Company Logo AKTIVITAS DAN PTENSI ANTIMALARIA SENYAWA SANTN TERKSIGENASI DAN TERPRENILASI DARI GARCINIA Disusun oleh: H H Wiwit Denny Fitriana 1407100061 (1) H H Me Dosen Pembimbing: H H Prof. Taslim Ersam (2)
ISI PRESENTASI PENDAHULUAN METDLGI HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN
PENDAHULUAN BIFLAVNID Metabolit primer Metabolit sekunder KUMARIN Hutan hujan tropis Indonesia Genus Garcinia ALKALID SANTN H Antimalaria e H H α-mangostin, IC 50 0,0002 (μg/ml) (Rizani, 2006) antioksidan antikanker antibakteri
MALARIA P. falciparum nyamuk Anopheles betina Cl N SLUSI??? Penelusuran Antimalaria baru yang berasal dari alam HN CH 3 klorokuin IC50 0,035 µg/ml H 3 C N CH 3 Terjadi resistensi sejak1974 H H Me H H H Berpotensi sebagai Antimalaria H (1) (2) Ainiyah (2006) Wahjuni (2006)
Permasalahan Senyawa (1) dan (2) apakah dapat menghambat pertumbuhan P.falciparum dan berpeluang sebagai antimalaria baru?????? Tujuan Untuk mengetahui aktivitas penghambatan pertumbuhan P.falciparum dan peluang sebagai antimalaria dari senyawa (1) dan (2)
Manfaat penelitian Keberhasilan uji aktivitas anti malaria senyawa (1) dan (2) ini diharapkan dapat menghambat pertumbuhan P.falciparum yang merupakan penyebab malaria. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menurunkan tingkat penyebaran penyakit malaria terutama di daerah endemik serta dapat meningkatkan nilai kegunaan dari tumbuhan di Indonesia.
ISI PRESENTASI PENDAHULUAN METDLGI HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN
METDLGI Alat Peralatan yang digunakan pada uji antimalaria antara lain adalah : tabung reaksi, sentrifuge, botol scot, filter berdiameter 0,22 μm, incubator C 2, pipet pasteur, mikropipet, pipet volume, cawan petri, termometer, plat well 24, mikroskop Bahan Senyawa yang digunakan untuk uji antimalaria merupakan senyawa isolat murni yaitu 1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-8-(3-metil-2- butenil)-4-(3,7-dimetil-2,6-oktadienil) santon (1) berasal dari kulit batang G. tetranda Pierre dan 1,5,8- trihidroksi-6,6- dimetilpirano (2,3:6,7)-6",6"-dimetilpirano (2",3":2,3) santon (2) yang berasal dari G. dulcis Bahan-bahan lain yang digunakan adalah simpanan parasit P. falciparum (Strain 3D7), HEPES, RPMI 1640 (Rosewell Parla Memorial Institute), Natrium bikarbonat (NaHC 3 ), hiposantin, gentamisin, akuabides, serum manusia ((PMI, Sby, Ind.), larutan buffer fosfat, natrium klorida, dan DMS.
Prosedur kerja 1. Pembuatan Medium Tidak Lengkap (Inclomplete Medium) 2. Pembuatan Medium Lengkap 3. Pembiakan Kultur Parasit P. falcifarum 4. Prosedur Pengujian Bahan Uji 5. Analisa Data
Persiapan Medium tak lengkap RPMI-1640 10,4 gr Gentamisin 0,5 ml NaHC 3 2,1 gr Hiposantin 0.05 gr Aquabides HEPES 5,96 gr Medium tak lengkap
Persiapan Medium lengkap Medium tak lengkap Serum 90 manusia ml 10 ml Medium lengkap
Pembiakan kultur NaCl 5 ml medium 4,5 ml medium tak lengkap lengkap 0,5 ml eritrosit 50% suspensi parasit parasit 1500 rpm selama 5 menit pada suhu 4 C
Pengujian Senyawa Medim lengkap Kontrol negatif DMS dan parasit pada medium tanpa bahan uji S 1 a S 1 b S 2 a suspensi parasit S 2 b Plat well 24 Inkubasi selama 48 jam Senyawa (1) dan (2) dengan konsentrasi 10, 1, 0.1, 0.01, 0.001 µg/ml
Proses pemanenan parasit Dibuat hapusan tipis di atas kaca preparat Difiksasi dengan metanol Diwarnai dengan Gimsea 20% Dihitung %penghambatan Minyak immersi
Analisa Data Persentase parasetemia % Parasitemia = eritrosit yang terinfeksi 1000 eritrosit Persentase Penghambatan % Penghambatan= 100% -Xp/Xk X 100% Dimana : Xp = parasitemia uji Xk = parasitemia control negatif Analisa data hasil uji antimalaria seluruhnya dari tiap-tiap perlakuan diolah menggunakan analisa probit program SPSS seri 16 untuk menentukan IC 50
ISI PRESENTASI PENDAHULUAN METDLGI HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN
HASIL DAN PEMBAHASAN D5 Wiwit 1 D4 Wiwit 1 D3 Wiwit 1 D2 Wiwit 1 D1 Wiwit 1 K(-) Wiwit 1 D5 Wiwit 2 D4 Wiwit 2 D3 Wiwit 2 D2 Wiwit 2 D1 Wiwit 2 K(-) Wiwit 2 hapusan tipis pada preparat Parasit memiliki tiga warna setelah diberi giemsa yaitu sitoplasma berawarna biru pigmen malaria berwarna kuning inti parasit berwarna merah ungu.
Aktivitas Senyawa (1) dan (2) sebagai Antimalaria Tabel 4.1 Persen pertumbuhan parasetemia dan persen penghambatan senyawa ( 1) terhadap P. falciparum 3D7 Dosis Uji (μg/ml) R % Parasitemia 0 jam 48 jam % Pertumbuhan % Hambatan % Hambatan rata-rata Kontrol (-) 1 1.37 5.06 3.69 0 2 1.37 4.62 3.25 0 0 10 (D 1 ) 1 1.37 1.51 0.14 96.21 2 1.37 1.65 0.28 91.38 93.795 1 (D 2 ) 1 1.37 2.18 0.81 78.06 2 1.37 2.23 0.86 70.24 74.15 0,1 (D 3 ) 0,01 (D 4 ) 1 1.37 2.67 1.30 64.79 2 1.37 2.96 1.59 51.08 1 1.37 3.77 2,40 35.00 2 1.37 3.05 1,68 48.31 57.935 41.655 penghambatan pertumbuhan parasit 50% 0,001 (D 5 ) 1 1.37 4.26 2.89 21.72 2 1.37 4.29 2.92 10.15 15.935
Tabel 4.2 Persen pertumbuhan parasetemia dan persen penghambatan senyawa ( 2) terhadap P. falciparum 3D7 Dosis Uji (μg/ml) R % Parasitemia 0 jam 48 jam % Pertumbuhan % Hambatan % Hambatan rata-rata Kontrol (-) 1 1.73 8.83 7.10 0 2 1.73 8.84 7.11 0 0 10 (D 1 ) 1 1.73 2.56 0.84 88.12 2 1.73 2.38 1.01 85.80 86.96 1 (D 2 ) 1 1.73 4.09 2.36 66.76 2 1.73 4.32 2.59 63.58 65.17 0,1 (D 3 ) 0,01 (D 4 ) 1 1.73 5.00 3.63 51.13 2 1.73 5.10 3.73 52.46 1 1.73 6.30 4.57 35.63 2 1.73 6.12 4.39 38.25 51.80 36.94 penghambatan pertumbuhan parasit 50% 0,001 (D 5 ) 1 1.73 7,48 5.75 19.01 2 1.73 7.51 5.78 18.71 18.86
Grafik persen parasetemia senyawa (1) dan (2) % hambatan pertumbuhan 100 80 60 40 20 0 0.001 0.01 0.1 1 10 senyawa 1 senyawa 2 konsentrasi (µg/ml) Kenaikan konsentrasi senyawa uji sebanding dengan kemampuan menghambat pertumbuhan P.falciparum senyawa (1) memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan P.falciparum lebih tinggi daripada senyawa (2)
Perhitungan nilai IC 50 Senyawa (1) dan (2) Perhitungan IC 50 dapat dilakukan dengan mengekstrapolasi % hambatan rata-rata dengan log dosis menggunakan analisa probit dengan program SPSS 16 Senyawa (1) Memiliki nilai IC 50 0.04 µg/ml Cl N HN CH 3 klorokuin IC50 0,035 µg/ml H 3 C N CH 3 Senyawa (2) Memiliki nilai IC 50 0.074 µg/ml Kedua senyawa bersifat moderat
H H H H Me H H H Me H Me H (1) IC 50 0,04 µg/ml (2) IC 50 0,074 µg/ml H kowanin (3) IC 50 3 µg/ml H H Kowanol (4) IC 50 1,6 µg/ml Saxena (2003) H Berdasarkan hasil penelitian Hay et al (2004) gugus hidroksi (-H), cincin piran dan prenil pada santon dapat meningkatkan keaktifan senyawa santon sebagai antimalaria. Berdasarkan pada pengkajian Quantitative Structure-Activity Relationship (QSAR) oleh Hansch (1968) tentang hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis obat melalui sifatsifat kimia fisika yaitu kelarutan dalam lemak (lipofilik), derajat ionisasi (elektronik), ukuran molekul (sterik). Berdasarkan uraian di atas, maka senyawa (1) menunjukkan aktivitas antimalaria yang lebih baik dari senyawa (2)
ISI PRESENTASI PENDAHULUAN METDLGI HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN
KESIMPULAN H H Me H H H H (1) (2) IC 50 0.04 µg/ml IC 50 0.074 µg/ml Jika dibandingkan dengan klorokuin (IC 50 0,035 µg/ml ), kedua senyawa ini belum dapat digunakan sebagai bahan obat antimalaria. perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memodifikasi struktur untuk meningkatkan aktivitas antimalaria dan uji klinik secara in vivo.
Company Logo