BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada manusia. Adapun masalah kesehatan yang dipandang amat penting ialah yang menyangkut penyakit. Berbagai masalah kesehatan yang bukan penyakit hanya akan mempunyai arti apabila ada hubungannya dengan penyakit, jika tidak demikian maka penanggulangannya tidak terlalu diprioritaskan. 1 Salah satu masalah kesehatan di dunia saat ini adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Penyakit ini meskipun dapat sembuh sendiri pada orang sehat, namun dapat menyebabkan hilangnya produktifitas dan menyebabkan kesakitan dan kematian pada usia lanjut. Penyakit ini cukup banyak ditemui di negara yang mempunyai musim dingin. 2 Penyakit ISPA ini juga merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tersering pada anak-anak di negara-negara yang sedang berkembang. Berdasarkan laporan WHO tahun 2003 didapatkan bahwa dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun terdapat 4 juta (26,67%) kematian yang diakibatkan oleh penyakit ISPA setiap tahunnya. Sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (khusus bayi muda). 3 Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2002-2003 di Myanmar, didapatkan bahwa insidens penyakit ISPA pada balita sebesar 1,8 dari 1.000 balita 15
dalam sehari, hal ini berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu, pola asuh dan polusi udara dalam rumah yang kurang mendukung kesehatan balita. 4 Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, menghadapi banyak masalah kesehatan masyarakat. Penyakit infeksi dan kurang gizi masih termasuk penyebab kematian balita, sehingga pada tahun 2004 Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu 52 per 1.000 kelahiran hidup. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPM & PL) Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) menyatakan bahwa ISPA merupakan penyebab utama kematian bayi serta balita di Indonesia. Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh ISPA bagian bawah (pneumonia). 5 Kematian akibat pneumonia di Indonesia atau Cause Spesific Mortality Rate (CSMR) pada akhir tahun 2000 terdapat sebanyak 5 di antara 1.000 balita. Berarti, setiap tahun sebanyak 150.000 balita meninggal atau 12.500 korban perbulan atau 416 kasus sehari atau 17 anak per jam atau seorang balita tiap lima menit. 5 Hasil penelitian Djaja, dkk (2001) didapatkan bahwa angka prevalensi penderita ISPA (pneumonia) di Indonesia sebesar 9,4%. 6 Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tahun 2001, menyatakan bahwa penyakit yang paling banyak diderita masyarakat di daerah itu adalah penyakit ISPA, mencapai 206.144 orang. 7 Berdasarkan laporan Soelistijono (Agustus 2006), di Pekan Baru terdapat 3.200 penderita ISPA yang mengalami peningkatan sekitar 30% dibandingkan bulan Juli 2006 dengan jumlah penderita sekitar 2.500 penderita, dan penderita ISPA terbanyak dialami kelompok balita (1-4 tahun), hal ini disebabkan oleh adanya kabut 16
asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang menyelimuti berdampak buruk terhadap kesehatan warga. 8 Berdasarkan hasil penelitian Mustafa di Kota Banda Aceh pasca bencana gempa bumi dan gelombang tsunami tahun 2005 dengan desain cross sectional didapatkan prevalensi ISPA pada balita sebesar 51,0%. 9 Berdasarkan hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2004 didapatkan bahwa proporsi kejadian ISPA pada balita adalah 64,9%. 10 Sementara hasil penelitian Afrida di wilayah kerja Puskesmas Rantang Kecamatan Medan Petisah Kota Medan tahun 2007 dengan desain cross sectional khusus bayi (0-12 bulan) prevalens rate ISPA sebesar 59,4%. 11 Berdasarkan catatan bulanan P2 ISPA dinas Kesehatan Kabupaten Nias didapatkan bahwa di kecamatan Gunungsitoli tahun 2006 jumlah realisasi penemuan penderita batuk bukan pneumonia setiap bulannya rata-rata 112 orang (20,22%) dari 554 orang balita yang merupakan sasaran penemuan pneumonia balita, dan tahun 2007 rata-rata 275 orang dari 554 orang balita (49,64%). 12 Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias. 1.2. Rumusan Masalah Belum diketahuinya faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di Kelurahan Ilir Gunungsitoli, Kabupaten Nias Tahun 2008. 17
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias Tahun 2008. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui prevelens rate ISPA pada balita di Kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias. b. Untuk mengetahui hubungan faktor balita (umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir, status ASI eksklusif, status imunisasi) dengan kejadian ISPA pada balita di kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias. c. Untuk mengetahui hubungan faktor ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga) dengan kejadian ISPA pada balita di kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias. d. Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan rumah (kelembaban ruangan, suhu ruangan, ventilasi rumah, kepadatan hunian rumah, pemakaian obat anti nyamuk, bahan bakar untuk memasak, keberadaan perokok) dengan kejadian ISPA pada balita di kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias. e. Untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi kejadian ISPA pada balita di kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias. 18
1.4. Manfaat Penelitian Dapat diketahui gambaran kejadian ISPA pada balita di kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias. Sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Nias dan instansi yang terkait dalam meningkatkan kegiatan pencegahan penyakit ISPA pada balita. 19