempertimbangkan luasan wilayah daratan yang ada, karena wilayah ini yang dimungkinkan untuk berkembang sebagai wilayah pemukiman baru. Dilihat dari luasan wilayah daratan yang ada, Kota Tarakan hanya memiliki sedikit sekali daratan dibandingkan dengan luas daratan kabupaten atau kota yang lain di Provinsi Kalimatan Utara, seperti yang terlihat pada Gambar 3. Gambar 3. Sebaran luasan daratan Provinsi Kaltara berdasar SP 2010 Sumber: Publikasi BPS Kaltim 2012, diolah Proses distribusi penumpang dari Bandar Udara Juwata Tarakan menuju daerah lain dapat dilakukan dengan menggunakan pilihan moda transportasi udara maupun dengan moda transportasi air melalui pelabuhan penyeberangan yang ada, yaitu Pelabuhan Tengkayu I. Jika menggunakan moda transportasi udara,

penumpang tidak perlu keluar dari area Bandar Udara Juwata Tarakan dan hanya beralih ke pesawat udara dengan kapasitas lebih kecil tergantung tujuan yang dikehendaki, namun dengan biaya yang lebih mahal dibanding moda transportasi air. Sedangkan penumpang yang akan melanjutkan perjalanan menggunakan moda transportasi air (speedboat), maka harus menuju ke Pelabuhan Tengkayu I terlebih dahulu. Berdasarkan kondisi saat ini, terdapat dua pilihan sarana untuk perpindahan penumpang dari Bandar Udara Juwata menuju Pelabuhan Tengkayu I, yaitu: 1. Dengan angkutan perkotaan, namun penumpang harus berjalan kaki sejauh lebih dari 600 meter keluar area Bandar Udara menuju jalan raya tanpa adanya fasilitas pejalan kaki yang memadai. Kemudian harus berpindah angkutan perkotaan yang lain karena tidak ada angkutan perkotaan yang mempunyai rute langsung dari depan Bandar Udara Juwata menuju PelabuhanTengkayu I. 2. Dengan taksi atau mobil sewa, namun biaya yang dikeluarkan cukup mahal yaitu Rp 65.000,- untuk sekali jalan dan maksimum 2 orang penumpang, padahal jarak tempuh tidak lebih dari 5 (lima) kilo meter. Untuk penumpang yang melakukan peralihan dari Pelabuhan Tengkayu I menuju Bandar Udara Juwata bisa langsung menggunakan angkutan perkotaan karena posisi atau letak pelabuhan Tengkayu I yang berada relatif dekat atau di pinggir jalan yang menghubungkan kedua lokasi. Namun ketika penumpang menyebutkan bahwa tujuannya adalah Bandara Udara Juwata, maka tarifnya akan berubah naik menjadi Rp 50.000,-. Gambaran proses perpindahan penumpang dari Bandar Udara Juwata menuju Pelabuhan Tengkayu I dan sebaliknya dapat terlihat

secara lebih jelas pada Gambar 4 yaitu ilustrasi tentang proses peralihan antar moda transportasi antara Bandar Udara Juwata dan Pelabuhan Tengkayu I di kota Tarakan. Gambar 4. Ilustrasi proses perpindahan penumpang dari Bandar Udara Juwata menuju Pelabuhan Tengkayu I Belum terintegrasinya pelayanan perpindahan penumpang dari bandar udara menuju pelabuhan memang mengurangi kenyamanan penumpang sebagai pengguna jasa transportasi, oleh karena itu sudah selayaknya pemerintah dan berbagai pihak yang berkaitan, agar menyajikan solusi untuk mengitegrasikan pelayanan perpindahan penumpang dari bandar udara menuju pelabuhan. Merujuk pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum, maka untuk mewujudkan integrasi pelayanan perpindahan penumpang dari bandar udara menuju pelabuhan dapat dilakukan dengan pengoperasian sarana transportasi umum masal yang mempunyai trayek langsung dari bandar udara menuju pelabuhan dan sebaliknya, yang lebih dikenal dengan angkutan pemadu moda, misalnya: monorel, bus, kereta api, serta angkutan khusus yang

lain. Dari berbagai jenis angkutan pemadu moda yang dapat dikembangkan, bus adalah yang cukup populer dengan biaya yang cukup terjangkau, serta yang paling memungkinkan dengan kondisi Kota Tarakan. Untuk mengembangkan angkutan pemadu moda diperlukan beberapa hal sebagai data dukung seperti tata guna lahan, karakteristik perjalanan, rute serta jaringan trayek, potensi dan calon demand yang akan dilayani, teknis pengoperasian, serta tarif yang sesuai. Keterpaduan jaringan prasarana dan pelayanan transportasi merupakan salah satu indikator kinerja transportasi dan dambaan pemakai jasa. Hal ini disebabkan karena keterpaduan mengandung unsur waktu, dan nilai waktu ini cukup menentukan bagi pemakai jasa transportasi dalam memilih moda transportasi yang digunakannya (Jinca, 2009). B. Perumusan Masalah Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan berbagai masalah yang harus dipecahkan sebagai berikut. 1. Bagaimana mengintegrasikan layanan perpindahan penumpang dari Bandar Udara Juwata menuju Pelabuhan Tengkayu I dan sebaliknya? 2. Bagaimana persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap rencana pengembangan angkutan pemadu moda? 3. Bagaimana dukungan prasarana dan jaringan sistem transportasi yang menghubungkan bandar udara dengan pelabuhan? 4. Bagaimana tata guna lahan pada daerah yang akan menjadi pelayanan? 5. Seberapa besar calon demand yang akan dilayani?

6. Bagaimana teknis operasional yang akan dilaksanakan? 7. Berapa tarif yang sesuai? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari, merangkum, dan kemudian mengembangkan berbagai data serta kondisi yang ada, untuk selanjutnya dikembangkan untuk mendapatkan berbagai besaran yang dituju sebagai berikut. 1. Menganalisis seberapa besar calon demand yang akan dilayani, hal ini terkait dengan jumlah ketersediaan pelayanan yang harus disiapkan. 2. Menganalisis teknis operasional yang tepat terkait dengan jam operasional, frekwensi, serta waktu antara, antar angkutan pemadu moda. 3. Mengkaji besaran tarif yang sesuai yaitu tarif yang tidak memberatkan pengguna jasa, namun juga tidak merugikan operator sebagai penyedia jasa. D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan gambaran integrasi antar moda dan sarana serta fasilitas pendukungnya, sehingga dapat memberikan rekomendasi perencanaan pengoperasian angkutan pemadu moda sebagai berikut. 1. Tersedianya kajian rencana pengoperasian angkutan pemadu moda sehingga menjadi masukan positif bagi para stakeholder yang ada.

2. Dapat menjadi rujukan bagi daerah lain yang mempunyai permasalahan integrasi antar moda seperti di Kota Tarakan. E. Batasan Masalah Pada penelitian ini hanya akan fokus pada integrasi layanan perpindahan penumpang dari Bandar Udara Juwata menuju Pelabuhan Tengkayu I dan sebaliknya yang meliputi: besaran calon demand yang akan dilayani, teknis operasional, dan penentuan tarif yang kiranya dapat diterapkan. F. Keaslian Penelitian Santoso (2009), melakukan penelitian untuk mengetahui kebutuhan angkutan apabila akan dibuka rute baru, serta melakukan evaluasi terhadap angkutan pemadu moda yang telah ada di Bandar Udara Adisucipto dengan judul Pengembangan Angkutan Pemadu Moda di Bandara Adisucipto Yogyakarta. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan tentang penilaian kinerja angkutan pemadu moda yang sudah ada serta usulan akan pengembangan rute baru. Pawenig (2009), melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui tingkat pelayanan Transjogja sebagai angkutan pemadu moda di kawasan Bandar Udara Adisucipto serta untuk mengetahui kemauan membayar dari pengguna moda, apabila ada peningkatan pelayanan dengan judul Analisis Pelayanan Transjogja Sebagai Angkutan Pemadu Moda di Kawasan Bandara Adisucipto. Penelitian ini

menghasilkan kesimpulan akan pelayanan yang masih kurang serta kemauan membayar lebih tinggi bagi penumpang jika ada peningkatan pelayanan. Dit BSTP Ditjen Hubdat (2008), melakukan kajian yang bertujuan untuk membuat pedoman teknis pengembangan angkutan pemadu moda dengan menjadikan sistem angkutan pemadu moda di Provinsi Aceh sebagai percontohan wilayah studi dengan judul Kajian Teknis Pengoperasian Angkutan Bus Pemadu moda Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan serta rekomendasi untuk peningkatan sarana dan prasarana pelayanan terkait kenyamanan pengguna jasa, serta pengembangan rute baru. Dit BSTP Ditjen Hubdat (2008), melaksanakan kajian yang bertujuan menyusun pola pelayanan angkutan pemadu moda untuk Bandar Udara Soekarno Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok dengan judul Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok). Penelitian ini menghasilkan suatu kesimpulan dan rekomendasi bahwa untuk angkutan pemadu moda Bandar Udara Soekarno-Hatta perlu pengembangan rute maupun penyesuaian tarif, sedangkan pengembangan angkutan pemadu moda untuk Pelabuhan Tanjung Priok masih perlu ditangguhkan pengembangannya. Beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan permasalahan integrasi antar moda, serta pengembangan angkutan pemadu moda mempunyai kecenderungan pada evaluasi tentang kinerja dan pengembangan dari sistem

angkutan pemadu moda yang telah ada, sedangkan pada penelitian ini adalah merencanakan pengoperasian angkutan pemadu moda yang memang hingga saat ini belum ada di lokasi penelitian, yaitu di Kota Tarakan. Dengan perbedaan lokasi serta fokus penelitian, maka karakteristik penelitian juga berbeda, sehingga penelitian ini merupakan penelitian yang berbeda dari berbagai penelitian sebelumnya.